Anda di halaman 1dari 28

Pengertian Zakat

Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang
yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang
telah ditetapkan oleh syarak. Zakat merupakan rukun ketiga dari
Rukun Islam.

Menurut bahasa, kata “zakat” artinya tumbuh, berkembang, dan suci.


Yang dimaksud suci adalah zakat dapat mensucikan, membersihkan
harta muzakki ( yang berzakat ) dari hak-hak mustahik ( penerima
zakat ) khususnya bagi fakir miskin. Selain itu zakat dapat
membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela seperti kikir, tamak, serta
sombong. Sedangkan bagi mustahik zakat dapat membersihkan dari
sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki terhadap muzakki. Dan yang
dimaksud tumbuh subur adalahzakat dapat menyebabkan harta para
muzakki bertambah banyak.

Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian


harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Dan Allah Maha mendengar
lagi maha mengetahui” (QS. at-Taubah[9]: 103); “Sedekah dak akan
mengurangi harta” (HR. Tirmizi).

Menurut islah, dalam kitab al-Hawi, al-Mawardi mendefinisikan zakat


dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut
sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.

Etimologi Zakat
Secara harfiah zakat berarti “tumbuh”, “berkembang”, “menyucikan”,
atau “membersihkan”. Sedangkan secara terminologi syari’ah, zakat
merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah
dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana
ditentukan.

Sejarah Zakat
Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalamAl-Qur’an. Pada
awalnya, Al-Qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan
sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada
kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat.
Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad
melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak
bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban
kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam
negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari
ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat
tersebut.

Pada zaman Khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan


didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok
itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan
mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar.
Syari’ah, mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana
zakat itu harus dibayarkan. Kejatuhan para khalifah dan negara-
negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan
berdasarkan hukum lagi.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Agama Islam


Di Dunia Telengkap Menurut Para Ahli
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat islam. Oleh sebab itu hukum zakat
adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti shalat,
haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Qur’an
dan As Sunnah. Zakat juga merupakan amal sosial kemasyarakatan
dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia.

Adapun dalil nash wajibnya zakat adalah Al-qur’an, hadits dan ijma’
shahabat. Diantaranya adalah QS At taubah ayat 103, dan QS At
taubah ayat 71 artinya ” dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan mereka taat pada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi
rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS At taubah [9]; 71)

Jenis dan Macam Zakat


Zakat terbagi atas dua jenis yakni:

 Zakat Nafs (jiwa)


disebut juga zakat fitrah. Yaitu zakat yang dikeluarkan karena telah
menyelesaikan puasa ramadhan. Zakat fitrah wajib bagi setiap muslim
bagi laki-laki maupun perempuan, dewasa ataupun kecil, merdeka
ataupun budak.
Zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadhan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram)
makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.

Zakat ini biasa disebut dengan zakat fitrah atau zakat fitri, karena
zakat ini dihubungkan dengan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul
fitri. Zakat fitri adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar
pada malam hari raya Idul fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah
karena telah selesai menunaikan ibadah puasa.

Zakat ini disyari’atkan pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah,


adalah untuk mensucikan orang yang puasa dari perbuatan dan
perkataan kotor dan keji serta untuk memberi makan orang-orang
miskin. Zakat ini merupakan zakat pribadi, sedangkan zakat mal
merupakan pajak pada harta. Oleh karena itu tidak disyaratkan pada
zakat fitrah apa yang disyaratkan pada zakat mal, seperti nisab dan
syarat- syarat zakat lainnya tertentu.

 Zakat Maal (harta)


Yaitu zakat dari harta yang dimiliki berupa emas, perak, harta
perniagaan, biji-bijian buah-buahan, zakat binatang ternak. 
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil
ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki
perhitungannya sendiri-sendiri.

Menurut bahasa, kata “maal” berarti kecenderungan,atau segala


sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk dimiliki dan
disimpannya. Sedangkan menurut syarat, mal adalah segala sesuatu
yang dapat dimiliki atau dikuasai dan dapat digunakan
(dimanfaatkan) sebagaimana lazimnya. Dengan demikian, sesuatu
dapat disebut maal apabila memenuhi dua syarat berikut:

1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.


