Anda di halaman 1dari 11

EFUSI PLEURA

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam

kavum pleura  diantara  pleura  parietalis  dan  pleura  viseralis  dapat berupa cairan

trans udara tau cairan eksudat (www.google.com).

Pleura   adalah   membrane   tipis   terdiri   dari   2   lapisan   yaitu   pleura

viseralis dan pleura parietalis.(Sudoyo, Aru W. 2011)

Efusi  pleura  adalah  istilah  yang  di  gunakan  bagi  penimbunan  cairan dalam

rongg apleura.(Price, 2009)

Efusi  pleura  adalah  adanya  cairan  yang  berlebih  dalam  rongga  pleura baik

transudat maupun eksudat.(Davey, 2010).

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi

dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat

berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2008).

B. ETIOLOGI

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,

eksudat dan hemoragis

1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),

sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava

superior, tumor, sindroma meig.

2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, infark

paru, radiasi, penyakit kolagen.

1
3. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,

tuberkulosis.

4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan

bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan

penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-

penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites,

infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

C. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.

Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura

parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan

osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan

bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,

bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra

pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 2005, 145).

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam

kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase

limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru

dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan

yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik

kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi

atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura,

yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma

dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 2011, 623-624).

2
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 2007) ) adalah

1. Sesak nafas

2. Nyeri dada

3. Kesulitan bernafas

4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi

5. Keletihan

6. Batuk

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya

sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan

melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

2. Ultrasonografi: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan

yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan

tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan

posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),

berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa

mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam

(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,

amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel

malignan, dan pH.

5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

3
F. PENATALAKSANAAN

1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta

dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung

kongestif, pneumonia, sirosis).

2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna

keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari

tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan

elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan

pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase

water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.

4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang

pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih

lanjut.

5. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,

bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

G. KOMPLIKASI

1. Pneumotoraks

2. Edema paru

3. pusing s/d shock neurogenik

4
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian .

1. Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,

iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.

Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari

posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya

dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >

250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang

tertinggal pada dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya

tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa

garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi

duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian

depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk

cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari

parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari

atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i –

e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar

suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis,

Mukty Abdol, 2011,79)

5
2. Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi

pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat

adanya kegagalan sistem transport O2.

3. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

a) Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc

tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa

penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan

pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma

kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral

dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang

memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 2009, 786-787).

b) Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan

melalui biopsi jalur percutaneus.Biopsi ini digunakan untuk mengetahui

adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy

tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).

c) Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara

lain :

4. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

6
Transudat Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl <3 >3

Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

Kadar LDH dalam effuse < 0,6 > 0,6

Berat jenis cairan effuse < 1,016 > 1,016

Rivalta Negatif Positif

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan

jugacairan pleura :

- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit

infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

- Kadar amilase.Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis

adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

5. Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

6. Perhitungan sel dan sitology

a). Leukosit 25.000 (mm3):empyema

b) Banyak Netrofil:pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

c) Banyak Limfosit:tuberculosis, limfoma, keganasan.

d) Eosinofil meningkat:emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur

7
e) Eritrosit:mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak

kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit

> 100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.

f) Misotel banyak:Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.

e) Sitologi:Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat ditemukan sel

ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat

mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 :

147,148)

7. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo

cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB

kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang

positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).

B. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi

pleura antara lain :

a. Ketidakefektifan pola pernafasan

b. Nyeri akut berhubungan

c. Gangguan pola tidur berhubungan

8
C. Perencanaan

NO NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTIONS


CLASSIFICATION CLASSIFICATION
(NOC) (NIC)
1 NOC: NIC:
❖ Respiratory status : Ventilation 1. Posisikan pasien untuk
❖Respiratory status : Airway patency memaksimalkan ventilasi
❖ Vital sign Status 2. Auskultasi suara nafas, catat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan adanya suara tambahan
selama 2x24jam pasien menunjukkan 3. Pertahankan jalan nafas yang
keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan paten
kriteria hasil: 4. Informasikan pada pasien dan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan keluarga tentang tehnik
suara nafas yang bersih, tidak ada relaksasi untuk memperbaiki
sianosis dan dyspneu (mampu pola nafas.
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
3. Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen Nyeri
selamaklien akan : Aktivitas Keperawatan:
 Tingkat Ketidaknyamanan 1. Observasi reaksi nonverbal
 Kontrol Nyeri dari ketidaknyamanan
 Tingkat Nyeri 2. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil :
lokasi, karakterisitik, durasi,
 Tidak ada gangguan tidur
frekuensi, kualitas dan faktor

9
 Tidak ada ekspresi menahan nyeri presipitasi.
dan ungkapan secara verbal. 3. Observasi TTV
 Tidak ada gangguan kosentrasi 4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis (relaksasi
napas dalam).
5. Kelola anti analgetik

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sleep Enchancement :


selama 3x24 jam perawatan gangguan 1. Determinasi efek-efek
pola tidur pasien dapat teratasi dengan medikasi terhadap pola tidur
kriteria hasil : 2. Jelaskan pentingnya tidur
- Jumlah jam tidur dalam batas normal ( yang adekuat
6-8 jam ) 3. Fasilitasi untuk
- Pola tidur, kualitas dalam batas normal mempertahankan aktivitas
- Perasaan segar/fresh sesudah sebelum tidur
tidur/istrhat 4. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
5. Atur posisi yang nyaman
saat tidur.
6. Monitor / catat kebutuhan
tidur klien setiap hari.
.

10
DAFTAR PUSTAKA

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2010.

Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan


pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 2009
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 2012

Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2.Media Aesculapius.FKUI.2008

Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 2011.

Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,
Ed8.Vol.1, Jakarta, EGC, 2010.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 2010.

Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan
evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 2011.

11

Anda mungkin juga menyukai