FARMAKOTERAPI 1
DRUG INDUCED LIVER INJURY
Dosen Pengampu :
Ikhwan Yuda Kusuma, S.Farm, M.Si., Apt
Disusun oleh:
Kelompok 3
Aldina Wahyuningrum (180105008)
Chandra Luciana Widiya (180105018)
Dimas Setiyono (180105024)
Esi Riskiyah (180105029)
Julia Pungki Astuti Firi (180105047)
Yessi Linda Saputri (180105107)
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Liver Injury .........................................................................................................
2.2 Hepatitis ...............................................................................................................
2.3 Etiologi Hepatitis ................................................................................................
2.4 Patofisiologi Hepatitis ........................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis ...............................................................................................
2.6 Kerusakan yang disebabkan hepatitis ..............................................................
2.7 Pengobatan Hepatitis .........................................................................................
2.8 Penyesuaian dosis hepatitis ................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan pusat
metabolisme tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi yang kompleks di antaranya
mempunyai peranan dalam memetabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
obat-obatan (Ganong, 2008). Pada proses metabolisme, obat akan diproses melalui
hati sehingga enzim hati akan melakukan perubahan (biotransformasi) kemudian obat
menjadi dapat lebih larut dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin atau empedu
(Depkes RI, 2003)
Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di negara maju
maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan negara dalam peringkat
endemik tinggi mengenai penyakit hati (Depkes RI, 2007). Angka kejadian kerusakan
hati sangat tinggi, dimulai dari kerusakan yang tidak tetap namun dapat berlangsung
lama (Setiabudy, 1979). Salah satu penyebab kerusakan hati adalah obat-obatan
(Depkes RI, 2007). Di Amerika Serikat sendiri ada sekitar 2000 kasus gagal hati akut
yang terjadi setiap tahunnya dan lebih dari 50% disebabkan oleh obat (Lucena et al,
2008). Obat yang dikatakan hepatotoksik adalah obat yang dapat menginduksi
kerusakan hati atau biasanya disebut drug induced liver injury (Sonderup, 2006).
Obat penginduksi kerusakan hati semakin diakui sebagai penyebab terjadinya
penyakit hati akut dan kronis (Isabel et al, 2008).
Sekitar 1000 sampai 3000 kasus obat ditarik dari pasaran dikarenakan
hepatotoksik (Department of Health and Human Services Food and Drug
Administration, 2009). Hepatotoksisitas merupakan komplikasi potensi obat yang
paling sering dijumpai dalam resep, hal ini mungkin dikarenakan peran hati dalam
memetabolisme obat (Aithal & Day, 1999). Obat-obat yang dapat menyebabkan
keparahan pada pasien gangguan fungsi hati seperti sirosis hati, hepatitis hati adalah
bentazepam, methotrexate, ebrotinide. Danaxole merupakan obat yang dapat
menyebabkan kanker hati (Lucena et al., 2008). Menurut Pauls dan Senior (2012)
obat-obat seperti estrogen, androgen, chorpromazine, asam klavulanat, dan piroxicam
dapat menyebabkan kolestatis. Obat lain seperti amiodaron dapat menyebabkan
perlemakan hati. Sebuah penelitian di Perancis menunjukkan sekitar 13,9
kasus/100.000 populasi kejadian DILI (Drug Induce Liver Injury). Dalam sebuah
penelitian akibat DILI, 4 dari 34 (11,8%) pasien dirawat di rumah sakit, dan dua
orang (5,9%) meninggal (Reuben, 2010). Sebanyak 14% kasus DILI menyebabkan
transplatasi hati bahkan kematian di Singapore (Wai, 2006). Tahun 2012 terdapat
penelitian di salah satu rumah sakit Tasikmalaya yang menunjukan bahwa 96%
pasien dengan gangguan fungsi hati masih banyak yang diberikan obat penginduksi
penyakit hati diantaranya ranitidin, sefriakson, dan parasetamol (Cinthya, 2012).
2.3. Klasifikasi
Sirosis hati diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologinya.
Klasifikasi morfologi telah jarang dipakai karena sering tumpang tindih satu sama
lainnya. Klasifikasi ini terdiri dari :
a. Sirosis mikronoduler ; nodul berbentuk uniform, diameter kurang dari 3 mm.
Penyebabnya antara lain: alkoholisme, hemakromatosis, obstruksi bilier dan
obstruksi vena hepatika.
b. Sirosis makronoduler; nodul bervariasi dengan diameter lebih dari 3mm.
Penyebabnya antara lain: hepatitis kronik B, hepatitis kronik C, defisiensi α-1-
antitripsin dan sirosis bilier primer .
c. Sirosis campuran kombinasi antara mikronoduler dan makronoduler.
Klasifikasi etiologi lebih sering dipakai. Mayoritas penderita sirosis awalnya
merupakan penderita penyakit hati kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis atau
penderita steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan minum alkohol ataupun
obesitas. Beberapa etiologi lain dari penyakit hati kronis diantaranya adalah infestasi
parasit (schistosomiasis), penyakit autoimun yang menyerang hepatosit atau epitel
bilier, penyakit hati bawaan, penyakit metabolik seperti Wilson’s disease, penyakit
granulomatosa (sarcoidosis), efek toksisitas obat (methotrexate dan hipervitaminosis
A), dan obstuksi aliran vena seperti sindrom Budd-Chiari dan penyakit veno-oklusif.
(Sulaiman, 2007).
Di Amerika Serikat, kecanduan alkohol adalah penyebab yang paling sering
dari sirosis hati. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, virus hepatitis B
merupakan penyebab tersering dari sirosis hati yaitu sebesar 40- 50% kasus, diikuti
oleh virus hepatitis C dengan 30-40% kasus, sedangkan 10-20% sisanya tidak
diketahui penyebabnya dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (Rockey, 2006).
2.4. Etiologi
Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
2.5. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi
dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi
gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis,
namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga
pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras
dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi
(Smeltzer & Bare, 2001).
Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding
individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan meminum
minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan
peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen
terklorinasi, asen atau fosfor) atau infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-
laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas
pasien sirosis berusia 40-60 tahun (Smeltzer & Bare, 2001).
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai oleh
pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan selsel hati yang uniform, dan
sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadangkadang disebut sirosis mikronodular.
Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi utama
akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis alkoholik, dan
sirosis alkoholik (Tarigan, 2001).