Dosen Pengampu :
1. Indanah, M.Kep.Ns.Sp.Kep.An
2. Tri suwarto, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh :
1. Nurul Mustikarini 112019030467
2. Ariningtyas D 112019030468
3. Tanti Indah 112019030466
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah METODOLOGI PENELITIAN dengan judul “Uji Validitas
Instrumen”.
Dalam penyusunan tugas ini, penyusun mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi lebih baik laginya tugas ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
LATAR BELAKANG
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab itu
dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji validitas dan
reabilitasnya) agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Perlu dibedakan
antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan
reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya. Terjadi pada obyek yang diteliti 1. Kalau dalam obyek
berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberi data berwarna putih maka
hasil penelitian tidak valid. Sedangkan hasil penelitian dikatakan reliabel, menurut
Sugiyono (2010) yakni bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau
dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur2. Neraca yang valid dapat digunakan untuk
menguur massa dan menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur panjang.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama3
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka instrumen penelitian
yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel. Namun hal ini tidak berarti bahwa
dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya, otomatis hasil
(data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi
obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas dan reliabilitasnya
(kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen-instrumen tersebut dapat dipercaya sebab telah
teruji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk memperoleh data. Sedangkan
ilnstrumen-instrumen dalam ilmu sosial biasanya juga sudah ada yang baku karena telah
teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada.
Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya, jika digunakan dalam penelitian
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alabeta, 2010), h. 121.
2
Ibid.
3
Ibid.
akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum
digunakan untuk mengukur, instrumen harus dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).
CRITERION-RELATED VALIDITY
Validitas berdasarkan kriteria atau criterion-related validity merupakan sebuah
ukuran validitas yang ditentukan dengan cara membandingkan skor-skor tes dengan
kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar. Ukuran luar ini seharusnya memiliki hubungan
teoritis dengan variabel yang di ukur oleh tes itu. Misalnya, tes intelijensi mungkin
berkorelasi
dengan rata-rata nilai akademis.
Validitas criteria (criterion-related validity)
Criterion-Related Validity merupakan
tingkat kesesuaian antara ukuran satu terpenuhi jika pengukuran membedakan
alat test dengan satu atau lebih individu menurut suatu criteria yang
kriteria/referensi eksternal lain, dharapkan diprediksi. Hal tersebut bisa
biasanya diukur menggunakan korelasi
dilakukan dengan menghasilkan validitas
konkuren (concurrent validity) atau validitas
predictive (predictive validity). Validitas
konkuren dihasilkan jika skala membedakan
individu yang diketahui berbeda, yaitu mereka
harus menghasilkan skor yang berbeda pada
instrument, sedangkan validitas predictive
menunjukkan kemampuan
instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu criteria
masa depan (Sekaran, 2006). Dengan demikian, perbedaan antara concurrent validity
dengan predictive validity adalah waktu pengujian, dimana concurrent validity diambil
dalam waktu yang sama (atau kurang lebih sama), sedangkan predictive validity
dilakukan beberapa saat (dalam periode waktu tertentu) setelah terlebih dahulu dahulu
skor hasil tes diperoleh.
UJI RELIABILITAS
Menurut Sukadji (2000), uji reliabilitas adalah seberapa besar derajat tes mengukur
secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka,
biasanya sebagai koefesien. Koefisien yang tinggi berarti reliabilitas yang tinggi.
Menurut Anastasia dan Susana (1997), reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada
konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes
yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen
(equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.
Reliabilitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus
diukur. Ada tiga cara pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu: (1) tes
tunggal (single test), (2) tes ulang (test retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate test).
UJI HOMOGENITAS
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi adalah
sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sample t
test dan ANOVA. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (ANOVA) adalah bahwa
varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih
dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama.
Uji homogenitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X
dan Y bersifat homogen atau tidak dalam suatu populasi yang memiliki varians yang
sama. Dengan demikian, data yang homogen tersebut dapat digunakan untuk proses
analisis data pada tahap selanjutnya.
Who
Uji hipotesis dilakukan oleh peneliti yang akan menguji suatu data dari
sekumpulan data yang terdapat pada populasi yang dipakai sebagai sumber penelitian.
When
Uji homogenitas dilakukan apabila kelompok data yang ada dalam bentuk
distribusi normal. Adapun uji homogenitas tidak perlu dilakukan apabila dua kelompok
data atau lebih mempunyai varians yang sama besar sehingga data yang digunakan
tersebut dianggap homogen.[3]
How
Untuk melakukan uji homogenitas, perlu dipertimbangkan hal berikut bahwa “we
will determine if the observed proportions in each response category are nearly the same
for all populations”.[4] Dalam artian tersebut, data-data yang dibandingkan harus
memiliki kesamaan dari keseluruhan data yang diambil dari populasi tersebut.
Ada beberapa rumus yang digunakan untuk uji homogenitas variansi diantaranya:
uji F, uji Harley, uji Cohran,uji Levene, dan uji Bartlett. Namun, pada umumnya
penghitungan yang dilakukan untuk uji homogenitas banyak digunakan dengan uji
bartlett dan uji fisher (uji –f), hal tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:[5]
Menurut Sutrisna, uji F dari Havley biasanya digunakan untuk menguji
homogenitas sebaran dua kelompok data. Adapun uji Bartlett biasanya digunakan untuk
menguji homogenitas lebih dari dua kelompok data.[6]
1. Uji Homogenitas dengan Bartlet
Dapat dilakukan dengan menghitung statistik chi-kuadrat, sebagai berikut:[7]
= jumlah proporsi jawaban benar kali salah per butir pertanyaan
IDB = FKT-FKR
n
IDB = Indeks daya beda yang dicari
FKT = Frekuensi jawaban benar kelompok tinggi
FKR = frekuensi jawaban benar kelompok rendah
n = Jumlah peserta kelompok tinggi atau rendah
Namun menganalisis jawaban per siswa per butir untuk N soal, jika jumlah dan
jumlah butir soal relatif banyak, akan sangat merepotkan dan bisa jadi juga kurang efisien.
Untuk menghindari pemborosan yang tidak perlu, analisis butir dapat dilakukan dengan
mengambil sebagian dari lembar jawaban peserta. Jika cara ini ditempuh, akan dibagi 2
kelompok yaitu, kelompok tinggi (KT) dan peserta kelompok rendah (KR). Indeks tingkat
kesulitan tetap dihitung berdasarkan proporsi jawaban benar, yaitu yang diperoleh dari
kedua kelompok tersebut. Rumusnya adalah sebagai berikut.
ITK= FKT-FKR
n
ITK = Indeks tingkat kesulitan yang dicari
FKT = Frekuensi jawaban benar kelompok tinggi
FKR = Frekuensi jawaban benar kelompok rendah
N = Jumlah peserta kedua kelompok
DAFTAR PUSTAKA