Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PEMERIKSAAN FRAKTUR MANDIBULA

Dosen Pembimbing: Sudiyono, SE.MKES

Disusun Oleh:

Nama : Anggraeni Mega Hapsari

NIM : P1337430119052

Kelas : 1B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
2019 / 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seorang pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan dijumpai adanya nyeri pada
rahang bawah kanan. Menurut anamnesa yang sudah dilakukan, pasien mengalami
kesulitan dalam pergerakan rahang serta rahang akan sakit ketika digerakkan. Pasien
datangke instalasi radiologi dalam kondisi yang kooperatif menggunakan brankard.
Selama pemeriksaan awal, dokter mendiagnosa adanya fraktur ramus mandibula dextra.
Fraktur pada midface seringkali terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor,
terjatuh, kekerasan dan akibat trauma benda tumpul lainnya. Berdasarkan studi yang
dilakukan oleh Rowe da Killey pada tahun 1995, rasio antara fraktur mandibula dan
maksila melebihi 4:1.
Dari data penelitian retrospektif Sunarto Reksoprawiro tahun 2001-2005 pada
penderita yang dirawat di SMF Ilmu Bedah RSU DR. Soetomo, Surabaya menunjukkan
bahwa penderita fraktur maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor lebih banyak dijumpai pada laki-laki usia produktif, yaitu usia 21-30 tahun,
sekitar 64,38%. Kejadian fraktur mandibula dan maksila menempati urutan terbanyak
yaitu masing-masing sebesar 29,85%, disusul fraktur Zigoma 27,64% dan fraktur nasal
12,66%.
Sedangkan menurut hasil penelitian Ajike dkk, didapatkan bahwa fraktur
maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor lebih banyak
dijumpai pada laki-laki daripada perempuan dengan rasio 3,7:1. Dengan kejadian
terbanyak adalah fraktur mandibula sebesar 75%, fraktur sepertiga wajah tengah sebesar
25% serta fraktur kombinasi maksilofasial 12%

1.2 Rumusan Masalah


Bagamaimana prosedur pemeriksaan radiografi os mandibula pada kasus fraktur di atas?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi os mandibula pada kasus
fraktur di atas?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Pemeriksaan Fraktur Mandibula


1. Anatomi Mandibula
Merupakan tulang wajah terbesar dan terletak paling bawah, disebut juga
rahang bawah. Tulang wajah yang besar ini yang merupakan sebuah tulang pada
orang dewasa, yang sebenarnya terdiri dari dua buah tulang yang terpisah. Kedua
tulang ini pada saat bayi akan menjadi satu pada
usia 1 tahun.

• Lateral view
Angle (gonion) dari mandibula membagi mandibula
menjadii 2 bagian. Sebelah depan dari angle
(gonion) disebut badan (body) dari mandibula.
Sedangkan sebeah atas dari angle (gonion) disebut
ramus .

• Frontal view
Mandibua terdiri dari sisi kanan dan kiri. Penyatuan dari keduanya disebut symphysis
mandibula atau disebut syphysis menti. Area segitiga datar di bawah symphysis yang
terletak agak ke deppan disebut mentum atau mental protuberance. Pertengahan dari
mental protuberance disebut mental point. Mentum dan mental berasal dari bahasa
latin yang dikenal pada umumnya dengan sebutan dagu. Mental foramina terletak di
setiap badan (body) mandibula, yang merupakan jalan saraf dan pembuluh darah.
2. Patologi
Berdasarkan kasus yang dialami pasien korban kecelakaan lalu lintas, menurut
anamnesa dokter, bahwa pasien mengalami fraktur ramus mandibula dextra.

3. Teknik pmeriksaan
 Persiapan alat dan bahan

- Pesawat sinar-X siap pakai


- Apron
- Meteran
- Marker
 Persiapan pasien
Pastikan tidak ada benda logam atau benda lainnya pada daerah dada yang akan
diperiksa.
 Proteksi radiasi
- Gunakan apron kepada pasien pada daerah pinggang untuk menutupi gonad
- Mempersilakan orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang pemeriksaan
untuk keluar ruangan, apabila terpaksa harus ada orang yang mendampingi, maka
orang tersebut harus dikenakan apron juga menutupi badan.
 Pelaksanaan pemeriksaan
a. Proyeksi PA atau PA Axial
- Posisi pasien: prone diatas meja pemeriksaan.
- Posisi objek:
a) MSP kepala diatur tegak lurus diatas meja pemeriksaan.
b) Dahi dan hidung pasien diatur menempel meja pemeriksaan sehingga OML
tegak lurus meja pemeriksaan.

- CR ( arah sumbu sinar )


Untuk PA, arah sumbu sinar tegak lurus meja pemeriksaan.
Untuk PA axial, arah sumbu sinar disudutkan 20-25 derajat cepalad.
- CP :
PA : masuk dari servikal keluar melalui pertengahan bibir menuju pertengahan
film.
PA axial : masuk dari servikal keluar melalui acantion.
- Ukuran kaset : 18x24 cm melintang.
- FFD : 100 cm.
- Kriteria Radiograf :
PA : Tampak ramus dan bagian lateral body
of mandibular yang mengalami fraktur
PA AXIAL:
Tampak regio TMJ dan condilus mandibula.
Head of condilus superposisi dengan mastoid
Prosesus tampak jelas.

b. Proyeksi Axiolateral
- Posisi pasien: semisupine, erect
- Posisi obyek:
a) Kepala diatur pada posisi lateral dengan
mandibula yang akan diperiksa
menempel pada kaset.
b) Mulut dalam keadaan tertutup.
c) Leher diekstensikan agar tulang servikal tidak superposisi dengan dagu.
d) Untuk melihat korpus, MSP kepala dirotasikan 30 derajat.
e) Untuk melihat ramus, posisi kepala true lateral.
- CR: arah sumbu sinar 25 derajat cepalad
- CP: kearah mandibula yang diperiksa menuju pertengahan film.
- IR: 18x24 cm melintang.
- FFD: minimal 100 cm
- Kriteria radiograf:
Tampak ramus mandibular yang mengalami fraktur, coronoid prosesus, body
mandibula, dan mentum pada sisi yang dekat kaset.

Anda mungkin juga menyukai