2. Dapat diambil manfaatnya sebagaimana lazimnya.

Contohnya: rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak,


dan lain sebagainya. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat di miliki
tetapi manfaatnya dapat di ambil seperti udara dan sinar matahari
tidaklah di sebut mal

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Kerajaan Mataram


Islam : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta Kehidupan Politiknya
Secara Lengkap

Syarat-syarat Wajib Zakat


Syarat-syarat wajib Zakat
Zakat diwajibkan atas orang yang telah memenuhi syarat di bawah
ini :

 Muslim, tidak wajib bagi non muslim


 Merdeka
 Memiliki harta yang mencapai nishab tidak ada syarat baligh dan
sehat jiwa, artinya bagi anak-anak kecil yang belum baligh dan
orang yang gila tetap wajib dikeluarkan zakatnya.

Adapun syarat nishabnya adalah :


 Hendaklah lebih dari kebutuhan-kebutuhan penting seperti
makan, pakaian, dan tempat tinggal, kendaraan, dan saranan
untuk mencari nafkah
 Selama satu tahun ( tahun hijriyah ) permulaannya dihitung
sejak memiliki nisab dan harus cukup selama satu tahun penuh.
 Untuk zakat tanaman dikeluarkan pada waktu panen.

Syarat kekayaan Wajib di Zakati


1. Milik Sepenuhnya
Harta dimiliki dan diambil manfaatnya secara penuh. Harta
tersebut didapatkan secara halal seperti; usaha, warisan,
pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Jika
dari cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidak wajib,
sebab harta tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak
atau ahli warisnya.

2. Cukup Haul
Cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun,
selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut
tanggalan mashehi.

3. Berkembang
Harta terebut dapat bertambah atau berkembang bila
diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.

4. Cukup Nishab
Harta tersebut telah mencapai jumalah tertentu sesuai dengan
ketetapan syara’. Jika harta tidak sampai nishabnya terbebas
dari zakat dan dianjurkan mengeluarkan infaq serta shadaqah.

5. Lebih dari kebutuhan pokok


Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan
seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk
kelangsungan hidupnya seperti belanja sehari-hari, pakaian,
rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.

6. Bebas dari hutang


Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi
senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama ( dengan
waktu mengeluarkan zakt ), maka harta tersebut terbebas dari
zakat.

Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada


kepada pribadi pembayar zakat.
Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih)
dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.

Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat


baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan
menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

 Binatang ternak,
syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

1. Peternakan telah berlangsung selama satu tahun.


2. Binatang ternak digembalakan di tempat-tempatumum dan
tidak dimanfaatkan untuk kepentingan alat produksi (pembajak
sawah).
3. Mencapai nisab. Nisab untuk unta adalah 5 (lima) ekor, sapi 30
ekor, kambing atau domba 40 ekor.
4. Ketentuan volume zakatnya sudah ditentukan sesuai
karakteristik tertentu dan diambil dari binatang ternak itu
sendiri.

 Harta Perniagaan,
syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

1. Muzakki harus menjadi pemilik komoditas yang


diperjualbelikan, baik kepemilikannya itu diperoleh dari hasil
usaha dagang maupun tidak, seperti kepemilikan yang didapat
dari warisan dan hadiah.
2. Muzakki berniat untuk memperdagangkan komoditas tersebut.
3. Harta zakat mencapai nisab setelah dikurangi biaya operasional,
kebutuhan primer, dan membayar utang.
4. Kepemilikan telah melewati masa satu tahun penuh.

 Harta Perusahaan
Yang dimaksud perusahaan di sini adalah sebuah usaha yang
diorganisir sebagai sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan
kepemilikan dan dibuktikan dengan kepemilikan saham. Para ulama
kontemporer menganalogikan zakat perusahaan dengan zakat
perniagaan. Sebab, bila dilihat dari aspek legal dan ekonomi (entitas)
aktivitas sebuah perusahaan pada umumnya berporos pada kegiatan
perniagaan.
Dengan demikian, setiap perusahaan di bidang barang maupun jasa
dapat menjadi objek wajib zakat.
*Nishab dan kadar zakat perusahaan adalah:

 Nishab zakat perusahaan adalah senilai dengan nishab zakat


emas.
 Kadar zakat perusahaan adalah 2,5 % tiap tahunnya.

Cara menghitung zakat perusahaan:

1. Menentukan dan menilai harta (aset) yang wajib dikenai zakat


sesuai syari’ah.
2. Menentukan dan menilai kewajiban yang mengurangi harta
(aset) kena zakat.
3. Menghitung nilai zakat dengan kadar yang telah ditentukan.

 Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbiumbian, sayur-sayuran,
buah-buahan, tanaman keras,tanaman hias, rerumputan, dan
dedaunan, ditanam dengan menggunakan bibit bebijian di mana
hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan.

 Barang Tambang dan Hasil Laut


Yang dimaksud dengan barang tambang dan hasil laut adalah segala
sesuatu yang merupakan hasil eksploitasi dari kedalaman tanah dan
kedalaman laut. Yang termasuk kategori harta barang tambang dan
hasil laut (Semua barang tambang hasil kerja eksploitasi, Harta karun,
Hasil laut seperti mutiara, karang, dan minyak, ikan, dan hewan laut.
 Emas dan Perak
Emas wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nisab dan telah
menjalani masa 1 tahun adapun nisabnya adalah 20 dinar, 1
dinar=4,25 gram, 20 dinar=85 gram emas. Sedangkan perak nisabnya
adalah 200 dirham perak, 1 dirham=2,975 gram perak. 200
dirham=595 gram perak. Sedangkan kadar yang harus dikeluarkan
adalah 2,5%

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Wakaf


Menurut Islam Serta Para Ulama

Wajib dan Haram Menerima Zakat


Golongan Wajib (Berhak) Menerima Zakat
Berdasarkan Al-Quran Surah at-Taubah ayat 60, pihak-pihak yang
berhak atas harta zakat berjumlah delapan golongan. Mereka adalah:
 Fakir dan miskin
Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha; atau
mempunyai harta atau usaha yang kurang dari seperdua
kebutuhannya, dan tidak ada orang yang berkewajiban memberi
belanja. Miskin adalah orang yang mempunyai harta seperdua
kebutuhannya atau lebih tetapi tidak mencukupi. Atau orang yang
biasa berpenghasilan, tetapi pada suatu ketika penghasilannya tidak
mencukupi. Mereka diberikan harta zakat untuk mencukupi
kebutuhan primer dan sekundernya selama satu tahun, sebagaimana
dikemukakan oleh pendapat yang paling unggul dari kalangan ahli
fikih.

 Amil zakat
Amil zakat adalah orang yang diangkat penguasa atau wakilnya untuk
mengurus zakat. Tugasnya meliputi penghimpunan, pengelolaan, dan
pendistribusian zakat. Golongan ini tetap berhak menerima dana
zakat meskipun seorang yang kaya, tujuannya agar agama mereka
terpeli hara. Sebagian ulama berpendapat bahwa bagian amil dari
harta zakat adalah seperdelapan dari total yang terhimpun.

 Mualaf
Yang termasuk mualaf adalah:

1. Orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh.


2. Orang Islam yang berpengaruh pada kaumnya. Apabila ia diberi
zakat, orang lain atau kaumnya akan masuk Islam.
3. Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir. Kalau ia
diberi zakat, orang Islam akan terhindar dari kejahatan kafir
yang ada di bawah pengaruhnya.
4. Orang yang menolak kejahatan terhadap orang yang antizakat.

 Riqab
Riqab adalah hamba yang telah dijanjikan oleh tuannya bahwa dia
boleh menebus dirinya. Hamba itu diberikan zakat sekadar untuk
menebus dirinya.

 Garim
Garim ada tiga macam, yaitu:

1. Orang yang berutang karena mendamaikan antara dua orang


yang berselisih.
2. Orang yang berutang untuk dirinya sendiri, untuk kepentingan
mubah ataupun tidak mubah, tetapi ia sudah bertobat.
3. Orang yang berutang karena jaminan utang orang lain, sedang ia
dan jaminannya tidak dapat membayar utang tersebut.

 Fi sabilillah
Fi sabilillah adalah balatentara yang membantu dengan kehendaknya
sendiri, sedang ia tidak mendapatkan gaji yang tertentu dan tidak pula
mendapat bagian dari harta yang disediakan untuk keperluan
peperangan dalam dewan balatentara. Orang ini diberi zakat
meskipun ia kaya sebanyak keperluannya untuk memasuki medan
perang, seperti membeli senjata dan lain sebagainya.

 Ibnu sabil
Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanan yang halal, dan sangat
membutuhkan bantuan ongkos sekadar sampai pada tujuannya.

Golongan Haram Menerima Zakat


 Orang kafir dan atheis
Orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian harta zakat, tetapi
boleh menerima sedekah (sunah), kecuali mereka termasuk dalam
kategori mualaf.

