Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

“Kebijakan Moneter Untuk Stabilitas dan Pertumbuhan”

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter

Dosen Pengampu Bapak Moh.Rosidi, MM.

Disusun oleh :

Kelompok 1 ( Satu)

1. Putri Ananda Syekti (1842400026)


2. Husnul khotimah (1842400015)
3. Linda Wati (18424000
4. Tartila (18424000
5. Iis Sakdiyah (18424000

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON PROBOLINGGO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah memegang peranan penting dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat pada


suatu negara. Pada periode 1960-1965, perekonomian Indonesia menghadapi masalah yang berat
sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan kepentingan politik. Doktrin
ekonomi terpimpin telah menguras hampir seluruh potensi ekonomi Indonesia akibat membiayai
proyek-proyek politik pemerintah. Sehingga tidak mengherankan jika pada periode ini
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat rendah, laju inflasi sangat tinggi hingga
mencapai 635% pada 1966, dan investasi merosot tajam.

Dalam menjalankan kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) dibebani Multiple


Objectives, yaitu selain menjaga stabilitas mata uang rupiah juga sebagai bank sirkulasi yang
memberi pinjaman uang muka kepada pemerintah serta menyediakan kredit likuiditas dan kredit
langsung kepada lembaga-lembaga negara dan pengusaha. Kebijakan moneter merupakan
instrumen yang sangat diandalkan dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang ada pada suatu
negara. Dengan demikian, kebijakan moneter sangatlah penting dalam pembangunan dan
pengembangan suatu negara.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah kebijakan
fiscal dan moneter dan menambah pengetahuan tentang kebijakan moneter.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku bank sentral dalam
penawaran uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu negara. Kebijakan moneter pada
dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal
(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga serta pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) juga tercapainya tujuan ekonomi
makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.

B. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter


1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah
jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat).
Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter longgar
(easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti :
a. Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham dan
obligasi).
c. Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)


Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan ini dapat diterapkan
berupa :
a. Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
c. Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)

C. Instrumen Kebijakan Moneter


Terdapat 4 instrumen pokok kebijakan moneter :
1. Politik Pasar Terbuka
Politik pasar terbuka merupakan kebijakan yang dilakukan oleh bank
sentral dalam rangka menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga pemerintah (government
securities). Surat-surat berharga pemerintah diantaranya adalah SBI (Sertifikat
Bank Indonesia), SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), saham, dan obligasi.
Jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Dengan
menjual SBI, uang dari masyarakat akan tertarik masuk ke bank sehingga
diharapkan jumlah uang beredar berkurang. SBI hanya dijual oleh bank sentral.
Namun, jika pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar maka pemerintah
akan membeli surat berharga. Dengan membeli SBI, pemerintah akan
mengeluarkan uang kepada masyarakat dalam pembeliannya sehingga terjadilah
penambahan jumlah uang yang beredar di masyarakat.

2. Politik Diskonto (Discount Rate)


Politik diskonto adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dalam
pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat suku bunga.
Tingkat bunga pada tiap-tiap bank umum akan dipengaruhi oleh tingkat bunga
bank sentral. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga
harus meminjam ke bank sentral.
Jika pemerintah akan menambah jumlah uang yang beredar maka
pemerintah menurunkan tingkat suku bunga bank sentral. Dengan begitu, minat
masyarakat untuk menabung di bank pun berkurang. Sehingga, jumlah uang yang
beredar bertambah. Selain itu, juga mengakibatkan suku bunga kredit turun dan
mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank.
Serta sebaliknya, jika pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang
beredar maka pemerintah akan menaikkan tingkat bunga. Sehingga, hasrat
masyarakat untuk menabung di bank pun tinggi yang mengakibatkan jumlah uang
yang beredar di masyarakat berkurang. Selain itu, kenaikan suku bunga tabungan
akan meningkatkan suku bunga kredit. Dengan naiknya suku bunga kredit,
masyarakat akan enggan untuk mengajukan kredit.

3. Politik Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan atau menurunkan
cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank umum dalam mengedarkan
atau memberikan kredit kepada masyarakat.
Ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Jika bank sentral menurunkan
cadangan kas, berarti bank sentral ingin menambah jumlah uang yang beredar.
Dalam hal ini bank-bank umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan
uang lebih banyak.
Sebaliknya, ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar maka pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib. Hal ini terjadi karena
dengan naiknya cadangan kas berarti bank umum harus lebih banyak menahan
uang tunai untuk tidak diedarkan.

4. Kebijakan Kredit Selektif


Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam pemberian atau tidaknya suatu kredit. Kredit selektif ini dilakukan dengan
cara menentukan syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C. Pada saat
pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
melonggarkan pemberian kredit. Namun, jika pemerintah ingin mengurangi
jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan mengetatkan pemberian kredit.
Selain instrumen di atas, ada beberapa instrumen lain yang dipergunakan
oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter, diantaranya :
1. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Imbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan cara memberi imbauan kepada para pelaku ekonomi.
Contohnya, menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar.

