Pidana Pidana
Penjara
Denda
No KelompokTipiko Keterangan Pidana (tahun) d/d
r a ( juta Rp )
Penjara
Min Maks Min Maks
Kerugian KeuanganNegara
1 Pasal 2 Memperkaya diri Seumur hidup 4 20 d 200 1.000
Pidana mati
2 Pasal 3 Menyalahgunakan Seumur hidup 1 20 da 50 1.000
Wewenang
Suap Menyuap
Pidana Pidana
Penjara
Denda
No KelompokTipiko Keterangan Pidana (tahun) d/d
r a ( juta Rp )
Penjara
Min Maks Min Maks
3 Psl 5 ayat Menyuap PN 1 5 da 50 250
(1)a
4 Psl 5 ayat Menyuap PN 1 5 da 50 250
(1)b
5 Pasal 13 Memberi hadiah ke PN 3 da 150
6 Psl 5 ayat(2) PN menerimasuap 1 5 da 50 250
7 Pasal 12.a PN menerima suap Seumur hidup 4 20 d 200 1.000
8 Pasal 12.b. PN menerima suap Seumur hidup 4 20 d 200 1.000
9 Pasal 11 PN menerimasuap 1 5 da 50 250
10 Psl 6 ayat(1).a Menyuap Hakim 3 15 d 150 750
11 Psl 6 ayat(1).b Menyuap advokat 3 15 d 150 750
12 Psl 6 ayat(2) Hakim & Advokat 3 15 d 150 750
terima suap
13 Pasal 12.c Hakim menerima suap Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
14 Pasal 12.d Advokat menerima Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
suap
Penggelapan dalam Jabatan
15 Pasal 15 PN menggelapkan 3 15 d 150 750
uang atau membiarkan
penggelapan
16 Pasal 9 PN. I memalsukan 1 5 d 50 250
buku
17 Pasal 10.a PN. I merusakbukti 2 7 d 100 350
18 Pasal 10.b PN membiarkan orang 2 7 d 100 350
lain merusakkan bukti
19 Pasal 10.c PN membantuorang 2 7 d 100 350
lain merusakkan bukti
Perbuatan Pemerasan
20 Pasal 12.e PN memeras Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
21 Pasal 12.g PN memeras Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
22 Pasal 12.h PN memeras Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
Perbuatan Curang
Pidana Pidana
Penjara
Denda
No KelompokTipiko Keterangan Pidana (tahun) d/d
r a ( juta Rp )
Penjara
Min Maks Min Maks
23 Psl 7 ayat(1) Pemborong berbuat 2 7 da 100 350
A curang
24 Psl 7 ayat(1) Pengawas 2 7 da 100 350
B proyekmembiarkan
perbuatan curang
25 Psl 7 ayat(1) Rekanan TNI/Polri 2 7 da 100 350
C berbuat curang
26 Psl 7 ayat(1) Pengawas rekanan 2 7 da 100 350
D TNI/Polri berbu at
curang
27 Psl 7 ayat (2) Penerima barang 2 7 da 100 350
TNI/Polri membiarkan
perbuatan curang
28 Psl 12.h PN memeras 4 20 d 200 1.000
Benturan Kepentingan dalam
Pengadaan
29 Pasal 12.i PN turut serta dlm Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
pengadaan yang
diurusnya
Gratifikasi
30 Psl 12B PN menerima Seumur Hidup 4 20 d 200 1.000
jo.12C gratifikasi dan tidak
melapor ke KPK
Selain ke-30 bentuk tindak pidana korupsi, Undang-Undang Tipikor Bab III mengatur
beberapa tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi.
1. Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi
dalam perkara korupsi.
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.
3. Dalam perkara korupsi, melanggar KUHP Pasal 220 (mengadukan perbuatan pidana, padahal
ia tahu perbuatan itu tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita), Pasal 421
(pejabat menyalahgunakan kekuasaan, memaksa orang melakukan, tidak melakukan, atau
membiarkan sesuatu), Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk memeras pengakuan
atau mendapat keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui kekuasaan ... memaksa masuk ke
dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup ... atau berada di situ secara melawan
hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampaui kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya
atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket ... atau kabar lewat kawat)
Di bawah ini ada catatan mengenai beberapa konsep Undang – Undang , baik yang
secara umum dikenal dalam KUHP dan KUHAP maupun yang khas untuk tindak pidana
korupsi. Konsep-konsep itu adalah : a) alat bukti yang sah, b) beban pembuktian terbalik, c)
gugatan perdata atas harta yang disembunyikan, d) pemidanaan secara in absentia, e)
“memperkaya” versus “menguntungkan”, f) pidana mati, g) nullum delictum, h) concursus
idealis, i) concursus realis, j) perbuatan berlanjut, dan k) “lepas dari tuntutan hukum” versus
“bebas”.
Konsep-konsep ini akan dibahas secara singkat dan dimaksudkan untuk membantu
akuntan forensik yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan hukum. Dalam analisis
kasus, pembaca dapat melihat penerapan sebagian konsep-konsep ini.
Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188
ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khusus untuk
tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari :a) alat bukti lain yang berupa informasi yang
diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu; dan b) dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat
dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu
sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang
terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf,
tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.
Perampasan Harta Benda yang Disita, ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal 38
ayat 5 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang berbunyi sebagai berikut:
Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat bukti yang
cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindakan pidana korupsi maka hakim
atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yang telah disita. dan
penjelasannya yang berbunyi sebagai berikut: “Ketentuan dalam ayat ini, dimaksudkan pula
untuk menyelamatkan kekayaan Negara”. Karena orang itu telah meninggal dunia,
kesempatan baginya banding tidak ada. Setelah ia meninggal, pertanggungjawabannya
dibatasi sampai pada perampasan harta benda yang telah disita.
Pemidanaan secara in Absentia, pengalaman mengenai koruptor yang melarikan diri
atau tidak hadir dalam persidangan, diatasi dengan ketentuan mengenai pemidanaan secara in
absentia. Hal ini diatur dalam pasal 38 ayat 1, 2, 3, dan 4 Undang-Undang Pemberantasan
Tipikor.