Anda di halaman 1dari 6

MANAGEMAN BREATHING

5 Votes

1. DEFINISI

Pernafasan merupakan pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.

Breating merupakan suatu kesatuan dari proses oksigenasi dan ventilasi, tanpa oksigenasi yang
adequate ventilasi akan terganggu begitu juga bila tanpa ventilasi yang adequate maka oksigenasi akan
menjadi sia-sia.

2. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya gangguan pernapasan adalah:

 Edema lidah

 Sumbatam lidah

 Edema laryngeal

 Abses peritonsil

 Karsinoma leher

 Sekresi berlebih

 Gangguan serebral

 Trauma fasial, trauma tracheal dan laryngeal

 Aspirasi benda asing

 Luka baker leher

 Anaphilaktik

3. TANDA-TANDA BRETING / VENTILASI TERGANGGU

a. look (lihat)

– naik turunya dada simetris atau tidak


– pergerakan dinding dada adequate atau tidak

– asimetris menunjukan adanya splinting atau flail chest

b. listen (dengar)

lakukan dengan stetoskop untuk mendengarkan pergerakan udara pada kedua paru penurunan atau
tidak terdengarnya suara nafas pada satu atau kedua hemitorak

c. feel (raba)

merupakan tanda akan adanya cedera dada (pernapasan trauma).takipneu mungkin menunjukan
kekurangan oksigen.

menjamin terbukanya air way merupakan langkah penting pertama untuk pemberian oksigen pada
penderita.bila air way sudah terbuka, maka proses pernapasan yang terganggu akan menjadi penyebab
kematian yang potensial. Kecepatan pernapasan normal pada manusia adalah:

dewasa : 12 – 20 x/menit

anak : 15 – 30 x/menit

neonatus: 30 – 50 x/menit

Penilaian fungsi respirasi:

1. frekuensi

takipneu adalah manipestasi awal distress pernapasan, ini merupakan usaha konpensasi terhadap
proses akan terjadinya asidosis metabolic.frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi
pad ahipotermi, kelelahan dan depresi SSP, dan setiap penurunan frekuensi nafas dan ireguler
merupakan tanda perburukan keadaan klinik.

2. mekanik usaha pernapasan

 meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi dinding dada, keadaan ini
sering dijumpai pada obstruksi jalan nafas dan penyakit alveolar.

 anggukan kepala keatas (head bobbing), merintih (gunting),stridor, ekspirasi memanjang menandakan
telah terjadi gangguan mekanik usaha pernapasan.

3. warnakulit / membrane mukosa dan suhu


Pada keadaan perpusi jelek dan hipoksemia warna kulit tubuh terlihat berbecak (mottled),tanagn dan
kaki terlihat kelabu pucat dan teraba dingin

4. PENATALAKSANAAN KEGAWATAN

 Basic life support

Upaya ini merupakan tindakan dini kegawatan pada penderita diluar rumah sakit

Pembebasan jalan nafas

Bantuan pernapasan

Upaya perbaikan sirkulasi

 Bantuan pernapasan (breathing)

Perhatikan penderita bernapas dengan 3M

Melihat pergerakan dada dan perut

Mendengarkan ekspirasi dengan mendekatkan telinga pemeriksa kemulut atau kehidung penderita

Merasakan aliran udara ekspirasi

Bila tidak terdapat napas spontan lakukan pernapasan bantuan dengan cara :

 Bebaskan jalan napas

 Oksigenasi

Indikasi pemberian oksigen:

• Pada saat resusitasi jantung paru (RJP)

• Pada setiap penderita trauma berat

• Setiap penderita nyeri precordial/nyeri dada

• Gangguan paru (seperti astma,COPD)

• Gangguan jantung (seperti decomp cordis)

Cara pemberian oksigen:

o Nasal canul

Pemberian oksigen melalui nasal kanul tidak boleh melebihi 6 liter/menit.pemberian oksigen diatas itu
akan menyebabkan iritasi mukosa hidung dan tidak akan berguna untuk meningkatkan kadar O2
o Face mask (masker wajah)

Pemberian O 2 melalui face mask lebih baik dibandingkan dengan kanul hidung, karena konsentrasi O2
yang dihasilkan lebih tinggi pemberian ini harus 10-12 liter.

 Ventilasi

Bantuan ventilasi diberikan pada penderita yang tidak dapat bernapas spontan,pemberian nafas buatan
dapat dilakukan dengan cara :

o Mouth to mouth / mouth to nose

Harus menggunakan barier device sebagai perantara antara penolong dan penderita. Cara langsung
sudah ditinggalkan, karena berpotensi tinggi untuk menyebarkan penyakit (infeksi paru –
paru,HIV,hepatitis, dll).alat perantara tersebut mempunyai katup searah yang mencegah penolong
menelan gas ekspirasi maupun cairan dari penderita.

o Bag-valve-mask (@Ambubag)

Menggunakan kantung yang di pompa untuk memasukan udara kedalam paru-paru penderita.sumber
O2 langsung disambungkan kedalam bag,maka bila penderita menggunakan nasal kanul harus dilepas
selama mendapatkan bantuan nafas debgan ambubag.pemberian udara pernafasan juga tidak boleh
keras dan tiba-tiba, agar pintu esophagus tidak terangsang , sehingga tidak terjadi regurgitasi isi
lambung.penderita juga harus diberi kesempatan untuk melakukan ekspirasi, maka penderita tidak
sadar/ pernafasan spontan hilang, ritme yang terbaik adalah mengikuti irama nafas penolong sendiri.

 Resusitasi jantung paru

Bila tidak bernapas spontan berikan pernapasan buatan dibantu dengan ambubag, bila tidak disertai
dengan kompresi dada / TB frekuensinya sesuai dengan frekuensi pernafasan normal 20-24 x /
menit.bila disertai dengan kompresi dada gunakan aturan 5x untuk kompresi dada dan 1kali untuk
ventilasi atau 15 kali untuk kompresi dada dan 2x untuk ventilasi bila dilakukan oleh 1 orang. Kompresi
dada dilakukan dengan kedua tangan penolong saling menumpu pada dada penderita 2 cm dari
proccesus xyphoideus hemitorak kiri dengan kekuatan kompresi pada bahu atau badan bagian atas
penolong. Posisi penolong sejajar dengan tubuh penderita bisa sisi kiri atau kanan.

Resusitasi ini bisa dikerjakan sendiri atau lebih bila dilakukan sendiri pergunakan hitungan 15:2, bila
dilakukan oleh 2 orang pergunakan hitungan 5:1. sedangkan bila penderita sudah menggunakan air way
definitive, frekuensi kompresi dada 80-100 x / menit, sedangkan frekuensi pernapasan atau ventilasi
disesuaikan dengan frekuensi pernapasan penolong 20-24x / menit.
 Mungkin diperlukan intubasi endrotakheal untuk mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka dan
untuk mempermudah ventilasi tekanan positip

 Trakheostomi dilakukan pada obstruksi jalan nafas bagian atas yang berat dan tidak dapat diatasi
dengan ventilasi

Pada penderita trauma thorak, kelainan – kelainan yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi berat
harus kita tangani segera mungkin agar proses ventilasi tidak terganggu

Share this:

TwitterFacebookReddit

Memuat...

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama*

E-mail*

Situs Web

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.


Lihat Situs Lengkap

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan

Anda mungkin juga menyukai