Anda di halaman 1dari 30

KARAKTERISTIK LAHAN

Ir. Anita Sitawati Wartaman, MSi

K
arakteristik lahan adalah sifat lahan yang bisa diukur atau diestimasi
(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/evaluasi_lahan.php : 2 Mei 2012, 6.52 WIB). Menurut
Arsyad (Hartadi, 2009:10), karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat
diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan
struktur tanah. Karakteristik lahan menentukan kualitas lahan dan pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu.
Seperti yang diamanatkan pada Pasal 33 Undang-undang nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, penatagunaan tanah merupakan salah satu aspek yang harus
dikembangkan dalam pemanfaatan ruang dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada
rencana tata ruang. Berdasarkan hal tersebut di atas, karakteristik lahan yang akan
dibahas pada modul ini adalah karakteristik lahan yang terkait dengan perencanaan tata
ruang. Menurut Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta
Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.20/Prt/M/2007), analisis kondisi lahan merupakan salah satu tahapan yang
diperlukan dalam penyusunan rencana tata ruang. Untuk menilai kondisi lahan tersebut,
ada tiga aspek yang ditinjau, yaitu aspek fisik dan lingkungan, aspek ekonomi dan aspek
sosial-budaya. Selanjutnya, ketiga aspek tersebut akan digunakan sebagai pendekatan
dalam membahas karakteristik lahan bagi penatagunaan lahan Pembahasan terdiri atas
tiga bagian, yaitu karakteristik lahan yang terkait dengan (i) Aspek Fisik dan Lingkungan,
dan (ii) Aspek Ekonomi dan (iii) Sosial-Budaya. Setelah mempelajari modul ini, secara
umum diharapkan mahasiswa dapat :

1.1
Judul Mata Kuliah

1. Memahami karakteristik fisik dan lingkungan lahan, agar dalam upaya


memanfaatkan sumberdaya alam dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
memperhatikan keseimbangan ekosistem, sehingga tercipta ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan.
2. Memahami karakteristik ekonomi lahan, sebagai upaya untuk menemukenali potensi
dan sektor-sektor yang dapat dipacu, khususnya untuk penilaian kemungkinan
aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah tersebut.
3. Memahami karakteristik sosial-budaya lahan, agar dalam upaya memanfaatkan
sumberdaya alam secara berkelanjutan, kondisi masyarakat yang dapat mendukung
atau menghambat dapat ditemukenali.

2
KODE MK/NO. MODUL

Kegiatan Belajar 1

ASPEK FISIK DAN LINGKUNGAN

ahan pada kawasan/wilayah perencanaan adalah sumberdaya alam yang memiliki


keterbatasan untuk menampung kegiatan manusia. Banyak contoh kasus kerugian yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan. Salah satu dampak dari
ketidaksesuaian penggunaan lahan adalah masalah banjir yang timbul sebagai akibat dari
ketidak sesuaian penggunaan lahan. Lahan yang seharusnya diperuntukan bagi daerah
resapan air digunakan bagi pembangunan permukiman misalnya. Karakteristik fisik dan
lingkungan di wilayah perencanaan perlu ditemu kenali agar dalam upaya memanfaatkan
sumberdaya alam dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem, sehingga tercipta ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan. Untuk menemukenali karakteristik fisik dan lingkungan wilayah
perencanaan, secara rinci perlu dikenali karakteristik : (1) iklim, (2) topografi, (3)
geologi, (4) hidrologi, (5) sumberdaya mineral/bahan galian, (6) bencana alam, dan (7)
penggunaan lahan. Dari ke-7 variabel di atas, 6 variabel merupakan karakteristik fisik
alamiah, sedangkan variabel penggunaan lahan merupakan karakteristik fisik buatan atau
binaan (hasil rekayasa manusia di atas lahan).

Klimatologi :
Secara umum, iklim adalah cuaca rata rata di daerah yang luas dalam jangka waktu
panjang (kira-kira 30 tahun). Untuk mendapatkan gambaran iklim suatu daerah dengan
tepat tidak cukup hanya memperhatikan unsur-unsur cuaca rata rata saja, tetapi harus
diperhatikan juga perubahannya sepanjang waktu. Data iklim diperoleh berdasarkan hasil
pengamatan pada stasiun pengamat di wilayah yang bersangkutan dan/atau daerah

1.3
Judul Mata Kuliah

sekitarnya, meliputi : curah hujan, hari hujan, intensitas hujan, temperatur rata-rata,
kelembaban relatif, kecepatan dan arah angin dan lama penyinaran (durasi) matahari.
Karakteristik iklim digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian iklim bagi suatu
penggunaan lahan. Salah satu data iklim yang paling mempengaruhi kondisi lahan adalah
hujan. Hujan memegang peranan penting dalam erosi tanah melalui tenaga pelepasan dari
pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah. Karakteristik hujan yang paling
berpengaruh adalah intensitas curah hujan. Jika intensitas hujan tinggi maka erosi tanah
yang terjadi akan cenderung tinggi dan jika intensitas hujan rendah maka erosi tanah
yang terjadi akan cenderung rendah (Dwi S, 2010: 19). Dengan demikian, karakteristik
intensitas hujan merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam mengindikasikan
daerah rawan longsor. Di bawah ini diuraikan beberapa contoh pertimbangan
karakteristik iklim dalam penatagunaan lahan :
 Curah hujan, baik intensitas maupun hari hujan, bermanfaat dalam menilai
ketersediaan air yang dibutuhkan dalam kehidupan baik bagi penduduk maupun
tanaman. Penggunaan lahan perkebunan sebaiknya direncanakan pada daerah-daerah
yang memiliki curah hujan tinggi. Misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap
bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk
sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah
100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk
membudidayakan padi sawah selama satu musim.
 Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya. Bagi tanaman, suhu
udara berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhannya. Sebagai contoh, tanaman kina
dan kopi, misalnya, menyukai suhu rendah. Dengan demikian, tanaman kina dan
kopi cocok bila ditanam pada daerah dataran tinggi. Sebaliknya karet, kelapa sawit
dan kelapa sesuai untuk dataran rendah.
 Orientasi terhadap matahari, kedudukan lahan terhadap lintasan matahari. cukup
mempengaruhi kenyamanan penghuni dalam menerima sinar dan panas matahari.
Lahan perumahan yang menghadap Utara-Selatan dapat menghindari panas matahari
yang berlebihan, dari arah timur pada pagi hari dan barat pada siang hari (Sastra dan
Endy Marlina dalam Hartadi, 2009 : 32). Dalam penatagunaan lahan permukiman,

4
KODE MK/NO. MODUL

kedudukan lahan terhadap lintasan matahari dapat merupakan salah satu dasar
pertimbangan.
 Orientasi terhadap angin, sebagaimana pengaruh matahari terhadap lahan
perumahan, arah dan kecepatan angin juga dapat menjadi bahan pertimbangan.
Angin barat yang biasanya bertiup dengan kencang sebaiknya dihindari secara
langsung. Terutama wilayah tepi pantai yang langsung berhadapan dengan lautan
dan menghadap ke arah barat. Lahan perumahan yang tidak menghadap ke barat
dapat mengurangi pengaruh angin tersebut (Hartadi, 2009 : 33).

