Anda di halaman 1dari 19

PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDA ACEH

2013-2017

DOSEN PEMBIMBING:

PROF. DR. DRS. SISMUDJITO, M.SI

DISUSUN OLEH:
RAIHANA DINI NASUTION (180522011)
PUTRI TRISKA SARI (180522013)
DELI PUTRI HASIBUAN (180522022)
PRILY AMANDA HARAHAP (180522025)
RENI HAVIANI (180522033)
VANYA JOSEPHINE (180522037)

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkankan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunianya Tugas Sosiologi Ekonomi tentang “Pendapatan
Asli Daerah Kota Banda Aceh tahun 2013-3017” ini dapat diselesaikan tepat
waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengasuh matakuliah


Sosiologi Ekonomi yang membantu menyelesaikan tugas ini dan semua pihak
yang juga telah membantu dalam proses pembuatan tugas ini. Kami menyadari
bahwa di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai
bahan perbaikan. Akhir kata kami mengharapkan Tugas Sosiologi Ekonomi ini
dapat bermanfat bagi para pembaca. Terimakasih.

Medan, 12 Mei 2019

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi


daerah. Pembangunan ekonomi daerah sendiri adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah atau wilayah tertentu (Arsyad,
1999).

Pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yaitu


meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat local, dalam
upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif membangun daerahnya.Oleh
karena itu pemerintah daerah harus berupaya menggunakan sumber daya yang ada
di daerah tersebut dengan sebagaimana mestinya untuk kemakmuran rakyat
banyak dan mendorong perekonomian untuk maju. Bila memperbandingkan
pertumbuhan antara daerah, maka akan ditemui kenyataan bahwa ada daerah yang
tumbuh lebih cepat diantaranya disebabkan oleh struktur ekonominya sebagian
besar mempunyai laju pertumbuhan yang cepat.

Sebaliknya bagi daerah yang pertumbuhannya lambat, sebagian besar


sektor ekonominya mempunyai laju pertumbuhan yang lambat, tujuan
pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tentu akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
luas.Indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah atau
daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) wilayah atau daerah tersebut.Pertumbuhan ekonomi
adalah salah satu indikator penting dalam melakukan analisis tentang
pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Sektor ekonomi potensial
atau sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor perekonomian atau kegiatan
usaha yang produktif dikembangkan sebagai potensi pembangunan serta dapat
menjadi basis perekonomian suatu wilayah dibandingkan sektor-sektor lainnya
dalam suatu keterkaitan baik secara langsung maupun tak langsung.
(Tjokroamidjojo, 1993)

Salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat


dari pertumbuhan ekonomi secara agregat dapat dihitung melalui Produk
Domestik Bruto (PDRB) yang rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan
sektoralnya, artinya apabila suatu sektor mempunyai kontribusi besar dan
pertumbuhannya sangat lambat maka hal ini dapat menghambat tingkat
pertumbuhan ekonomi secara agregatif. Sebaliknya apabila suatu sektor
mempunyai kontribusi yang relatif besar terhadap totalitas perekonomian maka
sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi dan sekaligus akan
dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Analisis kontribusi digunakan
untuk mengetahui besarnya angka PDRB sebagai salah satu indikator yang
menunjukkan kemampuan sumber daya yang dihasilkan oleh suatu daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pendapatan Nasional?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah?
3. Sektor apa saja yang terdapat dan unggul di Kota Banda Aceh?
4. Sektor apa saja yang menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Nasional dari
Kota Banda Aceh?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pendapatan Nasional.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah
3. Mengetahui apa saja sektor yang ada dan unggul di Kota Banda Aceh.
4. Mengetahui kaitan sektor-sektor unggulan Kota Banda Aceh terhadap
Pendapatan Nasional.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pendapatan Nasional

Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi
perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan
pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat
ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi
pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta
tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55). Selain itu, data
pendapatan nasional yang telah dicapai dapat digunakan untuk membuat prediksi
tentang perekonomian negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini
dapat digunakan oleh pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan ekonominya di
masa depan, juga untuk merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan
pembangunan negara di masa mendatang (Sukirno, 2008, p57).

Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu negara (Sukirno, 2008, p36). Pengertian berbeda dituliskan
dengan huruf besar P dan N, dimana Pendapatan Nasional adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu (Sukirno, 2008,
p36). Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan pendapatan
nasional, yaitu pendapatan nasional bruto dan pendapatan domestik bruto.
Terdapat 6 konsep Pendapatan Nasional, yaitu:

1. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk


berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini,
termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang
diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, p6), meliputi
faktor produksi milik warga negaranya sendiri maupun milik warga negara asing
yang melakukan produksi di dalam negara tersebut.

2. Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk
hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut atau
disebut juga dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) merupakan nilai barang
dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara tersebut, termasuk nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor
produksi yang digunakan di luar negri, namun tidak menghitung produksi yang
dimiliki penduduk atau perusahaan dari negara lain yang digunakan di dalam
negara tersebut (Sukirno, 2008, p35).

3. Produk Nasional Neto (NNP)

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi


depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).
Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang
dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja
kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
4. Pendapatan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang


dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak
tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya
dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

5. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang


diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga
menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah
penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas
pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah
pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan
(pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak
dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa
tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun
(iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan
maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).

6. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan


yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya
pajak pendapatan.

2.2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, adalah


penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004). Dengan
demikian Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan yang asli
berasal dari potensi daerah. Pemerintah daerah dapat menggali sumber
Pendapatan Asli Daerah tersebut secara optimal. Ada beberapa sumber
Pendapatan Asli Daerah, diantaranya:

a)      Pajak Daerah

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib


kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b)      Hasil Retribusi Daerah

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan


daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

c)       Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahan Daerah Air Minum
(PDAM), Bank Pembangunan Daerah (BPD), badan kredit kecamatan, pasar,
tempat hiburan/rekreasi, villa, pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya
merupakan penghasilan bagi daerah yang bersangkutan (Hanif Nurcholis, 2007 :
184). Menurut Ahmad Yani (2004:40) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.

d) Lain-lain PAD yang sah

Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain PAD yang
sah meliputi :
 Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

 Jasa giro

 Pendapatan bunga

 Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan

 Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan


dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Sektor Unggulan

Sektor unggulan merupakan sektor potensial yang di miliki oleh suatu


wilayah karena merupakan sektor basis yang dapat dikembangkan dan
dimaksimalkan untuk menjadi penentu perkembangan ekonomi suatu wilayah.
Pada dasarnya sektor unggulan daerah dapat memberikan kontribusi yang besar
pada daerah, bukan hanya untuk daerah itu sendiri tapi juga untuk memenuhi
kebutuhan daerah lain. Semua kegitan lain yang bukan kegitan basis termasuk
kedalam kegiatan/ sektor service atau pelayanan, tetapi untuk tidak
menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service maka disebut saja
sektor non basis atau bukan sektor unggulan wilayah tersebut (Tarigan, 2012).

Produk Domestik Regional Bruto


Produk domestik regional bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan
istilah pendapatan regional (Regional Income) merupakan data statistik yang
merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu
wilayah. Produk Domestik Regional Bruto juga bisa diartikan dalam jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto dapat
diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan dan pendekatan pengeluaran.

Dari ketiga pendekatan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah nialai


produksi barang dan jasa akhir yang dihasilakn oleh suatu wilayah, sama
dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan harus sama pula dengan
jumlah pengeluaran untuk berbagai keperluan. (PDRB atas dasar harga pasar
karena mencangkup pajak tak langsung neto)

2.3.Nilai Pendapatan Regional (Sector Non Pajak) Kota Banda Aceh Tahun
2013 – 2017

Nilai produk domestik regional bruto Kota Banda Aceh atas dasar harga
berlaku menurut langan usaha, dengan minyak dan gas bumi tahun 2013-
2017mengalami peningkatan nilai pada semua sektor terkecuali sektor
pertambangan dan penggalian karena sektor ini tidak terdapat di wilayah Kota
Banda Aceh. Berikut merupakan nilai PDRB Kota Banda Aceh atas dasar
harga berlaku menurut lapangan usahan, dengan minyak dan gas bumi tahun
2013- 2017 (Juta rupiah).

Tabel Nilai Pendapatan Regional (Sektor Non Pajak) Kota Banda Aceh
tahun

2013 – 2017 yang telah diurutkan berdasarkan angka tertinggi (diolah)


No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah Average
.
Perdagangan Besar 2.827.19 3.059.38 3.191.29 3.375.39 3.615.35 16.068.624 3.213.724,
1. dan Eceran 9,8 2,8 0,0 8,8 2,7 ,1 8
2. Administrasi 2.456.33 2.730.68 2.981.08 3.332.43 3.866.53 15.367.067 3.073.413,
Pemerintahan, 1,4 1,1 8,0 6,1 1,3 ,9 6
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Transportasi dan 1.984.67 1.974.37 1.986.73 1.782.08 1.779.69 9.507.556 1.901.511,
3. Pergudangan 1,9 0,4 4,7 7,7 1,3 ,0 2
4. 958.08 960.23 1.103.74 1.579.48 1.094.65 5.696.201 1.139.240,
Konstruksi 2,6 8,1 3,6 5,3 1,6 ,2 2
5. 700.44 830.07 970.97 1.081.18 1.289.28 4.871.980 974.396,1
Real Estate 7,4 7,6 9,0 7,3 9,1 ,4
Informasi dan 942.57 939.81 956.94 957.34 972.00 4.768.687 953.737,6
6. Komunikasi 9,2 0,2 3,1 8,4 7,0 ,9
7. 659.44 715.85 797.81 922.46 1.043.56 4.139.144 827.828,9
Jasa Pendidikan 3,4 7,0 4,8 8,1 1,4 ,7
Jasa Kesehatan dan 432.78 478.77 524.72 580.12 634.54 2.650.949 530.190,0
8. Kegiatan Sosial 1,4 7,1 6,2 4,4 0,7 ,8
Penyedia Akomodasi 331.14 397.55 466.30 538.24 675.79 2.409.055 481.811,2
9. dan Makan Minum 8,8 1,5 8,4 9,8 7,3 ,8
Jasa Keuangan dan 389.60 395.00 422.80 458.55 505.97 2.171.942 434.388,5
10. Asuransi 8,8 6,6 0,0 1,1 6,1 ,6
288.49 321.10 337.94 373.07 403.15 1.723.772 344.754,5
11. Jasa Perusahaan 3,0 6,6 3,9 8,6 0,5 ,6
262.64 289.52 311.35 334.26 375.76 1.573.542 314.708,5
12. Industri Pengolahan 0,8 5,6 0,1 2,3 3,7 ,5
201.30 225.28 246.02 278.33 313.06 1.264.017 252.803,5
13. Jasa Lainnya 3,2 2,7 9,5 4,1 8,2 ,7
14. Pertanian, 126.32 135.26 142.70 154.32 160.08 718.698, 143.739,6
Kehutanan dan 9,3 4,6 1,5 0,8 1,9 1
Perikanan
Pengadaan Listrik 32.50 36.71 39.74 47.72 57.29 213.995, 42.799,1
15. dan Gas 2,3 6,5 7,9 9,5 9,5 7
16. Pengadaan Air, 10.44 11.95 14.25 18.90 21.37 76.924, 15.384,8
Pengelolaan Sampah, 0,7 4,5 3,8 0,1 5,0 1
Limbah dan Daur
Ulang
Pertambangan dan - -
17. Penggalian - - - - -

Nilai PDRB Kota Banda Aceh dari tabel di atas menunjukan bahwa
adanya peningkatan nilai dari semua sektor kecuali sektor pertambangan dan
penggalian. Selama lima tahun terakhir (2013-2017) struktur perekonomian
Kota Banda Aceh didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan usaha, yakni:
Perdagangan Besar dan Eceran, Adminstrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
Jaminan Sosial Wajib, Transportasi dan Pergudangan, Konstruksi, dan Real
Estate. Total nilai PDRB pada tahun 2017 berdasarkan harga berlaku secara
berturut- turun dari kelima sektor adalah sebagai berikut: 3.615.352,7 juta
rupiah, 3.866.531,3 juta rupiah, 1.779.691,3 juta rupiah,1.094.651,6 juta
rupiah, dan 1.289.289,1 juta rupiah.

Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Banda Aceh pada tahun
2017 dihasilkan oleh lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib, yaitu mencapai 23,00 persen (angka ini meningkat dari
19,54 persen di tahun 2013). Selanjutnya lapangan usaha Perdagangan Besar dan
Eceran, ReparasiMobil, dan SepedaMotor;Transportasi dan Pergudangan sebesar
21,51 persen (turun dari 22,50 perse di tahun 2013), disusul oleh lapanganusaha
Transportasi dan Pergudangan sebesar 10,59 persen (turun dari 15,51 persen di
tahun 2013). Berikutnya lapangan usaha Real Estat sebesar 7,67 persen (naik dari
5,57 persen di tahun 2013) dan lapangan usaha Konstruksi ebesar 6,51 persen.

Di antara kelima lapangan usaha tersebut, Administrasi Pemerintahan,


Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dan Real Estat adalah kategori yang
mengalami secara konstan mengalami peningkatan peranan. Sebaliknya peranan
kategori Transportasi dan Pergudangan semakin menurun. Sedangkan kategori
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor serta kategori
Konstruksi peranannya berfluktuasi namun cenderung menurun. Sementara itu,
peranan lapangan usaha lainnya, masing-masing kurang dari 6 persen.

Salah satu penyebab menurunnya peranan Transportasi dan Pergudangan


adalah penggunaan kendaraan pribadi yang terus meningkat meskipun beberapa
tahun belakangan telah beroperasi bus-bus Trans Kutaraja. Sementara kendaraan
umum online baru mulai beroperasi di Kota Banda Aceh di penghujung tahun
2017.
Untuk sektor Konstruksi disebabkan sebagian besar tahapan proyek
infrastruktur bernilai besar (Perluasan Mesjid raya Baiturrahman, Pembangunan
Fly Over Simpang Surabaya dan Underpass Beurawe, Pelebaran Jembatan
Lamnyong dan Jembatan Krueng Cut) telah selesai di tahun 2016. Penyelesaian
pekerjaan di tahun 2017 tidak sebanyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini menyebabkan Konstruksi menjadi salah satu kategori yang mengalami
penurunan.

Maka dapat disimpulkan bahwa di Kota Banda Aceh memiliki beberapa


sektor ekonomi yang termasuk unggul. SektorPerdagangan Besar dan Eceran,
Adminstrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib,
Transportasi dan Pergudangan, Konstruksi, dan Real Estatedapat di kategorikan
sebagai sektor basis.

Namun sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Adminstrasi Pemerintahan,


Pertahanan, dan Jaminan Sosial wajibmenjadi yang paling unggul di Kota Banda
Aceh. Dalamsektor Perdagangan, tingginya nilai ini menunjukkan banyaknya
jenis dan jumlah transaksi jual-beli di Banda Aceh

Dan untuk sektor Adminstrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan


Sosial Wajib, dengan pembukaan berbagai kantor perwakilan pemerintah pusat di
kota Banda Aceh, pemerintah juga terus mengelontorkan dana membangun
berbagai proyek konstruksi. Peningkatan jumlah ASN di Kota Banda Aceh
membuat kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan JSW memiliki
kontribusi sebagai sumber pertumbuhan tertinggi, Hal ini disebabkan oleh
peningkatan realisasi belanja pegawai.
2.4. Pendapatan Regional (Sector Pajak) Kota Banda Aceh
Dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banda Aceh, sektor pajak
masih menjadi andalan. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) menyumbang PAD paling besar yang dari target Rp. 4,750 miliar dan
mampu direalisasikannya Rp. 10,779 miliar dengan presentase 226,93 persen.

Selanjutnya PAD tertinggi kedua yang diperoleh Kota Banda Aceh, adalah
dari Pajak Restoran yang dari target Rp. 8,200 miliar dan mampu
direalisasikannya Rp. 11,359 miliar dengan presentase 138,53 persen.

Kemudian pajak perhotelan juga penyumbang PAD yang besar di Kota


Banda Aceh, dari targetnya Rp. 9,220 miliar terealisasi Rp. 10,501 miliar.

Efektifitas pembangunan di Kota Banda Aceh sangat berkaitan dengan


pengelolaan pendapatan asli daerah (PAD) yang juga merupakan cermin
kemandirian suatu daerah dan penerimaan murni daerah yang merupakan
modal utama bagi daerah dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan di
daerahnya.Pemerintah daerah dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan
kekayaan daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu dengan
tingginya belanja daerah perlu diimbangi dengan penerimaan keuangan daerah
termasuk pendapatan dari sektor pajak maupun non sektor pajak.Keberhasilan
suatu daerah dapat dilihat dari pendapatan asli daerahnya dan kemakmuran
rakyatnya.Sehingga kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari seberapa besar
kontribusi PAD terhadap APBD daerah tersebut.Seperti bisa dilihat ditabel dan
penjelasan diatas baik dari pendapatan regional sektor pajak dan sektor non
pajak masing-masing memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional.
Dalam pendapatan regional sektor pajak bisa dilihat penyumbang terbesar
untuk pendapatan nasional diperoleh dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran
dilanjutkan lagi dari sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib lalu dari sektor Transportasi dan Pergudangan.
Sedangkan dari pendapatan regional sektor pajak penerimaan Pajak BPHTB
memiliki sumbangsih terbesar dari daerah Banda Aceh untuk pendapatan
nasional.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setiap daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur keuanganya


sendiri yang bersumber dari pendapatan asli daerah dan pendapatan daerah
lainnya, apabila suatu daerah memiliki kemampuan untuk mengelola keuangannya
sendiri mencerminkan daerah tersebut mempunyai kemapanan dalam
melaksanakan otonomi daerah.Pendapatan ekonomi suatu daerah memiliki peran
penting bagi pendapatan nasional guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di
kota Banda Aceh terdapat pendapatan regional yang terdiri dari dua sektor yaitu
pendapatan regional sektor pajak dan pendapatan regional sektor non pajak. Dari
pendapatan regional sektor non pajak sektor Perdagangan Besar dan Eceran
merupakan sektor unggulan di Kota Banda Aceh dilanjutkan dari sektor
Adminstrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib lalu sektor
Transportasi dan Pergudangan. Sedangkan dari pendapatan regional sektor pajak,
pajak BPHTP merupakan sektor unggulan yang memiliki penghasilan terbesar.
Pengalokasian dana pendapatan daerah diterapkan dalam bidang urusan bidang
perekonomian, urusan tata pemerintahan, urusan kesejahtraan, urusan pelaksanaan
program dan kegiatan urusan hubungan antar kota dan daerah, urusan hukum,
urusan agama dan pendidikan dan urusan kehumasan.

3.2. Saran

Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik


pemerintah bersama masyarakat Indonesia harus bisa memberikan perhatian dan
mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber daya yang ada di Indonesia
terkhusus kepada pemerintah Kota Banda Aceh, disarankan untuk mempriotiskan
pengembangan sektor-sektor yang pertumbuhannya masih sangat minim guna
meningkatkan pembangunan ekonomi daerah.

Anda mungkin juga menyukai