Anda di halaman 1dari 6

Profit dan Bisnis dalam Perspektif Islam

A. Konsep Profit dan Bisnis Islam

Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Karenanya,
manusia akan senantiasa berusaha memperoleh harta kekayaan itu. Salah satu usaha untuk
memperolehnya adalah dengan bekerja. Bentuk dari bekerja adalah berdagang atau bisnis,
suatu kegiatan penting dalam bidang muamalah yang paling banyak dilakukan oleh manusi saat
ini adalah kegiatan bisnis.

Dalam Konteks muamalah, Islam tidak melarang aktivitas bisnis, termasuk yang bersifat
profit. Aktivitas bisnis bahkan sangat dianjurkan Allah SWT. sebagaimana tertuang dalam al-
Quran surah An-Nisa (4) ayat 29

‫اض ِم ْن ُك ۚ ْم َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ۚ ْم إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ ِ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٍ ‫اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu."

Islam mengatur bahwa dalam melaksanakan bisnis harus mengedepankan nilai-nilai


kejujuran, kepercayaan, apa adanya (tidak berlebihan), semangat memberi, tidak menunda
kewajiban dan tidak menyulitkan orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.

" Seutama-utama usaha dari seseorang adalah usaha para pedagang yang bila berbicara tidak
berbohong, bila dipercaya tidak berkhianat, bila berjanji tidak ingkar, bila membeli tidak
menyesal, bila menjual tidak mengada-ada, bila mempunyai kewajiban tidak menundanya dan
bila mempunyai hak tidak menyulitkan" (HR. Ahmad, Thabrani dan Hakim).

Selain keharusan bersikap jujur dalam berbisnis, menurut Hermawan Kartajaya dan
Muhammad Syakir Sula dalam bukunya syariah marketing setidaknya ada 9 etika yang harus
menjadi prinsip-prinsip dasar bagi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, yakni
sebagai berikut:

1. Memiliki kepribadian spiritual (taqwa)

Seseorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana
mereka sedang sibuk beraktivitas. Semua kegiatan bisnis harus selaras dengan moralitas dan
nilai utama yang digariskan oleh al-Quran. Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap tindakan dan
transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih mulia. Umat muslim
diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan cara menggunakan nikmat yang Allah
karuniakan kepadanya dengan jalan yang sebaik-baiknya. Al-Qur’an memerintahkan untuk
mencari dan mencapai prioritas-prioritas yang Allah tentukan didalam Al-Qur’an, misalnya:

a) Hendaklah mereka mendahulukan pencarian pahala yang besar dan abadi diakhirat
ketimbang keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia.

b) Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor,
walaupun misalnya yang disebut terakhir mendatangkan banyak keuntungan yang lebih besar.

c) Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram.

2. Berperilaku Baik dan Simpatik (Shidiq)

Berprilaku baik, sopan santun dalam berpegaulan adalah pondasi dasar dan inti dari kebaikan
tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi
manusia. Sifat ini adalah sifat Allah Swt yang harus dimiliki oleh kaum Muslim. Banyak ayat Al-
Quran dan Hadis-Hadis Rasulullah yang memerintahkan kaum Muslim untuk bermurah hati. Al-
Quran mengatakan bahwasannya Rasulullah adalah manusia yang sangat pengasih dan murah
hati.

3. Berlaku adil dalam berbisnis (Al-Adl)

Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung kezaliman dan
mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam setiap hubungan dagang dan
kontak-kontak bisnis.

4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah)

Sikap melayani dan rendah hati merupakan sikap utama dari seorang pebisnis. Tanpa sikap
melayani dan rendah hati, yang melekat pada kepribadiannya, dia bukanlah seorang yang
berjiwa pebisnis. Rasulullah bersabda bahwa salah satu ciri orang beriman adalah mudah
bersahabat dengan orang lain, dan orang lain pun mudah bersahabat dengannya. Al-Quran juga
memerintahkan dengan sangat ekspresif agar kaum muslim bersifat lembut sopan santun
manakala berbicara dan melayani pelanggan.

