Anda di halaman 1dari 15

AUDITING

“ TUJUAN, BUKTI, PROSEDUR DAN KERTAS KERJA AUDIT ”

Oleh :

KELOMPOK 4

KOMANG ALIT WIDYANI 1817051014

I GUSTI PUTU FANY ANTARIANSYAH 1817051179

K.M TRISNA WIDHI ANTARI 1817051249

KELAS 4G

PRODI S1 AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
PEMBAHASAN

A. Tujuan Umum Audit

Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran , dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha
serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk
mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup.
Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk
setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut ,
auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan
bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
1. Tujuan Audit Atas Laporan Keuangan

Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor


independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan
klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor
untuk menyatakan pendapatanya. Baik dalam hal auditor menyatakan
pendapatanya maupun menyatakan tidak memberian pendapat, auditor
harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing. Standar auditing mengharuskan auditor menyatakan apakah
menurut pendapatanya laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

2. Tujuan Audit Spesifik Dan Bukti Audit

Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos
yang terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi
manajemen. Dalam bab sebelumnya telah disebutkan bahwa asersi
manajemen dalam laporan keuangan menjadi pedoman bagi auditor untuk
merencanakan pengumpulan bukti audit. Lima asersi manajemen yang
digariskan dalam standar auditing yang berlaku umum (GAAS) adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan Audit untuk Keberadaan dan Keterjadian
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadiaan biasanya
auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
1. Validitas/pisah batas, semua transaksi tercatat benar-benar telah
terjadi selama periode akuntansi.
2. Validitas, semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah
dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca.
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia
harus mengikuti tiga alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit,
penagihan, dan penyesuaian penjualan. Waktu dan perhatian yang
diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada kepentingan dan
materialitis transaksi pada proses bisnis inti entitas.
b. Tujuan Audit Untuk Kelengkapan
Berkaitan dengan masalah kelengkapan, auditor biasanya akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan/pisah batas, semua transaksi yang terjadi dalam
periode itu telah dicatat.
2. Kelengkapan, semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi
semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.

Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor


akan menekankan perhatian tentang transaksi penjualan,
penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta akumulasinya
pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas seringkali di review
oleh para auditor karena transaksi-transaksi yang tidak tercatat
merupakan kesalahan pencatatan pada periode yang salah.

c. Tujuan Audit Untuk Hak dan Kewajiban


Biasanya Auditor menguji kepemilikan , kesesuaian atas hak entitas
terhadap aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva.
Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus kas,
auditor akan mengukur risiko kemungkinan klien telah
menggadaikan atau menjual piutang.
d. Tujuan Audit untuk Penilaian atau Alokasi
Berkaitan dengan masalah penilaian atau alokasi, biasanya auditor
akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan GAAP, bahwa saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal
penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu antarperiode (seperti
penyusutan dan amortisasi).
2. Pembukuan dan Pengikhtisaran, transaksi telah dibukukan dan
diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku
besar.
3. Nilai bersih yang dapat direalisasikan, saldo-saldo yang telah
dinilai sebagimana mestinya pada nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau
alokasi dimana masing-masing mencerminkan jenis salah saji yang
berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang berbeda pula.
e. Tujuan Audit Untuk Penyajian dan Pengungkapan
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan ,
biasanya Auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengklasifikasian, Transaksi dan saldo telah diklasifikasikan
sebagaimana mestinya dalam laporan keuangan.
2. Pengungkapan, Semua pengungkapan yang dipersyaratkan
oleh GAAP telah tercantum dalam laporan keuangan.
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor
menekankan perhatian secara khusus pada klasifikasi dan
pengungkapan yang tepat atas transaksi pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa (related party) dalam siklus
penjualan dan penagihan.
Tujuan audit spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk
setiap klien. AU 326.09, Evidential Matter (SAS Nos. 31,48, dan
80) menyebutkan bahwa auditor harus mempertimbangkan
keadaan dimana klien beroperasi, sifat kegiatan ekonominya, dan
praktik akuntansi yang unik untuk industry tersebut. Sebagai
contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila
sebagian dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan dalam
valuta asing. Demikian juga, jumlah tujuan spesifik untuk setiap
kategori asersi akan beragam sebagaimana ditunjukkan dalam
daftar sebelumnnya.
B. Bukti Audit

Setelah Auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo


akun atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia akan
mengembangkan prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Telah
disebutkan bahwa materialitas dan risiko, factor-faktor ekonomi, serta
ukuran dan karakteristik populasi mempengaruhi pertimbangan auditor
tentang kecukupan bukti audit. Sedangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit
adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.

1. Faktor – Faktor Yang Menentukan Kompetensi Bukti Audit

a. Relevan

Bukti harus relevan dengan tujuan audit. Suatu bukti audit


mungkin relevan dengan satu atau beberapa tujuan audit. Relevansi
bukti diukur dari sejauh mana faedahnya bagi tujuan audit yang
sedang diuji. Sebagai contoh, pengamatan fisik atas persedian oleh
auditor dalam pelaksanaan audit relevan untuk menentukan
keberadaan persedian, tapi tidak relevan dengan penentuan
kepemilikan persedian.

b. Sumber bukti

Pada umumnya bukti audit mengenai efektifitas desain dan operasi


pengendalian yang diperoleh langsung oleh auditor dengan jalan
pengamatan memberikan keyakinan lebih besar dibandingkan
daripada melalui permintaan keterangan. Sumber informasi sangat
berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

Hal-hal yang menunjukkan kesahihan sumber bukti adalah sebagai


berikut :

1. Independensi pemberi informasi

2. Efektivitas internal kontrol klien

3. Diperoleh secara langsung oleh auditor

4. Kualifikasi pemeberi informasi

c. Ketepatan waktu ( timeliness )

Ketepatan waktu berhubungan dengan kapan bukti itu diperoleh


atau tanggal pemakaian bukti. Ketepatan waktu sangat penting
terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan laporan
laba rugi. Hasilnya akan digunakan untuk mengatahui apakah cut
off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Bukti yang
diperoleh lebih dekat dengan tanggal neraca lebih kompeten dan
memiliki tingkat keyakinan lebih tinggi daripada bukti yang
diperoleh jauh dari tanggal neraca untuk akun saldo akun-akun
neraca.

d. Tingkat objektivitas

Bukti yang bersifat objektif lebih dapat diandalkan ( reiable ) dari


pada bukti subjektif. Dalam melakukan penelaahan bukti yang
bersifat subjektif, misalnya perkiraan manajemn auditor harus
mampu mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu
pembuat estimasi dan menentukan ketepatan proses pembuatan
keputusan dalam membuat judgement.

2. Jenis-Jenis Bukti Audit


Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan,
auditor dapat memilihnya dari delapan kategori bukti yang luas, yang
disebut tipe - tipe atau jenis - jenis bukti audit. Menurut Fachrudin
(2007 : 7), ada beberapa jenis bahan bukti yang dapat dipilih oleh
auditor dalam rangka mengevaluasi bukti audit, yaitu :

a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset
yang berwujud, seperti : persediaan barang, uang kas, kertas
berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset tetap berwujud ; seperti
bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan
fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan
kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini
indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari panca
indera yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis
maupun lisan mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak
ketiga yang independen (sebaiknya tertulis). Jawaban tersebut
seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses
konfirmasi adalah sebagai berikut :
1. Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2. Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3. Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya
kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
1. Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta
untuk menjawab baik informasi yang diterimanya akurat
maupun tidak akurat.
2. Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta
untuk menjawab jika informasi yang diterimanya tidak akurat.
c. Prosedur Analiis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan
hubungan - hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau
data merupakan angka atau data yang logis. Prosedur analitis pada
garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan
tahun yang diaudit dengan tahun sebelumnya.
2. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan
perusahaan yang diaudit dengan data perusahaan yang sejenis
untuk tahun/periode yang sama.
3. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan
dengan anggarannya.
4. Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data
atau informasi yang diketahui auditor atau hasil perhitungan
auditor.
5. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan
dengan data non – keuangan yang ada kaitannya (relationship)
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen
yang dikirimkan langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi
yang merupakan penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang
independen di luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang
diminta oleh auditor.
2. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen
yang disimpan dalam arsip klien, misalnya rekening koran
bank, faktur dari penjual, order pembelian dari pelanggan, dan
lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan terhadap
jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan
apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau
dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien.
e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)
Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya
jawab dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja
yang kurang jelas, boleh ditanyakan kepada pihak perusahaan,
misalnya mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses
pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab
ini harus hati – hati, karena pihak perusahaan bukanlah pihak yang
independen, sehingga kemungkinan memperoleh jawaban yang
bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang
ditanya, sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian
hasil tanya jawab ini mungkin saja dapat diperkuat atau di cek
kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau dokumen
dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk
menilai atau memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya
jika di catatan kepegawaian ada 15 personil di bagian akuntansi,
auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat
apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika
kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang
cuti atau sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan
tidak ada barang setengah jadi (work in proccess), auditor dapat
berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di
perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi.
Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan
mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat
menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal
diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi
beroperasinya mesin tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan
atas suatu data atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan,
jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5 juta. Auditor akan
menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang
dijual dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian
menguranginya jika ada diskon dan sebagainya, sehingga
diperoleh angka Rp. 5 juta.
h. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya
pengacara, insinyur, geologist, ahli teknik dan lain – lain. Pada
umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan orang yang
mempunyai hubungan dengan klien. Auditor harus membuat surat
perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima
begitu saja hasil – hasil penemuan spesialis tersebut.
3. Informasi Penguat Bukti Audit

Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang


prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus
mempertimbangkan sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi yang
mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab dengan


komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal,
buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya) semuanya
tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan . dewasa
ini data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data elektronik.

Bukti documenter telah digunakan secara luas dalam auditing dan


dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada
situasi yang ada. Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar
entitas, dari dalam entitas dengan pengesahan atau tanda tangan.

C. Prosedur Audit
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam
merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan
saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus mempersiapkan
suatu program audit tertulis untuk setiap audit.

Maksud suatu prosedur audit adalah mengatur secara sistematis


prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit berlangsung.
Prosedur audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini
oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit.
Prosedur audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya
auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan
bottom-up ketika mengembangkan suatu prosedur audit.

Jenis pengujian yang termasuk dalam prosedur audit meliputi :

1. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data
keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan
atas saldo laporan keuangan.
2. Prosedur Awal
3. Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor
persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian
internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk
memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai
dengan akun pengendali dalam buku besar.
4. Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
5. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi
audit dari auditor.
6. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau
vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
7. Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun
serta item-item yang membentuk saldo tersebut.
8. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang
dipersyaratkan oleh GAAP.
D. Kertas Kerja Audit

1. Arti Dan Tujuan Kertas Kerja Audit

a. Pengertian Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit adalah catatan-catatan yang diselengarkan


auditor mengenai prosedur audit yang ditetapkan, pengujian-
pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh dan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat sehubungan dengan audit.

Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan


kertas kerja (working papers) sebagai catatan yang di simpan oleh
auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang
dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan tentang
masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja memberikan :
1. Dukungan utama bagi laporan audit
2. Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
3. Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS
b. Tujuan kertas kerja audit
1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan
keuangan. Opini yang diberikan harus sesuai dengan
kesimpulan pemeriksaan yang dicantumkan dalam kertas kerja
perusahaan.
2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan
sesuai dengan Standar Profesionak Akuntansi Publik.
Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang
diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh auditor.
Misalnya melakukan penilaian terhadap pengendalian intern
dengan menggunakan internal control questionnaires,
mengirimkan konfirmasi piutang, meminta Surat Pernyataan
Lapangan dan lain-lain.
3. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari:
a. Pihak Pajak
b. Pihak Bank
c. Pihak Klien
Jika kertas kerja pemeriksaan lengkap, pertanyaan apapun
yang diajukan pihak-pihak tersebut, yang berkaitan dengan
laporan audit, bisa dijawab dengan mudah oleh auditor,
dengan menggunakan kertas kerja pemeriksaan sebagai
referensi.
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit)
sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten
sampai dengan partner, sesudah selesai suatu penugasan.
Evaluasi tersebut bisa digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan untuk kenaikan jenjang jabatan dan kenaikan
gaji.
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.
Untuk persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja tersebut
dapat dimanfaatkan antara lain:
a. Untuk mengecek saldo awal.
b. Untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk
memeriksa klien tersebut.
c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun
lalu dan berguna untuk penyusunan audit plan tahun
berikutnya.
2. Menyusun Kertas Kerja

Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas


kerja yang baik adalah sebagai berikut ini :
a. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien,
judul deskriptif yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja
tersebut, seperti “Rekonsilisasi Bank-City Nasional Bank”, serta
tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang lingkup audit.
b. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor
indeks atau nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau
pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan seterusnya.
c. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang
diambil dari kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas
kerja lain harus diberi referensi silang.
d. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol
seperti tanda pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja,
menunjukkan dalam auditor telah melaksanakan sejumlah prosedur
pada item-item dimana tanda pengecekan tersebut diberikan, atau
dapat juga berarti bahwa informasi tambahan tentang item tersebut
dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas kerja tersebut.
e. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah
menyelesaikan masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-
review kertas kerja tersebut harus membubuhkan paraf dan tanggal
pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk menetapkan
tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.
Daftar Pustaka

Arens, A. A., & Elder, R. j. (2006). Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta :
Erlangga.

Rahayu, S. K., & Suhayati, E. (2013). Auditing Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai