Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mempelajari Struktur Perkembangan Hewan, sistem Koordinasi (Sistem Saraf)
merupakan penyampaian informasi dengan menggunakan sinyal listrik yang tidak dapat
dipisahkan dengan system endokrin (Hormon). Karena Hormon pada umumnya beredar
didalam system peredaran dan menimbulkan respon pada reseptor yang terdapat diseluruh
bagian tubuh. Bukan saja karena Sistem Endokrin ada dibawah pengaruh sistem saraf, tetapi
juga karena banyak sel saraf yang mengkhususkan diri dalam mensekresikan atau
Penyimpanan neuro hormon yang berperan mengaktifkan beberapa sel efektor. (Ridwan,
2011)
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap
rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk
kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler
maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi,
berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan,
baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel. (Ridwan, 2011)
Sistem saraf merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian
otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang
terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil
koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. (Ridwan, 2011)
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
Jumiani Ndruru

endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf
ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda,
semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya. (Ridwan, 2011)

1
B. Rumusan Maslah
Dengan menimbang latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan, maka
penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan sistem saraf
2. Bagaimana cara kerja sistem saraf
3. Apa-apa saja yang terdapat di dalam sistem saraf
4. Bagaimna sistem saraf yang terjadi pada hewan

C. Manfaat
Manfaat akan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana materi
tentang, bunga serta untuk memahami apa-apa saja yang di terapkan dalam materi-materi
tersebut.

D. Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam pembutan makaah ini adalah:
1. Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan
2. untuk mendapatkan pengetahuan dari materi tersebut
Jumiani Ndruru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koordinasi/Sisitem Saraf


Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian
otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang
terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil
koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi
pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf
merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh
tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan
hewan semakin komplek sistem sarafnya. (Fajri, 2013)

B. Sistem Koordinasi/Sisitem Saraf Pada Manusia


Sistem saraf
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen
yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
Jumiani Ndruru

3
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar

Fungsi saraf
Fungsi saraf adalah sebagai berikut :
a) Menerima rangsangan (oleh indera)
b) Meneruskan impuls saraf ke sistem saraf pusat (oleh saraf sensorik)
c) Mengolah rangsangan untuk menentukan tanggapan (oleh sistem saraf pusat)
d) Meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke efektor (oleh saraf motorik).
Jumiani Ndruru

Sel Saraf
Neuron
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun
dari badan sel, dendrit, dan akson. (Fajri, 2013)

4
Badan Sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf
terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis
protein. (Fajri, 2013)

Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel. (Fajri, 2013)

Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
Jumiani Ndruru

banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya


rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan
membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang
melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh
lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat
jalannya rangsangan. (Fajri, 2013)

5
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu:
1. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
2. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima
dari otak dan sumsum tulang belakang. Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga
jenis sel saraf tersebut lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel
Perbedaan sel saraf sensorik, penghubung, dan motorik.
No Pembeda Sensorik Penghubung Motorik

Ukuran
1 Panjang Pendek Pendek
Dendrit

2 Ukuran Neurit Panjang Pendek Panjang

Menerima rangsangan dari sel saraf


3 Fungsi Dendrit Menerima rangsangan dari reseptor Menerima dan merusak rangsangan
lain

Meneruskan rangsangan ke sel saraf Menerima dan meneruskan


5 Fungsi Neurit Meneruskan rangsangan ke efektor
lain rangsangan

3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu
dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf
motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara
saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk
sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti
asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam
mentransfer impuls pada sinapsis.
Jumiani Ndruru

6
Sinaps

Sambungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain

Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai
serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah
Jumiani Ndruru

sebagai berikut:
1. Perubahan dari dingin menjadi panas.
2. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
3. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
4. Suatu benda yang menarik perhatian.
5. Suara bising.
6. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

7
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.

Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.

Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak. Bagannya sebagai berikut. Contoh gerak refleks adalah
sebagai berikut:
Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk
ke mata.
Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

Contoh proses
Jumiani Ndruru

terjadinya gerak
refleks pada lutut.

8
Susunan Saraf Manusia
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada
tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi
penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang. Otak
manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang.
Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu membran yang
melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan meninges. Meninges
dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter.
Piameter merupakan lapisan membran yang paling dalam. Lapisan ini berhubungan
langsung dengan otak atau sumsum tulang belakang. Pada piameter banyak
terkandung pembuluh darah. Arachnoid merupakan lapisan yang berada di antara
piameter dan durameter. Adapun durameter adalah lapisan membran yang paling luar.
Durameter berhubungan langsung dengan tulang. Pada daerah di antara piameter dan
arachnoid, terdapat rongga yang berisi cairan serebrospinal. Cairan ini berfungsi
melindungi otak atau sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan. (Fajri,
2013)
Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.
Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara
piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Dengan
adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan benturan dengan
Jumiani Ndruru

kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan meninges, baik pada
cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.