5. Menepati janji dan tidak curang

Menepati janji atau amanah dalam Islam merupakan sifat dan sikap utama yang harus
dimiiki kaum muslim. Lawan dari kata menjaga amanah adalah curang (tatfif) merupakan sikap
yang sangat dibenci Allah. Sikap curang, serakah, dan sikap tidak adil ini demi memperoleh
keuntungan yang lebih besar, bisa muncul dalam menentukan harga, takaran, ukuran,
timbangan.
Seorang pembisnis syariah harus senantiasa menjaga amanah yang dipercayakan
kepadanya. Demikian juga dengan seorang syariah merketer harus dapat menjaga amanah yang
diberikan kepadanya sebagai wakil dari perusahaan dalam memasarkan dan mempromosikan
produk kepada pelanggan.

6. Jujur dan terpercaya (Al-Amanah)

Diantara akhlak yang harus menghiasi bisnis syariah dalam setiap gerak-geriknya adalah
kejujuran. Kadang-kadang sifat jujur dianggap mudah untuk dilaksanakan bagi orang-orang
awam manakala tidak diharapkan pada ujian yang berat atau tidak dihadapkan pada godaan
duniawi. Disinilah Islam menjelaskan bahwa kejujuran yang hakiki itu terletak pada muamalah
mereka. Jika ingin mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran seorang sahabat, ajaklah kerja
sama dalam bisnis. Disana akan kelihatan sifatsifat aslinya, terutama dalam hal kejujuran.

7. Tidak suka berburuk sangka (suuzh-zhann)

Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Muhammad Saw yang harus
diimplementasikan dalam prilaku bisnis modern. Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan
pengusaha yang lainnya, hanya bermotifkan persaingan bisnis. Allah SWT. berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena


sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (
QS. Al-Hujurat (49) : 12 )

8. Tidak suka menjelak-jelekkan (ghibah)

Menjelek-jelekkan (ghibah) merupakan salah satu penyakit hati yang harus dihindari pelaku
usaha. Tidak boleh atas nama keuntungan, pelaku usaha menjelek-jelekkan pelaku usaha
lainnya. Allah melarang perbuatan tersebut dalam firman-Nya: "Dan janganlah sebagian kamu
mengumpat sebagian yang lain" (QS.Al-Hujurat (49) : 12).

9. Tidak melakukan suap (risywah)

Menyuap (risywah) merupakan perbuatan haram dan termasuk dalam kategori makan
harta orang lain dengan cara batil. Memberikan sejumlah uang dengan maksud agar dapat
memenangkan tender suatu bisnis, atau memberikan sejumlah uang kepada hakim atau
penguasa agar dimenangkan suatu perkara atau di ringankan hukuman merupakan tindakan
berkategori suap (risywah).
B. Pengambilan Profit dalam Bisnis Terlarang

Pertama, dilarang mengambil profit dari bisnis barang dan jasa yang diharamkan dan
membahayakan, seperti bisnis minuman keras, narkoba, jasa kemaksiatan dan perjudian serta
makanan dan minuman yang merusak rohani dan jasmani.

Kedua, dilarang mengambil profit dengan cara penipuan (al-khilabah/deception). Penipuan


menurut ahli fiqh dibagi menjadi empat macam, yakni :

1. Khiyanat, dimana penjual mengatakan bahwa ia beli barang dagangan ini dengan
harga Rp. 10.000, padahal sebenarnya ia beli hanya dengan Rp. 6000,. Tujuan
mengatakan demikian agar orang lain mau membeli dengan harga tinggi.
2. Tanajusy, yakni penipuan dilakukan dengan cara penjual menyuruh seseorang untuk
melakukan penawaran secara proaktif terhadap barang dagangannyadengan harga
yang tinggi dengan maksud agar orang lain (yang ingin membeli atau tidak) tertarik
membeli barang dagangan tersebut dengan harga tinggi.
3. Al-Taghrir, yakni penipuan penjual terhadap calon pembeli, baik secara ucapan
maupun perbuatan.
4. al-'aib, yakni penjual menyembunyikan cacat barang dagangannya (yang sudah
diketahuinya) dengan tujuan pembeli tetap mau membeli barang dagangan itu
dengan harga tinggi.

