Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PROGRAM

CAKUPAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIK YANG MENDAPAT MAKANAN


TAMBAHAN
A. Latar Belakang
Ibu hamil di Indonesia masih mengalami defisit asupan energi dan protein.
Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil sangat
diperlukan untuk mencegah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
B. Definisi Operasional
1) Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari
23,5 cm
2) Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan
asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal.
3) Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah jumlah ibu
hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan terhadap jumlah ibu hamil
KEK yang ada dikali 100%.
C. Cakupan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik yang Mendapat Makanan Tambahan
Gambar 1. Cakupan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik yang Mendapat Makanan
Tambahan

Sumber : Laporan Dinkes Provinsi Tahun 2015


Menurut gambar 1. Pada tahun 2015 secara rata-rata nasional cakupan ibu
hamil KEK yang mendapat makanan tambahan sudah melebihi target yang
ditetapkan yaitu 35.6%, dari target 13%. Penentuan target 13% ini didasarkan
kepada besaran anggaran APBN tahun 2015 yang hanya mampu mengakomodir
sebanyak 13% dari total jumlah ibu hamil KEK yang ada di Indonesia (berdasarkan
hasil Riskesdas 2013).

Perbandingan realisasi kinerja kegiatan ibu hamil KEK yang mendapat


makanan tambahan tahun 2015 dengan target jangka menengah dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 2. Perbandingan Cakupan Ibu Hamil KEK yang Mendapat Makanan
Tambahan Tahun 2015 dengan Target Jangka Menengah

Sumber : Laporan Dinkes Provinsi Tahun 2015

Berikut distribusi cakupan ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan
menurut provinsi pada tahun 2015.

Gambar 3. Distribusi Cakupan Ibu Hamil KEK yang Mendapat Makanan Tambahan
Menurut Provinsi Tahun 2015

Gambar 3. menunjukkan, dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, sementara


masih terdapat 10 provinsi yang belum melaporkan hasil cakupan indikator ibu
hamil KEK yang mendapat makanan tambahan. Dari 24 provinsi yang lapor, hanya
1 (satu) provinsi yang belum mencapai target nasional, yaitu provinsi Papua
dengan cakupan 12.2%.
ANALISIS PROGRAM

CAKUPAN BALITA KURUS YANG MENDAPAT MAKANAN TAMBAHAN

A. Latar Belakang
Di banyak negara, kurang dari seperempat anak balita usia 6-23 bulan
dengan frekuensi makan dan kriteria keragaman makanannya sesuai untuk usianya.
Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari
separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pemberian makanan tambahan
khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam
mengatasi masalah gizi.
B. Definisi Operasional
1) Balita kurus adalah anak usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 59 bulan 29 hari
dengan status gizi kurus (BB/PB atau BB/TB -3 SD sampai dengan kurang dari
-2 SD).
2) Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan
asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan local.
3) Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan adalah jumlah balita
kurus yang mendapat makanan tambahan terhadap jumlah balita kurus dikali
100%
C. Cakupan Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan
Gambar 4. Matrik Monitoring dan Evaluasi Capaian Target RAD PG sampai dengan
Triwulan III Tahun 2016 - 2017 Lampung

Sumber : Bappeda Provinsi Lampung 2017


Gambar 4. Menunjukkan bahwa cakupan distribusi balita kurus yang mendapatkan makanan
tambahan di Lampung sampai dengan tahun 2017 sudah memenuhi target yang ditetapkan
yaitu 57,1% dari target 45%.
ANALISIS PROGRAM
CAKUPAN BAYI BARU LAHIR YANG MENDAPAT INISIASI MENYUSUI DINI
A. Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam waktu 1 jam setelah kelahiran, melindungi bayi
yang baru lahir dari tertular infeksi dan mengurangi angka kematian bayi baru lahir.
IMD merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil.
B. Definisi Operasional
1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera setelah lahir.
IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya segera
setelah lahir dan berlangsung minimal 1 (satu) jam
2) Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah jumlah bayi baru lahir hidup
yang mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup dikali 100%.
C. Cakupan Bayi Baru Lahir yang Mendapat Inisiasi Menyusui Dini
Gambar 5. Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Gambar 5. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018 yaitu
sebesar 68,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu
47%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi
Jawa Barat (90,79%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Gorontalo
(30,71%). Sebanyak enam provinsi belum mencapai target Renstra tahun 2018. Selain
itu, terdapat sembilan provinsi yang belum mengumpulkan data.
Daftar Pustaka
Bappeda Provinsi Lampung. 2017. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG)
Provinsi Lampung Tahun 2017. Lampung : Bappeda
Dinkes Provinsi. 2015. Laporan Dinkes Provinsi Tahun 2015. Jakarta : Dinkes Kementerian
Kesehatan RI. 2019. Laporan Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015. Jakarta :
Direktorat Bina Gizi
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kemenkes RI.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2019
TENTANG PELAKSANAAN TEKNIS SURVEILANS GIZI

Anda mungkin juga menyukai