Anda di halaman 1dari 6

BAB I

TINJAUAN SECARA UMUM

1.1 Abutmen dan Pondasi


Abutmen (Kepala Jembatan) adalah bagian bangunan pada ujung
jembatan yang berfungsi sebagai pendukung bangunan atau jembatan serta
penahan tanah.

Pondasi Abutmen
Berfungsi menerima beban dari bangunan abutmen dan meneruskannya ke
tanah dasar.

1.2 Data Abutmen

0,5 m
1 ,0 0,2 m
1,1 m

3,0 m

1,8 m

4,6 m

0,6 m

0,4 m

6,0 m

1
Tabel PMJJR 1987
Lebar Lantai Jembatan (m) Jumlah Jalur Lalu Lintas
5,5 – 8,25 2
> 8,25 – 11,25 3
> 11,25 – 15,0 4
> 15,0 – 18,75 5
> 18,75 – 32,5 6

Dari tabel di atas (PMJJR 1987)


Lebar jembatan 15 m, maka termasuk dalam lebar lantai jembatan 11,25 –
15,0 m dengan jumlah jalur 4 buah lebar jalur 2,75 – 3,75 m.

1,5 m 1,5 m
1.3 Jenis Muatan Yanng Bekerja
1.3.1 Muatan mati (M)
a. Berat Balok Jembatan
3m b.3 m
Berat Abutmen
3m 3m
c. Beban tanah yang dipikul abutmen
d. Desakan tanah aktif dan pasif.

2
1.3.2 Muata Hidup
Berdasarkan PMJJR 1987, muata hidup sebagai berikut :
q (t/m) Bentang (m)
2,2 1/30
2,2 – 1,1/60 (L – 30) 30 < L < 60
1,1 (1+30/L) L > 30

Panjang jembatan yang direncanakan adalah 25 m maka termasuk dalam


interval L < 30 m, sehingga muatan terbagi rata q = 2,2 t/m,
muatan garis (P) = 12 t/jalur.

1.3.3 Ketentuan lain muatan hidup (D)


a. Untuk jembatan dengan lebar < 5,0 m, maka beban D 100%
dibebankan pada seluruh kendaraan.
b. Untuk jembatan dengan lebar > 5,0 m, maka beban D 100% pada jalur
sepanjang 5,0 m, selebihnya dibebankan 50% dari beban D.

1.3.4 Beban kejut harus dikalikan dengan beban P untuk menghasilkan tegangan
maksimum yang besarnya faktor kejut adalah K = L + 20/(50 + L)
L ditentukan oleh tipe konstruksi menurut tabel PMJJR 1987
R = P . K = 12 K

1.3.5 Perhitungan beban hidup sesuai dengan ketentuan


a. Beban terbagi merata
q1 = [g . 5,0 . L + 50%. g (B – 5,0) L]/2,75
b. Beban titik
P1 = [R . 5,0 + R . 50% (B – 5,0)]/2,75
D = q1 + P 1
1.3.6 Beban kendaraan di belakang bangunan penahan tanah diperhitungkan
setinggi 10 cm.
1.3.7 Beban trotoar diperhitungkan terhadap beban hidup sebesar = 550 kg/m1

3
1.4 Beban Sekunder
a. Beban angin (A), diperhitungkan sebesar 170 kg/m’ dengan menambah
setinggi 2 m di atas lantai untuk beban hidup yang terkena angin.
b. Gaya rem (R), diperhitungkan sebesar 5% dari beban D tanpa koefisien
kejut gaya ini dianggap bekerja horisontal dengan titik tangkap setinggi
1,7 m di atas lantai kerja.
c. Gaya gempat (G) diperhitungkan berdasarkan tegangan tanah di daerah
gempa
K=V.E
E = besarnya sebagai berikut PPJJR 1971
Keadaan Tanah
(Kg/m2)
I II III
 tanah > 5 (PL) 0,12 0,66 0,03
 tanah < 5 (PL) 0,20 0,10 0,05
Selain PL 0,23 0,14 0,07

PL = Pondasi langsung.

d. Gaya akibat pergeseran perletakan diperhitungkan sebesar 0,01 dari beban


vertikal (Pasal 2 (c), hal 15 PMJJR 1987)

Kombinasi beban
a. M + H + K 100% .  > max
b. M + A + F 125% .  > max
c. M + H + K + A + R + F 140% .  > max
d. M + G 150% .  > max
e. M + Gy 150% .  > max
1.5 Karakteristik Tanah
2,0 m

0,75 m
Dasar sungai

M.A.S

4
M.A.T
1,0 m
1,8 m
4,6 m
Data :
 = 250
Gs = 2,5 gr/cm3
C = 0,070 kg/cm2 = 0,70 t/m2
bt = 2,4 t/m3

Ka = tg2 (45 - /2) = tg2 (45 - 25/2) = 0,406


Kp = 1/Ka = 1/0,406 = 2,464
 = 27%
e =  . Gs = 27% . 2,5 = 0,675

Gs. γω 2,5.1
Berat volume kering (K) = = = 1,493 gr/cm3
1+e 1+ 0,675
Berat isi basah (h) = K (1 + ) = 1,493 (1 + 0,27) = 1,896 t/m3
Berat isi tanah kenyang air (sat) = (Gs + e . ) / (1 + e)
= (2,5 + 0,675 . 1) / (1+0,675)
= 1,896 t/m3

Berat isi tanah terendam air (’) = sat -  = 2 – 1 = 1 t/m3

Menghitung daya dukung tanah (dengan rumus terzaghi)

ult = C’ . NC’ + q . Nq’ + 0,5 ’ . B . N’

5
C’ = 2/3 . C = 2/3 . 0,70 = 0,467 t/m2 B = 6,0 m
 = 250 
NC’ = 9,86
Nq’ = 5,60
N’ = 3,3
q = h1 . h + h2 . ’ = 2,8 . 1,896 + 4,6 . 1,0 = 9,909 t/m2
ult = 0,467 . 9,86 + 9,909 . 5,60 + 0,5 . 1 . 6,0 . 3,3
= 4,605 + 55,490 + 9,9
= 70,0 t/m2 = 7,0 kg/cm2
C>0
70,0
 = = 23,33 t/m2
3

Anda mungkin juga menyukai