K
arakteristik lahan adalah sifat lahan yang bisa diukur atau diestimasi
(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/evaluasi_lahan.php : 2 Mei 2012, 6.52 WIB). Menurut
Arsyad (Hartadi, 2009:10), karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat
diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan
struktur tanah. Karakteristik lahan menentukan kualitas lahan dan pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu.
Seperti yang diamanatkan pada Pasal 33 Undang-undang nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, penatagunaan tanah merupakan salah satu aspek yang harus
dikembangkan dalam pemanfaatan ruang dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada
rencana tata ruang. Berdasarkan hal tersebut di atas, karakteristik lahan yang akan
dibahas pada modul ini adalah karakteristik lahan yang terkait dengan perencanaan tata
ruang. Menurut Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta
Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.20/Prt/M/2007), analisis kondisi lahan merupakan salah satu tahapan yang
diperlukan dalam penyusunan rencana tata ruang. Untuk menilai kondisi lahan tersebut,
ada tiga aspek yang ditinjau, yaitu aspek fisik dan lingkungan, aspek ekonomi dan aspek
sosial-budaya. Selanjutnya, ketiga aspek tersebut akan digunakan sebagai pendekatan
dalam membahas karakteristik lahan bagi penatagunaan lahan Pembahasan terdiri atas
tiga bagian, yaitu karakteristik lahan yang terkait dengan (i) Aspek Fisik dan Lingkungan,
dan (ii) Aspek Ekonomi dan (iii) Sosial-Budaya. Setelah mempelajari modul ini, secara
umum diharapkan mahasiswa dapat :
1.1
Judul Mata Kuliah
2
KODE MK/NO. MODUL
Kegiatan Belajar 1
Klimatologi :
Secara umum, iklim adalah cuaca rata rata di daerah yang luas dalam jangka waktu
panjang (kira-kira 30 tahun). Untuk mendapatkan gambaran iklim suatu daerah dengan
tepat tidak cukup hanya memperhatikan unsur-unsur cuaca rata rata saja, tetapi harus
diperhatikan juga perubahannya sepanjang waktu. Data iklim diperoleh berdasarkan hasil
pengamatan pada stasiun pengamat di wilayah yang bersangkutan dan/atau daerah
1.3
Judul Mata Kuliah
sekitarnya, meliputi : curah hujan, hari hujan, intensitas hujan, temperatur rata-rata,
kelembaban relatif, kecepatan dan arah angin dan lama penyinaran (durasi) matahari.
Karakteristik iklim digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian iklim bagi suatu
penggunaan lahan. Salah satu data iklim yang paling mempengaruhi kondisi lahan adalah
hujan. Hujan memegang peranan penting dalam erosi tanah melalui tenaga pelepasan dari
pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah. Karakteristik hujan yang paling
berpengaruh adalah intensitas curah hujan. Jika intensitas hujan tinggi maka erosi tanah
yang terjadi akan cenderung tinggi dan jika intensitas hujan rendah maka erosi tanah
yang terjadi akan cenderung rendah (Dwi S, 2010: 19). Dengan demikian, karakteristik
intensitas hujan merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam mengindikasikan
daerah rawan longsor. Di bawah ini diuraikan beberapa contoh pertimbangan
karakteristik iklim dalam penatagunaan lahan :
Curah hujan, baik intensitas maupun hari hujan, bermanfaat dalam menilai
ketersediaan air yang dibutuhkan dalam kehidupan baik bagi penduduk maupun
tanaman. Penggunaan lahan perkebunan sebaiknya direncanakan pada daerah-daerah
yang memiliki curah hujan tinggi. Misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap
bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk
sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah
100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk
membudidayakan padi sawah selama satu musim.
Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya. Bagi tanaman, suhu
udara berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhannya. Sebagai contoh, tanaman kina
dan kopi, misalnya, menyukai suhu rendah. Dengan demikian, tanaman kina dan
kopi cocok bila ditanam pada daerah dataran tinggi. Sebaliknya karet, kelapa sawit
dan kelapa sesuai untuk dataran rendah.
