Anda di halaman 1dari 11

Penatalaksanaan Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) pada Kasus

Infertilitas dengan menggunakan Kateter

Anggraeni Mega Hapsari ( P1337430119052 / 1B)

ABSTRAK

Manajemen pada kasus infertilitas telah dilakukan dengan pemeriksaan


Hysterosalpingografi (HSG) menggunakan kateter. Ditemukan tujuh pasien yang semuanya
adalah perempuan. Manajemen rumah sakit diadakan di CITRA MBC Padang, dimana kasus
tersebut ditangani langsung oleh dokter spesialis radiologi pemeriksaan HSG. Proyeksi yang
digunakan pada pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) pada kasus infertilitas dengan
menggunakan kateter adalah AP terlentang. Berdasarkan manajemen yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang datang adalah pasien dengan infertilitas
klinis. Hal ini dibuktikan dengan hasil gambaran radiograf dari masing-masing pasien yang
mengalami infertilitas, dengan berbagai kelainan yang ditimbulkan serta penyumbatan
tabung.

Kata kunci : Hysterosalpingografi (HSG), kateter, infertilitas.

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan

BAB II : DASAR TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


2.1.1 Alat Reproduksi Wanita
Gambar 2.1 : Alat Reproduksi Wanita
Terdiri alat atau organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam
rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi internal : fungsi
ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus,
kelahiran. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh
hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thamalus –
hipothamalus – hipofisis – adrenal ovarium. Selain itu, terdapat organ / sistem
ekstragonal / ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi :
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
2.1.1.1 Genetalia Eksterna
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada
dinding vagina. Mons pubis / mons veneris lapisan lemak di bagian
anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis. Labia mayora lapisan lemak lanjutan mons
pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena
Homolog emriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum
rontudum uteri berakhir pada batas labia mayora. Di bagian bawah
perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior)
b. Clitoris
Terdiri dari caput / glans clitoridis yang terletak di bagian
superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam didalam dinding
anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh dara
dan ujung saraf, sangat sensitif.
c. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital terdapat 6 lubang /
oroficium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus
glandulae bartholinii kanan dan kiri dan ductus skene kanan – kiri.
d. Vagina
Rongga muskolumembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix di bagiang kranial dorsal sampai vulva di bagian kaudal ventral.
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis.
Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina adalah untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
e. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2.1.1.2 Genetalia Internal
a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti sebuah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan
adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi
konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri. Serviks uteri bagian terbawah uterus, terdiri dari pars
vaginalis (berbatasan / menembusa dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama : otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.
b. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya meseterium pada
usus).
c. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisis mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pebuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks
dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematakan
folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan
terluar epital ovarium di korteks, ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis
dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).

2.2 Bahan kontras


Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawsa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan
diagnostik medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan Sinar-X untuk
meningkatkan daya attenuasi Sinar X (Bahan kontras posistif) atau menurunkan
menurunkan daya attenuasi Sinar X (Bahan kontras negative dengan bahan dasar udara
atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung dari muatannya, cara pemberian
dan lain sebagainya.
2.2.1 Pembagian Media Kontras
2.2.1.1 Mengandung minyak (oily iodinated CM)
1. Vertikal berupa minyak tumbuhan (poppy seed)
2. Digunakan untuk arthrografi, HSG, Limfografi, Fistulografi, Mielografi.
3. Kekurangan :
a. Eliminasi dalam tubuh sangat lambat, butuh waktu lama
b. Dapat mengakibatkan peradangan meanings (mielografi)
c. Dapat mengakibatkan emboli pilmoner (limfografi)
d. Harus segera dihilangkan setelah tindakan diagnostik selesai
dilakukan.

2.3 Teknik Pemeriksaan Rodiografi Histerosalingografi (HSG)


Hysterosalpingografi atau HSG sendiri pengertiannya adalah pemeriksaan secara
radiologi organ reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus tuba fallopi, servix
dan ovarium menggunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini biasanya sering
dilakukan pada ibu-ibu dengan indikasi infertil baik primer maupun sekunder. Akan tetaoi
juga bisa dilakukan indikasi-indikasi lain.
2.3.1 Indikasi Pemeriksaan HSG
Indikasi pemeriksaan Histerosalpingografi adalah :
1. Menentukan keberhasilan tindakan operasi infertilasi
2. Infertilasi primer maupun sekunder untuk melihat normal tuba (paten tidaknya
tuba)
Infertilitas primer adalah dimana seorang wanita belum pernah hamil
sama sekali walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan. Sedangkan Infertilitas sekunder adalah dimana
seorang wanita pernah hamil akan tetapi kemudian tidak dapat terjadi lagi
walaupun bersenggama di hadapkan kepada kemungkinan kehamilan 12
bulan.
3. Fibronyoma pada uteri
4. Hypoplasia endometri
5. Perlekatan-perlekatan dalam uterus, adenomiosis.
2.3.2 Kontra Indikasi Pemeriksaan HSG
Kontra indikasi pemeriksaan HSG adalah :
1. Menstruasi
2. Peradangan dalam rongga pelvis
3. Persarafan dalam kavum uteri
4. Alergi terhadap bahan kontras
5. Setelah dikerjakannya curettage
6. Kecurigaan adanya kehamilan
2.3.3 Prosedur Pemeriksaan HSG
2.3.3.1 Pelaksanaan Pemeriksaan HSG
Sebaiknya pemeriksaan HSG dilaksanakan pada masa subur /
fertile efektifnya yaitu 10 haru setelah HPHT (hari pertama haid terakhir).
Akan tetapi, pada prakteknya tidak pasti seperti itu. Untuk pasien dengan
siklus haid normal (haid 7 hari), maka pemeriksaan dilakukan 10 – 14 hari
setelah HPHT. Dan untuk pasien dengan siklus haid tidak normal maka
pemeriksaan dilakukan 3-4 hari setelah haid selesai. Pada saat itu biasanya
haid sudah berhenti dan selaput lender uterus sifatnya tenang. Bilamana
masih ada pendarahan, dengan sendirinya HSG tidak boleh dilakukan
karena kemungkinan kontras masuk kedalam pembuluh darah balik.
2.3.3.2 Persiapan Pasien
Persiapan penderita untuk pemeriksaan HSG adalah sebagai berikut :
1. Penderita tidak diperkenankan melakukan koitus (persetubuhan selama
2 x 24 jam atau selama dua hari) sebelum pemeriksaan. Hal ini
dikarenakan dicurigai akan terjadi pembuahan setelah melakukan
koitus. Hal ini tentu tidak diperbolehkan dilakukan pemeriksaan HSG
tersebut karena akan membahayakan janin.
2. Pada pemeriksaan sebaiknya rektu dalam keadaan kosong, hal ini dapat
dilakukan dengan member penderita tablet dulcolak suposutoria
beberapa jam sebelum pemeriksaan atau sebelum lavemen.
3. Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter
penderita dapat diberi obat penenang dan anti spasmodik.
4. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil
terlebih dahulu untuk menghindari agar penderita tiak buang air selama
jalannya pemeriksaan sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan
berjalan lancer.
5. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang
dilakukan, serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan
tenang sehingga dapat diajakan kerjasama demi kelancaran
pemeriksaan.
2.3.3.3 Pemasukan Media Kontras
Pemasukan media kontras bias dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan HSG set dan dengan kateter. Media kontras yang dipakai adalah
media kontras positif jenis iodium water soluble yang sering digunakan
adalah Omnipaque 6 cc dan Iopamiro.
1. Pemasukan media kontras menggunakan HSG set
Gambar 2.5 : HSG SET
a. Setelah pasien diposisikan lithotomic, daerah vagina diberikan
menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptic daerah
serviks.
b. Speculum digunakan untuk membukan vagina dan memudahkan
HSG Set masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan
dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur
serta arah uteri.
c. Siapkan HSG set yang telah dimasuki media kontras, sebelum
dimasukan terlebih dahulu semprotkan media kontras sampai
keluar dari ujung HSG Set.
d. Dengan bantuan long forcep, HSG Set dimasukan perlahan ostium
uteri externa.
e. Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksaan dan mulai
disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih.
f. Media kontras akan berisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi
yang akan dilakukan serta ambil radiografinya.
g. Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina
dibersihkan.
2. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter

Gambar 2.6 : Kateter HSG


a. Setelah pasien diposisikan lithotomic, daerah vagina diberikan
menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptic daerah
serviks.
b. Speculum digunakan untuk membukan vagina dan memudahkan
Kateter masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan
betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur serta
arah uteri.
c. Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu
ujung kateter, sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan
media kontras sampai lumen kateter penuh
d. Dengan bantuan long forcep, HSG Set dimasukan perlahan ostium
uteri externa.
e. Balon kateter di isi air dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon
mengembang di antara ostium interna dan eksterna, balon ini harus
terkait erat pada canalis servicalis, kemudian speculum dilepas
f. Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksaan dan mulai
disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih.
g. Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi
yang akan dilakukan serta ambil radiografinya.
h. Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan.
i. Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina
dibersihkan
2.3.4 Proyeksi Pemeriksaan
Untuk pemasukan media konrad dengan HSG set maupun kateter proyeksi
digunakan sama. Foto diambil dengan proyeksi sebagai berikut :
1. AP Plan foto
2. AP dengan Kontras
3. Oblik dengan Kontras
4. AP Post miksi
2.3.4.1 Proyeksi AP
Proyeksi AP ini digunakan untuk plan foto, proyeksi setelah
dimasukannya media kontras dan post miksi. Prosedurnya sebagai berikut :
Posisi Pasien : Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan untuk
plan foto dan post miksi, dilakukan posisi Lithotomi
saat pemasukan HSG Set atau kateter dan untuk
proyeksi AP setelah pemasukan media kontras.
Posisi objek : Daerah pelvis true AP dan atur MSP tubuhpada
pertengahan kaset atau meja pemeriksaan. Atur kaset
pada posisi membujur.
Central Ray : vertical tegak lurus film
Central Point : 5 cm proximal symphisis phubis
2.3.4.2 Proyeksi Oblique
Proyeksi Oblique ini digunakan untuk proyeksi setelah
dimasukannya media kontras pada vagina. Prosedurnya sebagai berikut :
Posisi pasien : pasien tidur semi supine ke salah satu sisi tubuh
(LPO atau RPO)
Posisi Objek : atur daerah pelvis posisi oblik kira-kira 45 derajat.
Atur kaset pada posisi membujur
Central ray : vertical tegak lurus film
Central point : 5 cm proximal symphisi pubis
RPO : 2 cm kearah kiri MSP
LPO : 2 cm kearah kanan dari MSP

Gambar 2.7 : Hasil Gambaran HSG Proyeksi AP

Gambar 2.8 : Hasil Gambaran HSG Proyeksi Oblique


http://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/22/teknik-pemeriksaan-
radiografi-histerosalpingografi-hsg/. Diakses 1 Maret 2013
Kriteria radiografi
Hal berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas :
1. Daerah panggul 2 inci (5 cm) di atas simfisis pubis terpusat pada film
radografi
2. Semua media kontras terlihat, termasuk setiap daerah “tumpahan”
3. Sebuah skala pendek dari kontras pada radiograf.

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penatalaksanaan Penelitian


B. Tempat dan Waktu Penatalaksanaan Penelitian
C. Metode Pengumpulan Data
D. Instrument Penatalaksanaan Penelitian
E. Langkah-langkah Penatalaksanaan Penelitian
F. Pengolahan dan Analisis Data

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi
B. Pembahasan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran

REFERENSI

❑1Bryan G J. Et al. Hystero-salpingography, Diagnostic Radioteraphy, Fourth Edition 1987:


351-355

❑2Hiramatsu Y, MD. Hysterosalpingography, The Asian-Oceanian Textbook of Radiology,


First Edition 2003: 845-848

❑3Rasad S. Hysterosalpingography, Radiologic Diagnostik, Edisi Kedua, 2008: 321-324


❑4Sutton D. Hysterosalpingography, A Textbook of Radiology and Imaging, Fourth Edition
1987: 1246-1252

❑5Hefta, R.M. Sardina. Amiruddin, T. Buku ajar Biologi Reproduksi.2009

❑6Hefta, R.M. Sardina. Buku ajar dan Penuntun Praktikum Fisiologi.2010

❑7http://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/22/teknik-pemeriksaan-radiografi-
histerosalpingografi-hsg/.

❑8Meschan I, MA, MD. The Genital Sistem, An Atlas of Anatomy Basic to Radiology,
Volume 2, 1957: 1075-1080

❑9Daffner, R H, MD. Gynecologic Imaging, Clinical Radiology, First Edition1993: 260-262

❑10Ballinger P W. et al. Female Radiography, Merill’s Atlas of Radiographic Positions and


Radiologic Procedures, Tenth Edition, 2003: 260-264

❑11Ubeda B. et al. Hysterosalpingography: Spectrum of Normal Variant and Nonpatologic


Findings. AJR July 2001; 177: 131-135

Anda mungkin juga menyukai