Ketiga, dilarang mengambil profit dengan jalan mencegat orang sebelum sampai ke pasar
atau talaqi rukban yaitu perbuatan pedagang suatu pasar yang sengaja mencegat pedagang dari
luar kota sebelum sampai di pasar dengan tujuan membeli dengan harga murah, lalu
menjualnya dengan harga tinggi. Berikut ini hadis Rasulullah yang menegaskan bahwa talaqi
rukban adalah terlarang dan diharamkan

"Janganlah kalian hadang kafilah-kafilah dan janganlah orang-orang kota menjualkan buat
orang desa (HR. Muttafaqaalaih).

Keempat, dilarang mengambil profit dengan cara menimbun atau monopoli (ihtikar).
Ihtikar adalah menahan barang-barang dagangan lebih-lebih bahan pokok dengan spekulasi
untuk menaikkan harga yang membahayakan kepentingan umum.

Kelima, dilarang mengambil profit dengan cara melakukan penyamaran harga barang
(ghubn/ghisysy/fraud). Dalam terminologi fiqh, ghubn sering diartikan tidak terwujudnya
keseimbangan antara objek akad (barang) dan harganya, seperti lebih tinggi atau lebih rendah
dari harga sesungguhnya.
Keenam, dilarang mengambil profit dengan cara ba'i najasy, yakni penjual menyuruh orang
lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik pula untuk
membeli. Si penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-benar membeli barang tersebut. Ia
hanya ingin menipu ornag lain yang benar-benar ingin membeli. Sebelumnya orang ini telah
mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli
yang sesungguhnya membeli dengan harga tinggi pula dengan maksud untuk ditipu.

Ketujuh, dilarang mengambil profit dengan cara gharar. Gharar menurut bahasa berarti al-
khatar yaitu sesuatu yang tidak diketahui pasti benar atau tidaknya. Dengan istilah lain, gharar
adalah akad yang akan mengandung unsur penipuan karena tidak adanya kepastian, baik
mengenai ada atau tidak adanya objek akad, besar kecilnya jumlah, maupun kemampuan
menyerahkan objek yang disebutkan dalam akad tersebut.

Kedelapan, dilarang mengambil profit dengan cara bai'atan fi baiah. Bai'atan fi baiah adalah
kondisi dimana suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi
ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan (berlaku).

Kesembilan, dialarng mengambil profit dengan cara melakukan bisnis dalam kondisi
mudharat yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya larangan
melakukan bisnis senjata di saat terjadi kekacauan (chaos) politi. Tidak boleh menjual barang
halal seperti menjual anggur kepada produsen minuman keras. Karena ia diduga keras
mengelolanya menjadi miras.

Kesepuluh, dialarang mengambil profit dengan cara riba. Secara etimologis, kata ar-riba
bermakna zada wa nama', yang berarti bertambah dan tumbuh.

C. Solusi Islam terhadap Ketidakadilan Ekonomi

Pertama, masyarakat mempunyai hak khiyar. Hak khiyar adalah salah satu hak bagi kedua
belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika terjadi beberapa persoalan dalam transaksi
yang dimaksud. Hak khiyar tersebut antara lain; hak khiyar tadlis (katm al-'uyub), yaitu hak
untuk membatalkan atau melanjutkan transaksi karena menyembunyikan cacat barang, seperti
pedagang yang mendemonstrasikan suatu barang, sehingga kelihatan barang tersebut
mempunyai kelebihan melebihi keadaan sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai