Anda di halaman 1dari 13

METODOLOGI PENELITIAN

UJI VALIDITAS INSTRUMEN

Dosen Pengampu :
1. Indanah, M.Kep.Ns.Sp.Kep.An
2. Tri suwarto, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh :
1. Nurul Mustikarini 112019030467
2. Ariningtyas D 112019030468
3. Tanti Indah 112019030466

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah METODOLOGI PENELITIAN dengan judul “Uji Validitas
Instrumen”.
Dalam penyusunan tugas ini, penyusun mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun  menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi lebih baik laginya tugas ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Purwodadi,   2 April 2020

Penyusun

LATAR BELAKANG
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab itu
dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji validitas dan
reabilitasnya) agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Perlu dibedakan
antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan
reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya. Terjadi pada obyek yang diteliti 1. Kalau dalam obyek
berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberi data berwarna putih maka
hasil penelitian tidak valid. Sedangkan hasil penelitian dikatakan reliabel, menurut
Sugiyono (2010) yakni bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau
dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.

Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur2. Neraca yang valid dapat digunakan untuk
menguur massa dan menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur panjang.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama3

Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka instrumen penelitian
yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel. Namun hal ini tidak berarti bahwa
dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya, otomatis hasil
(data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi
obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data.

Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas dan reliabilitasnya
(kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen-instrumen tersebut dapat dipercaya sebab telah
teruji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk memperoleh data. Sedangkan
ilnstrumen-instrumen dalam ilmu sosial biasanya juga sudah ada yang baku karena telah
teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada.
Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya, jika digunakan dalam penelitian
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alabeta, 2010), h. 121.
2
Ibid.
3
Ibid.
akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum
digunakan untuk mengukur, instrumen harus dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).

VALIDITAS BERDASARKAN KRITERIA (CRITERION-RELATED VALIDITY)

CRITERION-RELATED VALIDITY
Validitas berdasarkan kriteria atau criterion-related validity merupakan sebuah
ukuran validitas yang ditentukan dengan cara membandingkan skor-skor tes dengan
kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar. Ukuran luar ini seharusnya memiliki hubungan
teoritis dengan variabel yang di ukur oleh tes itu. Misalnya, tes intelijensi mungkin
berkorelasi
dengan rata-rata nilai akademis.
Validitas criteria (criterion-related validity)
Criterion-Related Validity merupakan
tingkat kesesuaian antara ukuran satu terpenuhi jika pengukuran membedakan
alat test dengan satu atau lebih individu menurut suatu criteria yang
kriteria/referensi eksternal lain, dharapkan diprediksi. Hal tersebut bisa
biasanya diukur menggunakan korelasi
dilakukan dengan menghasilkan validitas
konkuren (concurrent validity) atau validitas
predictive (predictive validity). Validitas
konkuren dihasilkan jika skala membedakan
individu yang diketahui berbeda, yaitu mereka
harus menghasilkan skor yang berbeda pada
instrument, sedangkan validitas predictive
menunjukkan kemampuan
instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu criteria
masa depan (Sekaran, 2006). Dengan demikian, perbedaan antara concurrent validity
dengan predictive validity adalah waktu pengujian, dimana concurrent validity diambil
dalam waktu yang sama (atau kurang lebih sama), sedangkan predictive validity
dilakukan beberapa saat (dalam periode waktu tertentu) setelah terlebih dahulu dahulu
skor hasil tes diperoleh.
UJI RELIABILITAS

Menurut Sugiono (2005), reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau


serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan
alat ukur itu dilakukan secara berulang.

Menurut Sukadji (2000), uji reliabilitas adalah seberapa besar derajat tes mengukur
secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka,
biasanya sebagai koefesien. Koefisien yang tinggi berarti reliabilitas yang tinggi.
Menurut Anastasia dan Susana (1997), reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada
konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes
yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen
(equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.

Pentingnya Uji Reliabilitas

Dalam penelitian yang menggunakan metoda kuantitatif, kualitas pengumpulan data


sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan.
Suatu instrumen penelitian dikatakan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan jika
sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen,
tentunya harus disesuaikan dengan bentuk instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian.

Reliabilitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus
diukur. Ada tiga cara pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu: (1) tes
tunggal (single test), (2) tes ulang (test retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate test).

UJI HOMOGENITAS

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi adalah
sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sample t
test dan ANOVA. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (ANOVA) adalah bahwa
varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih
dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama.

Adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sama tidaknya variansi-


variansi dua buah distribusi atau lebih.[1] Digunakan untuk menguji apakah sebaran data
dari dua varian atau lebih berasal dari populasi yang homogen atau tidak, yaitu dengan
membandingkan dua atau lebih variansnya.[2] Berdasarkan penjelasan keduanya, dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan
bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi
yang sama.

Uji homogenitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X
dan Y bersifat homogen atau tidak dalam suatu populasi yang memiliki varians yang
sama. Dengan demikian, data yang homogen tersebut dapat digunakan untuk proses
analisis data pada tahap selanjutnya.

Uji homogenitas variansi (variance) sangat diperlukan sebelum kita


membandingkan dua kelompok atau lebih, agar perbedaan yang ada bukan disebabkan
oleh adanya perbedaan data dasar (ketidakhomogenan kelompok yang dibandingkan)
namun berdasarkan penghitungan statistik yang ada.

  
Who

Uji hipotesis dilakukan oleh peneliti yang akan menguji suatu data dari
sekumpulan data yang terdapat pada populasi yang dipakai sebagai sumber penelitian.

When
Uji homogenitas dilakukan apabila kelompok data yang ada dalam bentuk
distribusi normal. Adapun uji homogenitas tidak perlu dilakukan apabila dua kelompok
data atau lebih mempunyai varians yang sama besar sehingga data yang digunakan
tersebut dianggap homogen.[3]
How
Untuk melakukan uji homogenitas, perlu dipertimbangkan hal berikut bahwa “we
will determine if the observed proportions in each response category are nearly the same
for all populations”.[4] Dalam artian tersebut, data-data yang dibandingkan harus
memiliki kesamaan dari keseluruhan data yang diambil dari populasi tersebut.
Ada beberapa rumus yang digunakan untuk uji homogenitas variansi diantaranya:
uji F, uji Harley, uji Cohran,uji Levene, dan uji Bartlett. Namun, pada umumnya
penghitungan yang dilakukan untuk uji homogenitas banyak digunakan dengan uji
bartlett dan uji fisher (uji –f), hal tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:[5]
Menurut Sutrisna, uji F dari Havley biasanya digunakan untuk menguji
homogenitas sebaran dua kelompok data. Adapun uji Bartlett biasanya digunakan untuk
menguji homogenitas lebih dari dua kelompok data.[6]
1. Uji Homogenitas dengan Bartlet
Dapat dilakukan dengan menghitung statistik chi-kuadrat, sebagai berikut:[7]

Dengan harga satuan B diperoleh dari:

Dengan s (varians) diperoleh dari:

2. Uji Homogenitas dengan Fisher (Uji – F)


Dengan cara menentukan varians terbesar dibanding varians terkecil. Uji
homogenitas dengan Uji – F dapat dihitung dengan cara, sebagai berikut:[8]

