Anda di halaman 1dari 14

TUGAS LITERATURE REVIEW

“FAKTOR RESIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS 2”

Dosen Pengampu:

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Etia Zaria Amna (G1B118007)
Rachel Arga Mutiara (G1B118008)
Nur Ayu Hijratun Nikmah (G1B118011)
Rani Alfiyyah Az-Zahra (G1B118012)
Intan Syafika (G1B118013)
Rivi Maldanurman Putri (G1B118014)
Mori Fajar Jauhary (G1B118058)
Nurul Mellinia Ramadana (G1B118059)
Alda Afrilla Gani (G1B118060)
Fajar (G1B118061)
Angel Devania Diwarman (G1B118062)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
FAKTOR RESIKO KEJADI DIABETES MELITUS TIPE 2

(LITERATURE REVIEW)

Abstrak

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes
menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Pasien Diabetes Mellitus dapat
hidup normal dengan mengendalikan faktor risiko. Data dari studi global menunjukkan
bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta
orang di dunia (IDF, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya Jakarta Barat
merupakan salah satu kota dengan angka prevalensi DM yang tinggi, yaitu 1,9%
(Balitbangkes,2008). Prevalensi DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Purwodiningratan pada tahun 2014 (7,48%) lebih tinggi dibanding dengan prevalensi
pada tahun 2012 (4,08%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko
Diabetes Mellitus tipe dua.

PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula
darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena
menurunnya jumlah insulin dari pankreas (ADA, 2012). Ada beberapa jenis Diabetes
Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus
Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang
paling banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM
Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gulah darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
(resistensi insulin) (Depkes, 2005).
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit
yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren,
infeksi paruparu, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,
penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi
pembusukan (Depkes,2005).
Menurut Kemenkes RI (2013), diabetes disebabkan oleh pola makan atau nutrisi,
kebiasaan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan stres. Prevalensi diabetes di Indonesia
pada tahun 2013 adalah 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan prevalensi
pada tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan
prevalensi DM yang cukup berarti. Prevalensi tertinggi diabetes pada umur ≥15 tahun
menurut diagnosis dokter atau gejala adalah di Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%),
kemudian disusul Sulawesi Utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%), sedangkan
Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke-21 mengalami peningkatan prevalensi
sebesar 1,2% pada tahun 2007 menjadi 1,9% pada tahun 2013.
Berdasarkan analisis data Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan oleh Irawan,
didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 45 tahun
sebesar 12,41%. Analisis ini juga menunjukan bahwa terdapat hubungan kejadian DM
dengan faktor risikonya yaitu jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh,
lingkar pinggang, dan umur.
Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat
diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2
bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor
resiko (Kemenkes, 2010). Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2,
dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor risiko yang
dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000).
Faktor risiko kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe dua antara lain usia,
aktifitas fisik, terpapar asap, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya
hidup, adanya riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan, riwayat
ketidaknormalan glukosa dan kelainan lainnya (Morton et al, 2012; Koes Irianto 2012;
De Graaf et al, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012) menyatakan
bahwa riwayat keluarga, aktifitas fisik, umur, stres, tekanan darah serta nilai kolesterol
berhubungan dengan terjadinya DM tipe dua, dan orang yang memiliki berat badan
dengan tingkat obesitas berisiko 7,14 kali terkena penyakit DM tipe dua jika
dibandingkan dengan orang yang berada pada berat badan ideal atau normal.
HASIL LITERATURE REVIEW
No. Judul Peniliti Nama dan Latar belakang Sampel Metode Hasil Kelebihan Kekurang
identitas an
jurnal