Data klimatologi ini dapat diperoleh pada stasiun meteorologi dan geofisika di
wilayah dan/atau kawasan atau daerah sekitarnya yang terdekat, atau pada kabupaten
dalam bentuk laporan, atau dapat juga diperoleh pada Badan Meteorologi dan Geofisika
Pusat di Jakarta. Klasifikasi intensitas hujan rata-rata menurut SK Menteri Pertanian No
837/Kpts/Um/11/1980, dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Rata-Rata
Kelas Intensitas Hujan Klasifikasi Nilai Skor
Intensitas (mm/hr hujan)
Hujan
I 00,0-13,6 Sangat rendah 10
II 13,6-20,7 Rendah 20
III 20,7-27,7 Sedang 30

IV 27,7-34,8 Tinggi 40

V >34,8 Sangat Tinggi 50

Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/Kpts/Um/11/1980

Topografi :
Secara umum, topografi adalah bentuk permukaan bumi. Dalam pengertian yang
lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi
dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Karakteristik

1.5
Judul Mata Kuliah

topografi umumnya disajikan dalam bentuk peta. Peta topografi berisikan informasi
tentang semua benda yang tidak bergerak yang terdapat di atas muka bumi, baik benda-
benda alam maupun benda-benda budaya (lihat modul 8 tentang Karakteristik
Data/Informasi Keruangan). Peta topografi dapat diperoleh antara lain pada instansi
Badan Survei dan Pemetaan Nasional, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat
Topografi Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait lainnya. Salah satu
karakteristik topografi yang sangat penting sebagai pijakan dalam penatagunaan tanah
adalah kemiringan lereng/lahan.
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan
lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada
umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (o) (Hartadi, 2009:50). Klasifikasi
kemiringan lahan menurut SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980, dapat di lihat pada
Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2
Klasifikasi Kemiringan Lahan
No Kemiringan lahan Deskripsi
1 0% - 8% Datar
2 8% - 15% Landai
3 15% - 25% Agak Curam
4 25% - 45% Curam
5 45% atau lebih Sangat Curam
Sumber : SK Mentan Nomor No. 837/KPTS/Um/11/1980

Di bawah ini diuraikan beberapa contoh pertimbangan karakteristik kemiringan


lereng dalam penatagunaan lahan :
 Kemiringan lereng akan mempengaruhi kecepatan aliran air permukaan. Semakin
besar kemiringan lereng, kecepatan aliran air semakin deras. Pada lahan yang datar
atau landai, kecepatan aliran air lebih kecil dibandingkan dengan tanah yang miring
(curam). Kecepatan aliran air akan berpengaruh terhadap tingkat erosi suatu daerah.
Dengan demikian, kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang cukup
dominan menentukan tingkat kerawanan longsor suatu daerah.

6
KODE MK/NO. MODUL

 Kemiringan lereng atau topografi suatu kawasan akan ikut berpengaruh terhadap
peruntukan lahan seperti sistem perencanaan jaringan jalan, sistem pengaliran
jaringan drainase dan utilitas lainnya, peletakan bangunan-bangunan, dan aspek
visual.
 Penentuan peruntukan banyak ditentukan oleh kelas lereng, misalnya peruntukan
perumahan ditempatkan pada lereng 0-15%, sementara perkebunan dan hutan pada
kelas lereng 15%-40%.

Geologi :
Geologi adalah ilmu yang mempelajari kebumian. Hal ini termasuk ilmu yang
mempelajari semua jenis batuan dan pembentukan mereka baik secara fisika dan kimia,
serta menafsirkan hubungan mereka dan distribusi dalam hubungan ruang dan waktu.
(http://www.gc.itb.ac.id/?page_id=10 : 10 Mei : 6.38). Dengan demikian, karakteristik
geologi menginformasikan diantaranya tentang jenis batuan yang ada dipermukaan bumi
dan proses terbentuknya. Salah satu bentuk hasil studi ilmu geografi adalah Peta Geologi.
Untuk keperluan penatagunaan lahan, informasi geologi biasanya disajikan dalam bentuk
peta. Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi
suatudaerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala, pada umumnya
berskala 1:250.000.
Peta geologi dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik. Peta
geologi sistematik adalah peta geologi yang menyajikan data dasar geologi, sedangkan
peta geologi tematik adalah peta geologi yang menyajikan data geologi untuk tujuan
tertentu, misalnya peta geologi teknik, peta geologi kuarter (Badan Standardisasi
Nasional (BSN), 1998). Untuk keperluan penataan penggunaan lahan, peta geologi yang
dibutuhkan adalah peta geologi tematik. Peta geologi diterbitkan oleh instansi pemerintah
atau badan usaha yang ditunjuk pemerintah. Instansi yang berwenang menerbitkan peta
geologi sistematik adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (disingkat P3G),
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan
Energi Republik Indonesia.
Tidak terlepas dari hal di atas, kondisi geologi yang berpengaruh terhadap
penggunaan suatu lahan, antara lain :

1.7
Judul Mata Kuliah

 Sifat fisik tanah dan batuan.


 Kestabilan lereng termasuk potensial longsoran, rayapan dan robohan.
 Kehadiran sesar aktif atau yang mungkin aktif dan pusat episentrum yang ada dengan
skala magnitude dan intensitas.
 Kontur muka air tanah atau keadaan muka air tanah dan potensial air permukaan.
 Ketebalan tanah atau kedalaman hingga mencapai batuan.
 Penyebaran luas setiap daerah banjir yang ada dan yang mungkin ada, penyebaran
daerah bencana geologi lainnya seperti longsoran dan ablasan, gunung api dengan
penyebaran produk, dan batasabatasan penyebaran banjir gelombang pasang.

Hubungan antara keadaan geologi dengan penggunaan lahan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3
Hubungan Antara Keadaan Geologi Dengan Penggunaan Lahan

Bangunan Bangunan Bahan Penggalia


Keadaan Geologi Sampah Jalan Pertanian
Ringan Berat Baku n
Sifat fisik tanah dan
+ + + + + + +
batuan
Kestabilan lereng + + 0 0 + + 0
Kehadiran sesar aktif 0 + 0 0 0 + 0
Kedalaman air tanah + + + + 0 0 +
Potensi air
0 0 0 0 0 0 +
permukaan
Ketebalan tanah + + 0 + 0 0 +
Bencana alam + + + + + + +
Sumber : Sampurno, Kumpulan Edaran Kuliah Teknik, Jurusan Teknik Geologi – ITB
Keterangan : + banyak berpengaruh, 0 kurang berpengaruh

Salah satu kondisi geologi yang berada dipermukaan bumi adalah tanah. Tanah
secara geologi merupakan hasil pelapukan batuan yang ada di permukan bumi.
Sedangkan secara fisik, tanah terdiri dari partikel mineral dan organik dengan berbagai
ukuran dan komposisi. Diantara partikel tersebur terdapat pori-pori yang berisi air dan

8
KODE MK/NO. MODUL

udara dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Secara umum, sifat-sifat tanah
dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu (Dwi S. 2010:25) :
a) Alluvial :
Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis kandungan bahan organic berubah
secara tidak teratur terhadap kedalaman. Kandungan pasir kurang dari 60%.
b) Andosol :
Tanah-tanah pada umumnya berwarna hitam, kerapatan limak (bulk density) kurang
dari 0,85 gr/cm3, banyak mengandung bahan amorf ata lebih dari 60% terdiri dari
abu vulkanik vitrik, cinders atau bahan proklastik lain.
c) Grumosol :
Tanah dengan kadar liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan mengerut. Kalau
musim kering tanah keras dan retak-retak dan pada kondisi basah lengket
(mengembang)
d) Latosol :
Tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah
seragam, solum dalam >150 cm
e) Litosol :
Tanah mineral dengan ketebalan 20 cm atau kurang. Dibawahnya terdapat batuan
keras yang padu.
f) Mediteran :
Tanah dengan horizon penimbunan liat (horizon argilik) dan kejenuhan basa lebih
dari 50%.
g) Organosol :
Tanah organic (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.
h) Planosol : tanah dengan horizon albik yang terletak di atas horizon argilik atau natrik
yang mempunyai permeabilitas rendah dimana memperlihatkan perubahan tekstur
yang nyata.
i) Podsol :
Tanah dengan horizon penimbunan besi, alumunium oksida dan bahan organic.
j) Podsolik :

1.9
Judul Mata Kuliah

Tanah dengan penimbunan liat dan kejenuhan basa kurang dari 50% tidak horizon
albik.
k) Regosol :
Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%.

Karakteristik tanah menentukan daya dukung terhadap beban di atasnya. Dari jenis
tanah dapat diketahui kepekaan terhadap erosi, ukuran butiran tanah dan angka pori.
Semakin beragam ukuran butiran tanah atau bergradasi baik, semakin tinggi daya
dukungnya. Semakin tinggi angka pori atau permeabilitasnya, semakin tinggi
penyerapan airnya sehingga penyimpanan air tanah akan semakin banyak. Kaitan antara
antara jenis tanah dan kepekaan terhadap erosi dapat di lihat pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4
Hubungan Antara Jenis Tanah dan Kepekaan Terhadap Erosi
Kelas Jenis Tanah Kepekaan
Tanah terhadap Erosi
1 Aluvial, Tanah Glei Planosol Tidak Peka
Hidromorf Kelabu, Literita
Air Tanah
2 Latosol Agak Peka
3 Brown Forest Soil, Non Kurang Peka
Calcis Brown, Mediteran
4 Andosol, Laterit, Grumosol, Peka
Podsol, Podsolik
5 Regosol, Litosol, Sangat Peka
Organosol, Renzina
Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980
tentang Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung

Hidrologi :
Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata air yang ada, baik di
permukaan maupun di dalam tanah/bumi. Tata air yang berada di permukaan tanah dapat
berbentuk badan-badan air terbuka seperti sungai, kanal, danau/situ, mata air, dan laut.
Sedangkan tata air yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat berbentuk aliran air
tanah atau pun sungai bawah tanah. Data tata air diperlukan untuk dapat melihat dan
memperkirakan ketersediaan air untuk suatu wilayah. Informasi yang dibutuhkan dari

10
KODE MK/NO. MODUL

data hidrologi ini adalah kuantitas dan kualitas air yang ada. Data kuantitas air terkait
dengan pola dan arah aliran serta debit air yang ada dari masing-masing badan air.
Sedangkan data kualitas air terkait dengan mutu air (dilihat dari sifat fisik, kimia dan
biologi). Data kualitas air biasanya sukar didapat karena harus melakukan pengambilan
data primer/pengamatan langsung. Data sekunder biasanya didapat dari instansi yang
terkait dengan lingkungan dan PAM. Data umum hidrologi yang biasa tersedia adalah
peta lokasi badan air (sungai, danau, laut) yang dapat dilihat dari peta rupabumi. Dari
peta ini biasanya bisa didapat informasi wilayah sungai dan daerah aliran sungai,
termasuk pola dan arah alirannya. Dari uraian di atas, secara umum, informasi hidrologi
yang diperlukan dalam penatagunaan lahan adalah (Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kemeterian Pekerjaan Umum, Desember 2008) :
 Informasi kondisi air permukaan. Air permukaan adalah air yang muncul atau
mengalir di permukaan seperti: mata air, danau, sungai, dan rawa. Informasi kondisi
air permukaan dapat diperoleh dari peta hidrologi yang dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional.
 Informasi kondisi air tanah. Air tanah terdiri atas air tanah dangkal dan air tanah
dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat
sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk mengetahui potensi
air tanah ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk. Sedangkan untuk
mengetahui mutunya dapat diperoleh dari hasil pengujian mutu air laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang memerlukan teknologi tambahan
untuk pengadaannya. Kondisi air tanah dalam dapat diperoleh dari penelitian hidro-
geologi baik yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun instansi lainnya
yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Departemen Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Perguruan Tinggi.

Penatagunaan lahan yang bijaksana, yang dilakukan berdasarkan atas asas kemanfaatan,
keseimbangan, dan kelestarian dari sumberdaya air tanah, akan mendukung terhadap
keterlanjutan (sustainability) kualitas ruang. Dampak negatif yang mungkin terjadi

1.11
Judul Mata Kuliah

sebagai akibat pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana antara lain adanya penurunan
muka air tanah, pencemaran air tanah, dan amblesan tanah. Berikut ini salah satu contoh
arahan bagi penataan penggunaan lahan berdasarkan kondisi zona konservasi air di Kota
Bandung Provinsi Jawa Barat yang terletak di Pulau Jawa.

Tabel 5
Karakteristik Kondisi Air Tanah dan Arahan Penggunaannya
Zona
Konservasi
Karakteristik Wilayah Ketentuan Teknis
Air Tanah

I - Kedudukan muka air tanah Seluruh Kotamadya Bandung, - Sudah tidak


makin menurun mencapai kecuali Kecamatan Rancasari, memungkinkan lagi untuk
kedalaman 81m bmt (di Wilayah Kabupaten Bandung dilakukan pengambilan
bawah permukaan tanah) meliputi Kec. Dayeuhkolot, baru air tanah untuk semua
- Penurunan mencapai 6,61 Cimahi Selatan, Cimahi peruntukan kecuali air
m/tahun. Utara, Cimahi Tengah, minum dan air rumah
Margaasih, dan Majalaya. tangga pada semua
kedalaman.
- Khusus untuk keperluan
industri, pengambilan baru
tanah hanya diperbolehkan
dengan membuat sumur
bor baru sebagai sumur
pengganti.
II - Kedudukan muka air tanah Kec. Rancasari, Cileunyi, Untuk keperluan industri
kelompok akuifer 35-150 m cikeruh, Rancaekek, disarankan menyadap
bmt (di bawah permukaan Cicalengka, Cikacung, cadangan air tanah pada
tanah). Ciparay, Banjaran, akuifer kedalaman >150 m
- Penurunan berkisar antara Pamengpek, Margahayu, bmt, dengan debit
1,68 m hingga 7,19 m/tahun. Katapang, Soreang. pengambilan < 150 l/menit.
Akuifer kedalaman 150m
bmt diperuntukan untuk
keperluan air minum dan
rumah tangga.
III - Kec. Bojongsoang, Ciparay, - Cadangan air tanah masih
Paseh, dan Cilengkrang dapat dikembangkan.
Untuk keperluan industri
disarankan menyadap air
tanah pada akuifer 80 m
bmt dengan debit
pengambilan < 200
l/menit.
- Air tanah pada akuifer
kedalaman < 80 m bmt
diperuntukkan bagi
konsumsi air minum dan
rumah tangga.
IV Merupakan wilayah Kec. Cisarua, Cimahi Mengambil air tanah di
resapan utama air tanah utara, Ngemprah, wilayah ini dilarang pada
cekungan Bandung. Parompong, dan semua kedalaman kecuali

12
KODE MK/NO. MODUL

Lembang untuk keperluan air minum


rumah tangga penduduk
setempat.
V - Tersebar diseluruh - Cadangan air tanah masih
kecamatan. dapat dikembangkan lebih
lanjut, baik menyadap air
tanah dari akuifer dangkal
maupun dalam, dengan
debit kurang dari 250
l/menit.
- Penyadapan air tanah pada
akuifer kedalaman kurang
dari 60 m bmt terutama
diperuntukkan bagi
keperluan air minum dan
rumah tangga.
Sumber : Derektorat Geologi Tata Lingkungan, 1991.

Dari ke-5 zona konservasi air yang ada di Kota Bandung, tampak jelas bahwa
berdasarkan karakteristik kondisi air tanahnya, pada zona 4 tidak dapat dilakukan
pembangunan. Sedangkan pada zone II dan III masih dapat dilakukan pembangunan
dengan pengambilan air tanah pada kedalaman tertentu.

Sumberdaya Mineral :
Keberadaan sumberdaya mineral merupakan salah satu pertimbangan yang diperlukan
dalam penatagunaan lahan. Sumberdaya mineral dapat dibedakan menjadi 2 golongan,
yaitu sumberdaya mineral golongan C yang diperlukan bagi proses pembangunan
(misalnya batu, pasir dan tanah urug) dan sumberdaya mineral terkait dengan tambang
(minyak bumi, batu bara dan mineral logam lainnya). Sumberdaya tambang ini perlu
diketahui keberadaannya karena akan menyangkut kemungkinan pengembangan
penambangan.
Sebaran potensi bahan galian golongan C ini untuk daerah-daerah tertentu telah
dilakukan pemetaannya oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral atau instansi
lainnya yang berwenang. Namun untuk daerah yang belum dipetakan dapat dikenali di
lapangan dan dipertegas dengan kondisi geologinya, juga informasi dari pemerintah
daerah setempat mengenai aktivitas penambangan bahan galian golongan C ini di
wilayahnya.

1.13
Judul Mata Kuliah

Rawan Bencana :
Kondisi rawan bencana yang mungkin terjadi dalam suatu wilayah merupakan
pertimbangan penting dalam penatagunaan lahan. Kemungkinan bencana atau daerah
rawan bencana alam perlu dikenali sedini mungkin. Pengembangan daerah rawan
bencana sejak dini relatif harus dihindari.
Kondisi rawan bencana suatu daerah, pada dasarnya dapat diprediksi dari kondisi
karakteristik fisik alamiah. Sebagai contoh, keberadaan daerah rawan banjir dapat
dianalisa dari kondisi kemiringan lahan, ketinggian lahan, jenis tanah, curah hujan dan
vegetasi. Sedangkan keberadaan daerah rawan tanah longsor dapat didekati dari kondisi
kemiringan lahan, jenis tanah, curah hujan dan vegetasi. Selain variabel fisik alamiah di
atas, daerah rawan bencana juga dapat dideteksi melalui aspek sejarah bencana alam yang
pernah terjadi di wilayah tersebut.

Penggunaan Lahan Eksisting :

Yang dimaksud dengan penggunaan lahan eksisting adalah penggunaan lahan yang
ada pada saat ini. Bila perencanaan penataan penggunaan lahan di wilayah yang masih
kosong, pertimbangan penggunaan lahan eksisting ini tentunya tidak diperlukan.
Pertimbangan penggunaan lahan eksisting ini diperlukan bila perencanaan penggunaan
lahan dilakukan pada wilayah yang sudah terbangun. Kondisi penggunaan lahan eksisting
perlu ditemukenali untuk mengetahui antara lain rasio tutupan lahan (perbandingan lahan
yang sudah dibangun dengan luas lahan wilayah perencanaan), pengelompokan
peruntukan lahan (termasuk aglomerasi (pengelompokan) fasilitas yang akan
membentuk pusat kota serta bangunan-bangunan yang memerlukan persyaratan
kemampuan lahan tinggi). Di samping itu, dengan mengetahui sebaran penggunaan lahan
eksisting, akan terlihat daerah-daerah mana yang penggunaan lahannya menyimpang dari
kesesuaiannya atau melampaui kemampuannya, sehingga dapat dijadikan masukan dalam
rekomendasi penatagunaan lahan.