Contoh Uji Homogenitas 2


Instrumen penelitian memegang peran penting dalam penelitian kuantitatif karena
kualitas data yang digunakan dalam banyak hal ditentukan oleh kualitas instrument yang
dipergunakan. Artinya, data yang bersangkutan dapat mewakili dan atau mencerminkan
keadaan sesuatu yang diukur pada diri subjek penelitian dan si pemilik data.
            Untuk itu peneliti kuantitatif harus berfikir bagaimana memperoleh data
seakurat mungkin dari subjek penelitian sehingga data-data itu dapat dipertangung
jawabkan dari pada berfikir teknik statistic apa yang akan dipergunakan untuk
mengolahnya. Intrumen tersebut haruslah memiliki kualifikasi tertwntu yang memenuhi
persyaratan ilmiah. Untuk instrument seperti berbagai alat tes keberhasilan belajar,
misalnya yang berkaitan dengan ranah kognitif dan pertanyaan-pertanyaan untuk angket,
misalnya yang berhubungan dengan masalah afeksi, nilai-nilai, dan kecenderungan-
kecenderungan, persyaratan kualifikasi itu paling tidak meliputi aspek validitas,
reliabilitas dan efektivitas butir pertanyaan.
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan  tingkat  kesahihan suatu tes. 
Suatu  tes  dikatakan  valid  apabila  tes  tersebut  mengukur  apa  yang hendak  diukur. 
Tes  memiliki  validitas  yang   tinggi  jika  hasilnya  sesuai dengan  kriteria,  dalam  arti 
memiliki  kesejajaran  antara  tes  dan  kriteria. Untuk  menguji    validitas  setiap  butir
soal  maka  skor-skor yang ada p ada butir  yang  dimaksud  dikorelasikan  dengan  skor 
totalnya.  Skor  tiap  butir soal dinyatakan skor  X  dan skor  total dinyatakan sebagai 
skor Y, dengan diperolehnya  indeks validitas setiap butir soal,  dapat  diketahui butir-
butir soal  manakah  yang  memenuhi  syarat  dilihat  dari  indeks  validitasnya.
Ada sejumlah cara mempertimbangkan kadar validitas sebuah instrumen yang
secara garis besar dap[at dibedakan kedalam dua kategori. Kategori pertama yang
pertimbangannya lewat analisis rasional yaitu content validity (validitas
isi) dan construct validity (validitas konstruk). Sedangkan validitas kategori kedua
misalnya adalah validitas sejalan, validitas kriteria dan validitas ramalan.
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian
terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam
validasi ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan
kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau
berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.
Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa
alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi
yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya
komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak
relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur
tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya.
Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur,
sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini
tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka
tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana
validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur
mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas
konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep
mengenai trait yang diukur.
Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis
statistik yang lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas
empiris lainnya, akan tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk
koefisien validitas tunggal. Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur
yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal.
Jenis validitas kedua yang bersifat empiric memerlukan data-data di lapangan dari
hasil uji coba yang berwujud data kuantitatif. Jadi untuk keperluan analsis validitas itu
diperlukan jasa statistic. Validitas sejalan mempertanyakan apakah kemampuan apresiasi
sastra sejalan dengan kemampuan membaca. Untu itu, perlu dilakukan dua kali
pengukuran dalam dua bidang yang sejenis tersebut kpada subjek penelitian yang sama.
Hasilmnua Dianalisis dngan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas
Reabilitas  tes  adalah  tingkat  keajegan  (konsitensi)  suatu  tes,  yakni  sejauh
mana  suatu  tes  dapat  dipercaya  untuk  menghasilkan  skor  yang  relatif tidak  berubah 
walaupun  diteskan  pada  situasi  yang  berbeda-beda. Reliabilitas  suatu  tes  adalah 
taraf  sampai  dimana  suatu  tes  mampu menunjukkan konsisten hasil pengukurannya
yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan  dan  ketelitian  hasil.  Reliabel  tes 
berhubungan  dengan  ketetapan hasil tes. 
Secara garis besar terdapat 3 macam cara atau prosedur mempertimbangkan
kualifikasi instrument penelitian yang dimaksud yaitu dengan teknik 1. Stabilitas, 2.
Konsistensi instrument, 3. Equivalensi.
1.      Teknik Stabilitas
Suatu penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya berkaitan dengan
emoat hal: 1. Subyek penelitian, 2. Construct yang diukur, 3. Instrument pengukur dan 4.
Saat pengukuran. Penelitian kemungkinan bermaksud ubtuk menggunakan instrument
pengukur construct yang sama terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua kali
pada saa yang berbeda. Perbedan waktu antara pengukuran yang satu dengan pengukuran
yang lain dapat berupa bilangan hari, minggu, bulan atau bahkan tahun. Penelitian ini
bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari suatu waktu ke waktu
berikutnya dngan cara menghitung koefisien korelasi dan skor jawaban responden yang
dikur dengan instrument yang sama pada saat berbeda. Proses pengujian stabilitas yang
dikenal juga dengan test-retesr reability pada dasarnya untuk mrngetahi realibilitas data
berdasarkan stabilitas responden. Salah satu metode statistic yang diugunkan koefisien
stabilitas adalah Pearson correlation.
2.      Teknik Ekuivalensi
Pengukuran realibilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrument
pengukur yang berbeda untuk mengukur suatu custruct terhadap subyek penelitian
tertentu pada saat yang sama. Pendekatan yang juga disebut dengan alternative form
reliability ini lebih menekankan pada perbedaan bentuk instrument, sedang subyek
penelitian, construct dan saaat pengukurannya adalah sama. Penelitian melalui penekatan
ini menguji korelasi skr jawaban responden untuk mengetahui koefisien ekuivalensi
antara skor jawaban dengan menggunakan instrument pengukuran yang berbeda.
3.      Tekhnik Konsistensi Internal
Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrument
merupakan alternative lain yang dapat dilakukan oleh penelitian untuk menguji
reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi,. Konsep
reliablitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi diantara butir-butir pertanyaan
suatu instrument. Tingkat keterkaitan antara butir pertanyaan atau pernyataan dalam
suatu instrument untuk mengukur construct tertentu menunjukkan tingkat reliabilitas
konsistensi internal instrume yang berangkutan. Untuk mengukur konsistensi internal,
peneliti hanya memerlukan sekali pengujian dengan menggunakan teknik statistic
tertentu terhadap skor jawaban responden yang dihasilkan dari penggunaan instrument
yang bersangkutan. Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk mengukur konsistensi
internal yaitu: (1) Split-half reliability, (2) Kuder-Richardson #20 dan (3) Cronbach’s
alpa.
a.       Split-half reliability (Belah Dua)
Sebuah tes diberikan dan dibagi menjadi dua bagian dan mencetak secara terpisah,
maka nilai satu setengah dari uji dibandingkan dengan skor tersisa separuhnya untuk
menguji keandalan. Split-Setengah Keandalan adalah ukuran berguna ketika tidak
praktis atau tidak diinginkan untuk menilai reliabilitas dengan dua tes atau memiliki
administrasi menguji dua (karena keterbatasan waktu atau uang).

b.        Kuder-Richardson Formula 20


Cara lain untuk mengevaluasi internal tes akan menggunakan Kuder-Richardson
20. Ini hanya disarankan jika Anda memiliki item dikotomi dalam tes (biasanya untuk
jawaban benar atau salah).
   r =  (1 -  )
r                = Koefisien reliabilitas yang dicari
k                = jumlah butir pertanyaan

            = jumlah proporsi jawaban benar kali salah per butir pertanyaan

               = Varian skor test

c.          Alpha Cronbach / Koefisien Alpha


Cronbach Alpha / Koefisien Alpha formula adalah rumus umum untuk memperkirakan
keandalan tes yang terdiri dari item yang bobot penilaian yang berbeda dapat ditugaskan
untuk respon yang berbeda
r     = Koefisien reliabilitas yang dicari
k    = jumlah item pertanyaan
σi2 = varians butir pertanyaan
σ2   = varians skor tes
d.      Kesalahan Baku Pengukuran
Besarnya kesalahan baku pengukuran akan tergantung oleh besarnya indeks
reliabilitas juga akan mempengaruhi kecermatan alat ukur yang bersangkutan untuk
mengukur cirri laten tertentu peserta uji

Analisis Butir Pertanyaan


Untuk mengetahui  kualitas dan efektifitas tiap butir pertanyaan yang dimaksud,
diperlukan kerja analisis butir pertanyaan atau soal. Analisis butir pertanyaan pada
umumnya dimaksudkan untuk menetahui besar kecilnya indeks tingkat kesulitan. Indeks
daya beda dan efektifitas distraktor butir-butir soal yang bersangkutan. Baik dalam teori
klasik maupun teori respon butir yang merupakan teori pengukuran modern yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam teori pengukuran klasik,
analisis butir soal sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas alat pengukuran.
Pembicaraan berikut difokuskan pada analisis butir pertanyaan untuk menghitung indeks
tingkat kesulitan, daya beda dan distraktor.

1.      Tingkat Kesulitan Butir Pertanyaan


Tingkat kesulitan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa
mudah sebuah butir pertanyaan bagi peserta uji. Dalam teori pengukuran klasik, indeks
tingkat kesulitan (ITK) sering berubah tergantung tingkat kemampuan peserta uji yang
diukur. ITK dalam model pengukuran klasik dapat diperoleh dengan menghitung proporsi
jawaban betul peserta tersebut. Indeks besarnya daya untuk membedakan kemampuan itu
dinyatakan dengan indeks sehingga secara lengkap disebut sebagai indeks daya beda (IDB)
butir soal. Ntuk menghitung IDB dapat dilakukan dengan rumus:

IDB = FKT-FKR
                 n
IDB = Indeks daya beda yang dicari
FKT = Frekuensi jawaban benar kelompok tinggi
FKR = frekuensi jawaban benar kelompok rendah
n       = Jumlah peserta kelompok  tinggi atau rendah

Namun menganalisis jawaban per siswa per butir untuk N soal, jika jumlah dan
jumlah butir soal relatif banyak, akan sangat merepotkan dan bisa jadi  juga kurang efisien.
Untuk  menghindari pemborosan yang tidak perlu, analisis butir dapat dilakukan dengan
mengambil sebagian dari lembar jawaban peserta. Jika cara ini  ditempuh, akan dibagi 2
kelompok yaitu, kelompok tinggi (KT) dan peserta kelompok rendah (KR).  Indeks tingkat
kesulitan tetap dihitung berdasarkan proporsi jawaban benar, yaitu yang diperoleh dari
kedua kelompok tersebut. Rumusnya adalah sebagai berikut.

ITK= FKT-FKR
                 n
ITK =  Indeks tingkat kesulitan yang dicari
FKT = Frekuensi jawaban benar kelompok tinggi
FKR = Frekuensi jawaban benar kelompok rendah
N     = Jumlah peserta kedua kelompok

2.      Indeks Daya Beda Butir Pertanyaan


Daya beda butir pertanyaan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar
daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan
kelompok rendah. Secara teoritis peserta uji kelompok tinggi haruslah menjawab dengan
benar butir-butir soal yang dikerjakan secara lebih banyak daripada jawaban benar
kelompok rendah. Jika terjadi jumlah jawaban benar peserta kelompok rendah lebih besar,
hal ini menyalahi logika dan tidak memiliki konsistensi internal sehingga butir soal yang
bersangkutan dinyatakan tidak baik.

3.      Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan dan Daya Beda dengan Tabel


Perhitungan indeks tingkat kesulitan dan daya beda dilakukan dengan menghitung
langsung dari data yang diperoleh. Perhitungan ITK lewat skala delta dilakukan dengan
menghitung proporsi jawaban benar dan kemudian hasilnya ditansformasikan ke dalam
distribusi normal baku. Sedangkan perhitungan ITK lewat proporsi, indeks skala delta
yang semakin besar menunjukkan bahwa butir soal yang bersangkutan semakin sulit,
sedangkan indeks skala delta yang semakin kecil menunjukkan bahwa butir soal itu
semakin mudah.
4.      Analisis Distraktor
Analisis Distraktor adalah analisis jawaban peserta uji terhadap opsi yang salah.
Model ini berangggapan bahwa semua opsi harus efektif. Artinya, walau opsi salah, opsi
tersebut tetap saja harus ada sejumlah peserta uji yang memilihnya. Ada beberapa criteria
untuk menetapkan efektifitas distraktor yaitu (1) semua distraktor (opsi salah) harus ada
yang memilih, (2) jumlah pemilih opsi-salah dari pesertta kelompok tinggi harus lebih
sedikit dari pada kelompok rendah dan (3) jika pemilih opsi-salah hanya satu, ia harus
dari kelompok rendah.

5.      Analisis Butir Soal dengan Program Komputer


Analisis butir soal dapat juga dilakukan dengan cara penghitungan lewat program
computer di samping  dengancara manual. Analisis butir untuk model pengukuran klasik
dengan mempergunakan program Iteman, sedangkan teori respon butir mempergunakan
program Rascal atau Ascal tergantung brapa parameter yang akan dianalisis.
Perhitumngan lewat program computer yang dicontohkan di bawah ini dibatasi hanya
yang mempergunakan program Iteman unutk analisis butir model pengukuran klasik.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Anon, “Uji Homogenitas” dalam http://www.statistikian.com/2013/01/uji-homogenitas.html (17


April 2015)
Edi Riadi, Metode Statistika: Parametrik & Non-Parametrik. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2014
Johnson, Richard A and Gouri K. Bhattacharyya. Statistics: Principles and Methods. Madison:
John Wiley and Sons, Inc .2010
Putu Sutrisna, “Uji Homogenitas Statistika Lanjut”
dalam http://putusutrisna.blogspot.com/2011/04/uji-homogenitas-statistik-lanjut.html (17 April
2015)
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfabeta, 2008
[1] Anon, “Uji Homogenitas” dalam http://www.statistikian.com/2013/01/uji-
homogenitas.html (17 April 2015).
[2] Edi Riadi, Metode Statistika: Parametrik & Non-Parametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2014), h. 101.
[3] Ibid., h. 101.
[4] Richard A Johnson and Gouri K. Bhattacharyya, Statistics: Principles and Methods,
(Madison: John Wiley and Sons, Inc, 2010), h. 522.
[5] Edi Riadi, op.cit., hh. 102 – 104.
[6] Putu Sutrisna, “Uji Homogenitas Statistika Lanjut”
dalam http://putusutrisna.blogspot.com/2011/04/uji-homogenitas-statistik-lanjut.html (17 April
2015).
[7] Putu Sutrisna, loc.cit.
[8] Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h.120.
Bakker, Arnold B; Demerouti, Evangelia; Schaufeli, Wilmar B. The crossover of burnout and
work engagement among working couples. Human Relations58.5 (May 2005): 661-689.
de Beer, Leon T; Pienaar, Jaco; Rothmann, Sebastiaan, Jr. Investigating the reversed causality of
engagement and burnout in job demands-resources theory. SA Journal of Industrial
Psychology39.1 (2013): 1-9.
Drost, Ellen A. Validity and Reliability in Social Science Research. Education Research and
Perspectives38.1 (Jun 2011): 105-124
Gary Growth – Marnat. (2010). Handbook of Psychological Assessment. Terj. Soetjipto, H.P &
Soetjipto, S.M. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai