Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BALUT BIDAI & TRANSPORTASI

DISUSUN OLEH:

NAMA : TIARA SEKAR SARI

NIM : G2A017066

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019/2020
A. PENGERTIAN BALUT BIDAI
Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau  imobilisasi dari lokasi
trauma dengan menggunakan penyangga misalnya splinting (spalk). Balut bidai
adalah jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai (untuk tikar, tirai penutup pintu,
belat, dsb) atau jalinan bilah bambu (kulit kayu randu, dsb) untuk membalut tangan
patah, dsb.

B. TUJUAN BALUT BIDAI


1. Memperrtahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak.
2. Memberikan tekanan.
3. Melindungi bagian tubuh yang cedera
4. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
5. Mencegah terjadinya pembengkakan.
6. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi.
7. Memudahkan dalam transportasi penderita.

C. INDIKASI PEMBIDAIAN
1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
3. Dislokasi persendian
Kecurigaan aadanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan :
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek
2. Ekstremitas yang cidera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi
abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakan ekstremitas yang cidera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif
9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasiseperti jeruji ketika menggerakan ekstremitas yang
mengalami cidera (Krepitasi)
11. Perdarahan bisa ada atau tidak
12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cidera
13. Kram otot disekitar lokasi cidera

D. KONTRAINDIKASI PEMBIDAIAN
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas, pernafasan dan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau
gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko
memperlambat sampainya penderita kerumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu
dilakukan.

E. KOMPLIKASI PEMBIDAIAN
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
1. Cidera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain disekitar fraktur oleh ujung
fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada
bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
3. Keterlambatan transport penderita kerumah sakit, jika penderita menunggu terlalu
lama selama proses pembidaian.

F. JENIS PEMBIDAIAN
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan ditempat cidera sebelum penderita dibawa kerumah sakit. Bahan untuk
bidai bersifat sederhana dan apa adanya. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri
dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa dilakukan oleh siapapun
yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian.
2. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik/rumah sakit). Pembidaian
dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi. Menggunakan alat dan
bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll). Harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang sudah terlatih.

G. PRINSIP PEMASANGAN BALUT BIDAI


1. Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah atau tidak terlalu lentur.
2. Panjang bidai mencakup dua sendi.
3. Ikatan pada bidai paling sedikit dua sendi terikat, bila bias lebih dari dua ikatan
lebih baik.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar.
5. Prinsip pertolongan pertama pada patah tulang.
6. Pertahankan posisi.
7. Cegah infeksi.
8. Atasi syok dan perdarahan.
9. Imobilisasi (fiksasi dengan pembidaian).
10. Pengobatan :
a. Antibiotika
b. ATS (Anti Tetanus Serum)
c. Anti inflamasi (anti radang)
d. Analgetik / pengurang rasa sakit

H. SYARAT-SYARAT BALUT BIDAI


1. Cukup kuat untuk menyokong.
2. Cukup panjang.
3. Diberi bantalan kapas.
4. Ikat diatas dan dibawah garis fraktur (garis patah).
5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu kendur.

I. MACAM-MACAM PEMASANGAN BALUT BIDAI


1. Spalk kayu
2. Pneuma splint
3. Traksi
4. Vacuum matras
5. Neck collar

J. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah Putusnya hubungan tulang yang diakibatkan karena ruda paksa/
benturan.
2. Macam – Macam Fraktur :
a. Menurut perluasan
1) Patah tulang komplit
2) Patah tulang inkomplit / tidak komplit
b. Menurut bentuk garis patah
1) Transversal
2) Oblique
3) Spiral
4) Comunited (remuk)
c. Menurut hubungan antar fragmen
1) Tanpa perubahan bentuk
2) Dengan perubahan bentuk
d. Menurut hubungan dengan dunia luar
1) Patah tulang terbuka
2) Patah tulang tertutup
e. Menurut lokalisasi
1) Pada Tulang Panjang :
 ⅓ proksimal
 ⅓ tengah
 ⅓ distal
2) Pada Tulang Clavicula :
 ¼ medial
 ½ tengah
 ¼ lateral
3) Pada Tulang Lengan Atas
Tindakan :
a) Letakan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke
dalam
b) Pasang bidai dari siku sampai keatas bahu
c) Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah
d) Lengan bawah di gendong.
e) Jika siku juga patah dan tangan tak dapat di lipat, pasang bidai sampai
ke lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong
f) Bawah korban kerumah sakit
4) Patah Tulang Lengan Bawah
Tindakan :
a) Letakkan tangan pada dada.
b) Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan
c) Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah
d) Lengan di gendong
e) Kirim korban kerumah sakit.
5) Patah Tulang Paha
Tindakan :
a) Pasang 2 bidai dari :
- Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki
- Lipat selangkangan sampai sedikit melewati mata kaki
b) Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dengan pembalut untuk
mengurangi pergerakan.
6) Patah Tulang Betis
Tindakan :
a) Pembidaian 2 buah mulai dari mata kaki sampai atas lutut
b) Diikat
c) Beri bantalan dibawah lutut dan dibawah mata kaki
K. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Mitela yaitu pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi yaitu mitela yang telipat-lipat sehingga berbentuk dasi
3. Pita yaitu pembalut berperekat
4. Pembalut yang spesifik
5. Kassa steril
6. Sarung tangan steril bila perlu.

L. PROSEDUR KERJA
1. Jelaskan prosedur kepada klien dan tanyakan keluhan klien
2. Cuci tangan dan gunakan handscoon steril
3. Jaga privasi klien
4. Lihat bagian tubuh yang akan dibidai
5. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan tindakan
6. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menutupi tempat untuk mengambil
tindakan.
7. Perhatikan tempat yang akan dibalut :
a. Bagian tubuh yang mana
b. Apakah ada bagian luka terbuka atau tidak
c. Bagaimana luas luka.
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tertentu atau tidak
8. Lakukan balut bidai dengan melewati dua sendi
9. Hasil balut bidai :
a. Harus cukup jumlahnya, dimulai dari bagian bawah tempat yang patah
b. Tidak kendor dan keras.
10. Rapikan alat-alat yang tidak pergunakan.
11. Buka sarung tangan jikadipakai dan cuci tangan
12. Evaluasi dan dokumentasi tindakan.

M. PERHATIAN
1. Pemasangan hati-hati
2. Ingat nyeri dan kemungkinan syok
A. PENGERTIAN
1. Stabilisasi
Adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/pasien agar tetap stabil
selama pertolongan pertama.
2. Transportasi
Adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat lain tanpa
atau mempergunakan alat. Tergantung siatuasi dan kondisi dilapangan.
B. PRINSIP STABILISASI
a. Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang
dialami
b. Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil
c. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
d. Menjaga agar perdarahan tidak bertambah
e. Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih
buruk lagi

Cara mengangkat begini merusak tulang belakang yang cedera

Pertahankan posisi korban tetap datar selama diangkut


C. TRANSPORTASI
1. Pertimbangkan hal-hal berikut sebelum mengangkat penderita :
a. Berapa berat objek? apakah kita memerlukan bantuan tambahan dalam
mengangkat?
b. Bagaimana karakterisitik fisik kita? apakah saya atau partner saya
mempunyai keterbatasan fisik yang akan mempersulit pengangkatan? Secara
umum penolong dengan kekuatan dan tinggi yang sama dapat mengangkat
dan mengangkut bersama dengan lebih mudah.
c. Komunikasi. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut
dengan rekan anda.
2. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk
mencegah cedera. Diantaranya :
a. Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus kokoh, menapak pada permukaan
dan diposisikan sepanjang lebar bahu.
b. Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan punggung anda untuk
mengangkat.
c. Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat gerakan lain selain
mengangkat. Usaha untuk berbelok atau berputar ketika mengangkat
merupakan penyebab utama cedera.
d. Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan mengkompensasi. Hindari
bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda tetap lurus dan terkunci.
e. Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda. Semakin jauh beban dari
tubuh anda, semakin besar kemungkinan anda cedera.
3. Ada 3 Jenis Pemindahan / Transportasi :
a. Pemindahan Darurat (emergency)
a) Tempat kejadian berbahaya
b) Perawatan kondisi yang mengancam hidup memerlukan resusitasi
b. Pemindahan Mendesak (urgency)
a) Perawatan kondisi penderita memerlukan pemindahan
b) Faktor-faktor pada tempat kejadian menyebabkan kondisi penderita
menurun
c. Pemindahan Tidak Mendesak (non urgency)
4. Persiapan Transportasi :
a. Penderita
b. Tempat tujuan
c. Sarana : alat dan personil
5. Penilaian Laik Pindah

Kondisi “Stabil”
A – Airway (jalan napas)
B – Breathing (pernapasan)
C – Circulation (aliran darah)
D – Disability (kesadaran)
6. Mengangkat yang aman
a. Digunakan otot yang kuat antara lain : otot paha,otot pinggul dan otot bahu
b. Ikuti cara-cara berikut :
a) Pikirkan cara masak-masak sebelum mengangkat korban
b) Berdiri sedekat mungkin dengan pasien atau alat-alat angkat
c) Pusatkan kekuatan pada lutut
d) Atur punggung tegak namun tidak kaku
e) Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan
f) Selanjutnya bergeraklah secara halus tahanlah si pasien atau alat angkut
dekat ke saudara
7. Aturan dalam penanganan dan pemindahan korban
a. Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak
membahayakan penolong
b. Terangkan kepada korban secara jelas tentang apa yang akan dilakukan
sehingga korban kooperatif
c. Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan
dikerjakan
d. Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando agar dapat
dikerjakan bersamaan
e. Pakailah cara mengangkat korban dengan teknik yang benar agar tidak
menyebabkan cidera punggung si penolong
8. Perlengkapan pertolongan pertama
a. Perlengkapan dasar
a) Tempat/kotak tak tembus air
b) Berbagai ukuran pembalut
c) Kassa steril
d) Pembalut segitiga
e) Peniti
f) Sarung tangan
b. Perlengkapan tambahan
a) Pembalut elastis
b) Gunting
c) Desinfektan
d) Kapas
e) Plester perekat
f) Alat tulis dan tabel
g) Alat pelindung diri
h) Selimut, alas dari plastik, lampu dengan batrai
c. Tanpa alat
a) Proses pemindahan dilakukan oleh satu penolong, dua penolong atau lebih
tanpa menggunakan alat
- Oleh satu orang : diseret, di papah, ditimang, digendong
- Oleh dua penolong :
 Dua tangan menyangga paha, dua tangan menyangga
punggung
 Satu penolong mengangkat korban dari punggung,
penolong yang lain menyangka tungkai
- Oleh tiga atau empat orang : diangkat bersama-sama, posisi korban
terbaring
9. Cara menolong satu orang
a. Cara mengangkat yang aman
b. Pikir masak-masak sebelum mengangkat/konsentrasi
c. Berdiri sedekat mungkin dengan korban
d. Pusatkan kekuatan pada lutut
e. Atur punggung tegak namun tidak kaku
f. Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan
g. Selanjutnya bergeraklah secara halus
1) Human Cruth
a. Berdiri disamping korban disisi yang cidera atau yang lemah, rangkulkan satu
lengan pasien pada leher penolong dan gaitlah tangan korban atau
pergelangannya
b. Rangkulkan tangan penolong yang lain dari arah belakang menggait pinggang
korban
c. Bergeraklah pelan-pelan maju
d. Selanjutnya selundupkan kedua tongkat masing-masing dikiri dan kanan tepi
kanvas yang sudah dilipat dan dijahit
e. Angkat dan angkut korban hati-hati

2) Cara Drag (diseret)


a. Jongkoklah dibelakang korban
b. Susupkan kedua lengan penolong dibawah ketiak kiri dan kanan korban,
gapai dan pegang kedua pergelangan tangan korban
c. Bila korban pakai jaket buka semua kancingnya
(tidak boleh dilakukan pada korban cidera pundak, kepala dan leher)

