selanjutnya buruh dapat menuntut kerugian yang tidak tertutup oleh asurarisi
kepada pelaku perbuatan me lawan hukum.
b. Jika buruh menerima pembayaran kompensasi, maka penanggung mempunyai hak subrogasi atas seluruh klaim dari buruh terhadap pelaku perbuatan melawan hukum. c. Begitu perusahaan asuransi membayar kompensasi kepada buruh, maka dia mempunyai hak subrogasi atas seluruh klaim buruh terhadap pelaku perbuatan melawan hukum. Akan tetapi, jika pelaku perbuatan melawan hukum kemudian membayar lebih besar kepada penanggung (melebihi pembayaran kompensasi yang dibayar oleh penanggung kepada buruh) maka kelebihan pembayaran yang diterima dari pelaku per- buatan melawan hukum, harus digunakan perusaha- an asuransi untuk kepentingan buruh atau keluarganya. 5.4. Prosedur Subrogasi dalam Sistem Common Law Dalam sistem common law, subrogasi dalam asuransi dipandang sebagai simple subrogation, sehingga penanggung bertindak dengan memakai nama tertanggung. Hal ini disebut dengan istilah insurer steps into the shoes of the insured dalam melakukan subrogasi terhadap pelaku perbuatan melawan hukum atau terhadap pihak ketiga yang mempunyai hubungan kontraktual dengan ter- tanggung. Subrogasi dapat dilakukan sepanjang pihak ketiga tersebut secara yuridis mempunyai tanggung jawab atas kerugian yang Pihak ketiga yang menimbulkan kerugian bagi ter- tanggung tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab- nya kepada penanggung, dengan cara membayar langsung kepada tertanggung. Demikian pula pihak ketiga tidak diderita tertanggung. dapat melepaskan tanggung jawab kepada penanggung dengan alasan telah memperoleh pembebasan utang dari tertanggung, sepanjang pihak ketiga menyadari bahwa ada hak subrogasi dari penanggung. Jika sebelum klaim dibayar, ternyata tertanggung melakukan kompromi dengan pihak ketiga yang menimbul- kan kerugian misalnya dengan perdamaian atau pembebas- an utang, maka tertanggung dianggap melanggar kontrak asuransi. Akibat hukumnya, pihak penanggung mempunyai alasan pembelaan diri untuk dibebaskan dari sebagian atau seluruh kewajibannya yang tertuang dalam polis asuransi. Akan tetapi alasan pembelaan diri ini tidak berlaku, jika pihak ketiga ketika memperoleh pembebasan kewajiban dari tertanggung menyadari bahwa pihak penanggung mempunyai hak subrogasi. Sebab dalam hal demikian perdamaian atau pembebasan kewajiban yang diberikan oleh tertanggung kepada pihak ketiga, tidak menghilangkan hak subrogasi penanggung terhadap pihak ketiga yang menimbulkan kerugian. Ketika asuransi sebagai penanggung sudah membayar klaim tertanggung sesuai dengan polis asuransi dan ternyata tertanggung sudah membebaskan pihak ketiga dari kewajibannya terhadap tertanggung, maka penanggung mempunyai dasar untuk mengajukan gugatan wanprestasi terhadap tertanggung. Dalam hal ini sebagaimana di- putuskan dalam kasus Hamilton Fire Ins.Co melawan Greger (N.Y.1927), perusahan asuransi sebagai penanggung harus membuktikan bahwa dalam kenyataannya penang- gung mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pem- bayaran dari pihak ketiga pelaku perbuatan melawan hukum, seandainya tidak terjadi perdamaian antara ter- tanggung dengan pihak ketiga pelaku perbuatan melawan hukum. Akan tetapi, jika pihak ketiga pelaku perbuatan melawan hukum menyadari bahwa pada saat pembebasan atau per damaian, pihak penanggung mempunyai hak subrogasi. maka hak penanggung untuk melakukan klaim terhadan pihak ketiga berdasarkan subrogasi tetap hidup. Karena itu, tindakan penanggung membebaskan atau menempuh perdamaian dengan pihak ketiga tidak menimbulkan ke rugian bagi penanggung. Sebagai alternatif dari gugatan wanprestasi, pihak penanggung dapat mengajukan petisi kepada Court of Equity untuk membebani constructive trust atas dana yang dikuasai oleh tertanggung untuk kepentingan pe- nanggung. Dana yang dibebani dengan constructive trust adalah dana yang diperoleh oleh tertanggung sebagai hasil perdamaian dengan pihak ketiga. Dana yang dibebani constructive trust adalah sebagai pengganti dana yang seharusnya diperoleh penanggung melalui subrogasi. 5.5. Pembagian Dana yang Diperoleh dari Pihak Kotiga Dalam sistem common law yang dianut di Amerika Serikat, pengadilan melakukan pendekatan yang berbeda dalam membagi dana yang diperoleh dari pihak ketiga kepada penanggung dan tertanggung. Dalam hal kontrak asuransi tidak mencantumkan pembagian dana dari pihak ketiga, maka pengadilan pada umumnya memutuskan bahwa tertanggung memperoleh pembayaran lebih dulu atas kerugian yang tidak tertutup oleh asuransi. Selanjutnya melalui subrogasi penanggung memperoleh kompensasi atas sejumlah uang yang telah dibayarkannya kepada ter- tanggung dan jika masih ada kelebiha tersebut diserahkan kepada tertanggung. dana, maka dana Kemungkinan yang lain adalah membayar kompensasi kepada penanggung lebih dulu dan jika masih ada ke- lebihan, maka sisanya diserahkan kepada tertanggung atau- pun membagi dana secara prorata, artinya sesuai per- bandingan kerugian yang diderita oleh penanggung dan tertanggung. Pengadilan juga akan melakukan pendekatan khusus dalam hal jika dana yang diperoleh pihak ketiga ternyata lebih kecil dari kerugian yang diderita. 5.6. Upaya Hukum Pembelaan Diri (Defenses) atas Subrogasi Upaya hukum penolakan subrogasi, dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang menimbulkan kerugian terhadap tertanggung. Dalam kasus tertentu tertanggung yang me- nimbulkan kerugian terhadap tertanggung lainnya juga dapat menggunakan upaya hukum penolakan terhadap. subrogasi. Dalam doktrin subrogasi yang tradisional, pihak asuransi yang membayar klaim polis asuransi secara "sukarela" artinya bukan berdasarkan kewajibannya untuk membayar, maka pihak asuransi sebagai penanggung tidak berhak untuk melakukan subrogasi. Sebagai contoh pihak asuransi membayar klaim lebih besar dari pada klaim yang tercantum dalam polis asuransi, ataupun membayar kerugian yang bukan merupakan kewajiban pihak asuransi. Demikian pula jika pihak asuransi hanya diwajibkan mem- bayar secara prorata atas kerugian-kerugian yang maka pembayaran yang selebihnya dianggap pembayaran secara sukarela yang tidak dapat dikompensasi dengan melakukan subrogasi. Demikian pula doktrin subrogasi tidak dapat di- terapkan terhadap tertanggung yang menimbulkan kerugian terhadap tertanggung lainnya dalam satu polis asuransi yang sama. Sebagai contoh sebidang tanah diasuransikan untuk kepentingan bailor dan bailee dalam satu polie asuransi yang sama. Properti tersebut berada dalam k kuasaan bailee sebagai kustodian dan karena kelalaian bailee maka terjadi kerusakan atas properti tersebut. Ketika penanggung membayar klaim kepada bailor maka pihak asuransi tidak dapat melakukan subrogasi terhadap bailee, karena seandainya subrogasi diperbolehkan maka polis asuransi menjadi bersifat illusory bagi bailee. Demikian pula dalam suatu leasing kontrak, properti yang menjadi objek leasing diserahkan oleh lessor kepada lessee. Property tersebut diasuransikan untuk kepentingan lessor dan lessee dalam satu polis yang sama. Jika lessee karena kelalaiannya mengakibatkan properti itu rusak maka pihak asuransi yang membayar klaim kepada lessor tidak dapat melakukan subrogasi terhadap lessee karena posisi lessor dan lesse adalah sebagai tertanggung dalam satu polis yang sama. Jadi, persoalan hukum yang timbul dalam kasus hak subrogasi pihak asuransi terhadap bailee dan lessee adalah apakah properti tersebut memang diasuransikan untuk kepentingan bersama atau hanya untuk kepentingan bailor dan lessor? 5.7. Subrogasi dan Doktrin Real Party in Interest Pihak asuransi yang membayar klaim tertanggung mempunyai kepentingan untuk melakukan subrogasi terhadap pelaku perbuatan melawan hukum yang me- nimbulkan kerugian kepada tertanggung. Berdasarkan doktrin Real Party In Interest, maka seharusnya pihak asuransi menggunakan namanya sendiri sebagai peng- gugat, karena pihak asuransilah yang mempunyai ke- pentingan untuk menggugat pihak ketiga. Akan tetapi di Amerika Serikat, di beberapa yurisdiksi pengadilan meng- izinkan pihak asuransi mengajukan gugatan subrogasi dengan menggunakan nama tertanggung. Sebaliknya di beberapa yurisdiksi lainnya pengadilan mengharuskan pihak asuransi bertindak atas namanya sendiri sebagai penggugat dalam kasus di mana pihak asuransi telah mem- bayar penuh klaim asuransi dan tidak diizinkan lagi ber- tindak untuk dan atas nama tertanggung. Untuk menghindari posisi sebagai the real party in interest dan karenanya bertindak atas namanya sendiri sebagai penggugat melawan pihak ketiga, maka dalam praktik pihak asuransi menggunakan loan receipt sebagai sarana pembayaran kepada tertanggung. Penanggung seolah-olah memberi pinjaman sejumlah uang kepada ter- tanggung dengan klausula bahwa tertanggung harus mem- bayar kembali atau mengembalikan pinjaman tersebut terlepas dari adanya ganti rugi atau perdamaian antara tertanggung dan pihak ketiga. Pengadilan di beberapa yurisdiksi menyatakancaráseperti ini adalah legal, tetapi di yurisdiksi lainnya pengadilan tidak mengizinkan peng- gunaan loan receipt sebagai metode untuk menghindari doktrin the real party in interest. 5.8. Konvensional Subrogasi dan Legal Subrogasi Berdasarkan doktrin subrogasi yang konvensional hak subrogasi harus dicantumkan dalam kontrak asuransi antara penanggung dan tertanggung. Sedangkan dalam dokrtin legal subrogasi, hak subrogasi sudah ada demi hukum atau lahir by operation of law. Pencantuman klausula subrogasi dalam kontrak hanyalah penegasan terhadap hak subrogasi yang sudah ada. Dalam kasus asuransi kesehatan pengadilan pada umumnya menolak doktrin legal subrogation akan tetapi