Orientasi terhadap matahari, kedudukan lahan terhadap lintasan matahari. cukup
mempengaruhi kenyamanan penghuni dalam menerima sinar dan panas matahari.
Lahan perumahan yang menghadap Utara-Selatan dapat menghindari panas matahari
yang berlebihan, dari arah timur pada pagi hari dan barat pada siang hari (Sastra dan
Endy Marlina dalam Hartadi, 2009 : 32). Dalam penatagunaan lahan permukiman,
4
KODE MK/NO. MODUL
kedudukan lahan terhadap lintasan matahari dapat merupakan salah satu dasar
pertimbangan.
Orientasi terhadap angin, sebagaimana pengaruh matahari terhadap lahan
perumahan, arah dan kecepatan angin juga dapat menjadi bahan pertimbangan.
Angin barat yang biasanya bertiup dengan kencang sebaiknya dihindari secara
langsung. Terutama wilayah tepi pantai yang langsung berhadapan dengan lautan
dan menghadap ke arah barat. Lahan perumahan yang tidak menghadap ke barat
dapat mengurangi pengaruh angin tersebut (Hartadi, 2009 : 33).
Data klimatologi ini dapat diperoleh pada stasiun meteorologi dan geofisika di
wilayah dan/atau kawasan atau daerah sekitarnya yang terdekat, atau pada kabupaten
dalam bentuk laporan, atau dapat juga diperoleh pada Badan Meteorologi dan Geofisika
Pusat di Jakarta. Klasifikasi intensitas hujan rata-rata menurut SK Menteri Pertanian No
837/Kpts/Um/11/1980, dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Rata-Rata
Kelas Intensitas Hujan Klasifikasi Nilai Skor
Intensitas (mm/hr hujan)
Hujan
I 00,0-13,6 Sangat rendah 10
II 13,6-20,7 Rendah 20
III 20,7-27,7 Sedang 30
IV 27,7-34,8 Tinggi 40
Topografi :
Secara umum, topografi adalah bentuk permukaan bumi. Dalam pengertian yang
lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi
dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Karakteristik
1.5
Judul Mata Kuliah
topografi umumnya disajikan dalam bentuk peta. Peta topografi berisikan informasi
tentang semua benda yang tidak bergerak yang terdapat di atas muka bumi, baik benda-
benda alam maupun benda-benda budaya (lihat modul 8 tentang Karakteristik
Data/Informasi Keruangan). Peta topografi dapat diperoleh antara lain pada instansi
Badan Survei dan Pemetaan Nasional, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat
Topografi Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait lainnya. Salah satu
karakteristik topografi yang sangat penting sebagai pijakan dalam penatagunaan tanah
adalah kemiringan lereng/lahan.
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan
lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada
umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (o) (Hartadi, 2009:50). Klasifikasi
kemiringan lahan menurut SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980, dapat di lihat pada
Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2
Klasifikasi Kemiringan Lahan
No Kemiringan lahan Deskripsi
1 0% - 8% Datar
2 8% - 15% Landai
3 15% - 25% Agak Curam
4 25% - 45% Curam
5 45% atau lebih Sangat Curam
Sumber : SK Mentan Nomor No. 837/KPTS/Um/11/1980
6
KODE MK/NO. MODUL
Kemiringan lereng atau topografi suatu kawasan akan ikut berpengaruh terhadap
peruntukan lahan seperti sistem perencanaan jaringan jalan, sistem pengaliran
jaringan drainase dan utilitas lainnya, peletakan bangunan-bangunan, dan aspek
visual.
Penentuan peruntukan banyak ditentukan oleh kelas lereng, misalnya peruntukan
perumahan ditempatkan pada lereng 0-15%, sementara perkebunan dan hutan pada
kelas lereng 15%-40%.
Geologi :
Geologi adalah ilmu yang mempelajari kebumian. Hal ini termasuk ilmu yang
mempelajari semua jenis batuan dan pembentukan mereka baik secara fisika dan kimia,
serta menafsirkan hubungan mereka dan distribusi dalam hubungan ruang dan waktu.
(http://www.gc.itb.ac.id/?page_id=10 : 10 Mei : 6.38). Dengan demikian, karakteristik
geologi menginformasikan diantaranya tentang jenis batuan yang ada dipermukaan bumi
dan proses terbentuknya. Salah satu bentuk hasil studi ilmu geografi adalah Peta Geologi.
Untuk keperluan penatagunaan lahan, informasi geologi biasanya disajikan dalam bentuk
peta. Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi
suatudaerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala, pada umumnya
berskala 1:250.000.
Peta geologi dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik. Peta
geologi sistematik adalah peta geologi yang menyajikan data dasar geologi, sedangkan
peta geologi tematik adalah peta geologi yang menyajikan data geologi untuk tujuan
tertentu, misalnya peta geologi teknik, peta geologi kuarter (Badan Standardisasi
Nasional (BSN), 1998). Untuk keperluan penataan penggunaan lahan, peta geologi yang
dibutuhkan adalah peta geologi tematik. Peta geologi diterbitkan oleh instansi pemerintah
atau badan usaha yang ditunjuk pemerintah. Instansi yang berwenang menerbitkan peta
geologi sistematik adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (disingkat P3G),
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan
Energi Republik Indonesia.
Tidak terlepas dari hal di atas, kondisi geologi yang berpengaruh terhadap
penggunaan suatu lahan, antara lain :
1.7
Judul Mata Kuliah
Hubungan antara keadaan geologi dengan penggunaan lahan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3
Hubungan Antara Keadaan Geologi Dengan Penggunaan Lahan
Salah satu kondisi geologi yang berada dipermukaan bumi adalah tanah. Tanah
secara geologi merupakan hasil pelapukan batuan yang ada di permukan bumi.
Sedangkan secara fisik, tanah terdiri dari partikel mineral dan organik dengan berbagai
ukuran dan komposisi. Diantara partikel tersebur terdapat pori-pori yang berisi air dan
8
KODE MK/NO. MODUL
udara dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Secara umum, sifat-sifat tanah
dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu (Dwi S. 2010:25) :
a) Alluvial :
Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis kandungan bahan organic berubah
secara tidak teratur terhadap kedalaman. Kandungan pasir kurang dari 60%.
b) Andosol :
Tanah-tanah pada umumnya berwarna hitam, kerapatan limak (bulk density) kurang
dari 0,85 gr/cm3, banyak mengandung bahan amorf ata lebih dari 60% terdiri dari
abu vulkanik vitrik, cinders atau bahan proklastik lain.
c) Grumosol :
Tanah dengan kadar liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan mengerut. Kalau
musim kering tanah keras dan retak-retak dan pada kondisi basah lengket
(mengembang)
d) Latosol :
Tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah
seragam, solum dalam >150 cm
e) Litosol :
Tanah mineral dengan ketebalan 20 cm atau kurang. Dibawahnya terdapat batuan
keras yang padu.
f) Mediteran :
Tanah dengan horizon penimbunan liat (horizon argilik) dan kejenuhan basa lebih
dari 50%.
g) Organosol :
Tanah organic (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.
h) Planosol : tanah dengan horizon albik yang terletak di atas horizon argilik atau natrik
yang mempunyai permeabilitas rendah dimana memperlihatkan perubahan tekstur
yang nyata.
i) Podsol :
Tanah dengan horizon penimbunan besi, alumunium oksida dan bahan organic.
j) Podsolik :
1.9
Judul Mata Kuliah
Tanah dengan penimbunan liat dan kejenuhan basa kurang dari 50% tidak horizon
albik.
k) Regosol :
Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%.
Karakteristik tanah menentukan daya dukung terhadap beban di atasnya. Dari jenis
tanah dapat diketahui kepekaan terhadap erosi, ukuran butiran tanah dan angka pori.