1. Faktor Shara Jurnal Diabetes Melitus (DM) merupakan 50 Cross Hasil penelitian Penelitian Penelitian
Risiko Kurnia Ilmiah salah satu masalah kesehatan yang respond Sectional menunjukkan umur, yang ini tidak
Kejadian Trisnaa Kesehatan, besar. Data dari studi global en riwayat keluarga, disajikan di ditemukan
Diabetes ti 5(1); Jan menunjukkan bahwa jumlah aktfivitas fisik, dalam jurnal adanya
Melitus 2013 penderita Diabetes Melitus pada tekanan darah, stres baik dari penutup
Tipe II di Soedijo tahun 2011 telah mencapai 366 juta dan kadar kolestrol pendahuluan, maupun
Puskesmas no orang di dunia (IDF, 2011). Di berhubungan dengan metode, hasil saran
Kecamatan Setyor Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya kejaidan DM Tipe 2. penelitian diakhir
Cengkareng ogo Jakarta Barat merupakan salah satu Variabel yang sangat serta jurnal.
Jakarta kota dengan angka prevalensi DM memiliki hubungan pembahasan
Barat yang tinggi, yaitu 1,9% dengan kejadian DM dijabarkan
Tahun 2012 (Balitbangkes,2008). Tujuan Tipe 2 adalah Indekx dengan
penelitian ini adalah untuk Massa Tubuh (p bahasa yang
mengetahui faktor-faktor yang 0,006 OR 0,14; 95% jelas, mudah
berhubungan dengan kejadian DM CI 0,037-0,524). dipahami.Has
Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Orang yang il penelitian
Cengkareng , Jakarta Barat. memiliki obesitas yang
Penelitian ini menggunakan lebih berisiko7,14 disajikan
pendekatan kuantitatif dengan kali untuk menderita dalam jurnal
desain cross sectional. Sampel DMTipe 2 lengkap
penelitian ini sebanyak 50 dibandingkan berdasarkan
responden pasien DM yang berobat dengan orang yang variabel yang
di Puskesmas Kecamatan tidak obesitas. diamati
Cengkareng, didapatkan 50 sampel. memiliki
Hasil penelitian menunjukkan hubungan
umur, riwayat keluarga, aktfivitas yang
fisik, tekanan darah, stres dan kadar signifikan
kolestrol berhubungan dengan dengan
kejadian DM Tipe 2. Variabel yang kejadian
sangat memiliki hubungan dengan Diabetes
kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Mellitus Tipe
Massa Tubuh (p 0,006 OR 0,14; 2
95% CI 0,037-0,524). Orang yang
memiliki obesitas lebih berisiko
7,14 kali untuk menderita DM Tipe
2 dibandingkan dengan orang yang
tidak obesitas.
2. Faktor Wahyu Mahasiswa Menurut Kemenkes RI (2013), 40 Fixed Berdasarkan hasil Penelitian Kekuranga
Risiko Ratri Program diabetes disebabkan oleh pola respond Disease wawancara yang n
Kejadian Sukma Studi makan atau nutrisi, kebiasaan tidak en Samplin menggunakan disajikan di penelitian
Diabetes ningsih, Kesehatan sehat, kurang aktivitas fisik, dan g instrumen kuesioner dalam jurnal ini yaitu
Melitus Heru Masyarakat, stres. Prevalensi diabetes di yang telah dilakukan ini tidak
Tipe II di Subaris Fakultas Indonesia pada tahun 2013 adalah kepada responden memaparkan menyebutk
wilayah Kasjon Ilmu 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi sebanyak 40 orang secara baik an dengan
kerja o, Kesehatan, dibanding dengan prevalensi pada pada kelompok dan jelas dari jelas
puskesmas Kusum Universitas tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 kasus dan 80 orang pendahuluan, berapa
purwodini a Estu Muhammad provinsi (93,9%) menunjukkan pada kelompok metode, hasil saja
gratan Werdan iyah kenaikan prevalensi DM yang kontrol, maka dapat penelitian pembagian
surakarta i Surakarta, cukup berarti. Prevalensi tertinggi diketahui gambaran serta kelompok
wahyuratri1 diabetes pada umur ≥15 tahun karakteristik pembahasan yang harus
0@yahoo.c menurut diagnosis dokter atau responden yang dijabarkan di
omDosen gejala adalah di Provinsi Sulawesi meliputi umur, jenis dengan responden
Program Tengah (3,7%), kemudian disusul kelamin, pendidikan, bahasa yang
Studi Sulawesi Utara (3,6%) dan. pekerjaan, dan jelas, mudah
Kesehatan Sulawesi Selatan (3,4%),sedangkan penghasilan. dipahami
Masyarakat, Provinsi Jawa Tengah menempati Responden dalam Hasil
Fakultas urutan ke-21 mengalami penelitian ini adalah penelitian
Ilmu peningkatan prevalensi sebesar responden yang yang
Kesehatan, 1,2% pada tahun 2007 menjadi berumur lebih dari disajikan
Universitas 1,9% pada tahun 2013 45 tahun. Jenis dalam jurnal
Muhammad kelamin untuk lengkap
iyah kelompok kasus berdasarkan
Surakarta terbanyak yaitu variabel yang
perempuan sebanyak diamati
25 orang (62,5%) memiliki
dan untuk kelompok hubungan
kontrol terbanyak yang sangat
yaitu laki-laki signifikan
sebanyak 43 orang dengan
(53,8%). kejadian
Diabetes
Mellitus Tipe
2
3. Faktor Nur Jurnal Diabetes Mellitus (DM) kuantitati Hasil penelitian ini Penelitian ini Pada
risiko Isnaini, Keperawata merupakan penyakit yang f dengan menyatakan bahwa memaparkan penelitian
mempengar Ratnasa n dan disebabkan oleh gangguan desain faktor jenis kelamin secara jelas ini pada
uhi ri, Kebidanan metabolisme yang terjadi pada studi dengan nilai p=0,63 dan lengkap bagian
kejadian Departe Aisyiyah organ pankreas yang ditandai non- yang artinya nilai dari awal atau
Diabetes ment of ISSN 2477- dengan peningkatan gula darah eksperim tersebut tidak penelusuran abstrak
mellitus Nursing 8184 Vol atau sering disebut dengan kondisi ental, mempengaruhi jurnal yang di kurang
tipe dua , 14, No.1, hiperglikemia yang disebabkan atau juga secara signifikan review. memapark
Faculty Juni 2018, karena menurunnya jumlah insulin bisa terhadap kejadian an dari
of pp.59-68 dari pankreas (ADA, 2012). disebut DM. Hasil tersebut materi
Health Kejadian penyakit DM yang dengan bertentangan dengan yang di
Science paling sering terjadi di observasi pendapat yang review kan
, masyarakat adalah DM tipe dua. onal, menyebutkan bahwa seperti
Univers Kasus pada tahun 2013, menggun perempuan lebih metode,ha
itas prevalensi DM di dunia adalah akan berpeluang untuk sil dan
Muham sebesar 8,4% dari populasi desain terjadi DM kesimpula
madiya penduduk dunia. Faktor risiko penelitia dibandingkan laki n dari
h kejadian penyakit Diabetes Mellitus n cross- laki dengan alasan penelitian
Purwok tipe dua antara lain usia, aktifitas sectional. faktor hormonal dan ini.
erto fisik, terpapar asap, indeks massa Cross- metabolisme, bahwa
Jawa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, sectional perempuan
Tengah gaya hidup, adanya riwayat mengalami siklus
Indones keluarga, kolesterol HDL, bulanan dan
ia trigliserida, DM kehamilan, riwayat menopouse yang
ketidaknormalan glukosa dan berkontribusi
kelainan lainnya (Morton et al, membuat distribusi
2012; Koes Irianto 2012; De Graaf peningkatan jumlah
et al, 2016). Prevalensi Diabetes lemak tubuh menjadi
Mellitus yang mengalami sangat mudah
peningkatan kejadian akan terakumulasi akibat
berdampak pada peningkatan proses tersebut
jumlah penderita dan kejadian sehingga perempuan
kematian yang disebabkan karena lebih berisiko
penyakit Diabetes Melitus dan terkena penyakit
komplikasi dari DM itu sendiri. DM tipe dua
Dampak peningkatan kejadian (Irawan, 2010).
akibat DM menyebabkan Jumlah
peningkatan pembiayaan dan perbandingan antara
perawatan yang diperkirakan untuk komposisi berupa
biaya perawatan dengan standar estradiol akan
minimal rawat jalan di Indonesia membuat gen
sebanyak 1,5 milyar rupiah dalam Estrogen Reseptor
satu hari atau jika diakumulasikan (ER) dan Estradiol
sebanyak 500 milyar rupiah dalam Reseptor (ER)
satu tahun. Dengan estimasi teraktivasi, hal
tersebut maka dibutuhkan adanya tersebut
usaha untuk penanganan dan menyebabkan proses
pencegahan terhadap kejadian DM. metabolisme akan
Salah satu upaya untuk penanganan bekerja dan kedua
dan pencegahan timbulnya kejadian gen tersebut akan
peningkatan DM adalah dengan berkoordinasi dalam
masyarakat mengetahui dan paham sensitivitas insulin
akan faktor risiko yang secara dan peningkatan
langsung maupun tidak langsung ambilan glukosa
dapat menyebabkan munculnya dalam darah. Sejalan
penyakit DM. Berdasarkan data dengan
prevalensi, Puskesmas I Wangon meningkatnya usia
dengan peringkat kedua setelah manusia maka
Puskesmas 2 Sumbang sebanyak hormon estrogen
236 penderita Diabetes Mellitus. akan mengalami
Data dari bulan Januari sampai penurunan dalam
Oktober tahun 2015 berjumlah 193 tubuh perempuan.
jiwa yang menderita DM dengan Aktivasi dari
kunjungan setiap bulannya rata-rata ekspresi gen ER dan
50 pasien dari jumlah penduduk ER yang kondisi ini
55.235 jiwa (Profil Puskesmas I menyebabkan
Wangon, 2015). Faktor-faktor yang sensitivitas insulin
menjadi penyebab terjadinya dan pengambilan
Diabetes Mellitus di wilayah kerja gula juga akan
Puskesmas I Wangon belum turun, sehingga
diketahui dan belum pernah gula akan
dilakukan penelitian, berdasarkan menumpuk dalam
latar belakang tersebut maka bentuk lemak
penelitian ini sangat perlu dalam tubuh yang
dilakukan terhadap masyarakat di dapat mengakibatkan
Puskesmas I Wangon. obesitas.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian DM Tipe 2,
prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih
berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan
indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi
akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus
tipe2 (Irawan, 2010).
Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia
lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan
intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan
sel β pancreas dalam memproduksi insulin (Sunjaya, 2009). Faktor usia mempengaruhi
penurunan pada semua sistem tubuh, tidak terkecuali sistem endokrin. Penambahan usia
menyebabkan kondisi resistensi pada insulin yang berakibat tidak stabilnya level gula
darah sehingga banyaknya kejadian DM salah satu diantaranya adalah karena faktor
penambahan usia yang secara degenerative menyebabkan penurunan fungsi tubuh.
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Diabetes
Melitus Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki
banyak pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut oarang
akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010)
Orang dengan latar belakang keluarga yang memiliki satu atau lebih anggota
keluarga dengan ibu, ayah ataupun keluarga yang terkena DM akan mempunyai peluang
kejadian 2 sampai 6 kali lebih besar berpeluang terjadi diabetes dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki keturunan penyakit DM (CDC, 2011). Orang dengan
keluarga berketurunan DM berisiko jika akan terkena di usia lanjut, karena para ahli
percaya bahwa peluang terkena penyakit DM akan lebih besar jika orangtuanya juga
menderita penyakit Diabetes Mellitus (ADA, 2012).
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi
energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin
meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang
berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun
dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah
glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes,2010)
Adanya pengaruh indek masa tubuh terhadap diabetes mellitus ini disebabkan
oleh kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan lemak
yang merupakan factor risiko dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya
Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan
menurunkan translokasi transporter glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan
terjadinya resistensi insulinpada jaringan otot dan adipose (Teixeria-Lemos dkk,2011).
Berdasarkan analisis hubungan antara stres dengan kejadian DM Tipe 2
didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres dengan kejadian DM Tipe
2. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andi di Rumah Sakit Umum Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Makasar. Orang yang mengalami stres memiliki risiko 1,67 kali
untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stres
(Andi dkk,2007).
Adanya peningkatan risiko diabetes pada kondisi stres disebabkan oleh produksi
hormone kortisol secara berlebihan saat seseorang mengalami stres. Produksi kortisol
yang berlebih ini akan mengakibatkan sulit tidur, depresi, tekanan darah merosot, yang
kemudian akan membuat individu tersebut menjadi lemas, dan nafsu makan berlebih.
Oleh karena itu, ahli nutrisi biologis Shawn Talbott menjelaskan bahwa pada umumnya
orang yang mengalami stres panjang juga akan mempunyai kecenderungan berat badan
yang berlebih, yang merupakan salah satu faktor risiko diabetes melitus (Siagian,2012).
Kadar kolestrol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM Tipe 2. Kadar
kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi
lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang
akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 (Kemenkes, 2010)

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari rata-rata hasil penelitian ini bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Diabetes Millitus Tipe 2 adalah variabel umur, riwayat
DM keluarga, pola makan tidak sehat, aktivitas fisik, Indeks Masa Tubuh, kadar
kolestrol, merokok dan stres. Faktor resiko berdasarkan penelitian yang dominan
kejadian Diabetes Millitus Tipe 2 rata-rata di antaranya adalah riwayat DM keluarga,
Indeks Masa Tubuh, pola makan tidak sehat, dam faktor umur.

SARAN

Dengan mengetahui faktor risiko penyakit Diabetus Mellitus diharapkan


masyarakat dapat melakukan langkah langkah antisipasi berupa pencegahan agar
kejadian DM ini dapat diminimalkan. Saran utama untuk responden penderita DM
adalah mematuhi pilar DM dengan mencari tahu informasi tentang DM, kontrol gula
darah secara rutin, terapi nutrisi dan konsumsi obat secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 35 (1),
(care.diabetesjournals.org)
Adi, O dkk. 1994. Prevalens Diabetes Melitus dan Faktorfaktor yang Berkaitan
Dikalangan penduduk Bukit Badong. Buletin Kesehatan Masyarakat. jilid 1. Bil
1.
Alfiyah, Sri Widyati. 2010. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Penyakit Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. Tesis Universitas Negeri Semarang
[http://lib.unnes.ac.id/6373/] diunduh pada 17 Februari 2012 pukul 16.20 WIB]

Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Arisman. (2011). Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus, dan Dislipidemia
(Konsep, Teori, dan Penanganan Aplikatif). Jakarta: EGC.

Azwar A. (1999). Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara


Bryer, M. (2012). 100 Tanya Jawab Mengenai Diabetes. Jakarta Barat: PT Indeks.

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

CDC. (2011). Family History as a Tool for Detecting Children at Risk for Diabetes and
Cardiovascular Disease
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2012). Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Surakarta. (2014). Profil Kesehatan Kota Surakarta 2014. Surakarta:
Dinas Kesehatan Surakarta.

Fitrania, F. (2008). Gambaran Epidemiologi Kejadian Hiperglikemia dan Faktor-faktor


yang Mempengaruhinya pada Jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam Wilayah
Jakarta. [Skripisi]. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis
Universitas Indonesia.
Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular danTidak Menular.
Bandung:Alfabeta.
Kementerian Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Melitus.
Sanjaya, I Nyoman. 2006. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor
Risiko Diabetes Melitus Tipe II di Tabanan
Soegono, Sidartawan. 2008. Hidup Secara Mandiri dengan: Diabetes Mellitus, Kencing
Manis, Sakit Gula. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Teixeria-Lemos, dkk. 2011. Regular physical exercise training assists in preventing


Type 2 diabetes development: focus on its antioxidant and anti-inflammantory
properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology 10: 1-15

Anda mungkin juga menyukai