BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.39 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional menjelaskan bahwa Bandara Maimun Saleh Kota Sabang merupakan Bandara
Internasional Pengumpul Skala Tersier yang mempunyai luas lahan ± 18 Ha dan runway lenght
1850 x 30 yang termasuk sebagai Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN), kawasan perbatasan
dan pulau-pulau terluar dan destinasi wisata nasional. Hal ini menjadikan Bandara Maimun Saleh
perlu dikembangkan sebagai pintu gerbang perekonomian dan mendukung perkembangan
ekonomi wilayah sesuai dengan tata ruang daratan dan tata ruang laut.
Kota Sabang selain menjadi pusat destinasi wisata juga memiliki potensi di bidang perikanan,
letak Sabang yang mengarah ke Samudera Hindia dan Selat Malaka memberi peluang terhadap
pengembangan produk perikanan. Selama ini hasil perikanan di Kota Sabang hanya dipasarkan di
Kota Sabang dan Kota Banda Aceh, padahal di sektor perikanannya mempunyai potensi untuk
ekspor. Keberadaan Bandara Maimun Saleh diharapkan tidak hanya menjadi bagian dari fasilitas
transportasi udara namun dapat menjadi salah satu fasilitas transportasi yang menjadi penggerak
dan penunjang pertumbuhan ekonomi dengan menjadikannya sebagai bandara yang tidak hanya
I-1
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
untuk melayani penerbangan orang dan barang tetapi juga sebagai bandara dengan terminal
kargo untuk perikanan.
Dari sisi sumberdaya kelautan dan perikanan, Kota Sabang yang memiliki panjang garis pantai
96,3 km dengan tiga teluk yaitu Teluk Sabang, Teluk Pria Laôt dan Teluk Balohan menyimpan
potensi perikanan dan kelautan yang cukup menonjol. Pulau Weh merupakan salah satu dari tiga
pulau yang menjadi konsentrasi terumbu karang di Provinsi Aceh. Kelimpahan terumbu karang ini
memberikan kekayaan perikanan dan biota laut kepada Kota Sabang. Dengan kondisi yang
demikian, maka potensi kelautan dan perikanan di daerah ini memiliki prospek yang baik jika
dimanfaatkan secara bijaksana.
Komoditas unggulan berupa produksi perikanan telah memberikan konstrubsi keempat terbesar
penyumbang Produk Domestik Bruto di Kota Sabang yaitu sebesar 7,5% dimana subsektor
perikanan memiliki andil sebesar 2,2% dari Total PDRB. Sekitar 25,5% angkatan kerja bekerja
sebagai nelayan dan/atau pembudidaya (BPS, 2018). Hasil produksi ikan (baik budidaya maupun
perikanan laut) ini dipandang belum optimal didalam pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan
dan kelautan di Kota Sabang. Oleh karena itu, potensi perikanan budidaya dan kelautan ini harus
dikembangkan dengan optimal dan terpadu dimasa mendatang sehingga peluang Kota Sabang
untuk menjadi salah satu kota pengekspor komoditi ikan segar ke luar daerah, nasional, dan
manca negara melalui pelabuhan dan bandara dapat terwujud. Peningkatan prasarana dan sarana
perikanan perlu diupayakan serta kelengkapan prasarana dan sarana ini untuk prospek perikanan
masa depan diharapkan menjadi lebih baik
Kota Sabang telah ditetapkan sebagai pusat pelayanan utama, salah satu fungsinya adalah : (1)
pusat perdagangan dan jasa skala internasional; (2) pusat kegiatan industri pengolahan dan
industri jasa hasil perikanan; (3) pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional,
yang didukung pusat pelayanan penyangga PKN Banda Aceh dan Kota Sigli dan pusat pelayanan
pintu gerbang merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan pelayanan pertahanan
dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di Kawasan Perbatasan Negara. Dari sudut
pandang dimensi inter-regional, kerjasama ekonomi regional (AFTA, IMT-GT), liberalisasi
perdagangan di kawasan ASEAN, Asia Pasific (APEC) dan WTO sudah menjadi tuntutan yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Bentuk kerjasama ekonomi regional akan memberikan peluang untuk
memposisikan Sabang sebagai “prime mover” pertumbuhan perekonomian wilayah sekitarnya.
IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) merupakan salah satu kerjasama sub-
regional yang dibentuk sejak 1993 yang dijalin oleh Aceh dengan negara bagian dan provinsi lain
di Malaysia dan Thailand. Kerjasama sub-regional ini dibangun untuk memfasilitasi dan
mempromosikan perdagangan serta investasi terhadap wilayah sasaran negara anggota. Bagian
tersebut termasuk dalam bidang trade and investment, agriculture and agroindustry, transport
linkages, human resource development, labor mobility dan halal products and services (IMT GT,
2007) yang bertujuan untuk meng-akselerasikan pertumbuhan ekonomi yang dipimpin oleh
sektor swasta di wilayah IMT-GT melalui :
a) Meningkatkan perdagangan dan investasi dengan memanfaatkan dasar ekonomi yang saling
melengkapi serta keunggulan komparatif;
I-1
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
b) Meningkatkan ekspor ke seluruh dunia dengan meningkatkan daya saing ekspor dan
investasi;
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan kesempatan kerja,
pendidikan, sosial dan budaya di kawasan IMT-GT ; dan
d) Mendorong sektor swasta untuk memainkan peran utama, sementara sektor publik
memfasilitasi dan mendukung sebanyak mungkin.
1.3 SASARAN
Tersusunnya studi kelayakan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan dan
pengembangan Bandara Maimun Saleh sebagai kargo perikanan yang berpedoman Rencana Tata
Ruang Wilayah Aceh dan Pulau-pulau Kecil dan komoditas unggulan perikanan.
I-1
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
Dasar hukum kegiatan studi pengembangan bandara Maimun Saleh sebagai terminal cargo
perikanan, antara lain yaitu :
Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh ;
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang;
Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
Peraturan Presiden No. 49 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan
Negara di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara.
Peraturan Pemerintah No.1 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan
Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 39 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 187 Tahun 2015 tentang Kegiatan Pengusahaan Di
Bandar Udara;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis
dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku DJU
Peraturan Menteri Perhubungan No. 80 Tahun 2017 tentang Program Keamanan
Penerbangan Nasional ;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 83 Tahun 2017 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil
Keputusan Menteri Perhubungan No. 152 Tahun 2019 tentang Fasilitas (FAL) Udara;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 79 Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan
Penyelenggaraan Kegiatan Angkutan Udara Perintis Dan Subsidi Angkutan Udara Kargo;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 53 Tahun 2017 tentang Pengamanan Kargo dan Pos
Serta Rantai Pasok (Supplay Chain) Kargo dan Pos yang diangkut dengan Pesawat Udara.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 47/KEPMEN-KP/2016 tentang Estimasi
Potensi, Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan, Dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya
Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Qanun No. 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Provinsi Aceh
Tahun 2013 -2033.
Qanun No.6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Kota Sabang
Tahun 2012 -2032.
Hierarki bandar udara ditetapkan berdasarkan penilaian atas kriteria sebagai berikut:
a. bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, ditunjukkan
dengan variabel sebagai berikut:
status kota di mana bandar udara tersebut berada sesuai dengan status yang
telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional; dan
penggunaan bandar udara.
b. tingkat kepadatan lalu lintas angkutan udara, ditunjukkan dengan variabel:
jumlah penumpang datang berangkat dan transit;
I-1
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
BAB V PENUTUP
I-1
Studi Kelayakan Pengembangan Bandara
Maimun Saleh Sabang
Sebagai Terminal Cargo Perikanan
I-1
8
TEAM WORK