 Orang kaya dan orang mampu berusaha


Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki sejumlah harta yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya,
sampai ia mendapatkan harta berikut nya. Atau seseorang yang
memiliki harta yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya
dari waktu ke waktu.
 Keluarga Bani Hasyim dan Bani Mutalib (Ahlulbait)
Keluarga Bani Hasyim adalah keluarga Ali bin Abi Talib, keluarga
Abdul Mutallib, keluarga Abbas bin Abdul Mutalib, dan keluarga
Rasulullah saw. Hal ini berlaku apabila negara menjamin kebutuhan
hidup mereka, tetapi apabila negara tidak menjaminnya, kedudukan
mereka sama dengan anggota masyarakat yang lain, yaitu berhak
menerima zakat manakala termasuk dalam kategori mustahiq.

 Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat


(muzakki)
Muzakki adalah orang kaya. la masih memiliki kelebihan harta setelah
digunakan untuk mencukupi diri dan keluarganya (orang yang
menjadi tanggung jawabnya). Maka dari itu, jika ia melihat anggota
keluarganya masih ada yang kekurangan, ia berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih
memiliki kelebihan (mencapai nisab), barulah ia terkena kewajiban
zakat. Jadi, tidak dibenarkan seorang suami berzakat kepada istri atau
orang tuanya.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Hari Raya


Idul Fitri – Umat Islam

Manfaat atau Faedah zakat


Zakat memiliki beberapa faedah yang sangat berguna bagi umat Islam,
diantaranya faedah agama (diniyyah), akhlak (khuluqiyah) dan
kesosialan (ijtimaiyyah). Berikut penjelasan lebih rinci mengenai
faedah-faedahnya.
Faedah Diniyah (segi agama)
Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun
Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia dan akhirat. Merupakan sarana bagi hamba untuk
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah
keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam
ketaatan.

Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,


sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Allah memusnahkan riba
dan menyuburkan sedekah” (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah
hadits yang muttafaq “alaih Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam” juga
menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan
kembangkan oleh Allah berlipat ganda. Zakat merupakan sarana
penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
Muhammad SAW.

 Dengan persepuluhan berarti telah menjalankan salah satu


rukun Islam yang menyediakan budak kebahagiaan dan
keselamatan dunia dan akhirat.
 Sebuah cara untuk hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Tuhannya, akan menambah iman karena kehadirannya
yang mencakup beberapa jenis ketaatan.
 Wajib pajak akan mendapatkan pahala yang besar dua kali lipat,
sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Allah memusnahkan
riba dan menyuburkan sedekah” (Al-Baqarah: 276). Muttafaq
alaih dalam hadits, Nabi
 Muhammad juga menjelaskan bahwa amal akan dikembangkan
oleh keberuntungan Allah dua kali lipat.
 Zakat merupakan sarana pemurnian.
Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada
kepada pribadi pembayar zakat.
Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih)
dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.

Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat


baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan
menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

1. Menanamkan sifat kemuliaan, toleransi dan toleransi terhadap


wajib pajak pribadi.
2. Wajib pajak biasanya identik dengan sifat rahmat (kasih sayang)
dan lembut kepada saudaranya yang tidak memiliki.
3. Ini adalah fakta bahwa menyumbangkan sesuatu yang
bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum
4. Muslimin akan melapangkan dada dan memperpanjang
hidupnya. Untuk yakin dia akan menjadi orang yang dicintai dan
dihormati sesuai tingkat pengorbanan.
5. Dalam amal melawan pemurnian moral.
6. Menjadi tangan yang lebih baik daripada tangan di bawah.

Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial)


Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan) Zakat merupakan
sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di
dunia. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan
mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok
penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.

Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol


yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya
jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-
hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut
rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian
melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu
akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si
miskin.

 Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi


hajat hidup miskin yang merupakan kelompok mayoritas
sebagian besar negara di dunia.
 Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan
mengangkat eksistensi mereka. Hal ini dapat dilihat dalam
kelompok penerima, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
 Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan
kebencian yang ada di dalam dada miskin.
 Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang
berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk
sesuatu yang tidak dapat dihidupkan kebencian dan permusuhan
mereka.
 Jika properti begitu melimpah yang digunakan untuk
mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan
cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
 Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pelakunya jelas
berkat-Nya akan melimpah.
 Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda
atau uang, karena ketika harta dibelanjakan, spin akan diperluas
dan lebih banyak pihak yang mengambil keuntungan.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Tentang Shalat :
Pengertian, Rukun Shalat, Manfaat Dan Makna