Semakin beragam ukuran butiran tanah atau bergradasi baik, semakin tinggi daya
dukungnya. Semakin tinggi angka pori atau permeabilitasnya, semakin tinggi
penyerapan airnya sehingga penyimpanan air tanah akan semakin banyak. Kaitan antara
antara jenis tanah dan kepekaan terhadap erosi dapat di lihat pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4
Hubungan Antara Jenis Tanah dan Kepekaan Terhadap Erosi
Kelas Jenis Tanah Kepekaan
Tanah terhadap Erosi
1 Aluvial, Tanah Glei Planosol Tidak Peka
Hidromorf Kelabu, Literita
Air Tanah
2 Latosol Agak Peka
3 Brown Forest Soil, Non Kurang Peka
Calcis Brown, Mediteran
4 Andosol, Laterit, Grumosol, Peka
Podsol, Podsolik
5 Regosol, Litosol, Sangat Peka
Organosol, Renzina
Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980
tentang Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung
Hidrologi :
Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata air yang ada, baik di
permukaan maupun di dalam tanah/bumi. Tata air yang berada di permukaan tanah dapat
berbentuk badan-badan air terbuka seperti sungai, kanal, danau/situ, mata air, dan laut.
Sedangkan tata air yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat berbentuk aliran air
tanah atau pun sungai bawah tanah. Data tata air diperlukan untuk dapat melihat dan
memperkirakan ketersediaan air untuk suatu wilayah. Informasi yang dibutuhkan dari
10
KODE MK/NO. MODUL
data hidrologi ini adalah kuantitas dan kualitas air yang ada. Data kuantitas air terkait
dengan pola dan arah aliran serta debit air yang ada dari masing-masing badan air.
Sedangkan data kualitas air terkait dengan mutu air (dilihat dari sifat fisik, kimia dan
biologi). Data kualitas air biasanya sukar didapat karena harus melakukan pengambilan
data primer/pengamatan langsung. Data sekunder biasanya didapat dari instansi yang
terkait dengan lingkungan dan PAM. Data umum hidrologi yang biasa tersedia adalah
peta lokasi badan air (sungai, danau, laut) yang dapat dilihat dari peta rupabumi. Dari
peta ini biasanya bisa didapat informasi wilayah sungai dan daerah aliran sungai,
termasuk pola dan arah alirannya. Dari uraian di atas, secara umum, informasi hidrologi
yang diperlukan dalam penatagunaan lahan adalah (Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kemeterian Pekerjaan Umum, Desember 2008) :
Informasi kondisi air permukaan. Air permukaan adalah air yang muncul atau
mengalir di permukaan seperti: mata air, danau, sungai, dan rawa. Informasi kondisi
air permukaan dapat diperoleh dari peta hidrologi yang dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional.
Informasi kondisi air tanah. Air tanah terdiri atas air tanah dangkal dan air tanah
dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat
sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk mengetahui potensi
air tanah ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk. Sedangkan untuk
mengetahui mutunya dapat diperoleh dari hasil pengujian mutu air laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang memerlukan teknologi tambahan
untuk pengadaannya. Kondisi air tanah dalam dapat diperoleh dari penelitian hidro-
geologi baik yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun instansi lainnya
yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Departemen Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Perguruan Tinggi.
Penatagunaan lahan yang bijaksana, yang dilakukan berdasarkan atas asas kemanfaatan,
keseimbangan, dan kelestarian dari sumberdaya air tanah, akan mendukung terhadap
keterlanjutan (sustainability) kualitas ruang. Dampak negatif yang mungkin terjadi
1.11
Judul Mata Kuliah
sebagai akibat pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana antara lain adanya penurunan
muka air tanah, pencemaran air tanah, dan amblesan tanah. Berikut ini salah satu contoh
arahan bagi penataan penggunaan lahan berdasarkan kondisi zona konservasi air di Kota
Bandung Provinsi Jawa Barat yang terletak di Pulau Jawa.
Tabel 5
Karakteristik Kondisi Air Tanah dan Arahan Penggunaannya
Zona
Konservasi
Karakteristik Wilayah Ketentuan Teknis
Air Tanah
12
KODE MK/NO. MODUL
Dari ke-5 zona konservasi air yang ada di Kota Bandung, tampak jelas bahwa
berdasarkan karakteristik kondisi air tanahnya, pada zona 4 tidak dapat dilakukan
pembangunan. Sedangkan pada zone II dan III masih dapat dilakukan pembangunan
dengan pengambilan air tanah pada kedalaman tertentu.
Sumberdaya Mineral :
Keberadaan sumberdaya mineral merupakan salah satu pertimbangan yang diperlukan
dalam penatagunaan lahan. Sumberdaya mineral dapat dibedakan menjadi 2 golongan,
yaitu sumberdaya mineral golongan C yang diperlukan bagi proses pembangunan
(misalnya batu, pasir dan tanah urug) dan sumberdaya mineral terkait dengan tambang
(minyak bumi, batu bara dan mineral logam lainnya). Sumberdaya tambang ini perlu
diketahui keberadaannya karena akan menyangkut kemungkinan pengembangan
penambangan.
Sebaran potensi bahan galian golongan C ini untuk daerah-daerah tertentu telah
dilakukan pemetaannya oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral atau instansi
lainnya yang berwenang. Namun untuk daerah yang belum dipetakan dapat dikenali di
lapangan dan dipertegas dengan kondisi geologinya, juga informasi dari pemerintah
daerah setempat mengenai aktivitas penambangan bahan galian golongan C ini di
wilayahnya.
1.13
Judul Mata Kuliah
Rawan Bencana :
Kondisi rawan bencana yang mungkin terjadi dalam suatu wilayah merupakan
pertimbangan penting dalam penatagunaan lahan. Kemungkinan bencana atau daerah
rawan bencana alam perlu dikenali sedini mungkin. Pengembangan daerah rawan
bencana sejak dini relatif harus dihindari.
Kondisi rawan bencana suatu daerah, pada dasarnya dapat diprediksi dari kondisi
karakteristik fisik alamiah. Sebagai contoh, keberadaan daerah rawan banjir dapat
dianalisa dari kondisi kemiringan lahan, ketinggian lahan, jenis tanah, curah hujan dan
vegetasi. Sedangkan keberadaan daerah rawan tanah longsor dapat didekati dari kondisi
kemiringan lahan, jenis tanah, curah hujan dan vegetasi. Selain variabel fisik alamiah di
atas, daerah rawan bencana juga dapat dideteksi melalui aspek sejarah bencana alam yang
pernah terjadi di wilayah tersebut.
Yang dimaksud dengan penggunaan lahan eksisting adalah penggunaan lahan yang
ada pada saat ini. Bila perencanaan penataan penggunaan lahan di wilayah yang masih
kosong, pertimbangan penggunaan lahan eksisting ini tentunya tidak diperlukan.
Pertimbangan penggunaan lahan eksisting ini diperlukan bila perencanaan penggunaan
lahan dilakukan pada wilayah yang sudah terbangun. Kondisi penggunaan lahan eksisting
perlu ditemukenali untuk mengetahui antara lain rasio tutupan lahan (perbandingan lahan
yang sudah dibangun dengan luas lahan wilayah perencanaan), pengelompokan
peruntukan lahan (termasuk aglomerasi (pengelompokan) fasilitas yang akan
membentuk pusat kota serta bangunan-bangunan yang memerlukan persyaratan
kemampuan lahan tinggi). Di samping itu, dengan mengetahui sebaran penggunaan lahan
eksisting, akan terlihat daerah-daerah mana yang penggunaan lahannya menyimpang dari
kesesuaiannya atau melampaui kemampuannya, sehingga dapat dijadikan masukan dalam
rekomendasi penatagunaan lahan.
14
KODE MK/NO. MODUL
Kegiatan Belajar 2
ASPEK EKONOMI
Dalam rangka pembangunan ekonomi nasional dan daerah, salah satu tujuan
penataan ruang wilayah adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya
yang terdapat pada wilayah tersebut. Penilaian kondisi ekonomi suatu wilayah adalah
upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu, khususnya
untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah
tersebut. Hal yang mendasar dalam menganalisis kondisi ekonomi suatu wilayah adalah
mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
Di sisi lain, lahan merupakan wadah untuk menampung kegiatan manusia, baik
aktifitas sosial maupun ekonomi. Dengan mengetahui karakteristik ekonomi suatu
wilayah, dapat diprediksi kebutuhan ruang untuk menunjang aktifitas ekonomi tersebut.
Selain itu, adanya aktifitas ekonomi di suatu wilayah akan mengundang pemukim yang
gilirannya akan membutuhkan ruang dan prasarana dan sarana yang juga membutuhkan
ruang. Kebutuhan ruang suatu kegiatan merupakan salah satu masukan dalam
perencanaan penataan penggunaan lahan suatu wilayah.
Untuk dapat menemukenali potensi ekonomi suatu wilayah, secara umum informasi
karakteristik lahan yang diperlukan antara lain : (A) potensi sumberdaya, (B) potensi dan
permasalahan ekonomi, (C) potensi sektor/komoditas potensial, dan (D) komoditas
unggulan,
A.Potensi Sumberdaya :
Untuk menemukenali karakteristik potensi sumberdaya wilayah perencanaan, ada 4
(empat) parameter yang dibutuhkan, yaitu (a) karakteristik potensi ekonomi lokasi, (b)
1.15
Judul Mata Kuliah
karakteristik potensi sumberdaya alam, (c) karakteristik potensi sumberdaya buatan, dan
(d) karakteristik potensi sumberdaya manusia.
16
KODE MK/NO. MODUL
1.17
Judul Mata Kuliah
B. Potensi Ekonomi
Karakteristik potensi ekonomi dibutuhkan untuk mengidentifikasi struktur ekonomi
wilayah, sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dan berpotensi ekspor.
Sektor basis adalah sektor yang memberikan sumbangan/kontribusi relatif yang cukup
besar terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) di suatu wilayah dan/atau
kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis (dominan). Data-data
yang diperlukan untuk mengidentifikasikan karakteristik potensi dan masalah ekonomi
pada wilayah perencanaan, antara lain (i) data PDRB berdasarkan lapangan usaha, (ii)
volume ekspor tiap-tiap komoditi. Untuk menemukenali kegiatan ekonomi sektor basis
suatu wilayah diperlukan penilaian dengan menggunakan metoda-metoda tertentu, antara
18
KODE MK/NO. MODUL
lain metoda Location Question (LQ) dan Metoda Revealed Comparative Advantages
(RCA).
D. Komoditas Unggulan
1.19
Judul Mata Kuliah
Pengertian sektor unggulan adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai
potensi, kinerja, dan prospek yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya sehingga
diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan lainnya, sehingga
dapat tercipta kemandirian pembangunan wilayah. Walaupun sebenarnya belum ada
variabel yang baku dan representatif secara menyeluruh dalam menentukan sektor
unggulan, tetapi pada prinsipnya kriteria yang dapat dipilih untuk mengukur keunggulan
suatu sektor, yaitu dari aspek PDRB, Sektor Basis (LQ), Tenaga Kerja, investasi,
keterlibatan usaha kecil dan menengah, tingginya nilai ekspor, dan Input-Output.
Sektor unggulan dapat pula diartikan sebagai sektor yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar yang ditunjukkan dengan parameter-parameter,
seperti :
1) Sumbangan sektor perekonomian terhadap perekonomian wilayah yang cukup
tinggi. Ini ditunjukkan dengan tingkat proporsi sektor terhadap PDRB wilayah
tertinggi (nilai acuan minimum di atas nilai rata-rata), memiliki nilai LQ>1.
2) Komoditas yang mempunyai dampak ganda (multiplier effect) yang cukup
tinggi.
3) Komoditas dengan kandungan deposit yang melimpah,
4) Memiliki potensi nilai tambah (value added) yang cukup baik.
Tidak terlepas dari hal di atas, salah satu sektor dapat disebut unggulan bila
memiliki:
1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja paling besar, artinya sektor tersebut mampu
menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak sehingga lebih cepat dalam
melakukan pemerataan pendapatan ekonomi.
2. Tingkat keterlibatan dunia usaha kecil dan menengah terbanyak, artinya sektor
tersebut lebih mengakar pondasi ekonominya sehingga peluang keberlanjutannya
lebih besar karena kaya akan investasi lokal.
3. Mempunyai nilai ekspor terbesar, baik dari nilai rupiah maupun volume, serta
frekuensinya sehingga dapat lebih memberikan nilai tambah bagi daerah.
4. Sektor tersebut mempunyai forward dan backward linkage terbesar, artinya sektor
tersebut mempunyai proses pengolahan yang panjang, artinya value added yang
20
KODE MK/NO. MODUL
Kegiatan Belajar 3
ASPEK SOSIAL-BUDAYA
A. Karakteristik kependudukan
Informasi karakteristik kependudukan dalam penataan penggunaan lahan dimaksudkan
untuk dapat memperoleh gambaran potensi penduduk secara umum. Informasi ini
nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan penyebaran
penduduk. Data kependudukan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasikan karakteristik
kependudukan, antara lain :
1. Data jumlah penduduk
2. Data jumlah penduduk usia produktif dan tidak produktif
1.21
Judul Mata Kuliah
Data penduduk berguna sebagai masukan dalam memproyeksikan jumlah penduduk masa
yang akan datang. Jumlah penduduk masa akan datang digunakan untuk merencanakan
penyediaan fasilitas bagi masyarakat seperti fasilitas pendidikan, penyediaan lapangan
kerja, kesehatan, penyediaan kebutuhan pangan, dan sebagainya.
22
KODE MK/NO. MODUL
1.23
Judul Mata Kuliah
F. Karakteristik Sosial-Budaya
Informasi penduduk menurut kondisi sosial-budaya dalam perencanaan penataan
penggunaan lahan dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi karakteristik potensi
dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Dalam perencanaan penataan penggunaan lahan,
informasi karakteristik penduduk menurut kondisi sosial-budaya digunakan sebagai
masukan dalam memperkirakan kebutuhan ruang bagi penyediaan prasarana dan sarana
sosial budaya serta alokasi penempatannya.
24
KODE MK/NO. MODUL
GLOSARIUM
Karakteristik lahan : Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang
dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan
lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah.
Karakteristik lahan menentukan kualitas lahan dan pada
gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan
untuk suatu penggunaan tertentu.
Iklim : iklim adalah cuaca rata rata di daerah yang luas dalam
jangka waktu panjang (kira-kira 30 tahun).
1.25
Judul Mata Kuliah
Sumberdaya bahan galian : Sumberdaya bahan galian adalah sumber daya alam yang
meliputi komoditas yang berasal dari bahan organik
(seperti minyak bumi, batubara, batu kapur, dan
sebagainya) dan bahan anorganik (seperti logam, batuan
andesit, dan batuan lain yang berasal dari batuan beku)
yang biasanya potensinya tidak dapat diperbaharui,
sehingga memerlukan perencanaan pemanfaatan yang
seksama.
26
KODE MK/NO. MODUL
1.27
Judul Mata Kuliah
Tingkat partisipasi pendidikan : Tingkat partisipasi pendidikan adalah rasio jumlah siswa
yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentu.
Angkatan kerja : Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran
Tingkat partisipasi angkatan : Perbandingan angkatan kerja terhadap jumlah usia kerja.
kerja Usia kerja adalah usia produktif, yaitu antara 15 hingga
65 tahun
Angka beban tanggungan : Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antaraa banyaknya orang yang tidak
produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas)
dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif
28
KODE MK/NO. MODUL
1.29
Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. Penyusunan Peta Geologi, Standar Nasional
Indonesia (SNI) 13-4691-1998
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007. Departemen Pekerjaan
Umum, Desember 2008
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007. Departemen Pekerjaan
Umum, Desember 2008
William M Mars. 1997. Landscape Planning : Environmental Application. John Wiley &
Sons, Inc, USA, third edition
1.30