2. Politik Saneering
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004
pasal 7 tentang Bank Indonesia. Kebijakan moneter yang dilakukan oleh
bank sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang disebut dengan
politik saneering.
Politik saneering diterapkan ketika terjadi hiperinflasi. Instrumen ini pernah
dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965. Pada saat itu, dilakukan
pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1. Hal ini dilakukan untuk
menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh.

3. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah
terhadap mata uang asing.

4. Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang
dalam negeri terhadap mata uang asing.
D. Tujuan Kebijakan moneter
1. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2. Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi
antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar
3. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam
perekonomian.
4. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan
stabilitas tingkat harga.
5. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi
yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
6. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi
melalui sumber penerimaan yang normal.
7. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan
mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya
investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan
kerja masyarakat.
8. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang
masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.

E. Jalur Pembuatan Keputusan Kebijakan Moneter

Dalam menentukan suatu kebijakan moneter tentunya akan dimulai dari Gubernur Bank
Indoensia. Ia akan meminta pertimbangan kepada Dewan Moneter yang beranggotakan Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan
dan Industri. Kemudian, akan terjafi perundingan tentang kebijakan apa yang akan diambil
dalam mengatasi masalah yang di hadapi.

F. Peran Bank Indonesia dalam Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-
harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka
kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting
Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh
karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas
nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan


kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku
bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-
instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan
Prinsip Syariah.

G. Sejarah Kebijakan Moneter di Indonesia

Kebijakan moneter yang diterapkan pada tanggal 13 Desember 1965 adalah politik
saneering. Mulai tahun 1960, kebutuhan anggaran pemerintah untuk proyek-proyek politik
semakin meningkat akibat isu konfrontasi yang terus dilakukan dengan Belanda dan Malaysia.
Hal ini juga disebabkan oleh besarnya pengeluran pemerintah untuk membiayai proyek-proyek
mercusuar, seperti Games of the New Emerging Forces (Ganefo) dan Conference of the
Emerging Forces (Conefo).

Dalam rangka mempersiapkan kesatuan moneter di seluruh wilayah Indonesia, pada


tanggal 13 Desember 1965, pemerintah menerbitkan sebuah alat pembayaran yang sah yang
berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia melalui Penetapan Presiden (Penpres) No. 27/1965.
Ketentuan tersebut mencakup nilai perbandingan antara uang rupiah baru dengan uang rupiah
lama dan uang rupiah khusus untuk Irian Barat -Rp 1 (baru) = Rp 1.000 (lama) dan Rp 1 (baru) =
IB Rp 1-, serta pencabutan uang kertas Bank Negara Indonesia, uang kertas, dan uang logam
pemerintah yang telah beredar sebelum diberlakukannya Penpres tersebut.

Sejak saat itu sampai bulan Agustus 1966, uang rupiah baru dan uang rupiah lama
beredar bersama-sama. Untuk menghilangkan dualisme tersebut, semua instansi swasta
diwajibkan untuk menggunakan nilai uang rupiah baru dalam perhitungan harga barang dan jasa
serta keperluan administrasi keuangan. Meskipun uang rupiah baru bernilai 1.000 kali uang
rupiah lama, tidak berarti bahwa harga-harga menjadi seperseribu harga lamanya. Kebijakan ini
justru meningkatkan beban pemerintah, jumlah uang beredar, dan inflasi.

H. Indikator Stabilisasi ekonomi


Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan :
1. Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha maka akan mengakibatkan peningkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja.
Berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan
karyawan.

2. Kestabilan Harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan
sama dengan harga di masa depan.

3. Neraca Pembayaran Internasional


Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi di suatu negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang maka
pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter. Pengaturan jumlah
uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang menyangkut tentang pengaturan


jumlah uang yang beredar dan penawaran uang pada suatu negara. Terdapat dua jenis kebijakan
moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif (easy moneter policy) dan kebijakan moneter
konstraktif (tight moneter policy). Dalam penerapan kebijakan moneter, pemerintah memakai
beberapa instrumen antara lain politik diskonto, politik cash ratio, politik kredit selektif, politik
pasar terbuka, politik saneering, revaluasi, dan devaluasi.

Tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi suatu negara.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia bersama pemerintah membuat keputusan dengan
menggunakan instrumen kebijakan moneter dalam mengatasi masalah perekonomian yang ada di
Indonesia. Semua itu diupayakan agar tercapainya stabilisasi ekonomi, antara lain kesempatan
kerja, kestabilan harga, dan neraca pembayaran Internasional.

Anda mungkin juga menyukai