3) Cara Cradle (dibopong)


a. Jongkoklah dibelakang korban letakkan satu lengan penolong merangkul
dibawah punggung korban sedikit diatas pinggang
b. Letakkan tangan yang lain dibawah paha korban tepat dilipatan lutut.
Berdirilan pelan-pelan dan bersamaan mengangkat korban

4) Cara Pick A Back (digendong)


a. Jongkoklah didepan korban dengan punggung menghadap korban.
Anjurkan korban meletakan kedua tangannya merangkul diatas pundak
menolong
b. Gapai dan peganglah paha korban, pelan-pelan angkat keatas menempel
pada pungggung penolong

10. Tenaga penolong 2 orang


1) Cara Ditandu dengan kedua lengan penolong (Cara The Two – Handed
Seat)
a. Kedua penolong jongkok dan saling berhadapan disamping kiri dan kanan
korban, lengan kanan penolong kiri dan lengan kiri penolong kanan
menyilang dibelakang punggung korban, menggapai dan menarik ikat
pinggang korban
b. Kedua tangan penolong yang menerobos dibawah lutut korban saling
bergandengan dan mengait dengan cara saling memegang pergelangan
tangan
c. Makin mendekatlah para penolong. Tahan dan atur punggung penolong
tegap. Angkatlah korban perlahan-lahan bergerak keatas

2) Cara The Fore and Aft Carry


a. Dudukkan pasien. Kedua lengan menyilang di dada. Rangkul dengan
menyusupkan lengan penolong dibawah ketiak korban
b. Pegang pergelangan tangan kiri pasien oleh tangan kanan penolong. Dan
tangan kanan penolong ke tangan kiri korban
c. Penolong yang lain jongkok disamping korban setinggi lutut dan mencoba
mengangkat kedua paha korban
d. Bekerjalah secara koordinatif
11. Cara Penolong 4 Orang
a. Memakai Tandu/ Stretcher
a) Peraturan umum membawa korban dengan usungan kepala korban diarah
belakang, kecuali keadaan2 tertentu :
- korban kedinginan yang amat sangat, kerusakan tungkai berat,
menuruni tangga/ bukit.
- korban stroke, trauma kepala, letak kepala harus lebih tinggi dari
letak kaki
b. Setiap pengangkat siap di keempat sudut, Apabila hanya ada 3 penolong dua
penolong berada di bagian kepala
c. Masing-masing pengangkat jongkok dan menggapai masing-masing
pegangan dengan kokoh
d. Dibawah komando salah satu pengangkat di bagian kepala, keempat
mengangkat bersamaan
e. Selanjutnya komando berikutnya pengangkat bergerak maju perlahan-lahan
f. Untuk menurunkan usungan, keempat pengangkat berhenti bersamaan dan
perlahan-lahan menurunkan usungan.
1) Dengan bantuan alat
Bisa dilakukan oleh dua/empat orang dengan menggunakan alat bantu:
a. Dengan menggunakan kursi kayu
b. Dengan menggunakan tandu/usungan

c. Dengan menggunakan kursi beroda atau tandu beroda

d. Dapat menggunakan kendaraan bermotor


Alat bantu transportasi :
DAFTAR PUSTAKA

Ervindo, Ricky. 2013. Balut Bidai. (Online)


(https://id.scribd.com/doc/176849970/Balut-Bidai). Diakses 18 April 2020.

Fury, Ingrit. 2013. Stabilisasi dan transportasi. (Online)


(https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=147398963&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C
%22platform%22%3A%22web%22%7D). Diakses 18 April 2020.

Indahsari, Diyahayu. 2013. BAB II PEMBAHASAN 2.1 BALUT BIDAI. (Online)


(https://www.academia.edu/37508090/BAB_II_PEMBAHASAN_2.1_BALUT_
BIDAI). Diakses 18 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai