Anda di halaman 1dari 3

Etnomedisin merupakan cabang ilmu antropologi medis yang membahas tentang asal

mula penyakit, sebab terjadinya dan cara pengobatan penyakit menurut kelompok
tertentu.

Terdapat 2 (dua) konsep besar dalam studi etnomedisin yaitu Medis Personalistik dan
Medis Naturalistik.

Medis personalistik merupakan konsep dimana penyakit disebabkan oleh intervensi


dari agen aktif yang mana dapat berupa makhluk supranatural (gaib dan dewa),
makhluk bukan manusia (roh ataupun hantu) dan manusia (saman dan ahli tenung).

Medis naturalistik merupakan konsep dimana penyakit dapat dijelaskan secara


sistemik yang maksudnya adalah penyakit dapat terjadi karena ketidakseimbangan
unsur-unsur didalam tubuh ataupun lingkungan.

~~~~

Bila ingin mengembangkan etnomedisin, akan lebih memungkinkan apabila prodi


farmasi memandangnya dari konsep medis naturalistik, karena pada konsep ini
penyakit yang terjadi biasanya dilakukan pengobatannya menggunakan bahan-bahan
dari tumbuhan dan hewan tidak seperti medik personalistik yang menggunakan mantra
dan djampi dalam pengobatan.

Berawal dari konsep medis naturalistik pada studi etnomedisin, prodi farmasi dapat
melakukan pemahaman terhadap pengobatan pada sudut pandang masyarakat lokal
(emik) dan melakukan pembuktian ilmiah dari hal tersebut (etik).

Dengan dasar medis naturalistik dari etnomedisin ada 2 jenis pengembangan yang
dapat dilakukan program studi farmasi yaitu studi klinis ramuan yang digunakan
masyarakat lokal dan melakukan penelusuran senyawa kimia baik dari tumbuhan
maupun hewan yang memiliki efek farmakologi tertentu.
Jika prodi farmasi menginginkan pengembangan kearah 2 hal tersebut maka dalam
kurikulum haruslah terdapat bahan kajian :

1. Anatomi dan fisiologi tumbuhan


2. Bahan obat awal (simplisia dan ekstrak)
3. Kandungan kimia bahan obat alam
4. Biosintesis dan penggolongan senyawa bahan alam
5. Variabilitas kandungan kimia dalam bahan obat
6. Standardisasi bahan obat alam
7. Penapisan kimia bahan obat alam
8. Teknik fraksinasi dan isolasi senyawa bahan alam
9. Teknik elusidasi struktur senyawa bahan alam
10. Uji farmakologi dan mikrobiologi bahan obat (ekstrak, fraksi dan senyawa murni)
11. Produksi senyawa kimia menggunakan teknik biomolekuler
12. Penggunaan bahan alam dalam terapi penyakit
13. Interaksi senyawa bahan alam dan obat konvensional

Dari bahan kajian tersebut maka akan muncul 2 struktur kurikulum :

 Biologi sel  Botani Farmasi  Farmakognosi  Fitokimia  Teknologi


Fitofarmasetika  Fitoterapi (etnomedisin)

 Biologi sel  Mikrobiologi  Biologi Molekuler  Bioteknologi  Fermentasi

Dari struktur kurikulum saat ini, mungkin akan feasible bila matkul biologi sel
dikurangkan dan dilakukan penambahan untuk teknologi fitofarmasetika dan
fermentasi

Untuk standardisasi bahan alam masih sebagai pilihan, namun kajian tersebut akan
disinggung pada matkul farmakognosi dan fitokimia.

Anda mungkin juga menyukai