14
KODE MK/NO. MODUL

Kegiatan Belajar 2

ASPEK EKONOMI

Dalam rangka pembangunan ekonomi nasional dan daerah, salah satu tujuan
penataan ruang wilayah adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya
yang terdapat pada wilayah tersebut. Penilaian kondisi ekonomi suatu wilayah adalah
upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu, khususnya
untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah
tersebut. Hal yang mendasar dalam menganalisis kondisi ekonomi suatu wilayah adalah
mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
Di sisi lain, lahan merupakan wadah untuk menampung kegiatan manusia, baik
aktifitas sosial maupun ekonomi. Dengan mengetahui karakteristik ekonomi suatu
wilayah, dapat diprediksi kebutuhan ruang untuk menunjang aktifitas ekonomi tersebut.
Selain itu, adanya aktifitas ekonomi di suatu wilayah akan mengundang pemukim yang
gilirannya akan membutuhkan ruang dan prasarana dan sarana yang juga membutuhkan
ruang. Kebutuhan ruang suatu kegiatan merupakan salah satu masukan dalam
perencanaan penataan penggunaan lahan suatu wilayah.
Untuk dapat menemukenali potensi ekonomi suatu wilayah, secara umum informasi
karakteristik lahan yang diperlukan antara lain : (A) potensi sumberdaya, (B) potensi dan
permasalahan ekonomi, (C) potensi sektor/komoditas potensial, dan (D) komoditas
unggulan,

A.Potensi Sumberdaya :
Untuk menemukenali karakteristik potensi sumberdaya wilayah perencanaan, ada 4
(empat) parameter yang dibutuhkan, yaitu (a) karakteristik potensi ekonomi lokasi, (b)

1.15
Judul Mata Kuliah

karakteristik potensi sumberdaya alam, (c) karakteristik potensi sumberdaya buatan, dan
(d) karakteristik potensi sumberdaya manusia.

a. Karakteristik Potensi Ekonomi Lokasi :


Karakteristik potensi ekonomi lokasi memberikan gambaran terhadap posisi wilayah
yang direncanakan dalam rona ekonomi global. Data-data yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan karakteristik potensi ekonomi lokasi :
1. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah perencanaan
2. Biaya pembangunan dan total pengeluaran wilayah perencanaan
3. Volume ekspor dan impor wilayah perencanaan
4. Sistem permukiman dan kondisi sistem jaringan sarana dan prasarana di wilayah
perencanaan.
5. Luas setiap penggunaan lahan di wilayah perencanaan
6. Kepadatan penduduk per kecamatan di wilayah dan/atau kawasan
Dari hasil analisis terhadap ke-6 data tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran
terhadap indikasi adanya komoditas unggulan yang sudah dikembangkan, indikasi adanya
komoditas unggulan yang belum dikembangkan secara optimal, tingkat pertumbuhan
sektor, pusat-pusat pengembangan wilayah dan lain-lain yang terkait dengan karakteristik
ekonomi lahan. Informasi karakteristik ekonomi lokasi ini merupakan salah satu
pertimbangan dalam merencanakan simpul pusat kegiatan, simpul pusat jasa distribusi,
pengembangan prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wilayah tersebut

b. Karakteristik potensi sumberdaya alam :


Karakteristik potensi sumberdaya alam, dapat dikelompokkan atas karakteristik
sumber daya (i) bahan galian, (ii) lahan, dan (iii) lokasi. Bahan galian adalah sumber
daya alam yang meliputi komoditas yang berasal dari bahan organik (seperti minyak
bumi, batubara, batu kapur, dan sebagainya) dan bahan anorganik (seperti logam, batuan
andesit, dan batuan lain yang berasal dari batuan beku) yang biasanya potensinya tidak
dapat diperbaharui, sehingga memerlukan perencanaan pemanfaatan yang seksama.
Kegiatan penambangan sangat bergantung pada data karakteristik potensi sumberdaya
alam suatu wilayah.

16
KODE MK/NO. MODUL

Sedangkan sumberdaya lahan adalah kondisi lahan yang dapat dimanfaatkan


kesuburannya untuk menanam berbagai tanaman alternatif sesuai dengan kesuburan
lahan, elevasi, dan iklim yang melingkupinya. Sumber daya lahan ini dapat dipergunakan
untuk memproduksi dan memperbaharui komoditas nabati secara langsung maupun untuk
memproduksi dan memperbaharui komoditas hewani secara tidak langsung.
Pemanfaatannya antara lain sebagai lokasi daerah pertanian, perkebunan dan lain
sebagainya. Sumberdaya lokasi adalah sumber daya alam yang berwujud bentang alam
yang mempunyai lingkungan geografis, iklim, lingkungan alam, potensi wisata, serta
sarana dan prasarana, dan sebagainya; sehingga lokasi tersebut sangat cocok untuk
memproduksi komoditas/jasa karena menjanjikan terjadinya efisiensi dan efektifitas
proses produksi. Pemanfaatannya antara lain sebagai lokasi obyek wisata, pusat simpul
jasa distribusi dan pusat kegiatan lainnya.

c. Karakteristik sumberdaya buatan :


Karakteristik sumberdaya buatan berisikan informasi tentang kondisi prasarana dan
sarana yang ada pada suatu wilayah dalam mendukung berhasilnya upaya pengembangan
kawasan. Kondisi sumberdaya buatan dapat dilihat dari tingkat pelayanannya, dan
keterkaitannya dengan sistem lintas wilayah. Data yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan karakteristik sumberdaya buatan :
1. Luas setiap jenis penggunaan lahan pada wilayah perencanaan
2. Panjang jaringan transportasi utama di wilayah perencanaan
3. Kondisi dan tingkat pelayanan jaringan jalan di wilayah perencanaan
4. Kondisi dan tingkat pelayanan utilitas di wilayah perencanaan
5. Kondisi dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana ekonomi di wilayah
perencanaan

d. Karakteristik Sumberdaya Manusia :


Karakteristik sumberdaya manusia diperlukan untuk mengetahui potensi wilayah
perencanaan dalam penyediaan lapangan pekerjaan, kualitas, dan kuantitas tenaga kerja
pada saat dimulainya perencanaan untuk memenuhi kebutuhan prospektif. Data-data yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasikan karakteristik sumberdaya manusia adalah :

1.17
Judul Mata Kuliah

1. Data mata pencaharian penduduk,


2. Data perkembangan industri,
3. Data kemampuan perkembangan wirausaha/pedagang,
4. Data struktur penduduk menurut kelompok umur,
5. Data struktur penduduk menurut tingkat pendidikan,
6. Data tingkat kesejahteraan yang dicapai,
7. Data distribusi kuantil pendapatan rumah tangga.
Secara umum, analisis data penduduk dapat memberikan gambaran terhadap
kegiatan ekonomi yang ada pada wilayah perencanaan dalam mendukung pengembangan
wilayah. Sebagai contoh, dilihat dari jumlah penduduk menurut mata pencaharian, dapat
dideteksi jenis komoditas unggulan suatu daerah, apakah dari sektor pertanian,
perkebunan, industri atau jasa perdagangan. Data perkembangan industri dan
perkembangan wirausaha/pedagang juga dapat membantu memberikan gambaran
terhadap jenis komoditas unggulan suatu daerah. Data-data ini akan berpengaruh pada
penentuan kebutuhan ruang dalam arahan penggunaan lahan pada daerah perencanaan
(jenis dan luasan penggunaan lahan yang harus di kembangkan pada wilayah
perencanaan), antara lain pengembangan prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan ekonomi tersebut. Sedangkan, data struktur penduduk menurut
umur dan menurut tingkat pendidikan dapat bermanfaat dalam menentukan kebutuhan
ruang fasilitas pendidikan yang harus dikembangkan pada wilayah perencanaan.

B. Potensi Ekonomi
Karakteristik potensi ekonomi dibutuhkan untuk mengidentifikasi struktur ekonomi
wilayah, sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dan berpotensi ekspor.
Sektor basis adalah sektor yang memberikan sumbangan/kontribusi relatif yang cukup
besar terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) di suatu wilayah dan/atau
kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis (dominan). Data-data
yang diperlukan untuk mengidentifikasikan karakteristik potensi dan masalah ekonomi
pada wilayah perencanaan, antara lain (i) data PDRB berdasarkan lapangan usaha, (ii)
volume ekspor tiap-tiap komoditi. Untuk menemukenali kegiatan ekonomi sektor basis
suatu wilayah diperlukan penilaian dengan menggunakan metoda-metoda tertentu, antara

18
KODE MK/NO. MODUL

lain metoda Location Question (LQ) dan Metoda Revealed Comparative Advantages
(RCA).

C. Potensi Komoditas Potensial


Pengertian sektor/komoditas potensial adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang
mempunyai potensi, kinerja, dan prospek yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya
sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan lainnya,
sehingga dapat tercipta kemandirian pembangunan wilayah dan/ atau kawasan.
Sektor/komoditas potensial terdiri dari kegiatan ekonomi primer, sekunder dan tersier di
wilayah dan/atau kawasan. Kegiatan ekonomi primer prinsipnya merupakan kegiatan
produktif yang tumbuh karena potensi sumber daya alam atau kegiatan yang belum
melakukan proses pengolahan terhadap hasil pengambilan potensi tersebut. Kegiatan
ekonomi primer kawasan antara lain berupa hasil bumi seperti pertanian tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Kegiatan ekonomi sekunder
adalah kegiatan yang melayani sektor primer atau kegiatan yang tumbuh untuk mengolah
hasil alam agar menjadi nilai tambah bagi daerah. Sektor yang menjadi kegiatan ekonomi
sekunder adalah industri baik migas dan non-migas, perangkutan, dan perdagangan.
Sedangkan, kegiatan ekonomi tersier merupakan kegiatan yang tumbuh untuk melayani
kegiatan sektor sekunder agar dapat meningkatkan nilai tambah bagi daerah sebagai
wujud eksternalitas dari kegiatan sekunder. Kegiatan ekonomi tersier adalah komunikasi,
hotel, rumah makan, dan jasa-jasa perkotaan lainnya. Data-data yang dibutuhkan untuk
mengetahui karakteristik potensi sektor potensial di suatu wilayah, antara lain (i)
kontribusi PDRB sektor terhadap perekonomian wilayah, (ii) nilai Location Quotient
(LQ), (iii) penyerapan tenaga kerja, (iv) nilai forward dan backward linkage. Data PDRB
dan penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan data yang belum diolah/raw data,
sedangkan data nilai LQ dan nilai forward dan backward linkage adalah data hasil
pengolahan dengan menggunakan metoda-metoda tertentu.

D. Komoditas Unggulan

1.19
Judul Mata Kuliah

Pengertian sektor unggulan adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai
potensi, kinerja, dan prospek yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya sehingga
diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan lainnya, sehingga
dapat tercipta kemandirian pembangunan wilayah. Walaupun sebenarnya belum ada
variabel yang baku dan representatif secara menyeluruh dalam menentukan sektor
unggulan, tetapi pada prinsipnya kriteria yang dapat dipilih untuk mengukur keunggulan
suatu sektor, yaitu dari aspek PDRB, Sektor Basis (LQ), Tenaga Kerja, investasi,
keterlibatan usaha kecil dan menengah, tingginya nilai ekspor, dan Input-Output.
Sektor unggulan dapat pula diartikan sebagai sektor yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar yang ditunjukkan dengan parameter-parameter,
seperti :
1) Sumbangan sektor perekonomian terhadap perekonomian wilayah yang cukup
tinggi. Ini ditunjukkan dengan tingkat proporsi sektor terhadap PDRB wilayah
tertinggi (nilai acuan minimum di atas nilai rata-rata), memiliki nilai LQ>1.
2) Komoditas yang mempunyai dampak ganda (multiplier effect) yang cukup
tinggi.
3) Komoditas dengan kandungan deposit yang melimpah,
4) Memiliki potensi nilai tambah (value added) yang cukup baik.
Tidak terlepas dari hal di atas, salah satu sektor dapat disebut unggulan bila
memiliki:
1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja paling besar, artinya sektor tersebut mampu
menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak sehingga lebih cepat dalam
melakukan pemerataan pendapatan ekonomi.
2. Tingkat keterlibatan dunia usaha kecil dan menengah terbanyak, artinya sektor
tersebut lebih mengakar pondasi ekonominya sehingga peluang keberlanjutannya
lebih besar karena kaya akan investasi lokal.
3. Mempunyai nilai ekspor terbesar, baik dari nilai rupiah maupun volume, serta
frekuensinya sehingga dapat lebih memberikan nilai tambah bagi daerah.
4. Sektor tersebut mempunyai forward dan backward linkage terbesar, artinya sektor
tersebut mempunyai proses pengolahan yang panjang, artinya value added yang

20
KODE MK/NO. MODUL

berputar di kawasan tersebut makin besar, karena mampu mendorong tumbuhnya


kegiatan-kegiatan ekonomis pendukung.
5. Terdapat peluang pasar dan minat investasi.

Kegiatan Belajar 3

ASPEK SOSIAL-BUDAYA

Seperti diketahui penataan penggunaan lahan dalam suatu perencanaan ruang


merupakan suatu upaya memanfaatkan sumberdaya alam bagi kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan. Karakteristik aspek sosial-budaya di wilayah perencanaan perlu
ditemu kenali agar dalam upaya memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan
tersebut, kondisi masyarakat yang dapat mendukung atau menghambat dapat dikenali.
Untuk menemukenali karakteristik aspek sosial-budaya di wilayah perencanaan, secara
rinci perlu dikenali : A. Karakteristik kependudukan, B. Karakteristik penduduk menurut
kondisi pendidikannya, C. Karakterisk penduduk menurut kondisi ketenaga kerjaan, D.
Karakteristik penduduk menurut kondisi kesehatan, E. Karakteristik kondisi tingkat
kesejahteraan, dan F. Karakteristik Sosial-Budaya.

A. Karakteristik kependudukan
Informasi karakteristik kependudukan dalam penataan penggunaan lahan dimaksudkan
untuk dapat memperoleh gambaran potensi penduduk secara umum. Informasi ini
nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan penyebaran
penduduk. Data kependudukan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasikan karakteristik
kependudukan, antara lain :
1. Data jumlah penduduk
2. Data jumlah penduduk usia produktif dan tidak produktif

1.21
Judul Mata Kuliah

3. Data penduduk menurut daerah tempat tinggal


4. Data penduduk menurut daerah asal
5. Data banyak dan laju pertumbuhan penduduk
6. Data luas daerah dan kepadatan penduduk

Data penduduk berguna sebagai masukan dalam memproyeksikan jumlah penduduk masa
yang akan datang. Jumlah penduduk masa akan datang digunakan untuk merencanakan
penyediaan fasilitas bagi masyarakat seperti fasilitas pendidikan, penyediaan lapangan
kerja, kesehatan, penyediaan kebutuhan pangan, dan sebagainya.

B. Karakteristik penduduk menurut kondisi pendidikannya


Informasi penduduk menurut kondisi pendidikan dalam perencanaan penataan
penggunaan lahan dimaksudkan untuk memperoleh informasi karakteristik kependidikan
penduduk secara lebih terperinci. Data penduduk yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan karakteristik penduduk menurut kondisi pendidikannya, antara lain :
1. Data Partisipasi Pendidikan Penduduk
2. Data Banyaknya Murid
3. Data Rasio Jumlah Guru per 10.000 Penduduk
4. Data Rasio Murid-Guru
5. Data Rasio Murid-Kelas
6. Data Tingkat Melek Huruf
7. Data Penduduk Yang Buta Huruf
8. Data Pendidikan Yang Ditamatkan.
Data karakteristik penduduk menurut kondisi pendidikan digunakan sebagai masukan
dalam memperkirakan kebutuhan ruang bagi penyediaan fasilitas pendidikan secara lebih
detil sesuai dengan kebutuhannya.

C. Karakterisk penduduk menurut kondisi ketenagakerjaan


Informasi penduduk menurut kondisi ketenagakerjaan dalam perencanaan penataan
penggunaan lahan dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi karakteristik
ketenaga-kerjaan penduduk secara lebih terperinci. Data penduduk yang dibutuhkan

22
KODE MK/NO. MODUL

untuk mengidentifikasikan karakteristik penduduk menurut kondisi ketenaga-kerjaan-


nya, antara lain :
1. Data penduduk yang bekerja
2. Data penduduk yang mencari pekerjaan
3. Data penduduk bukan angkatan kerja
4. Data tingkat partisipasi angkatan kerja
5. Data angka beban tanggungan angkatan kerja
6. Data status dan lapangan pekerjaan

Data karakteristik penduduk menurut kondisi ketenagakerjaan digunakan sebagai


masukan dalam memperkirakan kebutuhan ruang bagi penyediaan fasilitas yang bersifat
meningkatkan kemampuan kerja.

D. Karakteristik penduduk menurut kondisi kesehatan


Informasi penduduk menurut kondisi kesehatan dalam perencanaan penataan penggunaan
lahan dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi karakteristik kesehatan penduduk
secara lebih terperinci. Data penduduk yang dibutuhkan untuk mengidentifikasikan
karakteristik penduduk menurut kondisi kesehatannya, antara lain :
1. Data Angka Kematian Bayi dan Balita.
2. Data Angka Harapan Hidup.
3. Data Sarana dan Prasarana Kesehatan.
4. Data Banyaknya Rumah Sakit, Tempat Tidur, Puskesmas, dan Apotek.
5. Data Banyaknya Jenis Tenaga Kesehatan.

Data karakteristik penduduk menurut kondisi kesehatan digunakan sebagai masukan


dalam memperkirakan kebutuhan ruang bagi penyediaan fasilitas kesehatan secara lebih
detil sesuai dengan kebutuhannya.

E. Karakteristik kondisi tingkat kesejahteraan


Informasi penduduk menurut kondisi tingkat kesehatan dalam perencanaan penataan
penggunaan lahan dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi karakteristik tingkat

1.23
Judul Mata Kuliah

kesejahteraan masyarakat. Data penduduk yang dibutuhkan untuk mengidentifikasikan


karakteristik penduduk menurut kondisi tingkat kesejahteraannya, antara lain :
1. Data persentase rumah tangga menurut fasilitas perumahan yang tersedia
2. Data persentase rumah tangga menurut jenis penerangan yang digunakan
3. Data persentase rumah tangga menurut sumber air minum yang digunakan
4. Data persentase rumah tangga menurut fasilitas air minum yang digunakan
5. Data persentase rumah tangga menurut tempat buang air besar yang digunakan

Dalam perencanaan penataan penggunaan lahan, informasi karakteristik penduduk


menurut kondisi tingkat kesejahteraan digunakan sebagai masukan dalam memperkirakan
kebutuhan ruang bagi penyediaan fasilitas lingkungan perumahan

F. Karakteristik Sosial-Budaya
Informasi penduduk menurut kondisi sosial-budaya dalam perencanaan penataan
penggunaan lahan dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi karakteristik potensi
dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Dalam perencanaan penataan penggunaan lahan,
informasi karakteristik penduduk menurut kondisi sosial-budaya digunakan sebagai
masukan dalam memperkirakan kebutuhan ruang bagi penyediaan prasarana dan sarana
sosial budaya serta alokasi penempatannya.

24
KODE MK/NO. MODUL

GLOSARIUM
Karakteristik lahan : Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang
dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan
lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah.
Karakteristik lahan menentukan kualitas lahan dan pada
gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan
untuk suatu penggunaan tertentu.

Iklim : iklim adalah cuaca rata rata di daerah yang luas dalam
jangka waktu panjang (kira-kira 30 tahun).

Topografi : Topografi adalah bentuk permukaan bumi. Dalam


pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya
mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi
dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan
kebudayaan lokal.

Kemiringan lereng : Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh


perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara
bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada
umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (o)

Geologi : Geologi adalah ilmu yang mempelajari kebumian. Hal


ini termasuk ilmu yang mempelajari semua jenis batuan
dan pembentukan mereka baik secara fisika dan kimia,
serta menafsirkan hubungan mereka dan distribusi dalam

1.25
Judul Mata Kuliah

hubungan ruang dan waktu.

Hidrologi : Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata


air yang ada, baik di permukaan maupun di dalam
tanah/bumi. Tata air yang berada di permukaan tanah
dapat berbentuk badan-badan air terbuka seperti sungai,
kanal, danau/situ, mata air, dan laut. Sedangkan tata air
yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat
berbentuk aliran air tanah atau pun sungai bawah tanah.

Penggunaan lahan eksisting : Penggunaan lahan eksisting adalah penggunaan lahan


yang ada pada saat ini. Penggunaan lahan eksisting
merupakan karakteristik fisik dan lingkungan yang
bersifat binaan (buatan manusia).

Sumberdaya bahan galian : Sumberdaya bahan galian adalah sumber daya alam yang
meliputi komoditas yang berasal dari bahan organik
(seperti minyak bumi, batubara, batu kapur, dan
sebagainya) dan bahan anorganik (seperti logam, batuan
andesit, dan batuan lain yang berasal dari batuan beku)
yang biasanya potensinya tidak dapat diperbaharui,
sehingga memerlukan perencanaan pemanfaatan yang
seksama.

Sumberdaya lahan : Sumberdaya lahan adalah kondisi lahan yang dapat


dimanfaatkan kesuburannya untuk menanam berbagai
tanaman alternatif sesuai dengan kesuburan lahan,
elevasi, dan iklim yang melingkupinya. Sumber daya
lahan ini dapat dipergunakan untuk memproduksi dan
memperbaharui komoditas nabati secara langsung
maupun untuk memproduksi dan memperbaharui
komoditas hewani secara tidak langsung.

26
KODE MK/NO. MODUL

Sumberdaya lokasi : Sumberdaya lokasi adalah sumber daya alam yang


berwujud bentang alam yang mempunyai lingkungan
geografis, iklim, lingkungan alam, potensi wisata, serta
sarana dan prasarana, dan sebagainya; sehingga lokasi
tersebut sangat cocok untuk memproduksi
komoditas/jasa karena menjanjikan terjadinya efisiensi
dan efektifitas proses produksi.

Sektor basis : Sektor basis adalah sektor yang memberikan


sumbangan/kontribusi relatif yang cukup besar terhadap
PDRB di suatu wilayah dan/atau kawasan sehingga
sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis (dominan).

Sektor potensial : Sektor/komoditas potensial adalah sektor atau kegiatan


ekonomi yang mempunyai potensi, kinerja, dan prospek
yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya sehingga
diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha
ekonomi turunan lainnya, sehingga dapat tercipta
kemandirian pembangunan wilayah dan/ atau kawasan.
Sektor/komoditas potensial terdiri dari kegiatan ekonomi
primer, sekunder dan tersier di wilayah dan/atau
kawasan. Kegiatan ekonomi primer prinsipnya
merupakan kegiatan produktif yang tumbuh karena
potensi sumber daya alam atau kegiatan yang belum
melakukan proses pengolahan terhadap hasil
pengambilan potensi tersebut. Kegiatan ekonomi primer
kawasan antara lain berupa hasil bumi seperti pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan
pertambangan. Kegiatan ekonomi sekunder adalah
kegiatan yang melayani sektor primer atau kegiatan yang
tumbuh untuk mengolah hasil alam agar menjadi nilai

1.27
Judul Mata Kuliah

tambah bagi daerah. Sektor yang menjadi kegiatan


ekonomi sekunder adalah industri baik migas dan non-
migas, perangkutan, dan perdagangan. Sedangkan,
kegiatan ekonomi tersier merupakan kegiatan yang
tumbuh untuk melayani kegiatan sektor sekunder agar
dapat meningkatkan nilai tambah bagi daerah sebagai
wujud eksternalitas dari kegiatan sekunder. Kegiatan
ekonomi tersier adalah komunikasi, hotel, rumah makan,
dan jasa-jasa perkotaan lainnya.

Tingkat partisipasi pendidikan : Tingkat partisipasi pendidikan adalah rasio jumlah siswa
yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentu.

Angka melek huruf Angka melek huruf digunakan untuk mengukur


kemampuan baca tulis dalam masyarakat. Angka melek
huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas
yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau
huruf lainnya

Angkatan kerja : Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran

Tingkat partisipasi angkatan : Perbandingan angkatan kerja terhadap jumlah usia kerja.
kerja Usia kerja adalah usia produktif, yaitu antara 15 hingga
65 tahun

Angka beban tanggungan : Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antaraa banyaknya orang yang tidak
produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas)
dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif
28
KODE MK/NO. MODUL

(umur 15 tahun – 65 tahun).

1.29
Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. Penyusunan Peta Geologi, Standar Nasional
Indonesia (SNI) 13-4691-1998

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2004. Tata Cara Penyusunan Lingkungan


Perumahan di Perkotaan, Standar Nasional Indonesia (SNI) 033-1733-2004

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007. Departemen Pekerjaan
Umum, Desember 2008

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007. Departemen Pekerjaan
Umum, Desember 2008

Dwi S, Yuniarto. 2010. Tesis. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Tingkat


Kerawanan Longsor Di Kabupaten Semarang. Program Pasca Sarjana, Unievrsitas
Diponegoro, Semarang

Hartadi, Arief. 2009. Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik


Fisik Dasar di Kota Fakfak. . Tesis. Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota,
Unievrsitas Diponegoro, Semarang

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/Um/11/1980 tentang Kriteria Dan


Tata Cara Penetapan Hutan Lindung

William M Mars. 1997. Landscape Planning : Environmental Application. John Wiley &
Sons, Inc, USA, third edition

http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/evaluasi_lahan.php : 2 Mei 2012, 6.52 WIB

http://www.gc.itb.ac.id/?page_id=10 : 10 Mei 2012: 6.38

http://peta-geologi-digital.blogspot.com/, 10 Mei 2012:6.58

1.30

Anda mungkin juga menyukai