Hikmah dalam Zakat


1. Mensucikan Jiwa Dari Sifat Kikir
2. Mendidik Berinfak Dan Memberi
3. Berakhlaq Dengan Akhlaq Allah
4. Manifestasi Syukur Atas Nikmat Allah
5. Mengobati Hati Dari Cinta Dunia
6. Mengembangkan Kekayaan Batin
7. Mensucikan Harta Dari Bercampurnya Dengan Hak Orang Lain
(Tapi zakat tidak bisa mensucikan harta yang diperoleh dengan
jalan haram)
8. Mengembangkan Dan Memberkahkan Harta
9. Membayar zakat itu berarti mensyukuri nikmat Allah. Nikmat
yang disyukuri, dijanjikan oleh Allah akan ditambah.
10. Kekayaan yang dikumpulkan oleh seseorang, belum tentu
dari hasil jerih payah dan keringat sendiri, oleh karena itu kita
harus membagi kekayaan kepada fakir miskin.
11.Zakat mendidik orang jadi dermawan/pemurah. Manusia
biasanya bersifat kikir padahal kikir itu dibenci Allah. Zakat
menghindarkan kita dari sifat Kikir

Teori Pengelolaan Zakat


1. Teori dan Pandangan Normatif
Seiring dengan perkembangan kenegaraan dan pemerintahan, ajaran
Negara hukum yang kini dianut oleh Negara-negara di dunia adalah
Negara Kesejahtraan (Welfare State). Ciri utama dari Negara ini
adalah adanya kewajiban pemerintah untuk mewujudkan
kesejahtraan umum bagi warga negaranya, dalam kaitannya dengan
organisasi Negara, untuk mengatur organisasi Negara dan susunan
pemerintahan maka setiap Negara memerlukan suatu konstitusi.
Konstitusi dalam kenyataannya lengkap mengatur hubungan antar
lembaga Negara, dan dengan warga Negara serta menyatakan diri
sebagai Negara hukum.

Untuk itu, partisipasi rakyat dalam berbagai fungsi kehidupan


bernegara adalah merupakan salah satu sarana untuk mencapai
penegakkan hukum ( Rule Of Law ) tersebut atau lebih dikenal dengan
system demokratis. Dengan kata lain, Negara hukum harus ditopang
dengan sistem demokrasi.

Menurut H.D.Van Wijk/Willem Konijnenbelt menyebutkan prinsip-


prinsip Rechtstaat atau Negara hukum, sebagai berikut:

1. Pemerintahan berdasarkan undang-undang, pemerintah hanya


memiliki kewenangan yang secara tegas diberikan oleh undang-
undang dasar dan undang-undang lainnya.
2. Hak-hak asasi, terdapat hak-hak manusia yang sangat
fundamental yang harus dihormati oleh pemerintahan
3. Pembagian kekuasaan, kewenangan pemerintah tidak boleh
dipusatkan pada suatu lembaga, tetapi harus dibagi-bagi pada
organ-organ yang berbeda agar saling mengawasi dan
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan.
4. Pengawasan lembaga kehakiman, pelaksanaan kekuasaan
pemerintah harus dapat diajukan dan dinilai aspek hukumnya
oleh hakim yang merdeka.

Pada abad ke-19 muncul konsep Rechtstaat dari Fredrich Julius Stahl.
Menurut Stahl unsur-unsur Negara hukum (Rechtstaat) adalah sebgai
berikut :
 Perlindungan hak asasi manusia;
 Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak
itu;
 Pemisahan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
 Peradilan administrasi dalam Perselisihan.

Pada saat yang sama muncul pula konsep Negara hukum (Rule Of
Law) dari A.V. Dicey yang lahir dalam naungan system Anglosaxon.
Menurutnya unsur-unsur Negara hukum adalah sebagai berikut :

1. supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of law), tidak


adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary
power), dalam arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau
melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality
before the law). Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun
pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara
lain oleh undang-undang dasar) serta keputusan-keputusan
pengadilan.

Selain itu menurut B. Arif Sidharta menyatakan, Negara hukum


adalah Negara yang berintikan unsur-unsur dan asas-asas dasar
sebagai berikut:

 Pertama, pengakuan, penghormatan dan perlindungan


kepribadian umat manusia (identitas) yang
mengimplementasikan asas pengakuan dan perlindungan
martabat dan kebebasan manusia, yang merupakan asas
fundamental Negara hukum. Kebebasan disini mencakup
kebebasan individu, kebebasan kelompok, kebebasan
masyarakat etnis, dan kebebasan masyarakat nasional.
Kebebasan dan kemungkinan pelaksanaan faktualnya tidak
tanpa batas, melainkan ditentukan dan dibatasi faktor
kesejahtraan, keadaan factual eksternal, pandangan kefilsafatan
dan keagamaan, nilai-nilai serta penetapan asas-asas dan kaidah
lainnya.

 Kedua, asas kepastian hukum yang mengimplementasikan hal


berikut ini, para warga masyarakat harus bebas dari tindakan
pemerintah dan pejabatnya yang tidak dapat diprediksi dan
tindakan sewenang-wenang. dalam arti semua tindakan
pemerintah harus bertumpu kepada aturan yang tertuang di
dalam hukum positif.

 Ketiga, asas persamaan (similia similibus). Pemerintah dan para


pejabatnya harus memberikan perlakuan sama kepada semua
orang, dan undang-undang juga berlaku sama untuk semua
orang.

 Keempat, asas demokrasi. Asas ini berkenaan dengan cara


pengambilan keputusan , di mana setiap warga Negara
mempunyai kesempatan yang sama untuk mempengaruhi
putusan dan tindakan pemerintah.

 Kelima, asas pemerintah dan para pejabatnya pengemban fungsi


melayani masyarakat. Asas ini menjabarkan ke dalam
seperangkat asas umum pemerintahan yang layak (algemeene
beginselen van behoorlijk bestuur). Syarat fundamental bagi
keberadaan manusia yang bermartabat manusiawi harus
terjamin dan dirumuskan dalam peraturan perundang-
undangan.
Sejalan dengan itu, suatu konsepsi yang sangat penting diperhatikan
berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
adalah konsep tentang kewenangan sangat memegang peranan
penting dalam Hukum Administrasi Negara. Kewenangan dalam
bahasa Belanda disebut dengan istilah Bevoegheid yaitu berkaitan erat
dengan wewenang pemerintah dalam mengelola dan melaksanakan
kekuasaan Negara, adapun mengenai ruang lingkup kewenangan tidak
hanya meliputi pengambilan keputusan oleh penguasa tetapi juga
menyangkut kewenangan untuk melaksanakan tugas pemerintah.

Secara Teoritis kewenangan dapat diperoleh melalui tiga cara:

1. Atribusi: pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat


undang-undang kepada organ pemerintahan;
2. Delegasi: pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lain;
3. Mandat: terjadi ketika organ pemerintahan mengijinkan
kewenangan dijalankan oleh organ lain atas namanya.

Menurut Bagir Manan (dalam Ridwan H.R) menjelaskan bahwa


wewenang di dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan
(Macht). Kekuasaan hanya mengambarkan hak untuk berbuat atau
tidak berbuat. Dalam hukum wewenang sekaligus berarti hak dan
kewajiban (Rechten en plichten).
Konsep kewenangan menurut beberapa orang sarjana adalah sebagai
berikut :

 Philipus M. Hadjon: kewenangan pemerintah dapat beberapa


kekuasaan bebas atau kekuasaan diskresi, yaitu kewenangan
untuk memutuskan secara mandiri dan kewenangan interpretasi
terhadap norma-norma tersamar namun tetap tunduk pada
hukum.
 Herbert A. Simons: wewenang adalah suatu kekuasaan untuk
mengambil keputusan dan berkaitan dengan atasan dan
bawahan.
 S.F. Marbun : wewenang adalah kemampuan untuk melakukan
suatu tindakan hukum public (yuridis) juga sebagai kemampuan
bertindak yang diberikan undang-undang untuk melakukan
hubungan hukum.
 Prajudi Atmosudirjo : wewenang adalah kekuasaan untuk
melakukan suatu tindakan hukum publik.

2. Teori Efektivitas Hukum (Sosiologis)


Telah diungkapkan, bahwa pelaksanaan dan pengelolaan zakat tidak
hanya diperankan oleh pemerintah; melainkan ditujukan kepada
warga masyarakat, terutama warga yang memiliki kemampuan harta
kekayaan berkewajiban mengeluarkan zakat (Muzakki), dan warga
penerima zakat (Mustahiq). Berkenaan dengan itu, hukum merupakan
suatu sarana yang bertujuan untuk menciptakan keharmonisan,
keutuhan, ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan
bermasyarakat. Atau dengan kata lain, keseraian antara ketertiban
(yang bersifat lahiriah) dengan ketentraman yang bersifat batiniah.

Dengan demikian kehadiran hukum merupakan bagian integral dari


kehidupan masyarakat, sehingga sulit dibayangkan apabila dalam
suatu masyarakat dapat berjalan tertib tanpa adanya hukum yang
mengaturnya. Eksistensi Undang-undang Pengelolaan Zakat
sangatlah diperlukan bagi pengembangan kehidupan umat, terutama
bagi Mustahiq yang relatif sangat lemah.
Indikator kedua, pemahaman hukum, dalam arti sejumlah informasi
yang dimiliki seseorang mengenai isi dari suatu peraturan. Dengan
perkataan lain pemahaman hukum merupakan suatu pengertian atau
penguasaan seseorang terhadap hukum tertentu, baik menyangkut
substansi maupun tujuannya.

Indikator ketiga, sikap hukum artinya seseorang mempunyai


kecendrungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
Suatu sikap hukum akan melibatkan pilihan warga terhadap hukum
yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya, sehingga
akhirnya masyarakat menerima hukum berdasarkan penghargaan
terhadapnya.
Berdasarkan teori psikologi struktur pembentukan sikap meliputi:

1. Komponen kognitif (komponen konseptual) berkaitan dengan


pengetahuan, pandangan terhadap obyek sikap;
2. Komponen afektif (komponen emosional) yakni berhubungan
dengan perasaan senang atau tidak senang terhadap obyek
sikap;
3. Komponen konatif (komponen perilaku) yakni komponen yang
berhubungan dengan sikap tindak terhadap obyek sikap.

Indikator keempat, pola perilaku hukum artinya seseorang


berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Mengenai hal ini
Friedman mengemukakan bahwa :
“Compliance is, in other words, knowing conformity with a norm or
command, a deliberate instance of legal behavior that bends toward
the legal act that ovoked it. Or the legal behavior in the middle, one
important type might be colled evasion. Evasive behavior frustrates
the goals of a legal act, but falls short of noncompliance or, as the case
may be, legal culpability”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka perilaku seseorang terhadap
hukum dapat diklasifikasikan dalam bentuk ketaatan atau kepatuhan
(compliance), ketidaktaatan atau penyimpangan (deviance) dan
pengelakan atau menghindar (evasion). Secara teoritis prilaku
seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang
merupakan psikologik yang ada pada diri seseorang.

Faktor ini condong menggerakkan orang yang bersangkutan untuk


mempromosikan kepentingan pribadi atas dasar pertimbangan-
pertimbangan yang rasional, sehingga faktor inilah yang pertama-
tama menggerakkan seseorang untuk taat terhadap suatu ketentuan,
karena individu selalu berupaya mencari kemudahan dan
kemanfaatan bagi dirinya. Selain faktor internal, faktor lain yang
mempengaruhi prilaku seseorang adalah faktor-faktor yang eksis di
luar diri seseorang (eksternal) yang berupa lingkungan sosial yang
penuh dengan pengaturan dan pengharusan (dunia normatif). Faktor
internal dapat disebut sebagai penggerak dan pengada prilaku,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor pembentukan atau
pemolaannya .

Dalam kehidupan bermasyarakat, kedua faktor tersebut sangat


penting artinya karena akan menentukan pola prilaku yang
diwujudkan. Pengaruh kedua faktor itu akan tampak dari warga
masyarakat yang selalu bergerak dan menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi yang akan mendukung prilakunya.

Selanjutnya Giddens mengemukakan ada tiga hal yang mem


pengaruhi lahirnya prilaku yaitu: Pertama reflaxtif of action, kedua
ratioanalization of action dan ketiga motivation of action. Reflextion
monitoring of action, tindakan para individu yang diwujudkan
berdasarkan pengalaman dan tindakan para individu tersebut tercipta
karena adanya hubungan antara individu yang satu dengan yang
lainnya. Rationalization of action, yaitu suatu tindakan yang dilakukan
individu berdasarkan alas an yang logis/rasional karena adanya
pengetahuan dari individu yang bersangkutan. Motivation of action
yaitu suatu kemauan dari para individu yang didasarkan pada aspek
kesadaran dan ketidak sadaran individu terhadap kognisi dan
emosinya.

Prilaku seseorang seringkali dilakukan secara sadar dan ketidak


sadaranya, prilaku yang dilandasi dengan penuh kesadaran akan
membawa manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Karena itu
prilaku hendaknya didukung oleh niat yang baik dan dengan
kesedaran yang tinggi.

Fishbein, dalam hal ini mengemukakan bahwa niat seseorang untuk


berprilaku di pengaruhi oleh persepsinya tentang manfaat prilaku
tersebut serta persepsinya tentang sikap kelompok panutannya.
Selanjutnya Fishbein mengemukakan beberapa proposisi yakni:

 Prilaku seseorang dipengaruhi oleh niatnya untuk melakukan


perilaku tersebut;
 Niat seseorang untuk melakukan prilaku tertentu dipengaruhi
oleh keyakinannya (beliefs) mengenai konsekwensi dari tindakan
tersebut serta manfaatnya bagi dirinya;
 Niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu dipengaruhi
oleh keyakinannya mengenai harapan-harapan kelompok
panutan serta motivasinya untuk memenuhi harapan tersebut.
Menurut Hobbes dan Freud, pada dasarnya perilaku individu manusia
adalah egoistis dan karenanya cenderung memuaskan kepentingannya
sendiri . Akibat sifat manusia yang cenderung memuaskan
kepentingannya sendiri, maka seringkali menimbulkan benturan-
benturan kepentingan dengan pihak lain yang apabila tidak
dikendalikan akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan sosial
(deviasi sosial).

Untuk menganalisis bekerjanya hukum sebagai suatu sistem,


Friedman menyatakan bahwa “ A legal system in actual operation is
complex organism in which structure, substance and culture interact
”.

Yang dimaksud dengan komponen struktur adalah bagian-bagian


yang bergerak didalam suatu mekanisme misalnya organisasi-
organisasi/lembaga-lembaga hukum). Komponen substansi yaitu hasil
aktual yang diterbitkan oleh system hukum (misalnya norma-norma
hukum, termasuk peraturan perundang-undangan, keputusan yang
dibuat oleh pengadilan atau yang ditetapkan oleh badan pemerintah).
Sedangkan komponen kultur merupakan komponen pengikat sistem
serta menentukan tempat sistem hukum itu ditengah kultur/budaya
masyarakat (terdiri dari nilai-nilai dan sikap publik).

Pengukuran terhadap efektivitas hukum atau pelaksanaan hukum


dapat dilihat melalui norma yang ada di dalam undang-undang itu
sendiri, dimana yang dimaksud dengan norma disini terutama dalam
penelitian ini adalah Pengelolaan Zakat menurut Undang Undang
Nomor 38 Tahun 1999. Selain melalui norma yang terdapat di dalam
Undang-undang itu sendiri, efektivitas hukum dapat dilihat dari
pemahaman masyarakat terhadap norma yang ada artinya bahwa
bagaimanakah penguasaan seseorang terhadap materi atau isi dari
peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya dapat dilihat dari prilaku aparat penegak hukum artinya


bahwa penegak hukum adalah merupakan ujung tombak dari
penegakan hukum di lapangan. Yang menjadi permasalahan adalah
ketika substansi undang-undangya sangat responsip, prilaku
masyarakat menunjukkan ketaatan terhadap norma tadi tetapi jika
aparatnya tidak mampu melaksanakan norma tadi, maka akan terjadi
ketimpangan dalam hal penegakan hukum di masyarakat.

Mengkaji bekerjanya hukum dalam masyarakat, menurut Robert B.


Seidman ada 3 (tiga) unsur yang berkaitan didalamnya yaitu:

1. Lembaga pembuat peraturan;


2. Lembaga penerap peraturan (birokrasi);
3. Pemegang peran.

Selanjutnya oleh Seidman dinyatakan bahwa tingkah laku pemegang


peran dapat ditentukan oleh peraturan-peraturan hukum yang
disampaikan kepadanya, dan oleh keseluruhan kekuatan-kekuatan
sosial yang bekerja didalam masyarakat. Dan lembaga penerapan
sanksi/peraturan akan bertindak sesuai dengan peraturan yang
berlaku tergantung dari adanya sanksi yang ada padanya. Setiap
tingkah laku pemegang peran dapat merupakan umpan balik yang
disampaikan kepada pembuat peraturan.

Namun bekerjanya hukum tidak hanya ditentukan oleh peraturan


perundang-undangan itu saja, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya.
Termasuk faktor-faktor anyg turut menentukan respon yang akan
diberikan oleh pemegang peran adalah:

 sanksi yang terdapat didalamnya;


 aktivitas dari lembaga-lembaga/ badan pelaksanan hukum;
 seluruh komplek kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya lagi
yang bekerja atas diri si pemegang peran itu.

Anda mungkin juga menyukai