9
Sayatan membujur sistem
saraf pusat yaitu otak dan
sumsum tulang belakang.

Substansi kelabu dan


substansi putih pada (a)
sumsum tulang
belakang dan (b) otak.
Jumiani Ndruru

Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total
otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram
dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan

10
pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik.
Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang
berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak
lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan
yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus. (Fajri, 2013)
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf
kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak
manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang. Para ahli mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata
terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi
dalam menjaga tingkah laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak
depan berfungsi dalam penciuman (Campbell, 2006: 578)

Gambar 9.10 Bagian-bagian dari otak manusia.


Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus. Otak
besar merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh
bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya.
Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan
Jumiani Ndruru

otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.
(Fajri, 2013)

11
Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta
bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau
kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan
serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau
komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan
jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum. Talamus
mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal
sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar
sinyal lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak
yang sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi. (Fajri, 2013)
Hipotalamus mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan
berbagai macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh,
tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat
disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang
menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain. Pada bagian lain
Jumiani Ndruru

hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi sebagai jam biologis.
Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus tidur dan bangun tidur.
Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon serta
diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang
menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian
telensefalon merupakan bagian luar yang mudah kita amati dari model torso. (Fajri,
2013)

12
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap
informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan dengan
pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan
kegiatan manusia.

Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
Jumiani Ndruru

sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan
refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar
(cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur
gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang
mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan
mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak
menghasilkan neurotransmitter dopamin. (Fajri, 2013)

13
Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan
pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari
sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada
saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan
lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang
menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan
tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui
jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang
menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan
medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan,
denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan
batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh
karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan. (Fajri, 2013)
Jumiani Ndruru

Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem
sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam
pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak,
ia masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal.
Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini
umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama
otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional yang

14
disebut batang otak (brainstem). (Fajri, 2013)

Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

Sayatan
melintang
sumsum tulang

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan


dari sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,
maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan
kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki). (Fajri,
2013)
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf
Jumiani Ndruru

yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau
biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke
otak. Secara rinci, ruas- ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang
belakang ini adalah sebagai berikut: Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang
saraf spinalis yang terdiri dari 7 pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari
segmen thorakal, 5 pasang dari segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan
1 pasang dari segmen koxigeus. (Fajri, 2013)

15
 Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
 Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk
bagian belakang torax atau dada.
 Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk
daerah lumbal atau pinggang.
 Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
 Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk
tulang koksigeus (tulang tungging)

Sistem saraf Perifer


Jumiani Ndruru

Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap
pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung,
mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan
motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem
saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.

16
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika
Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini
mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari
sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12
pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar
dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-
saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas
pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakan saraf
sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
Jumiani Ndruru

Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda
ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila
hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti

17
contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil
mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan
menjadi dua. (Fajri, 2013)

Sistem saraf tak sadar


yang tersusun atas
sistem saraf simpatik
dan sistem

Sistem Saraf Simpatik


Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,
antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan
menghambat kontraksi kantung seni. (Fajri, 2013)

Sistem Saraf Parasimpatik


Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan
saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak
Jumiani Ndruru

jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat


pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara
kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal. (Fajri,
2013)

18
C. Sistem Koordinasi/Sisitem Saraf Pada Hewan
Sistem Koordinasi merupakan sistem saraf (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah
untuk memberi tanggapan rangsangan atau sistem yang mengatur kerja semua sistem
organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem
saraf beserta indera dan sistem endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem
yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem
saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan
semakin komplek sistem sarafnya. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf
yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai
(berurutan) antara reseptor dan efektor. (Fajri, 2013)

Sistem Saraf Pada Vertebrata


Sistem saraf Pisces
Ikan perak mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer
serebral, dan diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10
pasang saraf kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga
mengakibatkan saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh. Terdapat pada ikan
Jumiani Ndruru

bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong dengan sel-sel yang sensitif
terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa di sekitar mulut. Mata lebar
mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi
benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di darat didekatnya.
Telingadalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk keseimbangan.
Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang telinga. Oleh sebab itu,
vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala atau tubuh. Garis lateral
tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna untuk mendeteksi

19
perubahan tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu
diinervasi oleh saraf kranial ke X (N. vagus),oleh sebab itu beberapa ahli berpendapat
bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral. (Fajri,
2013)

Sistem saraf Ikan


Sistem saraf Amphibi
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil.
Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-
8, dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan
kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan
(membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior, inferior,
rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus superior. Telinga dengan
organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 szlurzn semisirkular, yaitu vertikal
anterior, vertikal posterior, dan horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah,
tetapi tidak ada telinga luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis
dalam telinga tengah yang memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea).
(Fajri, 2013)
Jumiani Ndruru

sistem saraf katak

Sistem saraf Reptil


Otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus
optikus, serebellum, medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah
hemisfer serebral terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan

20
hipofisis. Terdapat 12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju
ke somit-somit tubuh. Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ
pembau pada rungga hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti
telinga vertebrata rendah. Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran
tympani. Telinga dalam dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari
ruang tympani ada saluran eustachius dan bermuara dalam faring di belakang hidung
dalam. (Fajri, 2013)

otak pada ular


Sistem saraf Aves
Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius
kecil, serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan
ventral lobus optikus.lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris
eksternal terus kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan
saluran-saluran semi sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik.
Dari telinga tengah ada saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada
langit-langitt bagian belakang. Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua
lubang hidung yang berupa celah pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung
kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran bervaskulasi dan
berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut kedalam humor vitreus.
Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat yanag disebut bingkai skleral. Mata
dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat
berakomodasi pada berbagai jarak. (Fajri, 2013)
Jumiani Ndruru

21
Sistem saraf pada burung

Sistem saraf Mamalia


Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan otak. Serebelum juga
besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah. Setiap bagian lateralnya
dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Mempunyai telinga
luar. Gelombang suara disalurkan melalui meatus auditori eksternal ke membran
tympani. Telinga tengah mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea agak berkelok.
Mata tidak mengandung pekten (seperti yang terdapat pada burung). Di banding
dengan vertebrata yang lebih rendah, maka pada kelinci membran olfaktori lebih luas,
organ pembau lebih efektif, karena membran olfaktori itu lebih luas. Hal itu
disebabkan karena papan-papan tulang dalam rongga hidung bergulung-gulung
membentuk kurva. (Fajri, 2013)

Sistem Saraf Invertebrata


Sistem saraf hewan bersel satu
Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang tergolong
Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan
tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada
koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti
Amoeba dan Paramaecium meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya
dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas, bergerak
dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.
Protoza misalnya amoeba tidak mempunyai susunan saraf tetapi mempunyai
kepekaan terhadap rangsang dari luar dan mampu menanggapi rangsang tersebut,
misalnya rangsangan yang berupa cahaya dan sentuhan. Jika rangsanganya kuat,
Jumiani Ndruru

protozoa menjauh,sebaliknya jika rangsang itu lemah akan mendekat. Pada


paramecium terdapat fibril yang peka terhadap suhu dan sinar, serta berfungsi untuk
mengatur gerakan silianya. (Fajri, 2013)

22
 
Gambar Sistem Koordinasi Amuba

Sistem saraf pada Coelenterata


Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada
Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm)
terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan
satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-
sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem
yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel
yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan sistem sinaps tapi
tidak mempunyai ciri-ciri sinaps. (Fajri, 2013)
Sistem saraf pada Echinodermata
Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif.
Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan
mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus
seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan
Jumiani Ndruru

(innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain. (Fajri, 2013)


Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata
tapi sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel
saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Pada bintang laut terdapat
cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada
sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir
sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh. (Fajri, 2013)

23
Gambar Sistem Koordinasi bintang laut

Sistem saraf pada Platyhelminthes


Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-
sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus
di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion
kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti
tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf
yang tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf
dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh.
Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls dari
titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran
untuk mengkoordinasi aktifitas otot. (Fajri, 2013)
Jumiani Ndruru

 Gambar Sistem Koordinasi Planaria dan Hirudinea

Sistem saraf pada Arthropoda

24
Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti pada cacing
tanah, dan Mollusca primitif. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda
sangat berbeda dari spesies ke spesies tapimpada dasarnya mempunyai tiga bagian
yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak
merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia
segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental
pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-
ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf
yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu
sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata sederhana. Pada
udang terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua buah penghubung sirkumesofageal
dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama
besar berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak
dan korda ventral. (Fajri, 2013)
Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat
kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior. Ada 2 buah mata
majemuk yang tersususn dari banyak unit optik yang disebut ommatidium. Tiap mata
majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis, terdapat
pada dasar antenul-antenul. Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut
ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh
dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion
toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem
saraf sentral. (Fajri, 2013)
Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf) untuk
meraba,merasa, dan membau sesuatu. Sebuah membrana tympani terdapat pada
permukaan segmen abdomen pertama. Membrana tympani itu terlibat atau terbawa
Jumiani Ndruru

serta dalam mendeteksi suara. Pada sayap dan kaki belalang sering terdapat alat-alat
untuk membuat suara. Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang besar-besar,
terdiri dari ommatidia. Di samping itu ada 3 oselli atau 3 buah mata sederhana. (Fajri,
2013)

Sistem saraf Annelida


Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion
supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala.

25
Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah
saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang
saraf ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat
tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indera yang menerima saraf dari
ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana
itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.
(Fajri, 2013)

Sistem saraf annelida

Sistem saraf pada Oligochaeta


Berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai
dari segmen ke-4. di samping iti ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga
disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring
menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat
3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah
terdapat organ-organ sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya. (Fajri,
2013)
Jumiani Ndruru

Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih
maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion
supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun
relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada
permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada
tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral.
Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf

26
sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf
berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi
bersama-sama. (Fajri, 2013)

Sistem saraf Mollusca


Pada tiram terdapat 3 pasang ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang
dalam kaki, dan sepasang dekat ujung posterior massa visceral. Ganglion-ganglion itu
dihubungkan satu dengan yang lain dengan serabut-serabut longitudinal dan yang
anterior juga oleh serabut-serabut transversal. Sel-sel sensori, mungkin peka terhadap
sentuhan dan cahaya, terdapat di sepanjang batas mantel. Organ untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan terdapat pada tiram. Organ perasa kurang berkembang
dibandingkan anggota molluska lainnya. (Fajri, 2013)
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf
serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari
ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ. Pada ujung tiap tentakel posterior
(panjang) terdapat sebuah mata dengan kornea, lensa dan retina dan mungkin juga
organ pencium (olfaktorius). Di bawah ganglia kaki terdapat sepasang statokis, yaitu
organ keseimbangan, masing-masing mengandung benda-benda berkapur, silia dan
Jumiani Ndruru

sel-sel peraba. Dalam lapisan epidermis kepala dan kaki terdapat pula struktur peraba.
Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk
mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini
dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan
viseral. (Fajri, 2013)
Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena
adanya penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena
itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian

27
suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu
terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol
lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik,
pusat sensorik utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
(Fajri, 2013)

Sistem saraf pada Serangga


Sistem saraf serangga juga terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi,
berupa sistem saraf tangga tali. pada belalang sistem saraf pusat tersusun atas
kelompok-kelompok badan sel saraf yang disebut ganglia. Tiap-tiap ganglia
dihubungkan oleh satu atau lebih tali-tali saraf. Sementara itu, saraf tepi belalang
tersusun oleh akson sensorik dan akson motorik ke dan dari ganglia. (jamak dari
ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah rangsang. (Fajri, 2013)
Ada 3 macam ganglion :
1. Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.
2. Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris
rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
3. Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada,
perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan. Ganglion bawah kerongkongan dan
ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran pencernaan. pada serangga terdapat
2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan
ganglion satu dengan ganglion yang lain.

Pada serangga kelenjar endokrin lebih banyak digunakan untuk proses


pertumbuhan dan metamorfosis. Selama masa pertumbuhan, serangga akan
menanggalkan eksoskeletonnya secara berkala. Proses pergantian kulit ini disebut
Jumiani Ndruru

molting. Molting terjadi sampai stadium dewasa. Hormon yang menyebabkan


terjadinya molting adalah hormon ekdison. Hormon ini dihasilkan dari kerja sama
kelenjar protorasik yang terletak di dalam dada dan hormon yang dihasilkan oleh
otak. Otak serangga juga menghasilkan hormon yang mempengaruhi proses
metamorfosis, yaitu hormon juvenil. Hormon ini berfungsi menghambat proses
metamorfosis. Sekresi hormon juvenil yang cukup akan membuat ekdison
merangsang pertumbuhan larva. Namun, jika sekresi hormon ini berkurang maka
ekdison akan merangsang perkembangan pupa. (Fajri, 2013)

28
 

Gambar Sistem Koordinasi serangga

Jumiani Ndruru

29
Jumiani Ndruru

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian
otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang
terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil
koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem Koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf
ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda,
semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Dan penyusun mengucapkan banyak terima kasih
atas pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikannya.
Kami merasa cukup sekian kata penutup yang disampaikan. “Tak ada gading yang tak
retak”. Dalam makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang dapat membangun perbaikan makalah ini sedikit banyak kami ucapkan terima
kasih.
Jumiani Ndruru

31
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi,. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Surabaya: Graha Ilmu


Sihombing, P,. (2001). Buku Pegangan Mahasiswa Struktur Hewan. Medan: Universitas
Negeri Medan (UNIMED)
Pujiyanto, Sri,. (2008). Menjelajah Dunia Biologi 2. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri (Platinum)
http://fajriharry.blogspot.com/2013/03/sistem-saraf-pada-hewan-sistem-saraf.html
http://ridwan-systemsarafhewan.blogspot.com/
http://www.lengkapbiologi.org/2013/08/pada-prinsipnya-sistem-koordinasi-hewan.html
http://biologiklaten.wordpress.com/bab-20-sist-koord-pada-hewan-manusia-xi/
Jumiani Ndruru

32

Anda mungkin juga menyukai