Anda di halaman 1dari 94

Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II

Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

E.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
E.1. P E N D E K A T A N
a. SISTEM PENGENDALIAN TEKNIS HASIL KARYA PERENCANAAN
1) Pemahaman Terhadap Gambar Kerja
Gambar kerja sebagai suatu dokumen perencana yang akan dipakai sebagai
dasar pelaksanaan di lapangan seharusnya berstandart tertentu. Sejelek apapun,
suatu gambar kerja selalu menguraikan gambar-gambar rencana dan berikut detail-
detail engineeringnya. Jikalau gambar rencana cukup menyeluruh dan detail-
detailnya cukup lengkap, suatu gambar kerja telah siap sebagai dasar/pedoman
pelaksanaan dilapangan. Sampai taraf ini, biasanya masih ada satu permasalahan
yang cukup signifikan, yaitu keterkaitan/ kecocokan antara gambar rencana dan
detail engineering sering ada ketidak cocokannya.
Permasalahan lebih signifikan, jika rencana belum menyeluruh dan atau
(lebih-lebih) jika gambar detail engineeringnya juga belum lengkap. Dalam kondisi
demikian, dapat dipastikan, bahwa keterkaitan antar gambar rencana dengan detail-
detail engineering yang telah adapun terjadi ketidak cocokan. Dalam kondisi seperti
itu, dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan banyak gambar-gambar “Shop
Drawing” dan adalah Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) harus ikut aktif dalam
mengelola gambar shop drawing tersebut.
Adalah menjadi tugas konsultan, bahwa sebelum mulai pengawasan
pelaksana, mereka harus mempelajari dokumen pelaksanaan. Dalam menjalankan
tugas koreksi baik terhadap :
- Kelengkapan gambar
- Kait-mengkait gambar satu dengan lainnya yang lebih detail
- Kualitas gambar
- Kualitas BQ
- Kualitas RAB dalam kontrak antar kontraktor dengan proyek.
- Kondisi tapak
- Kondisi lingkungan tapak
- Kondisi lingkungan proyek

CV EDIYASA E - 1/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Tim pengawas harus didampingi beberapa tenaga ahli berpengalaman


dibidang :
- Perencanaan arsitektur
- Perencanaan detail-detail keteknikan
- Pertamanan dan pengolahan tapak
- Pekerjaan-pekerjaan struktur dan sipil lainnya
- Perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya.
- Perencanaan dan pengawasan pekerjaan kelistrikan dan pekerjaan
Mechanical Electrical lainnya.
- Manajemen pengawasan dan pelaksanaan
Dengan kondisi Tim yang lengkap dan bekerja simultan dalam satu koordinasi
oleh Team Leader, pemahaman gambar kerja terhadap proyek tersebut akan
mencapai format yang mapan, sehingga :
- Jika terdapat kekurangan kualitas dan kuantitas dari masing-
masing bagian pekerjaan , akan segera terdeteksifikasi.
- Segenap permasalahan, yang ada sesegera dapat terdistribusi
kepada yang berhak menyempurnakannya, seperti konsultan
perencana proyek, Tim teknis dan di lingkungan pekerjaan itu
sendiri yaitu pengawas lapangan dan kontraktor.
Dalam kasus ketidak lengkapan notasi teknis atau informasi-informasi lainnya
yang dapat diatasi oleh tim pelaksanaan dan pengawasan dan tim teknis yang
dilapangan, permasalahan tersebut tergolong bisa diatasi sendiri dan tidak perlu
meminta ijin terlebih dahulu, terhadap konsultan perencana, hanya kondisi tersebut
memang perlu diberitahukan kepada konsultan perencana dan pihak non lapangan
lainnya pada saat rapat-rapat lapangan reguler terselenggarakan.
Dalam kasus terdapat permasalahan lapangan yang tak terpecahkan secara
langsung, maka :
- Permasalahan gambar - gambar harus dikonsultasikan kepada
konsultan perencana untuk pemecahan teknisnya, jika pemecahan
permasalahan tersebut semata-mata hanya bersifat teknis tanpa
implikasi ke penambahan biaya, maka keluaran konsultan
perencana tersebut langsung dapat dilaksanakan di lapangan.
- Jika harus diatas, tetapi terkait dengan penambahan biaya, maka
usulan perencana tersebut harus dibawa ke forum rapat sebelum
sebagai pedoman pelaksanaan dilapangan.
- Kasus, jika usulan datang dari pihak konsultan pengawas dan atau
dari kontraktor, maka harus melalui prosedur yang benar, yaitu :
 Yang terkait perubahan dokumen keteknisan adalah harus
seijin konsultan perencana

CV EDIYASA E - 2/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Yang terkait perubahan teknis dan perubahan biaya selain


seijin konsultan perencana, juga harus disetujui Pejabat
Pembuat Komitmen.
Hal – hal yang mendasar pada penelitian gambar kerja dan pemahamannya
adalah :
- Setatus hukum gambar kerja dengan RKS adalah saling
melengkapi, tetapi jika terdapat perselisihan, RKS adalah lebih
diutamakan.
- Gambar berskala besar lebih menentukan daripada gambar yang
berskala lebih kecil.
- Jika terdapat kasus- kasus diputuskan dipilih yang menguntungkan
pihak kegiatan.
2) Pemahaman Terhadap RKS
Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) adalah keterangan penjelasan
tentang kualitas suatu pekerjaan atau bagian pekerjaan atau elemen bangunan, atau
komponen, atau bagian – bagiannya. Keterangan didalam RKS bersifat tuntutan –
tuntutan keteknisan, sehingga suatu RKS yang baik adalah memberikan informasi
keteknisan selengkap – lengkapnya tanpa menunjuk atau mengarah kepada suatu
produk tertentu.
Selain itu dalam ketentuan – ketentuan teknisnya juga memuat tuntutan –
tuntutan arsitektural mendasar seperti mengurai ketinggian lantai bangunan,
ketinggian bangunan dari tanah, peil cut and fill, konsep – konsep dan bentuk –
bentuk umum arsitektural yang diinginkan, sedang tuntutan kualitas teknis yang
lebih detail dijelaskan dalam gambar atau melalui brosur – brosur. Dalam kasus
tuntutan teknis yang seharusnya ada tetapi belum tercantum di dalam RKS, atau
banyak keterangan berbeda – beda, maka :
- Usulan tentang tuntutan teknis, utamanya adalah hak konsultan
perencana, karena pengusulan suatu spesifikasi teknis pasti berimplikasi
kepada nilai harga suatu pekerjaan maka keputusannya harus ditentukan
didalam rapat yang dihadiri pihak kegiatan dan tim teknis.
- Di dalam mengambil keputusan diantara dua atau lebih keterangan
berbeda tentang suatu pekerjaan, maka diambil yang lebih
menguntungkan.
Yang perlu dicermati RKS adalah bagian terpenting dari suatu dokumen
pelaksanaan dimana perlu dipahami :

CV EDIYASA E - 3/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

- Apakah bab-bab pembahasan spesifikasi teknisnya lengkap dan telah


mencakup seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- Apakah RKS telah menguraikan secara rinci mendetail dan jelas tentang
tuntutan-tuntutan teknis segenap jenis pekerjaan yang ada.
- Apakah gayut - menggayut antara pasal dan ayat-ayat yang ada didalam
setiap RKS dalam membahas suatu substansi yang sejenis atau sama,
atau masih ada pertentangannya.
- Apakah gayut – menggayut antara RKS dan gambar-gambar kerja, atau
masih ada perbedaannya.
- Demikian juga terhadap Berita Acara Aanwizjing (BAA).
Tindakan selanjutnya, mencari strategis dalam rangka mencari solusi
pemecahan permasalahan untuk menyempurnakan dokumen pelaksanaan, ada
beberapa cara sebagai berikut :
- Membuat usulan langsung dalam rapat lapangan pada tahap awal
pelaksanaan/konsultasi.
- Membuat usulan tertulis ke Konsultan Perencana dengan tembusan ke
segenap unsur teknis dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam kiat-kiat penyempurnaan dokumen pelaksanaan, konsultan pengawas
lapangan harus diwakili unsur struktural sepadan, yaitu minimal dalam rapat-rapat
tersebut harus dihadiri oleh Team Leader (TL), dalam keadaan TL berhalangan bisa
oleh Supervisi Ahli yang diberi kuasa oleh TL. Begitu juga dari unsur lain seperti
Kontraktor dan unsur teknis .
Hal paling spesifik jika dalam proses konsultasi timbul pekerjaan baru dengan
spesifikasi baru, jika implikasi dari perubahan tersebut hanya menimbulkan
penambahan biaya sedikit, maka perlu menempuh prosedur pekerjaan tambah
kurang. Sedang jika penambahan biaya yang dilibatkan timbulnya pekerjaan baru
tersebut mencapai 10% dari nilai kontrak, atau lebih maka perlu dibuat suatu
addendum kontrak (kontrak baru).

3) Pemahaman Terhadap RAB (Penawaran Kontraktor)


Satu hal yang perlu dicermati, bahwa RAB atau penawaran Kontraktor yang
akhirnya menjadi lampiran kontrak antara Kontraktor dengan pihak Pemberi Tugas
adalah (seharusnya) dibuat atas dasar dokumen perencanaan (gambar kerja, RKS,
BAA, dan BQ) yang dibuat oleh Konsultan Perencana, dimungkinkan bahwa :

CV EDIYASA E - 4/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

1. Penawaran Kontraktor dalam kontraknya dibuat betul-betul dari hasil


perhitungan sendiri terhadap volume-volume pekerjaan yang ada dan
dibuat limit.
2. Penawaran kontraktor tersebut dibuat volume lebih besar dari pekerjaan
yang ada, meskipun demikian apabila kontrak kontraktor nanti bersifat
Unit Price maka harus ada perhitungan awal (MC 0) bersama –sama
antara Kontraktor - Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dan Konsultan
Perencana sebelum memulai pekerjaan.
3. Penawaran kontraktor tersebut, volume pekerjaan diambil dari volume
pekerjaan yang dibuat oleh Konsultan Perencana.
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) perlu memahami kondisi RAB
(Penawaran Kontraktor) senyatanya :
- Apakah kondisinya dalam tingkat kewajaran
- Apakah kondisinya dalam tingkat ditinggikan
- Apakah kondisinya dalam tingkat dipaksakan
Demikian juga, jika kondisinya dimana asalnya dari pemberian BQ (kepada
kontraktor) oleh Konsultan Perencana, maka perlu diklarifikasi bahwa kemungkinan
besar :
- Kontraktor (ketika menawar) tidak melakukan perhitungan volume, dan
terlalu percaya dengan BQ yang dibuat Konsultan Perencana.
- Kontraktor mengadakan tambal-sulam-balance terhadap penawarannya
dengan telah mempertimbangkan balans keuntungan kerugian dari
pekerjaan standart dan non standart. semuanya dilakukan semata-mata
untuk memenangkan tendernya.
- Kondisi tersebut tentunya tidak akan menjadi masalah dipelaksanaan
selanjutnya, manakala manajemen konstruksi pelaksanaaan oleh
Kontraktor menyadari betul kondisi penawaran terhadap kondisi lapangan
tersebut, selanjutnya semua pelaksanaan tersebut masih tetap
dilaksanakan sendiri. Kondisinya bisa jadi rumit, jika pelaksanaannya di
sub-kontraktorkan meskipun sudah mendapat ijin Pemberi Tugas
sedangkan manajemen konstruksi pelaksanaan oleh kontraktor
menganggap kondisi normal tanpa penjelasan detail hal tersebut kepada
Sub Kontraktornya.
Adalah menjadi tugas Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dalam
mengarahkan – memantau kerja kontraktor pelaksana, baik dalam kondisi normal

CV EDIYASA E - 5/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

(biasa) dari kondisi ekstrim seperti terurai diatas, beberapa kondisi harus
dimengerti – dicermati dan dibuat strategis yang pas dalam pengawasan adalah :
- Apabila Kontrak pekerjaan antara kontraktor dengan proyek adalah
“Lumpsum Contract”, yaitu bahwa volume dalam penawaran / hanya
mengikat dalam penawaran itu sendiri. Sedangkan apabila kontrak
bersifat Unit Price maka harus ada perhitungan volume bersama-sama
dalam bentuk MC 0 untuk menetapkan volume awal proyek, kemudian
diikuti MC Akhir di akhir waktu pelaksanaan proyek. Selanjutnya yang
menyikat dalam pelaksanaan adalah tetap :
a. RKS
b. Gambar Kerja
c. BAA
- Pencermatan kuantitas dalam gambar kontrak pelaksanaan, adalah tidak
sulit.
- Pencermatan kualitas dalam RKS – kontrak pelaksanaan, adalah relatif
lebih sulit, hal ini disebabkan bahwa RKS tidak diperkenankan menunjuk
suatu produk dengan merk dagang tertentu sementara rentang kualitas
dari suatu produk barang sejenis adalah sangat banyak variasinya, juga
bahwa paradigma harga abrang tidak 100% bisa dipakai untuk memantau
apakah barang yang dibeli seperti bahan/barang yang diinginkan oleh
dokumen pelaksanaan.
- Harga satuan pekerjaan, bahwa tenaga tetap mengikat dalam
menghitung pekerjaan baru atau tambah-kurang.
- Kondisi di lapangan yang sering terjadi dengan masalah RAB atau
penawaran (dalam kontrak) kontraktor dengan pelaksanaan di
lapangan :
 Kondisi kuantitas pelaksanaan > kuantitas dalam kontrak, adalah
sering terjadi menguntungkan negara dan tidak menjadi masalah.
 Kondisi kuantitas pelaksanaan < kuantitas dalam kontrak, adalah :
a. Jika menyangkut kuantitas terhitung, sudah seharusnya dilakukan
pekerjaan tambah – kurang.
b. Jika menyangkut kauntitas tidak terhitung, jika :
1) Pekerjaan kurang + 50% dari kuantitas dalam kontrak,
barangkali kondisinya masih dianggap wajar.

CV EDIYASA E - 6/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

2) Pekerjaan kurang > 50% dari kontrak maka seharusnya hal


yang dianggap merugikan negara tersebut ditindak lanjuti
dengan pekerjaan tambah kurang.
Pemahaman terhadap RAB atau penawaran kontraktor dari penyelesaian
permasalahan tersebut harus sampai kepada minimal setingkat Team Leader (TL)
atau Supervisi Ahli yang telah diberi mandat penuh untuk menuntaskan
permasalahan di lapangan.

4) Formula penyempurnaan Dokumen Pelaksanaan


Penyempurnaan dokumen pelaksanaan adalah bentuk operasional dari
dokumen pelaksanaan itu sendiri, karena hampir semua kasus perencanaan proyek
tidak pernah tidak terjadi perubahan gambar, baik aspek tampak bangunan atau
gambar-gambar detailnya, berarti tingkat kesempurnaan suatu dokumen
pelaksanaan terkait besar-kecil/banyak sedikitnya formula penyempurnaan dokumen
pelaksanaan tersebut.
Kondisi ideal suatu formula penyempurnaan dokumen pelaksanaan adalah
jika segenap persoalan dan permasalahan dapat diketahui pada tahap-tahap awal
pelaksanaan, sehingga strategi pelaksanaan dapat dirancang dengan ekonomis –
efisien. Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa jika Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) di lapangan akan dapat mengidentifikasi 50% permasalahan-
permasalahan bermunculan seiring dengan proses pelaksanaan konstruksi.
Dari kondisi alamiah proses pelaksanaan bangunan dalam sistem industri
konstruksi tersebut, beberapa formula penyempurnaan dokumen pelaksanaan bisa
diusulkan, sebagai berikut :
a. Adalah kewajiban Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) mempelajari dokumen
pelaksanaan (gamabr kerja, RKS, kontrak Kontraktor Pelaksana) sedini
mungkin setelah memperoleh Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pejabat Pembuat
Komitmen, baik proses konstruksi telah mulai atau belum.
b. Temuan permasalahan awal sesegera mungkin diproses penyelesaiannya menjadi
dokumen penyempurnaan pelaksanaan.
c. Shop drawing, adalah gambar kerja siap di kerjakan atau juga disebut gambar
tingkat bengkel. Gambar ini (shop drawing) bercirikan :
a) Shop drawing dikeluarkan pada tahap pelaksanaan.
b) Shop drawing bisa diusulkan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK), atau
diusulkan oleh Kontraktor atau bahkan diusulkan oleh Konsultan

CV EDIYASA E - 7/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Manajemen Konstruksi (MK), namun hak pengesahannya (baik dibuat


oleh pihak manapun) adalah oleh Konsultan Perencana (pada kondisi
khusus) penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Jika Shop Drawing semata-mata hanya sebagai penjelas gambar kerja
(tanpa ada perubahan signifikan), maka diijinkan Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) memperhatikan gambar shop drawing,
dengan tembusan (laporan) kepada pihak terkait langsung.
2. Jika shop drawing membuat bentuk awal dokumen menjadi berubah
secara siginifikan, maka pengesahannya harus oleh Konsultan
Perencana.
3. Jika shop drawing membuat bentuk berubah dan perubahan tersebut
mengakibatkan pekerjaan tambah atau kurang maka selain
pengesahannya oleh Konsultan Perencana, juga harus dishkan oleh
proyek. Dalam kasus semacam ini harus juga melibatkan instansi
teknis. Dan paling sederhana, permasalahan shop drawing semacam
ini harus diselesaikan dalam forum rapat proyek yang dihadiri oleh
segenap pihak terkait (berkompeten) untuk pengesahannya.
c) Sketsa-sketsa Penjelas oleh Manajemen Konstruksi (MK) suatu ketika
apabila ada gambar kerja berskala besar/kecil yang sudah jelas, tetapi
masih ada hal-hal yang perlu diperjelas lagi, maka pengawas lapangan
atau Supervisi Ahli membuat sketsa-sketsa teknis di lembar lepas ataupun
di buku direksi (sesuai tuntutan besar kecil gambar). Penjelasannya
sebagai berikut :
1. Jika sketsa dilakukan di lembaran lepas, hendaknya di administrasikan
yang sistematis, dan kondisi tersebut akan berulang-ulang selama
pelaksanaan proyek sehingga jumlahnya cukup banyak, maka
dokumen tersebut bisa disatukan dengan gambar-gambar shop
drawing yang juga terjadi berulang-ulang selama pelaksanaan
sehingga jumlahnya juga banyak.
2. Jika sketsa dilakukan di buku direksi adalah syah-syah saja asal :
- Tanggal pembuatan jelas
- Pembuatannya jelas
- Ditanda tangani oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
(pengawas lapangan / Supervisi Ahli).

CV EDIYASA E - 8/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

b. PENGENALAN dan PERUMUSAN MASALAH


Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri
Semarang Tahun Anggaran 2014, memerlukan penanganan yang simultan terhadap
elemen – elemen kegiatan yang ada, sehingga akan menyajikan suatu hasil akhir
yang optimal dan sesuai dengan sasaran yang dikehendaki. Dapat diketahui bahwa
corak pekerjaan yang akan ditangani pada dasarnya termasuk cukup kompleks.
1) Pengenalan Masalah
Guna mencapai hasil yang optimal sebagai langkah awal harus dilakukan
identifikasi terhadap permasalahan yang mungkin muncul. Kajian ulang
konsep fungsi, arsitektural dan struktur bangunan akan memberikan alternatif
detail dengan penyesuaian kebutuhan baru atau penyempurnaan baru,
terutama pada bagian bangunan yang belum dibangun pada tahap
sebelumnya. Alokasi waktu perencanaan/review desain yang relatif singkat
akan membutuhkan suatu pemikiran khusus guna tercapainya hasil
karya/desain yang optimal, sesuai kebutuhan dan target (biaya dan waktu
serta mutu / kualitas).
2) Perumusan Masalah
Dari paparan identifikasi permasalahan diatas, kami selaku Calon Penyedia
Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 didalam menyusun
Usulan Teknis Kegiatan tersebut merumuskan permasalahan guna
penyusunan Pendekatan yang lebih tepat.
Seperti juga yang telah dipaparkan sebelumnya tentang Apresiasi dan Inovasi,
kami memperhatikan juga kompleksitas dari Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun
Anggaran 2014 meliputi :
 Merupakan Single Building (bangunan tunggal )
 Merupakan Multy Technology ( perlunya pemakaian bahan material
dengan bahan berteknologi tinggi yang penanganan pekerjaannya
secara khusus)
 Merupakan Single Budget (terdiri dari satu macam biaya hasil
perencanaan)

CV EDIYASA E - 9/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Kompleksitas tersebut dan juga permasalahan lainnya menyangkut ihwal


proses pembangunan sebelumnya merupakan permasalahan yang bila
dirumuskan pola permasalahannya akan diperoleh struktur permasalahan.
Dari rumusan tersebut memperjelas peta permasalahan sehingga perlu
sekali diadakan tindakan atau antisipasi agar permasalahan tidak menjadi
biasa, antara lain :
o Peninjauan kembali program-program yang telah dilaksanakan dan
melakukan penyelesaian masalah secara komprehensif berikut
antisipasinya agar tidak terjadi lagi dikemudian hari.
o Perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap
kinerja yang berjalan sebelumnya.
o Menentukan program baru yang lebih tepat .
Hal tersebut secara kebijakan telah dilakukan dan pilihannya adalah
meluncurkan program baru yaitu cara pendanaan proyek/kegiatan secara
menyeluruh sehingga program Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung
PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 dapat
berjalan. Disamping itu juga ditetapkan metode penanganan proyek/kegiatan
dengan sistem Managemen Konstruksi.
Dengan diubahnya system penanganan proyek/kegiatan menjadi
Manajemen Konstruksi, maka secara teknis kegiatan manajemen konstruksi
diharapkan merealisasikan penyelesaian masalah secara real dan kongkrit
baik secara teknis, administrasi di dalam pelaksanaan kegiatannya. Upaya-
upaya kongkrit yang harus dilakukan dalam system Manajemen konstruksi
antara lain adalah sebagai berikut:
 Mengadakan Koordinasi dan interaksi antar pihak – pihak yang terkait
didalam pelaksanaan kegiatan / proyek harus jelas dan dapat dibentuk
sedemikian rupa sebagai kebutuhan Net Working dalam satu team kerja.
 Mengadakan Review desain guna mencapai keterpaduan perencanaan
teknis, penyesuaian dilapangan serta pengendalian waktu.
 Mengadakan Value engineering terhadap bagian yang telah dikerjakan
guna meng-up date posisi nol persen bagi pelaksanaan tahap yang
akan berjalan
 Mengadakan Rencana dan Pengendalian pelaksanaan pekerjaan yang
komprehensif dengan system “Fast Track”.

CV EDIYASA E - 10/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Melakukan Monitoring dan penerapan Sistem Pengendalian Mutu


Pekerjaan menggunakan standart ISO 9000-2000 dan standart teknis
yang berlaku
 Pemahaman Kondisi Lokasi Pekerjaan secara teliti guna kelancaran
pelaksanaan Planning Kegiatan Pembangunan
 Kemungkinan penggunaan Teknologi yang sesuai meliputi
Bahan/Material maupun peralatan disamping yang utama adalah system
kerja.
 Pengadaan Kontraktor Pelaksana Utama (Main Contractor) yang
didukung Sub kontraktor spesialist yang mempunyai kemampuan dan
integritas tinggi secara professional dalam rangka menangani pekerjaan
konstruksi fisik yang sarat dengan permasalahan yang begitu kompleks.

c. PENDEKATAN TEORITIS
1). Sistem Manajemen Konstruksi
Sebagai suatu system rekayasa, apabila semua sumber daya yang berupa
waktu, dana, peralatan, teknologi, manusia, material, didalam proses
konstruksi disusun dan diorganisasikan membentuk urutan kegiatan-kegiatan
dalam suatu kerangka logis menyeluruh akan membentuk Sistem
Manajemen Konstruksi. Sesuai dengan sifat teknisnya, kegiatan-kegiatan
didalam proses konstruksi pada dasarnya memang cenderung bersifat sangat
terurai. Kegiatan-kegiatan baik yang berupa sub-sistem ataupun bagian-
bagian dari pekerjaan membentuk struktur mekanisme berlapis-lapis dengan
saling ketergantungan tinggi. Sebagian besar darinya merupakan pekerjaan
bersifat khusus yang menuntut keahlian spesialisasi.
Masalah pokok yang dihadapi pada proyek konstruksi pada umumnya lebih
mencakup kebutuhan untuk menyesuaikan organisasi dan system manajemen
yang harus diterapkan. Hubungan antar unsur pengelola yang berpijak pada
kepentingan bisnis dengan sifat-sifat kegiatannya yang terpecah belah serta
terpisah merupakan beda yang mencolok apabila dibandingkan dengan
proses proses produksi pada industri lainnya.
Sifat kebutuhan dan kondisi yang sepertinya selalu berubah-ubah tersebut,
upaya – upaya pengembangan system manajemen yang bersifat terprogram,
standar atau baku, yang diharapkan dapat membantu memperbaiki prospek
industri ini dalam jangka panjang selalu saja mengalami hambatan.

CV EDIYASA E - 11/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Penerapan system Manajamen Konstruksi didalam suatu pelaksanaan


pekerjaan Konstruksi merupakan pendekatan sebagai suatu alternatif
pemecahan didalam menyelsaikan permasalahan praktek konstruksi itu
sendiri terutama yang berkaitan dengan masalah disintegrasi organisasi.
Tentunya sifat dasar konsep adalah pendekatan suatu system tidaklah
memperlakukan unsur-unsur pengelolanya berfungsi secara terkotak-kotak
atau terpisah-pisah. Akan tetapi sesuai dengan sifat kegiatan yang diperlukan
dalam system rekayasa konstruksi hendaknya lebih mewujudkan keterpaduan
seluruh organisai yang terlibat. Seluruh kegiatannya disusun kedalam satu
kesatuan koordinasi dan pengendalian dengan tujuan bersama yakni
memberikan pelayanan terbaik bagi Pengguna Anggaran / Pemberi Tugas.

Pemilik
Tujuan
Fungsional
Kontraktor Konsultan Proyek

Sistem Manajemen Konstruksi

Sistem Manajemen Konstruksi

2). Permasalahan Umum Konstruksi


Hakekat cara penanganan pekerjaan fisik dalam berbagai skala akan
membentuk suatu pola system menejemen tertentu yang bersifat khusus.
Meskipun demikian, tahapan-tahapan kegiatan pokok didalam proses
konstruksi (bermacam – macam jenis proyek) cenderung tersusun
membentuk tata urutan yang mirip satu dengan yang lainnya, bahkan bias
jadi sama untuk beberapa proyek.
Macam kegiatan pokok tersebut didasarkan pada bidang keahlian dan
profesi yang terlibat, sedang urutan – urutan tahapannya tersusun
berdasarkan pada kondisi spesifik berkaitan dengan tantangan teknis serta
kebutuhan mekanisme dalam proses, yang selanjutnya melekat sebagai ciri

CV EDIYASA E - 12/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

utama dari industri. Sehingga sebagaimana kegiatan industri pada umumya,


proses produksi akan selalu mengikuti dan didasarkan pada pola urutan
tahapan kegiatan pokok tersebut. Sebagai suatu system rekayasa,
keseluruhan rangkaian tahap kegiatan (Pengembangan Konsep, Perencanaan,
Pelelangan, Pelaksanaan Konstruksi, Pengoperasian) sering disebut sebagai
daur proses konstruksi. Perbedaan satu proyek dengan proyek lainnya
terletak pada tantangan teknis yang harus/akan dihadapi.
Dengan demikian masalah yang harus dihadapi didalam proyek
konstruksi pada umumnya lebih mencakup upaya dalam memenuhi
kebutuhan untuk penyempurnaan organisasi dan system manajemen yang
harus diterapkan sesuai dengan tantangan teknisnya. Permasalahan yang
dihadapi didalam proses penyelenggaraan Konstruksi secara garis besar dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
a) Kelompok Masalah yang berhubungan dengan upaya-upaya terpadu yang
harus dilakukan, dimana terdapat saling ketergantungan dan pengaruh
yang erat diantara faktor-faktor biaya, waktu dan mutu atau kualitas.
b) Masalah yang berkaitan dengan upaya-upaya tercapainya pelaksanaan
konstruksi yang mantap, yang berhubungan dengan kegiatan koordinasi
dan pengendalian untuk seluruh fungsi manajemen.
Hal tersebut dapat kami jelaskan :
 Faktor Biaya, Waktu dan Mutu
Pada kondisi Optimal, faktor-faktor biaya, waktu dan kualitas
membentuk tata hubungan yang saling bergantung serta berpengaruh amat
kuat dengan kepekaan tinggi. Jika salah satu darinya berubah atau digeser
sedikit daja akan langsung berdampak pada factor lainnya, dan pada
umumnya merupakan hal yang sulit bahkan mustahil untuk dapat mencegah
pengaruhnya. Hubungan ketergantungan yang amat peka antar tiga faktor
(biaya, waktu dan mutu) tersebut juga merupakan perbedaan mencolok bila
dibandingkan dengan proses produksi pada industri pabrik manufaktur.
Pada Industri konstruksi sebagaimana layaknya pelayanan jasa,
ketentuan mengenai biaya, kualitas dan waktu penyelesaian konstruksi sudah
diikat didalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi
dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses
produksi, tidaklah mudah untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang sudah
merupakan bentuk kesepakatan tersebut.

CV EDIYASA E - 13/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Apabila didalam proses konstruksi terjadi penyimpangan kualitas hasil


pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang disengaja
maupun tidak, resiko yang ditanggung tidaklah kecil. Cara memperbaiki
bagian dari bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi haruslah dibongkar
kemudian dikonstruksi ulang ditempat yang sama sesuai apa yang
dikehendaki didalam proses perenanaan. Sedangkan disisi lain upaya untuk
memperbaiki penyimpangan bagaimanapun tidak akan dapat mengubah
kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan konstruksi akan
tetapi segala bentuk penyimpangan tersebut dapat berakibat berlakunya
ketentuan yang mengandung resiko sanksi ataupun denda.
Dengan demikian dapat digaris bawahi kiranya bahwa factor biaya,
waktu dan mutu didalam proses konstruksi merupakan ketentuan
kesepakatan mutlak yang tidak bias ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling
tergantung dan berpengaruh secara ketat.
Dalam penyelenggaraan Konstruksi, factor biaya merupakan bahan
pertimbangan utama karena basanya menyangkut jumlah investasi besar
yang harus ditanaManajemen Konstruksi (MK)an Pemilik Pekerjaan yang
rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi
bangunan juga tidak lepas dari pengaruh situasi ekonomi umum yang
mungkin dapat berupa kenaikan harga material, perlatan dan upah tenaga
kerja dikarenakan inflasi, kenaikan bung bank dan lain-lain.
Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan
konstruksi lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan seperti
keterlambatan pengadaan material dan peralatan, keterlambatan jadwal
perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya
konstruksi, kelayakan jadwal konstruksi, masalah-masalah produktifitas,
peraturan pemerintah untuk perencanaan dan metode konstruksi, dampak
lingkungan, kebijakan ketenaga kerjaan dan lain sebagainya.
Sedangkan masalah yang mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih
banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang
berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan teknis, misalnya dalam
penyusunan kriteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi finansial
sebagai penunjang, tata cara penyediaan material / peralatan, pengerahan
tenaga trampil, dan kelemahan dibidang pemeriksaaan dan pengawasan
selama konstruksi berlangsung.

CV EDIYASA E - 14/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Ilustrasi Ketergantungan Faktor Biaya, Waktu dan Mutu kami sajikan didalam
Gambar berikut ini :

Inflasi

Sengketa hukum
Penundaan waktu

Modal kerja Bunga bank

Pembiayaan

Jadwal waktu Lokasi proyek Tenaga terampil


Produktifitas
Jadwal Konstruksi
Perubahan Ekonomi Biaya Tinggi Kualitas bahan
pekerjaan Valur Engineering dan alat
Pelatihan Kerja
Waktu
Peraturan/kebijakan Konstru Kualitas Pemeriksaaan
pemerintah ksi bahan dan alat

Pengadaan bahan Perencanaan dan


dan alat spesifikasi teknik

Ketergantungan Biaya, Waktu dan


Mutu
 Koordinasi dan Pengendalian
Pelaksanaan Proyek Konstruksi merupakan rangkaian mekanisme kegiatan
atau pekerjaan yang rumit, berlapis-lapis dan saling tergantung satu sama lain.
Selain itu sifat pekerjaannya sangat terurai, terbagi-bagi dan terpisah-pisah sesuai
karakteristik dan profesi pekerjanya. Sehingga untuk mewujudkan keterpaduan dan
integritas keseluruhan kegiatan serta pekerjaan hingga menghasilkan suatu
bangunan, mutlak diperlukan upaya-upaya koordinasi dan pengendalian melalui
cara-cara yang sistematis. Sudah barang tentu bukanlah hal yang mudah untuk
mengupayakannya karena memang permasalahan yang dihadapi sangatlah rumit.
Selain memang banyak faktor yang harus dipadukan, disadari pula tentang
kompleksitas jaringan mekanisme kegiatan didalam proses konstruksi.

CV EDIYASA E - 15/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Semakin besar suatu proyek, yang berarti semakin kompleks mekanismenya


tentu semakin banyak pula masalah yang harus dihadapi. Apabila tidak ditangani
dengan benar, berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa
kelambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan
membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tak sehat diantara para
pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian tantangan utama didalam upaya mengkoordinasi serta
mengendalikan proyek konstruksi selain memang sifat pekerjaannya yang tercerai
berai, kesulitan juga datang dari lingkungan proyek yang cepat berubah
keadaannya, banyaknya individu dan satuan organisasi yang harus dikoordinasikan
menjadi satu kesatuan. Keterbatasan dalam sumber daya dan dana, tata cara dan
peraturan birokrasi dan lain sebagainya.
Agar pelaksanaan konstruksi dapat berhasil melalui system koordinasi serta
pengendalian yang terarah, perlu diperhatikan bahwa tujuan, sasaran dan teknik-
teknik pelaksanaan setiap pekerjaan hendaknya dinyatakan secara jelas dan terinci.
Sehingga secara lengkap dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan
segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat. Setiap pelaksanaan kegiatan
memerlukan Rencana Kerja, Jadwal Waktu Kegiatan dan Rencana Anggaran yang
realistis. Kemudian diperlukan juga kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan
tanggung jawab diantara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat
didalam proses konstruksi untuk berbagai strata jabatan.
 Langkah – Langkah Pokok Penyelenggaraan Konstruksi
Upaya dan kegiatan untuk mendirikan suatu bangunan merupakan proses
yang panjang, dimana mekanismenya tersusun serta terdiri dari banyak sekali
kegiatan atau pekerjaan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sumbang peran
dari berbagai keahlian dan profesi sesuai dengan kepentingan dan tanggung jawab
individual mereka masing-masing. Kegiatannya saling terpisah akan tetapi saling
terkait dan saling terpengaruhi oleh karenanya diperlukan suatu perlakuan
mekanisme yang memberlakukan menjadi suatu system organisasi dan menjadi
satu kesatuan proses. Pendekatannya menekankan pada kesatuan koordinasi yang
terpadu dan terintegrasi terhadap komponen / individual yang disatukan dalam
organisasi tersebut.
Dalam proses konstruksi terdapat tahapan-tahapan penyelenggaraan kegiatan
dimana satu dan lainnya saling tergantung dan berpengaruh (seperti dipaparkan

CV EDIYASA E - 16/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

diatas). Tahapan – tahapan tersebut dalam garis besar dapat dibagi dalam tahap –
tahap sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan Pelaksanaan Manajemen konstruksi
b. Tahap Perencaan Review Disgn
c. Tahap Pelelangan
d. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
e. Tahap Pemeliharaan
Didalam Penyampaian Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan akan dibahas lebih detail
mengenai Tahapan – tahapan tersebut sebagai pengembangan dari Pendekatan
teknis permasalahan.

E.2. METODOLODI PELAKSANAAN


a) Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Manajemen Konstruksi
Pada Intinya Tahapan Kegiatan Penanganan Sistem Manajemen konstruksi
terbagi dalam tahapan kerja yang berurutan dan saling ketergantungan proses satu
dan yang lainnya, artinya bila proses awal / pertama belum berakhir akan dapat
menghambat penyelesaian tahap kegiatan selanjutnya. Tahapan Kerja Sistem
Manajemen Konstruksi pada Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK
Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 ini hanya meliputi :
a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Manajemen konstruksi
b) Tahap Perencaan Review Disgn
c) Tahap Pelelangan Kontraktor
d) Tahap Pelaksanaan Konstruksi
e) Tahap Pasca Konstruksi, berkait dengan Sistem Administrasi masih terdapat
kewajiban Manajemen Konstruksi pada Masa Pemeliharaan Fisik / Konstruksi.
Guna memberikan ilustrasi yang lebih ringkas dan skematis pada bagian
berikut akan kami sajikan Bagan Alir Penanganan Pekerjaan / Pelaksanaan Pekerjaan
Manajemen Konstruksi (Gambar terlampir)

CV EDIYASA E - 17/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Bagan Alir Penanganan Pekerjaan Manajemen Konstruksi

A. Tahap Persiapan Pelaksanaan

MULAI

INPUT METODA
PELAKSANAAN &
PROG. KERJA
OUTPUT :

- Revisi TOR / KAK


(bila ada),
RAPAT KOORDINASI Pematangan
PERSIAPAN Metoda
PELAKSANAAN Pelaksanaan &
Program Kerja

ADA
USULAN
REVIEW
TOR

TIDAK ADA
USULAN

Tahap Pengadaan MEMBANTU PROSES


PRA KUALIFIKASI
Konsultan Perencana KONSULTAN
OUTPUT :

- Pengumuman di
Media Massa
MEMBANTU PROSES - Daftar Rekanan
PROSES PELELANGAN (Short List)
KONSULTAN - Undangan
PERENCANA Pelelangan

- Hasil Rapat
Penjelasan TOR
MEMBANTU PROSES Membantu - Hasil Evaluasi
PENUNJUKAN KONSULTAN Menjawab Konsultan
(PENETAPAN PEMENANG) Sanggahan
- Form Penunjukan
Pemenang
- Kriteria Penunjukan
Pemenang
AD
ADA
A
MASALAH

TIDA

MEMBANTU PERSIAPAN
KERJA KONSULTAN
TERTUNJUK

Tahap
C

CV EDIYASA E - 18/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

B. Tahap Perencanaan
Konstruksi
Tahap
C OUTPUT :

- Program
Perencanaan
RAPAT - Jadwal
KOORDINASI
- Risalah Rapat
- Persetujuan Metode
survey
TAHAP PENGUMPULAN - Diskusi Analisis Data
DATA - Diskusi Scemahtic
desain
- Diskusi Pra Rencana
- Diskusi
EVALUASI / ANALISA pengembangan Renc
DATA
dan kemungkunan
metoda pelaksanaan
ADA - Laporan dan Evaluasi
MASALAH
Kemajuan Proses
PERSETUJUAN Pekerjaan

YA

TAHAP DESAIN
SHCEMATIC

TIDAK
DISETUJUI

PERSETUJUAN

DISETUJUI

TAHAP PRA RENCANA

TIDAK
DISETUJUI

PERSETUJUAN

DISETUJUI

TAHAP
PENGEMBANGAN
RANCANGAN

REVISI

PERSETUJUAN

DISETUJUI

CV EDIYASA E - 19/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

OUTPUT :

- Pembuatan Detail
1 Desain
- Check List Detail
Desain
- Pemeriksaan Gambar-
TAHAP DETAIL Gambar
- Evaluasi Gambar-
ADA Gambar
MASAL - Pembahasan Alternatif
PEMERIKSAAN Metoda Pelaksanaan
- Laporan Kemajuan
Pekerjaan
CONFIRM

TAHAP
PENYUSUNAN RAB,
BQ, RKS
REVI

PERSETUJUAN

BENAR/
LENGKAP

REKOMENDASI
HASIL RANCANGAN

EVALUASI
AKHIR
REVIS

PERSETUJUAN

BENAR/
LENGKAP

MEMANTAU PENERBITAN
DOKUMEN TEDER/DOKUMEN
PELAKSANAAN

CV EDIYASA E - 20/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

C. Tahap Pengadaan Kontraktor

OUTPUT :

MEMBANTU PROSES - Pengumuman di


PRA KUALIFIKASI Media Masa
KONTRAKTOR SPESIALIS
& SUPPLIER - Penyusunan Daftar
Rekanan Yang
Diundang
- Undangan Lelang
- Berita Acara
MEMBANTU PROSES Penjelasan Pekerjaan
PELELANGAN KONTRAKTOR - Penetapan/Justifikasi
SPESIALIS & SUPPLIER
Kriteria Penunjukan
Kontraktor dan
supplier
- Evaluasi Kontraktor
dan Suplier
MEMBANTU PROSES - Berita Acara Evaluasi
PENUNJUKAN - Penetapan Pemenang
KONTRAKTOR SPESIALIS &
SUPPLIER (PENETAPAN
PEMENANG)

MEMBANTU
MENJAWAB SURAT
KEBERATAN/
SANGGAHAN

PROSES
PENETAPAN
ADA
MASAL

TIDAK

CV EDIYASA E - 21/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

D. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

E OUTPUT :

- Risalah PCM
- Menerapkan Rencana
Mutu Kontrak/Quality
MELAKSANAKAN RAPAT
KOORDINASI / PRE
Assurance
CONSTRUCTION MEETING - Pengurusan IMB
- Penerbitan Ijin Mulai
Kerja
- Penerbitan Site and
MEMBANTU PERSIAPAN Over
KERJA KONTRAKTOR - Penetapan Struktur
Organisasi Kerja
- Persetujuan Mobilisasi
Peralatan
Pengajuan Shop - Persetujuan Pemakaian
Drawing Materail
- Penyusunan Laporan
PERBAIKAN Mingguan
- Laporan Bulanan
PERSETUJU - Ijin Pelaksanaan
TIDAK
AN Bagian – Bagian
Pekerjaan
YA - Pemeriksaan/Penelitian
Shop Dawing
Pelaksanaan - Justifikasi Perubahan-
Pekerjaan perubahan
- Check List Mutu hasil
pelaksanaan Pekerjaan
- Proses Perintah
MELAKSANAKAN RAPAT Perubahan / Change
LAPANGAN
Order
- Perhitungan Volume
Pekerjaan
PERBAIKAN
Pelaksanaan/Terpasang
- Membantu / Memeriksa
PERSETUJ Pembayaran / Termyn
U-AN - Mengadministrasikan
TIDAK HASIL
Proses Konstruksi
- Melakukan
Pengendalian
YA
Pelaksanaan Pekerjaan
- Melakukan Monitoring
PENGAWASAN Pelaksanaan Pekerjaan
PENYELESAIAN
PEKERJAAN sesuai
spesifikasi/peraturan
yang ditetapkan

CV EDIYASA E - 22/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

OUTPUT :
1
- Menerbitkan Hasil Chek
list mutu pekerjaan
- Pelaporan Kemajuan
INSPEKSI PENYELESAIAN Pekerjaan
PEKERJAAN - Penerbitan Berita Acara
Testing dan
Commisioning
PERBAIKAN - Pemeriksaan /
penelitian serta
PERSETUJUAN TIDAK persetujuan As Built
Drawing
- Menerbitkan hasil
YA inspeksi akhir masa
pemeliharaan
Test Commisioning - Membantu menerbitkan
Pekerjaan M & E Sertifikat Penyerahan
Terakhir.
PERBAIKAN - Pelaporan dan
Pengarsipan bendel
admininistrasi proses
PERSETUJUAN
pelaksanaan konstruksi
TIDAK - Memberikan
YA rekomendasi untuk
penyerahan Pertama
Penerbitan Sertifikat Kelaikan
Mekanikal & Elektrikal

PERBAIKAN

PERSETUJUAN
TIDAK
YA

Pengawasan Penyelesaian
Pekerjaan

Pemeriksaaan Pertama
Penyelesaian Pekerjaan

PERBAIKAN

PERSETUJUAN
TIDAK
YA

Penyerahan I

CV EDIYASA E - 23/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

3
OUTPUT :
Masa Pemeliharaan - Pengawasan untuk
pekerjaan perbaikan
dan penyempurnaan
Pemeriksaaan Kedua - Melakukan Monirtoing
Pekerjaan berkala pada masa
pemeliharaan
- Melakukan Inspeksi
PERBAIKAN
akhir menjelang akhir
PERSETUJUAN masa pemeliharaan
- Memberikan
TIDAK
rekomendasi untuk
YA penyerahan kedua

Penyerahan II

SELESAI

Catatan :
 Bila salah satu proses telah dilakukan/dilakukan secara tepisah, maka
langsung menuju kegiatan selanjutnya

b) Metode Penanganan Pekerjaan


Berdasarkan bagan alir tersebut diatas, maka uraian Metodologi Penanganan
Pekerjaan dengan sistem Manajemen Konstruksi secara proses dapat dijelaskan
adalah sebagai berikut :
Pada Tahap Persiapan :
Pada tahap persiapan konsultan Manajemen Konstruksi melakukan :
Penyusunan program, alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan Manajemen
Konstruksi (MK)

Pada Tahap Perencanaan :


Pada tahap Perencanaan konsultan Manajemen Konstruksi (MK) memantau dan
mengarahkan konsultan perencana secara teknis dan pengendalian jadwal waktu
masa perencanaan.
 Memonitor Penyelenggaraan Survai & Investigasi

CV EDIYASA E - 24/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

kegiatan ini diselenggarakan jika diperlukan berbagai data yang diperlukan


sebagai dasar perencanaan yang tidak dapat diberikan oleh Pemberi Tugas
pada waktunya. Data yang dimaksud dapat berupa data kebutuhan
Pemberi Tugas, data teknis perihal kondisi lahan dan lain lain
 Mengarahkan Penyusunan Konsepsi Perancangan (design conceptuals)
Konsepsi Perancangan meliputi konsepsi pemenuhan kebutuhan ruangan
ruangan berikut berbagai kelengkapannya, perumusan berbagai dasar
yang dipergunakan dalam kegiatan perancangan, baik yang bertalian
dengan MUTU Bangunan, BIAYA yang dibutuhkan untuk melaksanakan
seluruh kegiatan pembangunan maupun yang bertalian dengan WAKTU
yang dibutuhkan untuk membangun dan lain lain. Kesemuanya diarahkan
agar sesuai dengan KAK dan kebutuhan pengguna
 Mengarahkan dan memonitor Konsultan Perencana dalam Pendekatan
Skematis (schematic approach) agar sesuai KAK dan kebutuhan pengguna.
Pendekatan skematis adalah kegiatan untuk mengolah Konsepsi
Perancangan secara skematis sehingga dapat dipergunakan didalam
pelaksanaan kegiatan Perancangan (design). Pendekatan skematis
dilakukan terhadap setiap subsistem Bangunan (arsitektur, struktur,
elektrikal, mekanikal, building automation system / BAS, office automation
system / OAS, lansekap beserta prasarana pekerjaan luar lainnya / outside
works).
 Memonitor Perancangan Skematis (schematic design)
Kegiatan perancangan skematis adalah kegiatan perancangan awal (pra-
rencana) dengan mempergunakan hasil pendekatan skematis sebagai
dasar. Kegiatan perancangan skematis juga meliputi semua subsistem
Bangunan yang tedapat dalam pendekatan skematis.
 Memonitor Pengembangan Rancangan (design development)
Kegiatan pengembangan rancangan merupakan kegiatan yang terpenting
dalam keseluruhan kegiatan perancangan. Dalam tahap ini seluruh
subsistem Bangunan direncanakan secara cermat terutama dalam
keterkaitan antara berbagai subsistem tersebut untuk membentuk
keseluruhan sistem Bangunan. Konsultan Perencana perlu
memperkerjakan Tenaga Tenaga Ahlinya yang berkompeten dan
berpengalaman luas dalam bidangnya masing masing serta yang mampu
bekerjasama dalam satu Regu Multidisiplin.

CV EDIYASA E - 25/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Memonitor Pembuatan Dokumen Pelaksanaan (construction documents)


agar sesuai denga arahan KAK. Dokumen Pelaksanaan adalah dokumen
terperinci yang dibutuhkan dalam seluruh kegiatan Konstruksi. Pada
umumnya Dokumen Pelaksanaan terdiri dari gambar gambar, rencana
kerja dan syarat syarat (technical specification) serta rencana anggaran
biaya (RAB) pembangunan.

Pada Tahap Pelelangan.


Dalam tahap Pelelangan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) membantu
(completed staf works) Pemberi Tugas didalam penyelenggaraan kegiatan
Prakwalifikasi Kontraktor yang akan diikutsertakan dalam Pelelangan,
mempersiapkan dan menyebarkan Dokumen Pelelangan kepada Kontraktor
terpilih, menyelenggarakan kegiatan Rapat Pemberian Penjelasan dan Rapat
Pemasukan Surat Penawaran (Rapat Pelelangan) serta membantu Pemberi Tugas
didalam melakukan evaluasi terhadap Surat Penawaran Kontraktor,
menyampaikan Surat Ketetapan Pemenang kepada Kontraktor terpilih dan
pembuatan Surat Perjanjian Pemborongan.

Pada Tahap Konstruksi


Kegiatan konstruksi dilaksanakan oleh Kontraktor yang ditunjuk berdasarkan
ketentuan ketentuan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Pemborongan
Metode Penyelesaian Pekerjaan ( delivery method )
Terdapat 3 Metode Penyelesaian Pekerjaan sebagai berikut :
Traditional lineair delivery method.
Metode ini memproses seluruh tahapan pekerjaan pembangunan, sejak
penyelenggaraan pekerjaan Survai & Investigasi oleh Konsultan Perencana
sampai dengan Penyelesaian dan Penyerahan Hasil Pekerjaan oleh Kontraktor
secara lineair. Metode ini hanya dipergunakan dalam pelaksanaan pembangunan
Bangunan Sederhana, karena membutuhkan waktu penyelesaian pembangunan
yang panjang.
Fast track delivery method.
Metode ini cocok dipergunakan pada pelaksanaan pembangunan Pekerjaan
Tidak Sederhana dengan waktu yang mendesak, seperti pada Pembangunan
Stadion Indrasari. Pada proses pelaksanaan pembangunan dengan
mempergunakan Metode ini, sejak kegiatan Survai & Investigasi sampai dengan

CV EDIYASA E - 26/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

kegiatan Pengembangan Rancangan diselenggarakan oleh Konsultan Perencana


secara lineair. Pelaksanakan kegiatan kegiatan berikutnya, mulai kegiatan
Pembuatan Dokumen Pelaksanaan oleh Konsultan Perencana sampai dengan
Pelaksanaan Konstruksi oleh Kontraktor dilakukan secara bertahap (phased
design). Seluruh Pekerjaan dibagi bagi menjadi Paket Paket Pekerjaan, misalnya
sebagai berikut:
 Paket A : Pekerjaan bangunan baru
 Paket B : Pekerjaan Infrastruktur
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan dengan mempergunakan metode Fast
Track menghasilkan waktu penyelesaian pembangunan yang lebih cepat namun
menuntut kelengkapan Tenaga Tenaga Ahli dari Konsultan Perencana yang
berkompetensi tinggi dan berpengalaman luas dalam bidang keahliannya masing
masing serta mampu bekerjasama dalam suatu regu multidisiplin. Konsultan
mengusulkan Proyek ini mempergunakan metode ini.
Design build delivery method
Penggunaan metode ini mengasilkan waktu penyelesaian pembangunan yang
cepat namun menuntut persyaratan administrasi dan profesional yang amat ketat,
sehingga tidak diusulkan untuk digunakan pada Proyek ini.
Gambaran skematis alur kegiatan pelaksanaan pembangunan dengan
mempergunakan ketiga metode ini dapat dilihat pada gambar di halaman sebelah.
Mempelajari Rentang waktu yang disediakan dengan mempertimbangkan
waktu yang mendesak serta cuaca maka kami menyarankan untuk
penyelenggaraan / Penyelesaian Manajemen Konstruksi Pekerjaan Pembangunan
Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014
sebagai berikut :
 Group I, yang merupakan prioritas pelaksanaan pekerjaan bangunan
dengan standart kerja dan metode yang ketat untuk mengejar waktu
pelaksanaan.
 Group II, meliputi Pembangunan sedang dan ringan dengan standart
kerja dan metode yang tidak terlalu ketat.
Untuk itu digunakan Metode Fast Track Delivery Methode pada saat
masa pelaksanaan konstruksi. Metode tersebut harus diterapkan secara
menyeluruh dan komprehensif mengingat kultur tingkat kesulitan pekerjaan
cenderung didominasi pekerjaan Fisik. Dengan catatan tidak terjadi proses yang
berulang untuk suatu tahapan kegiatan dengan tujuan yang sama. Oleh

CV EDIYASA E - 27/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

karenanya dimuka kami sampaikan penerapan Sistem Manajemen Konstruksi


yang kondusif dan intens sangat dibutuhkan demi kelancaran penyelenggaraan
proses konstruksi.
Memperhatikan jangka waktu yang disediakan oleh pengguna jasa, yaitu
selama 5 bulan ( 150 hari kalender ), sebenarnya cukup untuk pelaksanaan
konstruksi fisik bidang sipil , arsitektur dan infrastruktur maupun mekanikal
elektrikal, Namun bila sistem diatas dapat dijalankan, maka waktu pelaksanaan
pekerjaan terutama masa pelaksanaan konstruksi akan dapat dipercepat,
sehingga akan mempercepat penyerapan anggaran dan juga penyelesaian
pembangunan.
Untuk itu maka penggunaan metode tersebut menuntut aktualisasi sistem
Manajemen Konstruksi yang kondusif dan intens didalam setiap langkahnya
sehingga tidak terjadi proses berulang yang akan memakan waktu. Untuk itu
dibutuhkan beberapa prasyarat kondisi sebagai berikut :
1. Kerja sama yang baik antara unsur pelaku yang terlibat di lapangan, baik
konsultan manajemen konstruksi, konsultan perencana, kontraktor pelaksan
yang berada dalam koordinasinya maupun Pemberi tugas yang diwakili Tim
teknis proyek, dalam hal :
 Pelaksanaan prosedur pekerjaan yang benar
 Mentaati dan menjalankan peraturan dan standart teknis maupun
administrasi dan biaya yang telah tertuang dalam kontrak, dokumen
pelkassanaan maupun peraturan lainnya.
 Memberikan keterangan dan informasi teknis secara benar dan
bertanggung jawab.
Kondisi kerja sama yang baik tersebut dilakukan melakui system komunikasi
antar pelaku yang terlibat di lapangan melalui koordinasi-koordinasi teknis
baik secara langsung maupun melalui rapat-rapat koordinasi teknis di
lapangan.
2. Performa personil (SDM) pelaku pekerjaan baik dari sisi konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) dan Konsultan Perencana, kontraktor pelaksan termasuk
sub-sub kontraktor/specialist yang berada dalam koordinasinya maupun
Pemberi tugas yang diwakili Tim teknis proyek. Kesemua personil yang
terlibat di lapangan harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara
professional sesuai tugas dan tanggung jawabnya dan sesuai bidang keahlian
yang ditangani.

CV EDIYASA E - 28/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

3. Seluruh unsur pelaku yang terlibat di lapangan mampu mentaati dan


menjalankan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan secara professional.

c) Organisasi Proyek
Terdapat 2 alternatif Organisasi Proyek terkait penerapan Sistem Manajemen
konstruksi yaitu ;
1) Posisi Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai Manajer Lini dari Pemimpin
Proyek (Kuasa Pengguna Anggaran / Project Administrator).
Dalam posisi seperti ini Konsultan Manajemen Konstruksi bertanggung jawab
penuh atas keseluruhan kegiatan pembangunan dan bertanggung jawab kepada
Kuasa Pengguna Anggaran / Pemimpin Proyek. Alternatif ini dipergunakan pada
proyek dengan sfiat khusus dimana Konsultan Manajemen Konstruksi dibutuhkan
berperan secara penuh.
2) Posisi Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai staf dari Kuasa Pengguna
Anggaran / Pemimpin Proyek. Dalam posisi seperti ini Konsultan Manajemen
Konstruksi mampu memberi dukungan penuh dalam penyelenggaraan Proyek
(complete staf support), namun pengambilan keputusan dalam berbagai
permasalahan Proyek yang bersifat penting tetap dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran / Pemimpin Proyek.
Memperhatikan lokasi, pola dan corak Manajemen Konstruksi Pekerjaan
Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran
2014 , kami sebagai calon penyedia jasa mengajukan alternatif (b)
Gambaran Skematis 2 alternatif bentuk organisasi proyek yang diuraikan diatas dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.

CV EDIYASA E - 29/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

ALTERNATIF (a)

PEMILIK

ADMINISTRATOR
PROYEK

KONSULTAN
Manajemen

KONSULTAN KONTRAKTOR
PERENCANA

ALTERNATIF (b)

PEMILIK

ADMINISTRATOR
PROYEK

KONSULTAN
Manajemen
Konstruksi (MK)

KONSULTAN KONTRAKTOR
PERENCANA

Alternatif Struktur Organisasi Proyek

CV EDIYASA E - 30/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

d) Metode Pengendalian Mutu


Dalam pelaksanaan Manajemen Konstruksi Pekerjaan Pembangunan Gedung
PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 Pengendalian
Mutu harus dilakukan oleh Manajemen Konstruksi (MK). Pengendalian Mutu
ditujukan untuk mendapatkan hasil pembangunan yang memenuhi kebutuhan
dari User yang meliputi :
 Kondisi Kwantitatip dan Kwalitatip dari ruangan – ruangan
 Penggunaan bahan – bahan bangunan
 Sistem dan Sub system Elektrikal dan Mekanikal
 Sistem dan Sub system Data dan Informasi
Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Konsultan Manajemen Konstruksi
senantiasa mengawasi pelaksanaan setiap bagian pekerjaan serta melakukan
prosedur-prosedur pelaksanaan pekerjaan maupun pengujian-pengujian yang
diperlukan (sesuai kebutuhan yang diminta). Prosedur tersebut dijalankan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis dan peraturan-peraturan yang
berlaku meliputi :
 Dokumen Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak, Gambar Pelaksanaan, RKS,
Spesifikasi Teknis, biil off Quantity)
 Perhitungan-perhitungan konstruksi
 Peraturan dan standarisasi pelaksanaan pekerjaan
 Peraturan- peraturan lain dan standart-standart teknis yang berlaku
Didalam pengendalian mutu, setiap proses pelaksanaan pekerjaan
maupun pengujian dari awal sampai akhir harus memenuhi prosedur pelaksanaan
sebagai contoh pada pelaksanaan pekerjaan tertentu yang dianggap khusus,
Kontraktor dapat diminta mempersiapkan terlebih dahulu contoh dari pekerjaan
penyelesaian yang akan dilakukan (mock up).
Dalam hal ini kami selaku calon penyedia jasa telah mempunyai sertifikasi ISO
9001-2000 di bidang Manajemen Konstruksi yang telah diakui secara nasional
maupun internasional yang disertifikasi oleh lembaga sertifikasi RW-TUV, yang
pada prinsipnya merupakan standarisasi pengendalian mutu. Dalam
penerapannya akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pekerjaan yang
akan ditangani.
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu tersebut, kami akan menerapkan
prosedur-prosedur pengendalian mutu melalui monitoring pengendalian mutu
yang telah mendapat pengakuan standarisasi ISO 9001-2000. Pelaksanaan

CV EDIYASA E - 31/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

monitoring tersebut didukung dengan form-form monitoring berupa isian yang


formatnya telah lolos uji ISO 9001-2000. Monitoring untuk pengendalian mutu
tersebut antara lain adalah :
 Monitoring prosedur pengendalian perencanaan
 Monitoring prosedur uitset (seting out awal pekerjaan konstruksi)
 Monitoring prosedur pekerjaan pondasi
 Monitoring prosedur pekerjaan pembesian
 Monitoring prosedur pekerjaan penulangan/besi & pemeriksannya
 Monitoring prosedur pekerjaan beton
 Monitoring prosedur pekerjaan pemeliharaan beton
 Monitoring prosedur pekerjaan uji konstruksi atap
 Monitoring prosedur pekerjaan-pekerjaan arsitektur
 Monitoring prosedur pekerjaan-pekerjaan finishing
 Monitoring prosedur pekerjaan-pekerjaan Mekanikal
 Monitoring prosedur pekerjaan-pekerjaan Elektrikal
 Monitoring prosedur pengetesan/uji instalasi Mekanikal
 Monitoring prosedur pengetesan/uji instalasi Elektrikal
 dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya, kami sampaikan contoh-contoh form tersebut yang akan
kami sampaikan pada lampiran proposal usulan teknis ini.

e) Metode Pengendalian Biaya


Kegiatan Pengendalian biaya dilakukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
secara berkesinambungan sejak disusunnya Konsepsi Perancangan oleh Konsultan
Perencana sampai dengan penyelesaian keseluruhan kegiatan Konstruksi oleh
Kontraktor, dimana pada setiap tahap pelaksanaan pekerjaan dilakukan perhitungan
biaya yang dibutuhkan. Gambaran skematis kegiatan pengendalian yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Biaya
Pekerjaan
- Pengendalian Pekerjaan Tambah & Kurang oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
- Pelaksanaan Konstruksi
- Penerapan Value Engineering (tidak dilaksanakan
sesuai aanwijzing)
- Penyerahan - Pengukuran Biaya yang dikeluarkan

CV EDIYASA E - 32/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

f) Metode Pengendalian Waktu


Terdapat 4 alternatif metode Pengendalian Waktu yang sering dipergunakan,
sebagai berikut :
 Bar Chart
Metode Pengendalian waktu yang paling mudah dan banyak dipergunakan,
namun tidak dapat dipergunakan untuk menunjukkan lintasan kritis. Bar
Chart hanya dapat dipergunakan untuk perencanaan dan penyesuaian
waktu pembangunan.
 Program Evaluation and Review Technique ( PERT )
Metode ini dipergunakan pada proyek – proyek rintisan yang tidak memiliki
data – data proyek sebelumnya yang biasa dimanfaatkan. Dapat
menunjukkan lintasan kritis.
 Crithical Path Method
Metode ini banyak dipergunakan pada proyek – proyek konstruksi. CPM
menunjukkan lintasan kritis yang dapat dipergunakan untuk mengejar
ketinggalan waktu pembangunan. Paling banyak dipergunakan dalam
proyek – proyek konstruksi.
 Precedence Diagram Method ( PDM )
PDM adalah metode yang dapat menunjukkan lintasan kritis serta mudah
dipahami dan dijalankan. Program Komputer pengendalian waktu
pembangunan yang cukup baik (misalnya Microsoft Project)
mempergunakan metode ini.
Pada penyelenggaraan proyek ini Konsultan mengusulkan penggunaan metode
PDM bersama sama dengan metode Bar Chart.

g) Methode Pelaksanaan Pembangunan (Construction Method)


Seringkali pada hasil perencanaan, timbul beberapa desain yang bila
dilaksanakan akan menemui hambatan yaitu pada cara atau metoda pelaksanaan
kontruksinya. Oleh sebab itu Konsultan Manajemen Konstruksi sedini mungkin
memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada konsultan perencana tentang
segala kemungkinan tentang alternatif metoda pelaksanaan yang nantinya akan
dipergunakan oleh kontraktor di lapangan. Selain itu konsultan Manajemen
Konstruksi juga harus mengarahkan konsultan perencana dalam membuat penyajian
detail-detail konstruksi yang jelas dan lengkap. Hal ini dapat memberikan hasil

CV EDIYASA E - 33/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

perencanaan yang komunikatif dan layak untuk dilaksanakan di lapangan. Hasil akhir
dari hal tersebut adalah kemudahan-kemudahan untuk menentukan pilihan
penggunaan metoda pelaksanaan konstruksi yang lebih efisien dari segi biaya dan
waktu, serta menghasilkan pekerjaan yang bermutu baik dalam waktu yang
terkendali.

h) Pemahaman terhadap Kontrak Pelaksanaan Pekerjaan


Kontrak pekerjaan antara Kontraktor dan Kegiatan adalah suatu bentuk
kesepakatan kedua belah pihak yang secara umum memuat :
 Tugas - Kewajiban - Tanggung Jawab dan hak - hak Kontraktor dalam suatu
pelaksanaan Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri
Semarang Tahun Anggaran 2014.
 Tugas - Kewajiban - Tanggung Jawab dan hak - hak pekerjaan (yang dalam hal
ini diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen) dalam suatu pelaksanaan konstruksi
Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun
Anggaran 2014.
Kontrak juga memuat acara cukup detail Dokumen Perencanaan (biasanya skala
gambar - gambar terkecilkan), yang bisa memberi gambaran rencana yang harus
dilaksanakan Kontraktor (termasuk Berita Acara Aanwizyng / BAA-nya); Kontrak juga
berisi kesanggupan umum Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
Kontrak juga berisi nilai rupiah yang harus dibayarkan kepada Kontraktor oleh
proyek, begitu juga cara pembayarannya; Kontrak juga membicarakan waktu
pelaksanaan pekerjaan, yang ditentukan berdasarkan hitungan hari kalender
(termasuk hari minggu dan hari libur).
Kontrak juga membicarakan sanksi - sanksi untuk Kontraktor dalam kelalaiannya
terhadap pelaksanaan pekerjaan, bahkan sampai dengan nilai denda atau segenap
keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan, dan juga sanksi - sanksi umum lainnya.
Konsultan Pengawas harus bisa mencermati dan memahami secara kaffah tentang
kata demi kata, angka - angka dan rupiah yang tercantum didalamnya, volume -
volume pekerjaan yang harus dilaksanakannya, gambaran - gambaran lampiran
kontrak dan BAA - nya; kegunaanya, bahwa Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
bisa menyusun strategi pengawasan pekerjaan tepat dan cermat, baik penempatan
tenaga teknis dan administrasi pengawasan monitoring pengawasan, mobilisasi
segala sesuatu yang dibutuhkan secara langsung untuk kepentingan pengawasan
pekerjaan.

CV EDIYASA E - 34/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Yang paling urgen disini, bahwa hal - hal yang harus dilaksanakan kontraktor (dan
harus diawasi oleh konsultan Manajemen Konstruksi (MK)) dimonitor berdasarkan
dokumen perencanaan (gambar - gambar lingkup berkala besar dan RKS serta BAA),
dan kontrak pelaksanaan pekerjaan tersebut.

i) Penyusunan Program Kerja Pengawasan Konstruksi Mobilisasi Sumber


Daya Manusia ( SDM )
Mobilisasi sumber daya manusia ( SDM ) adalah bagian terpenting dari
rangkaian kerja konsultan pengawas, untuk menentukan dan memilih SDM, tentunya
melalui seleksi yang didasarkan pada kreteria yang profesional, beberapa aspek
dibawah ini kami tawarkan untuk menyaring tenaga profesional antara lain :
a. Profesionalisme
b. Keahlian dibidangnya
c. ketrampilan kerja
d. Dedikasi
e. Mentalitas
Ad.a. Profesionalisme
Secara singkat Profesionalisme menjelaskan suatu sikap yang secara terus
menerus dijalani dengan komitmen tinggi terhadap bidang kerja yang digeluti,
berarti seseorang yang bekerja dibidang industri kontruksi secara profesional
adalah seseorang yang meniti karier dan mencari kehidupan dan
penghidupan hanya dari bidang tersebut, Istilah lapangannya adalah orang
yang sudah lama ( sekarang masih ) bekerja dibidang Industri Kontruksi.
Kerja secara profesional akan menghasilkan jasa yang kualified dibidang
Industri Kontruksi, dibidang kerja Industri Kontruksi ( istilah formulanya ) tak
mengenal suatu jasa tanpa imbalan jasa, maka dari seseorang yang bekerja
secara profesional, tentunya akan menuntut imbalan jasa secara profesional
pula, dalam standart yang telah tersepakati, biasanya memakai standart
Bappenas untuk memberikan imbalan jasa profesional kepada para
profesionalist.
Ad.b. Keahlian
Keahlian seseorang bisa diperoleh dengan cara - cara, pertama : melalui
pendidikan disekolah keahlian atau di Perguruan Tinggi; kedua : melalui
belajar sendiri ( autodidak ); cara pertama adalah lebih terukur dari pada
cara kedua, walaupun tak tertutup kemungkinan, bahwa cara kedua memiliki

CV EDIYASA E - 35/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

keahlian melebihi cara pertama; tetapi untuk kerja formal seperti


pengawasan pelaksanaan pekerjaan gudang pemerintahan cara pertama
tidak akan diterapkan.
Keahlian seseorang secara formal bisa dilihat dari awal, yaitu melalui jenjang
pendidikan yang mereka tempuh, seperti :
 STM / SMK / Sederajat
 D0, D1, D2, D3, D4
 S1, S2
Disamping itu, dalam bidang industri kontruksi dibutuhkan suatu pengalaman
kerja yang tidak cukup hanya untuk mencapai keahlian yang handal
dibidangnya, untuk itu selain ijazah formal seperti tersebut diatas, untuk
mengetahui keahlian pengalaman kerja dibidangnya baik tahun kerja dan
jenis pekerjaan yang ditangani adalah juga ikut menentukan.

Ad.c. Ketrampilan kerja


Ketrampilan kerja adalah suatu kondisi dimana seseorang bisa menyelesaikan
pekerjaan secara mandiri ataupun dengan bantuan orang lain hingga selesai,
cepat, dalam kondisi apapun, Berarti seseorang yang terampil bekerja, ia
berarti memiliki sifat sifat pribadi, sebagai berikut :
 Berkemauan keras
 Bertanggung jawab penuh
 berinisiatif
 Kreatif
 Cekatan
 Disiplin tinggi
 Bekerja efisien
 Tak putus asa
Jika, seseorang bisa memiliki 75 % dari sifat - sifat diatas, diharapkan ia
bekerja dengan terampil.
Ad.d. Dedikasi
Dedikasi adalah suatu pribadi seseorang dalam menyikapi komitmennya
terhadap segala sesuatu tersepakati, seseorang disebut dedikasinya tinggi, ia
adalah memegang teguh komitmen kerjanya. Seseorang berdedikasi rendah,

CV EDIYASA E - 36/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

ia sering ingkar terhadap komitmen kerjanya, kalau uraian tersebut dalam


kondisi semuanya normal ( umum ), tak ada penyebab khusus.
Seseorang yang dipekerjakan sebagai tenaga profesional atau tenaga
pelaksana tertentu dibidang industri konstruksi, ia disebut berdedikasi tinggi,
jika :
 Secara umum, ia bekerja untuk bidang yang kerjanya hanya secara
penuh ( full time )
 Disetiap kondisi, ia selalu bertanggung jawab kepada hasil kerjanya
dan mempertahankan semaksimal mungkin terhadap segala kontrak
produksinya.
Ad.e. Mentalitas
Mentalitas seseorang adalah suatu kondisi sikap pribadi yang terlihat dan tak
terlihat orang lain, Orang lain hanya bisa mengatur mental seseorang jika
mereka telah mengalami kontrak hubungan sosial; Biasanya, orang menilai
baik terhadap pribadi seseorang bilamana ia mendapatkan suatu layanan
yang meyenangkan atau menguntungkan; padahal tidak demikian seharusnya
penilaian seseorang terhadap orang lain.
Mentalitas yang baik, semestinya diukur dari kebenaran umum (atau bahkan
mutlak) :
 Kejujuran dalam segala sesuatunya
 Keberanian menggunakan hal yang benar
 Tidak egois
 Sopan
 Bertanggungjawab terhadap segala sesuatu
 Berkemauan keras
 Sabar dan lain - lain
Kondisi tersebut, sebenarnya telah terakomodasi dalam uraian
profesionalisme; Hanya, disini yang belum tercakup tentunya kejujuran,
keberanian, tidak egois; Dari ketiga aspek mentalitas tersebut, jika seseorang
memilikinya, ia telah bermental baik.
Dari uraian tersebut diatas, adalah untuk menjaring kualitas SDM; sedang
masalah kuantitas haris disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan; untuk
mengawasi Pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK
Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014, tentunnya
dibutuhkan sejumlah tenaga profesional dan tenaga pelaksana yang sesuai.

CV EDIYASA E - 37/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Mobilisasi Peralatan dan Sarana


Kegiatan Pengawasan Konstruksi mencakup pengawasan proses
pelaksanaan kontruksi itu sendiri dan pembuatan - pembuatan laporan
terhadap segenap kejadian yang ada dilapangan, untuk menunjang
berhasilnya 2 ( dua ) kegiatan tersebut dengan baik dibutuhkan beberapa
peralatan yang memadai, sebagaimana konsultan pengawas yang
profesional, peralatan - peralatan tersebut telah dimiliki secara permanen
( tetap );Hanya untuk operasional pengawasan semacam itu, secara
ekonomis, penggunaan diperhitungkan berdasarkan taksiran umur peralatan.
a. Peralatan Pengawasan Konstruksi
 Alat pengukur jarak ( meteran ) " 3M";"4";"5M".
 Alat pengukur ketebalan bahan ( jangka sorong / schuif mat )
 Alat pengukuran medan
 Alat perekam gambar / kamera foto
 Alat - alat lain yang sifatnya mobilisasi sedang pengadaannya oleh
kontraktor, seperti :
 Slump Test Beton
 Hammer Test Beton
 Pengukuran Tekanan Udara
 Pengukuran Tekanan Kuat Arus Listrik
 Pengukur Tekanan Air
 Peralatan - peralatan lain yang jika dibutuhkan, tetapi pengadaannya
oleh Kontraktor
b. Peralatan pembuatan laporan
 Mesin ketik manual
 Komputer + Printer
 Kalkulator Multi Guna
c. Sarana Komunikasi
 handphone.
 Telepon
d. Sarana Penghubung
 Mobil
 Sepeda Motor

CV EDIYASA E - 38/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Jumlah peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah lokasi


yang harus diawasi.
 Pembuatan Manual Pengawasan
Pengawasan suatu pelaksanaan konstruksi fisik, dimana selain
didalamnya terdapat kegiatan perakitan juga pencetakan - pencetakan yang
menggunakan bahasa dasar / bahan dari luar lokasi. Dalam pada itu ada
beberapa yang perlu dicermati, terhadap :
a. Mutu bahan masuk, dan jumlahnya
b. Mutu pencampuran bahan dasar menjadi bahan acuhan (misalnya
beton)
c. Administrasi pencatat kejadian - kejadiannya, termasuk penolakan
bahan-bahan yang tak sesuai dengan RKS, pencatatan - pencatatan
kualitas dan kuantitas bahan campuran.
Untuk memudahkan pada asisten pengawasan yang setiap saat berada
dilokasi proyek / lapangan dan juga bagi para pengawas lapangan / Supervisi
Ahli yang sering kontrol kebeberapa bagian pekerjaan, perlu dibutuhkan
suatu manual pengawasan. Manual pengawasan isinya menyangkut standart
kualitas dan ( mungkin kuantitas ) bahan dasar dan aturan cara - cara
perlakuannya, cara mengadministrasikannya maupun cara–cara penyampaian
prosedurnya.
Manual pengawasan juga berisi tentang bagaimana suatu laporan yang
baik secara administrasi, cara memberi peringatan kepada kerja
pelaksanaannya. Berarti, manual pengawasan berisi standart, perintah,
standart proses dan performance dan etika - etika pengawasan lainnya.
selain manual pengawasan, para pengawas juga dibekali teori-teori
dasarnya, berikut dikantor - kantor rayon pengawasan juga ditempatkan
segenap buku - buku sekunder dan peraturan - peraturan terkait konstruksi
dengan lingkungan, juga standart - standart pencatatan dan pelaporan
kejadian yang menyangkut kondisi alam ( misalnya curah hujan, gejala dan
lainnya ) dan yang menyangkut manusia misalnya tentang kecelakaan kerja,
dan kejadian - kejadian lain dilapangan yang melibatkan banyak manusia
(tenaga manusia ).

CV EDIYASA E - 39/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Pembuatan Time Schedule dan Network Planing Manajemen


Konstruksi (MK).
Secara umum, Time Schedule dan Network Planing Manajemen
Konstruksi (MK) adalah menyesuaikan dengan Time Schedule konstruksi fisik.
Pada dasarnya, fase kontruksi fisik dibagi menjadi 2 ( dua ) tahap yaitu :
 Tahap pelaksanaan pekerjaan ( 150 hari kalender )
 Tahap pemeliharaan pekerjaan ( 180 hari kalender )
Dalam mengikuti waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut, konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) harus bersama - sama pada masa konstruksi
fisik bersama dengan kontraktor untuk memecahkan segenap kegiatan
dilapangan. Tetapi pada masa pra - konstruksi dan berbeda, sebelum
kontraktor bekerja, pengawasan sehingga segenap time pengawasannya
membuat persiapan - persiapan pengawasan, baik mobilisasi dari sendiri ,
masing - masing dan mobilisasi peralatan pengawasan.
Time Schedule adalah mengalokasikan dan memanfaatkan waktu
tersedia untuk segenap kegiatan sistematis, dimana masing - masing sub
kegiatan baik beraturan langsung atau tidak adalah telah berskala waktu dan
jumlah waktu keseluruhan tidak boleh melampaui alokasi waktu oleh proyek
untuk konstruksi.
Dalam waktu 150 hari kalender, segenap kegiatan - kegiatan
pengawasan berikut tak boleh terlewatkan.
a. Fase Persiapan
 Mobilisasi SDM
 Mobilisasi Peralatan
 Brifing - brifing, Diskusi, Pelatihan
b. Fase Konstruksi
 Rapat Tingkat proyek
 Rapat Lapangan
 Rapat - rapat harian
 Rapat - rapat non reguler ( pengajuan penilaian prestasi untuk
pengajuan termin )
 Rapat persiapan - persiapan penyerahan pekerjaan
 peninjauan ke bengkel - bengkel kayu, baja
 Pembuatan laporan harian
 Pembuatan laporan mingguan

CV EDIYASA E - 40/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

c. Fase Pemeliharaan
 Penyempurnaan pekerjaan
 rapat - rapat sesuai kebutuhan
 Pengurusan pendaftaran Gedung Negara dan lain - lain.

 Kurva " S " Pengawasan


Kurva " S " adalah menunjukkan rencana kerja pencapaian prestasi
pekerjaan (yang biasanya) dibuat berjenjang berdasar mingguan. Kemajuan
Rencana Kerja mingguan 1 sampai dengan mingguan terakhir pada masa
konstruksi tersebut yang jika digrafikkan berbentuk huruf " S ".
Kurva " S " biasa dibagi secara umum menjadi 3 ( tiga ) bagian yaitu :
 Tahap awal ( 10 %dari alokasi waktu diperlukan )
 Tahap pertengahan / inti ( 80 %dari alokasi waktu diperlukan )
 Tahap akhir ( 10 %dari alokasi waktu diperlukan )
Berdasarkan 3 ( tiga ) pembagian karakter kerja tersebut, kontraktor
bisa merancang kurva " S " normal pembangunan Gedung tersebut.
Mengingat membangun kembali mempunyai angka kesulitan yang lebih
dibanding membangun baru , maka kurva " S " dalam perjalannanya bisa
dibuat SKEW ( ndoyong ) ke kanan dengan komposisi masa awal
diperpanjang sampai dengan 20 % dari alokasi waktu diperlukan sehingga
mengurangi jatah masa konstruksi. Tujuannya adalah supaya kemajuan
konstruksi tidak pernah terlambat.
Resiko pada cara seperti ini adalah awal pekerjaan sampai dengan
pertengahan masa konstruksi fisik lebih santai atau kontraktor tak pernah
terlambat tetapi, jika dicermati prestasi mereka adalah kecil, jadi membuat
kerawanan diakhir pekerjaan. Akibat langsungnya, pekerjaan berikutnya
tergesa - gesa sehingga kualitasnya kurang baik.
Kurva " S " Manajemen Konstruksi (MK) adalah suatu kurva " S "
normal, tidak dibuat skew kekiri atau kekanan didasarkan pada kondisi
pekerjaan dengan segenap kendala - kendalanya. Kurva " S " Manajemen
Konstruksi (MK) juga berdasar alokasi waktu tersedia oleh proyek. Fungsi
kurva " S " kontraktor supaya terjadi kontrol 2 ( dua ) arah .
Jika cara berfikir analisis asumsi antara Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) dan kontraktor sama, dan tak ada tendensi untuk
kepentingan pribadi, maka pada dasarnya kurva " S " kontraktor. tetapi

CV EDIYASA E - 41/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

bagaimanapun untuk menyamakan keduanya adalah sesuatu yang sulit


direalisasikan, sehinggga kesimpulannya bahwa kurva " S " Manajemen
Konstruksi (MK) memang tetap harus dibuat.

 Formula Percepatan Waktu Konstruksi


Percepatan waktu pelaksanaan / konstruksi adalah memanfaatkan
waktu tersedia untuk memeperoleh hasil kerja lebih, apabila mungkin berlipat
ganda. Atau dengan kata lain dengan prestasi pekerjaan tertentu dalam
suatu rencana dicapai dengan waktu yang lebih pendek dan waktu rencana.
Manfaat dari percepatan waktu konstruksi adalah sangat banyak antara lain :
 Untuk mengejar keterlambatan prestasi kontraktor
 Memajukan waktu penyelesaian pekerjaan adalah menyusun nilai
ekonomis, termasuk mencegah resiko - resiko terkait kontruksi itu
sendiri (misalnya kenaikan harga, kelangkaan bahan, dan sebagainya).
Resiko keterlambatan ( termasuk berakibat negatif bagi proyek jika
pekerjaan terlambat ).
Konsekuensi rencana percepatan adalah penempatan modal, baik
penggunaan tenaga manusia lebih banyak dari rencana atau pemakaian
peralatan konstruksi canggih ( mesin - mesin konstruksi ).
Sebaliknya, percepatan konstruksi akan mengurangi waktu ( hari )
pelaksanaan keduanya menjadi variabel dalam perhitungan ekonomis
konstruksi. Biasanya percepatan lebih efisien dari pada yang konvesional.
Alat yang digunakan biasanya adalah “Network Planning”.
Percepatan konstruksi adalah alat manajemen konstruksi profesional,
tetapi tidak ada salahnya konsep Pengawas tersebut diadopsi untuk suatu
Manajemen Konstruksi Pekerjaan Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014. Program percepatan
kerja tersebut akan lebih berhasil dengan adanya :
 Kerja sama yang erat Tim Manajemen Konstruksi (MK) yang dipimpin
Team Leader didukung Supervisi Ahli dan Para Pengawas Lapangan dan
tenaga pendukungnya. dalam mencermati rencana kerja konstruksinya .
 Harus dibuat rencana kerja pelaksanaan penempatan ( misalnya dari 3
minggu menjadi 10 hari dan sebagainya ).
 Menghitung penempatan kerja terhadap kebutuhan tenaga manusia /
alat yang diperlukan ( sesuai ).

CV EDIYASA E - 42/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Memantau rencana kerja penempatan dan pengendalian para pekerja


lebih intensif ( harian, bila perlu per jam ).
 selalu memanfaatkan resources (Sumber Daya Manusia) se optimal
mungkin dalam mengerjakan setiap jenis pekerjaan. kunci dari
penempatan konstruksi adalah disiplin dalam rencana pelaksanaan,
disiplin dalam rangkaian kegiatan tambahan yang diakibatkannya,
disiplin dalam monitoring, disiplin dalam penanganan kompensasi -
kompensasinya, disiplin dalam koordinasi dalam pengkajian kualitas dan
kuantitas hasilnya, disiplin dalam mempelajari rencana gambar
kerjanya, dan terlibat " Mobile ".

 Formula Rekayasa Nilai Teknik ( VE )


Rekayasa Nilai Teknik atau Value Engineering ( VE ) adalah bentuk otak
atik kontruksi terhadap fungsi - fungsi primer dan sekunder dari sebagian
atau seluruh bagian konstruksi, tujuan dari pada VE adalah :
 Memperoleh bentuk pemecahan teknik lebih murah dalam kondisi fungsi
tetap.
 Memanfaatkan dana perolehan dari VE untuk meningkatkan fungsi
bagian atau seluruh penyelesaian pekerjaan.
 Memperkecil kemubaziran.
VE bisa dilakukan pada tahap perencanaan tahap pelelangan, dan pada
tahap kontruksi, pada tahap kontruksi memang kurang berdaya guna, tetapi
cukup menggembirakan manakala terdapat obyek yang strategis, (biasanya)
VE bisa mngarah pada sub bagian pekerjaan yang bersifat konstruktif bukan
ansitektonik.
VE adalah bagian dari Konsultan Manajemen Konstruksi (MK), akan
tetapi tidak ada salahnya juga jika diadaptasi untuk pengawasan kegiatan
tersebut. Barangkali memang tidak sebagaimana suatu VE dalam kontruksi
berskala megaproyek, tetapi prinsip - prinsip VE tetap akan digunakan orang
teknik, manakala memecahkan segala sesuatunya diketeknisan proyek. Dan
adalah faktor prinsip jika konsultan Manajemen Konstruksi (MK) bisa
menerapkan formula VE untuk manajemen konstruksi/pengawasan.
Proses strateginya adalah mencermati kontruksi sub bagian pekerjaan
tertentu, menilai pemilihan teknologinya tepat atau masih bisa dimodifikasi,
jika teknologinya tepat proses selanjutnya diarahkan kepada sub bagian

CV EDIYASA E - 43/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

pekerjaan lainnya. Jika teknologi tertentu dianggap " bosan " maka dianalisa
dan ditentukan teknologi baru yang lebih ekonomis. Dirancang kontruksinya,
dihitung biaya barunya, dihitung biaya barunya, dihitung tambah kurang
biaya baru terhadap biaya pada teknologi lama.

 Guideline Pengujian Bahan dan Elemen Bangunan


Pengujian bahan dan elemen bangunan adalah bagian tak terpisahkan
dari suatu kegiatan Manajemen Konstruksi. Guideline terhadap kegiatan
pengujian adalah suatu prosedur standart yang harus ditempuh oleh
kontraktor dalam menguji produk - produknya. Bukan berarti harus persis
seperti prosedur standart tersebut, melainkan bisa ditempuh cara lebih baik
(dengan bukti - bukti penguatan).
Guideline pengujian tersebut dimaksudkan semata - mata memberi
gambaran dasar bahwa dengan prosedur - prosedur yang benar akan
diperoleh hasil yang diharapkan. Yang lebih penting, bahwa dengan Guideline
pengujian tersebut para pengawas lapangan tidak akan canggung dalam
memonitor pengujian bahan dan elemen bangunan tersebut.
Gundeline pengujian akan dibuat terkait dengan :
 Uji Beton
 Dan lain - lain sesuai yang diperlukan .

 Guideline Teknis Perekaman Manajemen Konstruksi


(MK)/Pengawasan
Perekaman pengawasan adalah pencatatan segenap kejadian
dilapangan dan disajikan dalam bentuk laporan - laporan atau berita acara,
foto - foto dan catatan - catatan harian proyek. Untuk mendapatkan suatu
data - data yang baik dibutuhkan teknis pengambilan data yang tepat,
sedang untuk menghasilkan data terekam yang baik juga diperlukan teknik
penyajian data yang baik pula.
Secara terpilah - pilah pendapatan kejadian diproyek bisa dari beberapa
thema sebagai berikut :
a. Thema bahan, tentunya suatu pencatatan bahan masuk, bahan
diterima, bahan ditolak dan bahan keluar ( dimanfaatkan ).
b. Thema Konstruksi, tentunya menunjukkan suatu rangkaian keterkaitan
antara sebagian pekerjaan satu dengan lainnya. Dari segi bobot

CV EDIYASA E - 44/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

tentunya kontruksi yang telah terpasang yang direkam. Dari segi proses
tentunya perekaman terhadap prestasi kerjanya kontruksinya dibuktikan
dengan foto - fotonya.
c. Thema Arsitektur harus menunjukkan suatu bentuk dan ruang yang
memadai dan didukung dengan foto - fotonya.
Sedang penyajian data - datanya pun, untuk bisa dibaca dengan mudah
baik untuk orang teknik maupun non teknik, diperlukan cara / teknik
penyajian terstandart, CV. EDIYASA, dalam hal penyajian telah memiliki
blangko - blangko isian terstandart, termasuk penampilan foto - foto
pelaksanaan.

 Sistem Koordinasi Tingkat Kegiatan


Yang dimaksud dengan tingkat kegiatan adalah segenap kegiatan yang
melibatkan staff (crew) proyek, baik Pejabat Pembuat Komitmen dan staff-
nya dan atau Tim Teknis Kegiatan, berarti Sistem Koordinasi Tingkat
lapangan harus melibatkan :
 Unsur Kontraktor
 Unsur Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
 Unsur Team teknis dari Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014
Biasanya, pada sistem koordinasi tingkat lapangan yang sering yang
berupa " Rapat Koordinasi Rutin / Reguler " ( 2 minggu sekali ) banyak
membicarakan masalah manajemen dan sedikit membahas hal - hal
keteknisan. Untuk itu unsur kontraktor dan unsur konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) minimal terwakili oleh Supervisi Ahli sedapat mungkin Team
Leadernya, bahkan lebih afdolnya rapat - rapat semacam itu harus
menghadirkan koordinator lapangan ( unsur kontraktor ) dan Team Leader
( TL ) dari unsur Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) sedang untuk
Konsultan Perencana selain Team Leader perlu hadir juga ahli –ahli jenis
pekerjaan yang dibahas (Arsitektur,Struktur, Mekanikal, Elektrikal dsb.).
Hal - hal yang dibicarakan secara lebih terperinci adalah sebagai berikut :
a. Teknis
1. Rekapitulasi bobot prestasi penyelesaian pekerjaan oleh Kontraktor.
2. Rekapitulasi plus ( + ) minus ( - ) prestasi penyelesian oleh kontraktor
terhadap Rencana Prestasinya.

CV EDIYASA E - 45/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

3. Rekapitulasi rencana percepatan pelaksanaan ( jika dilakukan )


4. Rekapitulasi permasalahan dan alternatif - alternatif pemecahannya
b. Non Teknis
1. Penyerapan Dana
2. Administrasi kelengkapan pelaksanaan gedung penunjuk
 Astek
 Galian Gol. C ( jika diperlukan )
 IMB
 As Built Drawing ( pada fase akhir ) dibuat oleh kontraktor
pelaksana
 Pendaftaran Gedung Negara
3. Pembahasan penggunaan therminj oleh kontraktor berdasarkan
prestasi kerja dalam Laporan Mingguan lapangan.
c. Umum
1. Komunikasi dua arah tentang unjuk kerja dan unjuk hubungan kerja
2. penilaian personal performance of profesionalist segenap tim
pelaksana yang terlibat dari Tim Teknis proyek dan sebaliknya.
3. Permasalahan umum lainnya.

 Sistem Koordinasi Tingkat lapangan


Koordinasi tingkat lapangan adalah bentuk hubungan komunikasi
(biasanya) dalam bentuk rapat - rapat rutin / reguler (2 minggu sekali,
selang seling dengan rapat tingkat kegiatan ) yang melibatkan :
1. Unsur Kontraktor
 Site Manager
 Para Pelaksana
 Team dari unsur Pusdiklat
2. Unsur Konsultan Manajemen Konstruksi ( Manajemen Konstruksi (MK) )
 Tim Leader / TL ( Fakultatif )
 Tenaga Ahli /Supervisi Ahli
 Tenaga Pengawas
 Tenaga Pendukung
3. Unsur Pengawas Teknis Lapangan ( PTP _ PPTP )
 Orang kompeten yang ditugaskan dari Tim terkait
4. Unsur Konsultan Perencana
5. Unsur Kegiatan

CV EDIYASA E - 46/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Orang kompeten yang ditugaskan oleh kegiatan


Materi yang dibahas dalam Koordinasi Tingkat lapangan adalah lebih
banyak menyangkut hal - hal keteknikkan dan administrasi keteknikkan,
antara lain :
a. Dalam kondisi pelaksanaan berjalan normal
 Kemajuan pekerjaan pelaksanaan yang dibuktikan dengan laporan
mingguan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dan sekaligus
pencocokan dengan kondisi terpasang di lapangan.
 Permasalahan - permasalahan konstruksi mendatang.
 Permasalahan administrasi keteknikkan :
 Proses IMB
 Proses Astek
 Proses Gal. Gol. C ( jika ada )
 Pengetesan bahan dan kontruksi
 Pensortiran dan penolakan material
 Kelangkaan material
 Kenaikan harga material
 Kenaikan harga bahan tak normal
 Kelancaran laporan mingguan, bulanan dan proses legalisasinya
 penentuan sub - kontraktor / golongan ekonomi lemah sebagai
patner kerja kontraktor, dll.
b. Dalam kondisi pelaksanaan berjalan tak normal
Pernyataan kondisi pelaksanaan berjalan tak normal menunjukkan
adanya permasalahan spesifik terkait proses pelaksanaan, antara lain :
Kelangkaan bahan / material pokok sehingga mengganggu proses seleksi.
Kurangnya mobilisasi Tenaga Kerja konstruksi sehingga memperlambat hasil
kerja kontruksi. Kondisi seperti ini bisa disebabkan :
 Kontraktor tidak serius bekerja
 Kontraktor kurang modal kerja
 Kelangkaan tenaga kerja konstruksi, karena bersamaan proses kontruksi
lainnya pada kondisi puncak.
Kurangnya ketrampilan kerja crew pelaksana dalam merancang kerja
dan memantau dan mengarahkan serta memandori tenaga kerja konstruksi,
sehingga hasil kerjanya tak sebanding dengan jumlah tenaga kerja konstruksi
yang terlibat.

CV EDIYASA E - 47/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Terjadinya perubahan cuaca tak normal ( hujan jauh diatas normal ),


terjadi gejala alam lain yang sulit diantisipasi, seperti banjir, angin ribut,
tanah longsor dan sebagainya, sehingga kondisi tersebut mengganggu proses
konstruksi ( oleh karenanya mengakibatkan orang tak mungkin bekerja
sepenuh hari /jam kerja ).
Untuk beberapa saat, kondisi tersebut jelas akan mempengaruhi
prestasi kerja kontraktor terlambat terhadap rencana kerjanya. Dalam kondisi
seperti itu, rapat - rapat lapangan seharusnya diarahkan kepada :
 Antisipasi terhadap permasalahan yang terjadi.
 Percepatan pelaksanaan pekerjaan dengan segala konsekwensinya dan
dukungan dari segenap unsur terkait langsung dalam pelaksanaan
pekerjaan.
 Rencana Kerja percepatan atau juga yang sering disebut " Re -
Scheduling " per - Minggu berikut perhitungan dan jadwal datangnya
material, jadwal pemantauan kerja dan penempatan kerja para tenaga
kerja kontruksi. Semuanya harus dibahas dalam rapat lapangan.

 Metode Penetapan Keputusan Non - Kontraktor


Seperti diketahui, bahwa ( sempurnanya ) jika kotrak pekerjaan telah
mencakup segenap bagian yang tergambar dan tertuntun dalam RKS adalah
sangat memuaskan. Pengalaman menunjukkan, bahwa hampir tidak mungkin
kondisi terjadi seperti itu. Bahkan, perubahan tambah kurang bisa mencapai
10 % bahkan lebih. Dalam pada itu, dimungkinkan terjadi hal - hal yang
harus diputuskan non - kontraktual (tak masuk dalam kontrak).
Adapun beberapa kondisi untuk itu :
a. Perubahan dengan dana tetap.
Perubahan dengan dana tetap, biasanya hanya berupa perubahan
kecil ( baik kontruksi dan atau arsitektur ). Dalam kondisi seperti ini,
keputusan non - kontruktual berada pada para profesionalist (orang -
orang teknik dilapangan).
b. Perubahan dengan dana kurang atau tambah.
Perubahan dengan dana tambahan atau kurang (biasanya)
merupakan perubahan besar (baik arsitektur dan konstruksi).
Keputusan non - kontraktual untuk kondisi seperti ini adalah selain
diusulkan oleh para profesionalist (orang - orang teknik dilapangan),

CV EDIYASA E - 48/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

harus dilaporkan dan diputuskan secara tertulis oleh pihak kegiatan


( Pejabat Pembuat Komitmen).
c. Perubahan dengan dana tambahan (tidak banyak), tetapi kontraktor
tidak menuntut biaya tambah.
Perubahan dengan dana tambah, kontraktor tak meminta biaya
tambah (biasanya) adalah perubahan kecil. Keputusan nin -
kontraktual adalah ditingkat profesionalist dilapangan, didukung surat
pernyataan oleh kontraktor yang isinya tidak akan menuntut biaya
tambah ( atas pekerjaan tambah tersebut kepada kegiatan ).
Strategi untuk mencapai keputusan tersebut paling efektif adalah pada
rapat-rapat reguler / rutin pekerjaan, baik tingkat lapangan atau tingkat
kegiatan.

 Metode Pengiriman Sub Kontraktor dan Supplier


Sub Kontraktor dalam suatu sistem kontruksi mega proyek adalah juga
kontraktor (bahkan berkualifikasi tertentu). Tetapi untuk pelaksanaan
Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun
Anggaran 2014, sub - sub kontraktor yang notabene mengambil sebagian
pekerjaan pelaksanaan adalah kontraktor - kontraktor kecil atau supplier
bahan material dasar atau rakitan, atau bahkan bisa organisasi
kemasyarakatan.
Dalam pada itu, siapapun pelakunya yang jelas harus ditekankan bahwa
mereka harus bekerja secara profesional dengan keahliannya. Bekerja
profesional, diartikan bahwa mereka telah menekuni (sampai sekarang)
bidangnya (Industri Konstruksi) cukup lama dengan reputasi menyakinkan.
Sedang keahlian dilihat dari hasil kerjanya yang selama ini telah dihasilkan.
Kategori dari suatu hasil kerja untuk kelompok kegiatan pemerintahan
minimal adalah " baik ".
Dari uraian diatas, jika arahnya bahwa metode pemilihan kontraktor dan
ataupun supplier adalah berdasarkan kreteria :
 Profesionallitas kerja.
 keahlian dan hasil kerja.
 kemampuan keuangan ( tanpa menuntut uang muka ), adalah sebagai
kriteria umum.

CV EDIYASA E - 49/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Sedang proses penentuan dan penyeleksian sampai dengan persetujuan


dari pihak kegiatan adalah sebagai berikut :
 Persetuan (tertulis) dari sub - kontraktor / supplier kepada kontraktor
utamanya. Surat Pengajuan / Permohonan (lebih baik) dilengkapi
lampiran yang mendukung ke - profesional - an dan kemampuan kerjanya
dan kemampuan keuangannya.
 Pengajuan sub - kontrak / supplier (bisa lebih dari satu) dari kontraktor
utama kepada konsultan Manajemen Konstruksi (MK). Selanjutnya,
mereka berdua secara bersama secara bebas bisa memilih dan membuat
alternatif pilihan untuk ditentukan salah satu atau beberapa sub
kontraktor/supplier (sesuai kebutuhan) , selanjutnya untuk dimintakan
persetujuan kepada pihak kegiatan (Pejabat Pembuat Komitmen atau
staff kegiatan yang ditugaskan).
 Pengajuan alternatif pilihan sub - kontraktor dan atau supplier kepada
proyek biasa secara tertulis, bisa ( lebih efektif ) melelui rapat - rapat
reguler / rutin tingkat proyek untuk membicarakan penentuan sub -
kontraktor / supplier tersebut.
 Persetujuan dari pihak proyek harus berupa tertulis. Selanjutnya akan
mendasari pembuatan kontrak kerja antara kontraktor utama dengan sub
- kontraktor / supplier tersebut. Dimana didalam kontrak tersebut Pejabat
Pembuat Komitmen (Staff Kegiatan yang ditugaskan) ikut
menandatanganinya.

 Metode Pemberian Peringatan dan Sanksi - sanksi


Peringatan adalah suatu bentuk reaksi atas ketidak puasan terhadap
segala sesuatu yang diharapkan. Peringatan kepada kontraktor / sub -
kontraktor / supplier berarti merupakan bentuk ungkapan tidak puas
terhadap hasil kerja dan atau proses kerja dan aspek - aspek terkait
dengannya. Sedangkan sanksi adalah bentuk hukuman atas pengembangan
lajut dari suatu peringatan yang tertanggapi positif oleh Kontraktor / sub -
kontraktor / supplier.
Peringatan kepada kontraktor / sub - kontraktor / supplier (sebenarnya)
diberikan secara bertahap sebagai berikut :
a. Tahap Pertama, peringatan diberikan secara lisan.

CV EDIYASA E - 50/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

b. Tahap Kedua, jika tahap pertama tak tertanggapi positif, peringatan


dibuat tertulis dibukukan Direksi.
c. Tahap Ketiga, jika tahap kedua tak ditanggapi positif, peringatan dibuat
tertulis dengan format " Surat peringatan " dengan tembusan ke
sanggupan unsur terkait langsung pelaksanaan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan sanksi kepada kontraktor / sub - kontraktor /
supplier diberlakukan apabila peringatan tertulis tak ditanggapi secara positif.
Dan perlu diingat, bahwa semua resiko atas keterlanjuran dari kontraktor /
sub - kontraktor / supplier adalah adanya peringatan (tahap satu sampai
ketiga, sampai dengan peringatan tertulis ) adalah menjadi tanggungjawab
kontraktor/sub - kontraktor / supplier bersangkutan.
Sanksi ( sebenarnya ) memiliki hirarki / berkepanjangan dari ringan
sampai terberat sebagai berikut :
a. Sanksi ringan adalah bentuk penggantian prodak berupa pembongkaran
pasangan baru terhadap prodak tak diterima, tanpa kompensasi
perubahan biaya pelaksanaan. (sebagian/elemen bangunan).
b. Sanksi berat, seperti sanksi ringan tetapi berskala lebih berat, yaitu bisa
menyangkut seluruh pekerjaan (pekerjaan menckup beberapa unit
elemen bangunan). Lebih jauh dari akibatnya, bahwa (dimungkinkan)
adanya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
c. Sanksi terberat adalah bentuk sanksi sampai kepada pemutusan hubungn
kerja atas kesepakatan kontrak kerja yang telah disepakati sebelunnya,
perlu ditentukan disini, bahwa yang berwewenang memberi sanksi adalah
pemegang kontrak pertama atau pihak pertama dalam kontrak kerja.
berarti ( biasanya ), karena dalam suatu kontrak pelaksana setaraf
Pejabat Pembuat Komitmen (pihak pertama) dan direktur/yang
ditugaskan Kontraktor (pihak kedua), maka Pejabat Pembuat Komitmen-
lah yang berhak memberikan sanksi kepada Kontraktor / sub - kontraktor
/ supplier yang bersangkutan.

 Penilaian Prestasi kerja Kontraktor


Prestasi kerja kontraktor adalah segala sesuatu yang secara sengaja
dilaksanakan (terpasang) oleh kontraktor dan telah sesuai dengan gambar
kerja - RKS - BAA. Baik pekerjaan tersebut telah sempurna atau menuju
kesempurnaan / kelengkapan dari bagian bangunan dan ataupun seluruh

CV EDIYASA E - 51/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

bangunan. Indikasi terpasang adalah segala sesuatu ditempatnya (on place -


In site) tak mudah untuk diambil alihkan ketempat lain.
Penilaian prestasi kerja kontraktor baik yang berdasarkan kontrak "
Lumpsum "maupun kontrak “Unit Price”, dimana segala sesuatunya adalah
dinilai atas barang jadi ( terpasang ) berdasarkan kesesuaian ketentuan
Gambar Kerja - RKS - BAA. Wajar jika perhitungan volume pekerjaan yang
didata selanjutnya selanjutnya diproses dalam bentuk laporan mingguan
adalah didasarkan segala sesuatunya yang telah terpasang ditempatnya (In
site), walaupun prodak tersebut baru menuju kelengkapan bentuk akhirnya.
Dalam kondisi khusus, dimana terjadi suatu proses dalam
penghubungan dilapangan yang menyebabkan suatu keharusan Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) menilai segenap yang terpasang dan segenap
berada dilapangan ( sebatas dalam pagar pengaman pekerjaan), dan bahkan
segala sesuatu milik Kontraktor yang untuk proyek bersangkutan tetapi
berada diluar lapangan, maka bertata cara sebagai berikut :
1) Jika terjadi pemutusan hubungan kontrak sebelum jadwal kerja dan hasil
kerja selesai maka :
a. Bisa barang - barang yang ada dalam lapangan (on site) milik
kontraktor dan jelas - jelas untuk proyek bersangkutan dan telah
memenuhi persyaratan RKS dan BAA, maka barang tersebut bisa
dimiliki secara nominal.
b. Seperti uraian diatas, tetapi barang - barang berada diluar lapangan
(misal dibengkel atau ditoko), tetapi jelas menjadi milik kontraktor
(dibuktikan dengan kwitansi pembayaran) dan setelah diteliti benar
- benar bahwa barang tersebut untuk proyek bersangkutan dan
telah sesuai Gambar Kerja - RKS - BAA, maka dengan tata cara
surat pernyataan bersama berisi :
 Pengalihan hak kepemilikan dari kontraktor kepada pihak
kegiatan.
 Biaya pengangkutan dari bengkel / toko menjadi tanggung
jawab Kontraktor, maka barang - barang tersebut bisa dinilai
sebagai prestasi kontraktor.
2) Jika terjadi kejadian alam tak tertanggulangi sehingga menjadikan
pekerjaan tak mungkin dilanjutkan, maka kondisi seperti pada item a).
( Diatas ) adalah berlaku.

CV EDIYASA E - 52/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Perlu diingat, bahwa posisi Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dalam


kasus seperti diatas adalah sebagai pembantu (teknis) Pejabat Pembuat
Komitmen dalam memutuskan segala sesuatunya. Berarti Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) (secara hukum / de jure) tidak berhak memutusi
(menghakimi, hak penuh untuk menentukan/menghakimi kondisi seperti
tersebut diatas adalah pada Pejabat Pembuat Komitmen.

 Metode Penentuan Pekerjaan Tambah Kurang


Pekerjaan tambah kurang adalah bentuk penambahan / pengurangan
volume pekerjaan secara sengaja atau peniadaan pekerjaan dan mengganti
dengan pekerjaan baru secara sengaja, atau bentuk variasi dari dua kondisi
tersebut yang intinya adalah "Terjadi perubahan pekerjaan yang
mengakibatkan perubahan transpormasi pembiayaan "
Metode penentuan pekerjaan tambah/kurang bisa dari 2 ( dua ) arah
yaitu:
1) Kondisi Pertama, perubahan pekerjaan (umum) atas kemauan dan atas
perintah Pejabat Pembuat Komitmen (Kegiatan) secara tertulis
(memang harus tertulis), dalam kondisi seperti itu, perintah perubahan
bisa melalui beberapa alternatif :
a) Melalui Konsultan Perencana.
Perintah perubahan (dalam tahap kontruksi) melelui
perencanaan dilakukan manakala perubahan tersebut
menyangkut arsitektural (termasuk struktural tentunya ) yang
memang menjadi haknya. Kompensasi adanya perencanan baru
tersebut tergantung kesepakatan antara kegiatan dengan
Konsultan Perencana, tentunya, perencana baru tersebut
dilengkapi dengan RAB barunya.
b) Melalui Konsultan Manajemen Konstruksi (MK).
Perintah perubahan melalui Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK) (dalam tahap konstruksi) dilakukan tentunya atas
pertimbangan, bahwa perubahan tersebut tidak terlalu
mempengaruhi arsitektual (dan strukturnya).
c) Melalui Kontraktor.
seperti perubahan a.2., tetapi hal ini tidak lazim, kecuali ada
perkembangan bahwa Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)

CV EDIYASA E - 53/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

kurang berfungsi atau tidak bagus dalam tugas dan kewajiban


profesionalnya.
2) Kondisi kedua, perubahan pekerjaan (non arsitektural dan struktural)
terjadi (murni) karena perkembangan kondisi lapangan tak sesuai
dengan Gambar - RKS - BAA - nya atau sebab - sebab alam lain tak
terhindarkan, dalam kondisi seperti itu Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK) (sendirian) dan atau bersama - sama Kontraktor, biasa membuat
suatu usulan pemecahan baru sesuai dengan fungsi dalam rencana,
tentunya masih berupa alternatif - alternatif. Proses selanjutnya adalah
perhitungan biaya atas pekerjaan baru dan biaya atas pekerjaan yang
dihilangkan / terkurangi volume pekerjaan. Rekapitulasi antara biaya
pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang tersebut, sebagai alternatif
juga yang diusulkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Perlu diingat baik baik pada kondisi Pertama dan kedua, bahwa bentuk
pekerjaan tambah dan kurang adalah merupakan bagian administrasi teknis
yang harus dilaksanakan / dikerjakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK). tetapi persetujuannya secara penuh berupa pada kewenangan Pejabat
Pembuat Komitmen.
Perlu dicatat pula, bahwa bentuk persetujuan bersama (jika segenap
pihak berhak) dibutuhkan, lebih efisien dan efektif bila :
1. Melalui Rapat tingkat lapangan Reguler / Rutin.
2. Atau Rapat Tingkat lapangan Khusus diadakan untuk itu.
Administrasi untuk segenap rangkaian rapat - rapat seperti itu, Konsultan
pengawas berkewajiban membantu Pejabat Pembuat Komitmen .

 Metode Penentuan Perpanjangan Waktu Pelaksanaan


Perpanjangan waktu pelaksanaan adalah suatu bentuk pemberian
waktu pelaksanaan tambah/lebih dari waktu pelaksanaan sebelumnya
(tertera dalam kontrak). Atau dengan kata lain, pengunduran batas waktu
pelaksanaan sampai batas tertentu yang diijinkan oleh umur proyek dan
diijinkan Pejabat Pembuat Komitmen berdasar sebab - sebab tertentu yang
dibenarkan oleh peraturan yang berlaku.
Berarti, metode penentuan perpanjangan waktu pelaksanaan adalah
cara yang ditempuh berdasar peraturan yang ada dan situasi yang
memungkinkan dan alasan yang dibenarkan, untuk memberikan waktu

CV EDIYASA E - 54/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

tambah kepada kontraktor/sub - kontraktor/supplier untuk pelaksanaan


pekerjaan. Sehingga waktu penyerahan pekerjaan ikut tertunda sebanyak
waktu tambah tersebut, bila beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan
sebelum penentuan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan antara lain:
1) Permintaan pengunduran waktu pelaksanaan bukan merupakan sesuatu
yang direncanakan sebelumnya oleh Kontraktor. Ia benar - benar suatu
yang didasarkan perkembangan situasi dan kondisi dilapangan dan atau
di dunia Industri Kontruksi.
2) Sebab - sebab pengunduran yang dipakai sebagai dasar pengajuan oleh
Kontraktor/sub-kontraktor/supplier/adalah sesuatu yang benar dan
didukung oleh data - data akurat dan bisa dibuktikan.
3) Beberapa sebab berikut dipertimbangkan dalam pengunduran waktu
pelaksanaan :
 Kelangkaan bahan utama kontruksi (misalnya P.C), dibuktikan oleh
pengakuan pemerintah atau berita - berita dalam koran terbitan
setempat. Dan kelangkaan material sejenisnya.
 Kejadian alam yang sangat tidak normal yang terjadi dan
mengganggu atau bahkan menghentikan pelaksanaan cukup lama.
Seharusnya. waktu berarti produksi karenanya tercatat oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dan dilaporkan secara
resmi untuk dibuat laporan.
 Keadaan negara / Kawasan tidak aman, misalnya terjadi hura -
hura terus menerus cukup lama dan mempengaruhi jalannya
pelaksanaan pekerjaan.
4) Perlu dilihat apakah umur lapangan masih cukup lama dan
memungkinkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
5) Kewenangan proyek dalam menentukan apakah :
 Data - data sebab musabab yang diajukan kontraktor betul - betul
riil.
 Waktu pengunduran / waktu yang diajukan Kontraktor masuk akal.
Setelah segalanya tertulis memungkinkan, kegiatan bisa bersama time
teknis dan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) menentukan pemberlakuan
perpanjangan waktu pelaksanaan sampai waktu definitif. kondisi tersebut
bisa melalui rapat - rapat koordinatif tingkat proyek reguler / rutin / rapat
khusus untuk ini.

CV EDIYASA E - 55/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Dalam kasus pekerjaan mampu secara sendirian teknis dan


administrasi, tanpa rapat - rapat semacam itu dibenarkan memberikan
perpanjangan waktu pelaksanaan karena memang hal tersebut adalah
merupakan wewenangnya. bentuk akhir dari pemberian perpanjangan waktu
pelaksanaan adalah dibuatkan addendum kontrak penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan tersebut antara Kontraktor dan Owner. Seyogyanya
segenap administrasi sampai dengan addendum kontrak ditandatangani
diselesaikan minimal 15 ( lima belas ) hari sebelum waktu pelaksanaan
pekerjaan selesai.

j) METODA PENYERAHAN DAN PERAWATAN PEKERJAAN


1). Penyerahan Pertama Pekerjaan
Penyarahan Pertama pekerjaan adalah suatu proses serah terima hasil kerja
pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor kepada kegiatan yang diwakili oleh
Pejabat Pembuat Komitmen atau sebagai penanggung jawab didalam kontrak
kerjanya. Kondisi penyerahan pertama pekerjaan adalah suatu pernyataan
bahwa segenap pekerjaan baik konstruksi dan atau administrasi
pendukungnya telah terpenuhi semuanya dengan standar selesai dan baik.
sehingga dalam konteks Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK
Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 secara
fungsional bangunan tersebut bisa digunakan. Atau dalam istilah teknis
proyek memenuhi masa pemeliharaan.
Kriteria baik mengandung arti lengkap secara kuantitas dan memenuhi
standar secara kuaalitas. Tetapi tidak dituntut kemungkinan, bahwa ada
beberapa sub pekerjaan yang masih memerlukan penyempurnaan kecil,
semisal pembersihan sisa - sisa cat pada lantai - dinding - kaca,
pengencangan baut - mur dan pekerjaan non berbobot lainya yang patut
ditaksir karena selain tak perlu pengadaan lagi juga tak akan mengganggu
fungsional gedung (jika langsung akan digunakan / masuk tahap
operasional).
Penyerahan Pertama dilakukan tentunya didahului oleh investigasi
menggunakan blanko check list bersama unsur terkiat proyek seperti:
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK), Time Teknis lainnya, yang hasil
kerjanya dituangkan dalam Berita Acara Prestasi Kontruksi (BAP) oleh
kontraktor. Jika, BAP menyebutkan bahwa pekerjaan telah mencapai bobot

CV EDIYASA E - 56/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

prestasi 100 %, maka baru bisa dipakai sebagai dasar Penyerahan Pertama
Pekerjaan.
Dalam penyerahan pertama, tentunya selain proses serah terima pekerjaan
itu sendiri, juga akan ditentukan segala sesuatunya yang belum sempurna.
Catatan - catatan penyempurnaan sebagian sub konstruksi tersebut yang
dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan, yang akan
dilaksanakan pada masa pemeliharaan yang dalam kasus ini, masa
pemeliharaan akan diberikan cukup lama ( 180 hari).

2). Perawatan Pemeliharaan


Penyerahan Kedua pekerjaan adalah suatu proses serah terima hasil kerja
pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor kepada kegiatan yang diwakili oleh
Pejabat Pembuat Komitmen atau sebagai penanggung jawab didalam kontrak
kerjanya. Penyerahan Kedua pekerjaan dilakukan sebagaimana Penyerahan
Pertama Pekerjaan, yaitu didahului investigasi terhadap penyempurnaan -
penyempurnaan pekerjaan sebagaimana tuntutan dalam saat Penyerahan
Pertama Pekerjaan yang tercantum dalam BAP - nya. Bedanya, tentunya
selama masa pemeliharaan, dilapangan dimungkinkan terjadi hal - hal teknis
yang mendadak harus diperbaiki atau dikerjakan.
Jikalau pada ivestigasi Tim Teknis dan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
serta Kontraktor secara bersama - sama mengusulkan bahwa segenap
pekerjaan telah dalam kondisi baik, tentunya akan dibuat suatu Berita
Acaranya. Dengan dasar Berita Acara tersebut proses Penyerahan kedua
Pekerjaan dapat dilakukan.
Tidak tertutup kemungkinan pada penyerahan Kedua Pekerjaan (juga
penyerahan Pertama Pekerjaan), pihak proyek mengundang para pemakai
(User). Tidak cukup strategis jika user diikutkan dalam proses penyerahan
pekerjaan tersebut.
User adalah kelompok yang secara terus menerus akan menggunakan
bangunan tersebut, dalam hal ini bisa terwakili unsur – unsur terkait yang
akan ditempatkan disana. Dengan berbagai pengalamannya, tentunya bisa
memberikan sedikit gambaran kepada proyek, apakah gedung yang akan
diserahkan tersebut secara fungsional telah memenuhi tuntutan kegiatan
belajar mengajar dalam segenap kondisi cuaca dan kondisi lingkungannya.

CV EDIYASA E - 57/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Yang perlu dicata, bahwa peran serta Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
dalam masa pemeliharaan, sebagai berikut :
1) Dejure : selama masa pemeliharaan berlangsung Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) masih bekerja, bertanggung jawab penuh.
2) Defacto : Karena kegiatan konstruksi pada masa pemeliharaanya
bersifat sporadis maka keberadaan Konsultan Pengawas dilapangan
juga tidak seperti pada masa konstruksi, dimana kegiatan dilapangan
adalah penuh.
Dengan hubungan kerja dalam praktek seperti itu adalah komunikasi antar
unsur profesional (Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK))
dengan unsur Pengawas Teknis / Tim Teknis .
Dengan komunikasi antar unsur profesional secara baik, segenap
penyempurnaan pekerjaan akan terkontrol lebih baik secara kuantitas dan
kualitas. Komunikasi dengan unsur tim teknis secara lancar, maka segenap
acara akan terjadual dan terlaksana dengan baik pula.
Dalam masa pemeliharaan pun, koordinasi tingkat manajerial, yaitu setingkat
Projecy Director/ TL dan Pejabat Pembuat Komitmen adalah masih juga
berlangsung. Bilamana diperlukan, bentuk komunikasinya terjadual secara
reguler, sehingga segenap perkembangan - permasalahan teknis dan non
teknis akan terselesaikan dengan baik.

3). Penyerahan Kedua


Penyerahan Kedua adalah Proses penyerahan terakhir pekerjaan dari
Kontraktor kepada kegiatan dalam kondisi telah sesuai dengan tuntutan
dalam kontrak kerja.
Setelah proses ini terdapat perubahan status pekerjaan yang sangat
mendasar :
1) Dejure : Bangunan tersebut, baik kepemilikan, pengawasan dan
pemeliharaan dan penggunaan telah bebas dari kontraktor dan beralih
menjadi tanggung jawab pekerjaan.
2) Defacto : Seharusnya juga demikian, tetapi jika ada segala sesuatunya
yang bersifat dibutuhkan oleh kegiatan dan kontraktor bisa atau sanggup
membantunya, sepanjang tak ada ikatan apapun.
Dalam pada itu, status dan kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK) mengikuti perkembangan kondisi tersebut. Jika, jasa Konsultan

CV EDIYASA E - 58/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Manajemen Konstruksi (MK) dibutuhkan kegiatan pada masa pasca


kontruksi tersebut, sifatnya adalah hanya hubungan tanpa ikatan apapun.
Berarti pada penyerahan Kedua Pekerjaan tersebut harus menghasilkan :
a. Berita Acara Serah Terima Kedua Pekerjaan yang ditandatangani
segenap pihak terkait.
b. Persyaratan - persyratan lain, yang dalam hal ini tersepakati dalam
rapat koordinasi, biasanya :
1) Prasyarat Teknis, sesuai bunyi kontrak
2) Prasyarat non teknis, sesuai bunyi kontrak
3) Prasyarat lain, ( non kontraktual ).
 Kunci - kunci setiap ruangan dan kunci - kunci lainnya harus
diserahkan pada waktu Serah Terima Kedua Pekerjaan.
 Pemindahan Direksi Keet dan atau pemanfaatannya lagi oleh
pihak user, jika dibutuhkan kontraktor wajib membantu
pekerjan.
 Bahan - bahan reserve untuk pemeliharaan, seperti genteng,
keramik, dsb, juga harus diserahkan pada saat Serah Terima
Kedua Pekerjaan.
 Pembersihan halaman (yang tak tercantum dalam kontrak),
jika dibutuhkan dan kontraktor sanggup membantu, adalah
lebih baik.
 Gambar As Built Drawing yang sangat dibutuhkan oleh pihak
user, juga lebih baik diserahkan pada saat Serah Terima
Kedua Pekerjaan.

k) METODA PRAKIRAAN UMUR TEKNIS BANGUNAN


Umur bangunan adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi
dan keandalan bangunan. Sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan pada
bangunan Gedung Negara, umur bangunan diperhitungkan 50 tahun untuk
bangunan gedung dan 20 tahun untuk bangunan rumah dalam hal ini gedung /
bangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran
2014 termasuk bangunan gedung negara.
Sedangkan penyusutan adalah nilai degredasi bangunan yang dihitung secara
sama besarnya setiap tahunnya selama jangka waktu umur bangunan. Untuk
bangunan gedung negara, nilai penyusutan adalah sebesar 2% pertahun untuk

CV EDIYASA E - 59/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

bangunan gedung dan 5% untuk bangunan rumah dengan minimum nilai sisa
(Salvage Value sebesar 20%).
Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen
bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah
manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa
bumi, atau sebab lain yang sejenis.
Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat
kerusakan, yaitu Kerusakan kecil, kerusakan sedang, dan kerusakan besar.
1) Prakiraan Kerusakan Kecil dan Masa rehab
Kerusakan kecil / ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non
structural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding
partisi, plafond dan pengecatan, dan lain-lain. Kerusakan yang lebih banyak
pada pekerjaan arsitektural.
2) Prakiraan Kerusakan Sedang dan Masa rehab
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik structural maupun non structural, dan atau komponen
structural seperti struktur atap, lantai, kosen-kosen, pintu maupun jendela,
konsol kayu, listplank, dinding batu bata, plesteran dan lain-lain.
3) Prakiraan Kerusakan Besar dan pembangunan Kembali
Kerusakan besar atau berat adalah kerusakan pada sebagian besar
komponen bangunan, baik structural maupun non structural yang perlu
ditangani secara serius, karena kerusakan ini menyangkut segi kekuatan
bangunan, seperti misalnya kolom, kuda-kuda, atau bangunan tersebut
sudah tidak layak dipergunakan lagi, dan apabila setelah diperbaiki masih
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

l) METODA OPERASIONAL & PERAWATAN BANGUNAN


1) Metoda Pembuatan As Built Drawing
As built drawing dibuat oleh Pelaksana/Kontraktor apabila diperlukan adanya
perubahan gambar/pekerjaan di lapangan dengan persetujuan pimpro dan
diperiksa oleh Perencana, Pengawas dan Instansi pemerintah yang terkait.
2) Metoda Pembuatan Manual Operasional dan Perawatan gedung
Dalam hal ini fungsi operasi dan perawatan Bangunan khususnya.
Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun
Anggaran 2014 , mempunyai keterkaitan erat dengan tingkat umur

CV EDIYASA E - 60/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Bangunan serta peningkatan masa Bangunan, sehingga dapat menjaga


keberlangsungan fungsi kegiatan Perkuliahan serta mampu menciptakan
kondisi yang selalu terjaga baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Dari
segi penggolongan atau pengelompokan jenis perawatan dapat
terbagi menjadi bidang-bidang yang terkandung dalam unsur
bangunan gedung. Bidang-bidang tersebut adalah :
- Arsitektural
- Struktural
- Mekanikal
- Elektrikal
Untuk bidang arsitektural berkaitan erat dengan fungsi dan komponen-
komponen estetis suatu gudang seperti halnya ornamen-ornamen bangunan,
lantai, plafond, kusen, serta komponen-komponen bangunan lainnya yang bersifat
non struktural.
Sedangkan untuk bidang yang bersifat struktural sangat berkaitan erat
dengan fungsi struktur bangunan, dalam hal ini seperti halnya pondasi, kolom,
dinding, balok, plat lantai, struktur rangka atap dan sebagainya.Untuk
bidang Mekanikal elektrikal berkaitan dengan komponen yang mempunyai
fungsi menunjang operasional serta bangunan, dimana dalam prakteknya.
Komponen ini yang paling sering harus dirawat atau diganti, seperti halnya lampu-
lampu, pompa air, generator, kabel-kabel instalasi listrik, pipa-pipa
instalasi air bersih maupun air kotor dan sebagainya. Masa pakai atau umur
bangunan sangat tergantung pada beberapa aspek mendasar yang dalam hal
ini diantaranya adalah :
1. Aspek pemakaian dan pemilihan bahan bangunan pada saat pembangunannya.
Dalam hal ini ketepatan pemilihan bahan dan mutunya.
2. Aspek pekerjaan dalam proses pembangunannya, dalam hal ini berkaitan erat
dengan kualitas pengerjaan pembangunan gedung.
3. Aspek pengoperasian dan perawatannya (maintenance) dalam hal ini
berkaitan erat dengan proses pengoperasian bangunan dan
kontinuitas perawatan baik dalam hal perawatan maupun penggantian
komponen-komponen atau bagian-bagian yang sudah aus atau rusak.
Penggunaan operasional bangunan yang wajar dan benar akan memperpanjang
usia bangunan, sebaliknya penggunaan dan operasional bangunan

CV EDIYASA E - 61/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

yang diluar kewajaran dan tidak semestinya akan menimbulkan kerusakan-


kerusakan pada bangunan/bagian bangunan, misalnya :
a. Menempatkan bahan kimia yang mempunyai pengaruh merusak didalam
bangunan.
b. Menempatkan barang-barang yang menyebabkan kebakaran pada
bangunan.
c. Memperlakukan bagian-bagian bangunan dengan tidak semestinya (pintu,
jendela, closet, wastafel).
4. Aspek Iklim baik iklim makro maupun iklim mikro pada daerah masing-masing
dimana bangunan tersebut berdiri. Akibat pengaruh buruk dari alam ini masih
dapat kita atasi dengan pemilihan bahan/komponen bangunan yang
tepat maupun dengan konstinuitas pemelihara yang sesuai dengan syarat-
syarat dan karakteristik bahan/komponen bangunan tersebut.
5. Aspek Pengaruh Alam
a. Sinar Matahari
Bagian bangunan yang lebih sering terkena sinar matahari langsung
akan lebih cepat mengalami kerusakan dibanding bagian bangunan
pada posisi lain yang tidak/sedikit terkena sinar matahari langsung.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang tinggi pada bagian-bagian bangunan dapat
memperpendek usia bagian bangunan tersebut misalnya pada :
- Komponen bangunan yang terbuat dari kayu, besi dan logam.
- Cat dan bahan-bahan finishing lainnya
- Kayu, menjadi lebih cepat busuk/lapuk
c. Angin
Gerakan angin yang keras (badai, topan) mempunyai potensi yang
cukup besar untuk mengakibatkan kerusakan pada bangunan, misalnya :
- Memporakporandakan penutup atap
- Merusak bagian-bagian bangunan yang tidak terlalu kuat.
- Badai topan yang dahsyat bahkan dapat merobohkan bangunan.
d. Debu
Gerakan angin dapat pula membawa debu-debu yang bermacam-macam
jenisnya dari yang sekedar membuat pengotoran yang mudah dibersihkan,
atau membuat noda-noda yang sulit dihilangkan, tetapi ada juga debu-

CV EDIYASA E - 62/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

debu yang mengandung zat perusak/polutan yang membawa pengaruh


buruk pada bagian-bagian bangunan, misalnya :
- Debu partikel-partikel garam
- Debu partikel asam
- Dan bermacam-macam debu polusi industri
e. Hujan
Didaerah tropis hujan seringkali turun dengan intensitas yang sangat
tinggi, dan air yang datang dengan tiba-tiba itu dapat mengakibatkan
bahaya banjir, erosi tanah, tanah longsor, dan lain-lain, yang dapat
membahayakan bangunan.
f. Gempa Bumi
Indonesia merupakan daerah yang mempunyai resiko gempa terbesar yaitu
pada jalur pantai Pasifik Amerika, Jepang, Cina bagian timur, Indonesia,
Timur Tengah sampai ke laut tengah. Terjadinya gempa mempunyai potensi
yang kuat sekali dalam membuat kerusakan pada bangunan.
g. Perusak-perusak Biologis Indonesia merupakan daerah tropis lembab dimana
perusak biologis merupakan gangguan berbahaya yang harus
diperhitungkan, yaitu :
- Rayap, semut, kumbang dan serangga perusak lainnya.
- Tikus, kelelawar, burung, dll
- Jamur, dll
6. Aspek Faktor Keausan
Dengan berjalannya waktu, banyak hal-hal yang merugikan yang dialami oleh
bangunan, yang pada akhirnya akan menghabiskan kekuatan /
ketahanan / keawetan bahan/bagian bangunan/bangunan. Hal-hal yang
merugikan tersebut adalah dari pengaruh alam, pelapukan, penggunaan
rutin, keausan, atau habis masa pakai pada perlengkapan bangunan seperti
komponen-komponen listrik, perlengkapan pintu jendela dll.
7. Aspek Faktor Tak Terduga/Kecelakaan
Kemungkinan kerusakan-kerusakan lain yang perlu diperhitungkan
adalah faktor-faktor tak terduga/kecelakaan yang ditimbulkan oleh :
- Sambaran petir
- Bencana alam
- Kelalaian/kesalahan manusia

CV EDIYASA E - 63/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Faktor-faktor diatas seringkali tidak berdiri sendiri tetapi dapat beberapa


bersamaan menimbulkan kerusakan pada bangunan/bagian bangunan. Dalam
banyak kasus, hal tersebut terjadi bersama dengan faktor usia bangunan. Setiap
bahan/komponen bangunan memiliki masa pakai yang berbeda, sedangkan pada
setiap perubahan/perkembangan bahan bangunan selalu membutuhkan energi
dan bersifat mencemari air, tanah dan udara. Oleh karena itu pada proses
pembangunan yang ekologis dituntut untuk memperhatikan konsep struktur.Konsep
struktur merupakan prinsip, dimana setiap unsur
bangunan yang masa pakainya berbeda dengan bagian bangunan yang lain,
dapat diganti tanpa merusak bagian bangunan yang lebih kuat (tahan lama).
Pada setiap penggunaan bahan bangunan, perlu mempertimbangkan ciri khas
masing-masing bahan sebagai berikut :
1. Masa pakai bagian bangunan tersebut
2. Saat yang tepat dimana bagian bangunan harus diganti karena aus, rusak atau
usang (karena perkembangan teknologi)
3. Masa pakai non fisik (tidak laku lagi atau membosankan) misalnya bentuk,
warna, motif dan sebagainya. Oleh setiap bahan bangunan memiliki
masa pakai yang berbeda, maka pekerjaan bangunan dapat dibagi menjadi 4
kelompok yakni :
1) Kerangka gedung yang jika dibuat dengan konstruksi yang kuat dan bahan
bermutu tinggi dapat diperkirakan masa pakai 100 tahun dengan
biaya 50% dari biaya bangunan.
2) Jendela, pintu, lapisan atap dan lapisan lantai, jika dipelihara dengan baik
dapat diperkirakan masa pakai 40 tahun dengan biaya 20% dari
biaya bangunan.
3) Talang seng, perlengkapan dapur dan sanitair dapat diperkirakan masa pakai
20 tahun, dengan biaya 15%dari biaya bangunan.
4) Pekerjaan cat, perlengkapan listrik, kran air dan sebagainya dapat
diperkirakan masa pakai 10 tahun dengan biaya 15%dari biaya bangunan.
Masa pakai masing-masing bagian bangunan dapat digambarkan sebagai
berikut :
Untuk perawatan gedung, direncanakan sedemikian rupa sehingga nilai gedung
selalu seimbang. Untuk itu perlu memperhatikan masa perbaikan
yang dibutuhkan sebagai berikut :

CV EDIYASA E - 64/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

1. Pekerjaan cat, perlengkapan listrik, kran air dan sebagainya setiap 5 - 10


tahun
2. Talang seng, perlengkapan dapur dan sanitaer setiap 10 - 20 tahun
3. Jendela, pintu, lapisan atap, lapisan lantai dan sebagainya setiap 20 - 40
tahun.
Dengan demikian,maka kebutuhan biaya untuk perawatan dan perbaikan gedung
dapat ditambahkan pada gambaran "masa" pakai sebagai berikut:
Pada urutan biaya, dapat damati bahwa biaya pekerjaan cat yang dianggap
sedikit pada waktu membangun, tapi ternyata merupakan biaya terbesar selama
100 tahun masa pakai. Disamping hal ekonomi perlu disadari bahwa
pekerjaan cat justru harus digolongkan pada pekerjaan bangunan yang mencemari
lingkungan alam serta kesehatan manusia.
Perusakan bangunan yang lama dan mengganti bagian bangunan yang aus berarti
penggunaan bahan mentah dan energi yang sebenarnya dapat berhemat secara
ekonomis maupun ekologis.

3). Metoda Pengendalian Perawatan


Dalam pengendalian perawatan bangunan gedung terdapat beberapa jenis
menurut klasifikasi komponen. Bagian-bagian yang perlu diperiksa secara rutin
dalam rangka perawatan bangunan gedung dalam hal ini Gedung PTIK Tahap II
Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 menurut klasifikasi zone
maupun bidangnya :
A. Bagian Luar Bangunan
 Prasarana lingkungan
1. Jalan/Jembatan masuk/gorong-gorong
2. Saluran/got didepan lahan yang bersangkutan
3. Saluran/got drainase halaman
4. Jalan dalam kompleks
5. Pipa utama air bersih dan sumur
6. Halaman/pertamanan dan aksesorisnya
 Mekanikal Elektrikal
1. Jaringan listrik luar
B. Bagian Bangunan
 Arsitektural
1. Struktur lantai dan penutup lantai

CV EDIYASA E - 65/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

2. Konstruksi langit-langit dan bidang langit-langit


3. Kosen pintu jendela
4. Daun pintu dan daun jendela
5. Kaca-kaca pada pintu dan jendela
6. Engsel-engsel pintu dan jendela
7. Kunci, grendel, kait angin dll.
8. Aksesoris pintu jendela
9. Komponen-komponen bangunan lainnya seperti : tangga, Balustrade,
teralis.
 Struktural
1. Rabat beton/teras-teras/selasar
2. Kemungkinan serangan rayap dan perusak lainnya
3. Kemungkian penurunan pondasi
4. Kemungkinan keretakan dan kedusan pada bangunan
5. Struktur utama bangunan
6. Konstruksi dinding
7. Konstruksi atap, penutup atap dan talang-talang/listplank
 Prasarana Lingkunan
1. Saluran/got keliling bangunan
C. Finishing Bangunan
 Arsitektural
1. Cat tembok cat kayu dan cat besi
2. Plituran-plituran dan finishing khusus
3. Plesteran-plesteran dan pelapis dinding
4. Lis dan sealant
5. Ornamen bangunan

D. Instalasi-instalasi dan utilitas bangunan


 Mekanikal Elektrikal
1. Jaringan listrik
2. Panel-panel listrik / fuse box
3. Saklar-saklar dan stop kontak
4. Peralatan-peralatan listrik terpasang, lampu-lampu, armatur, bel,
dll.

CV EDIYASA E - 66/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Prinsip-prinsip pemeriksaan rutin dalam rangka perawatan bangunan :


1. Pemeriksaan terhadap fungsi
2. Pemeriksaan terhadap kekuatan (ketahanan, keawetan, keausan).
3. Pemeriksaan terhadap keindahan/kebersihan
4. Pemeriksan untuk keamanan penghuni/operasional gedung.
Tindak lanjut pemeriksaan rutin adalah tindakan perawatan yang berupa:
- Perawatan rutin seperti penggantian koponen yang
rusak / habis pakai, pelumasan engsel kunci, pengecatan
- Perbaikan ringan
- Perbaikan berat
Pada umumnya bila pearawatan rutin dan perbaikan ringan dilakukan
dengan intensif maka perbaikan berat dapat dihindarkan.

E.3. PROGRAM KERJA


A. DASAR PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
Setelah Mengenali permasalahan yang dalam Kerangka Acuan Kerja serta
melakukan pendekatan serta penyajian metodologi penanganan kerja, maka selaku
calon Penyedia Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi kami menyusun Program Kerja.
Penyusunan Program kerja didasari pada Kriteria-kriteria (seperti yang
tercantum dalam KAK, dimana program kerja harus memperhatikan persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :
1. Persyaratan Umum
Setiap bagian dari pekerjaan Manajemen Konstruksi harus dilaksanakan secara
benar dan tuntas sampai dengan memberi hasil yang telah ditetapkan dan
diterima dengan baik oleh Pemimpin Kegiatan.
2. Persyaratan Obyektif
Pelaksanaan pekerjaan Manajemen Konstruksi (MK) teknis konstruksi yang
obyektif untuk kelancaran pelaksanaan, baik yang menyangkut macam, kualitas,
dan kuantitas dari setiap bagian pekerjaan sesuai standar hasil kerja Manajemen
Konstruksi (MK) yang berlaku.
3. Persyaratan Fungsional
Pekerjaan Manajemen Konstruksi (MK) konstruksi fisik harus dilaksanakan dengan
profesionalisme yang tinggi sebagai konsultan Manajemen Konstruksi (MK) yang
secara fungsional dapat mendorong peningkatan kinerja proyek.

CV EDIYASA E - 67/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

4. Persyaratan Prosedural
Penyelesaian administratif sehubungan dengan pekerjaan di lapangan harus
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
Selain kriteria umum di atas, untuk Manajemen Konstruksi berlaku pula
ketentuan-ketentuan seperti standar, pedoman dan peraturan yang berlaku :
a. Ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk pekerjaan kegiatan yang bersangkutan,
yaitu Surat Perjanjian Pekerjaan Manajemen Konstruksi (MK) beserta
kelengkapannya dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar perjanjiannya.
b. Ketentuan yang termuat dalam surat Keputusan Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002, tanggal 21 Agustus 2002 Normalisasi teknis
yang berlaku .

Dalam penyusunan Program Kerja, Konsultan Manajemen Konstruksi juga harus


memperhatikan dan melaksanakan tanggung jawab sebagai konsultan Manajemen
Konstruksi. Seperti yang dituangkan dalam KAK, tanggung jawab konsultan
Manajemen Konstruksi adalah :
A. Konsultan Manajemen Konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas
jasa pengawasan yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi
yang berlaku.
B. Secara umum tanggung jawab konsultan Manajemen Konstruksi (MK) minimal
sebagai berikut :
1. ketepatan waktu pembangunan kegiatan sesuai batas waktu berlakunya
anggaran/waktu yang telah ditetapkan
2. Ketepatan biaya pembangunan sesuai batasan anggaran yang tersedia
atau yang telah ditetapkan
3. Ketepatan kualitas dan kuantitas sesuai standar/peraturan yang berlaku
sehingga kegiatan mencapai hasil dan daya guna yang seoptimal mungkin,
memenuhi syarat teknis yang dapat dipertanggungjawabkan, dan sesuai
dengan dokumen pekerjaan pelaksanan
4. Ketertiban administrasi kontrak dan pelaksanaan pembangunan
C. Penanggung jawab profesional Manajemen Konstruksi (MK) adalah tidak hanya
konsultan sebagai suatu perusahaan, tetapi juga bagi tenaga ahli profesional
pengawasan yang terlibat.

CV EDIYASA E - 68/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

CV. EDIYASA akan melakukan kegiatannya dalam Pelaksanaan Konstruksi


dimana dimungkinkan melibatkan kontraktor yang profesional sehingga kegiatan satu
dengan yang lainnya akan berjalan dengan Simultan mengikuti metode
“Traditional Lineair Delivery Method” pada awal pelaksanaan pekerjaan (masa
perencanaan) sampai proses pelelangan jasa pemborongan dikombinasikan dengan
“Fast Track Delivery Method” seperti yang kami usulkan sebelumnya.
Program Kerja yang sudah dirumuskan oleh Tim Konsultan Manajemen
Konstruksi pada Proyek ini yang sesuai/ mengacu pada Kerangka Acuan Kerja
dituangkan dalam tahapan kegiatan sebagaimana kami uraikan pada pemaparan
berikut.

B. RENCANA KERJA
1) Tahap Review Perencanaan
Konsultan Manajemen Konstruksi sebagaimana perannya sebagai Ahli
Konstruksi yang terdiri dari para tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya,
memberikan informasi dan saran-saran, rekomendasi tentang teknologi konstruksi
untuk penyempurnaan perencanaan dan upaya penghematan melalui teknik-teknik
pelaksanaan serta penjadwalan yang efisien.
Saran penyempurnaan dapat berupa usulan pilihan perencanaan atau metode
konstruksi untuk segera dipelajari oleh Tim Proyek, dalam arti melakukan analisis
pengaruhnya terhadap pembiayaan dan penjadwalan proyek. Sehingga dampak dari
masing-masing pilihan tersebut terhadap pembiayaan dan jadwal konstruksi secara
lebih tepat dapat diperkirakan. Hal tersebut diproyeksikan dalam perencanaan dalam
format dokumen perencanaan yang disusun oleh Konsultan Perencana.
Keterlibatan Konsultan Manajemen Kontruksi sejak awal tahap perencanaan
kami maksudkan agar dapat memberikan informasi terpercaya berkaitan dengan
pembiayaan dan jadwal konstruksi kepada Kuasa Pengguna Anggaran sedini
mungkin. Apabila pembiayaan, penjadwalan dan persyaratan kualitas telah
ditetapkan kemudian perkembangan konstruksi selajutnya harus selalu dimonitor
agar pencapaian sasaran berikutnya dapat diketahui oleh Pemilik Pekerjaan.

2) Tahap Pelelangan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan pelelangan (konstruksi fisik) dimulai
dengan menyiapkan daftar Kontraktor yang akan diseleksi menurut paket kontrak

CV EDIYASA E - 69/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

pekerjaan (pemaketan pekerjaan – bila ada), tata cara serta prosedur pelelangan,
dan estimasi biaya wajar terperinci untuk setiap paket pekerjaan.
Kemudian dilanjutkan dengan prakualifikasi terhadap para Kontraktor terpilih
berdasarkan persyaratan dan Kriteria kualifikasi. Hasil seleksi prakualifikasi segera
diumumkan kepada kontraktor sekaligus mengundangnya sebegai peserta
pelelangan. Sementara itu dipersiapkan pelaksanaan pelelangan pada waktu yang
telah ditetapkan dengan berpedoman pada tata cara dan prosedur termasuk syarat-
syarat administratif.
Pada penyelenggaraan lelang dibuat Berita Acara yang mencatat segala
sesuatu yang bersangkutan dengan pelaksanaannya, termasuk mengenai peserta
dan jumlahnya, catatan harga penawaran yang ditujukan sampai dengan kejangalan
atau bentuk penyimpangan yang ditemukan. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap
seluruh penawaran yang diajukan melalui analisis secara teliti sesuai dengan
prosedur berdasarkan pada peraturan/ perundang – undangan yang berlaku.
Selanjutnya diberikan rekomendasi pelulusan pelelangan untuk mendapatkan
persetujuan dari pemilik proyek / kuasa pengguna anggaran dan kemudian
diumumkan hasilnya kepada para seluruh peserta pelelangan.

3) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi


Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi, Konsultan Manajemen Konstruksi akan
melakukan Koordinasi dengan para unsur terkait yang terdiri dari Kuasa Pengguna
Anggaran, Tim Teknis, Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana maupun Sub
Kontraktor dalam hal pengadaan Material, peralatan dan pelaksanan pekerjaannya.
Berkaitan dengan posisi Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) dalam organisasi
Proyek, akan bertanggung jawab dalam memonitor kemajuan prestasi kontraktor,
prosedur pelaksanaan dan pemeriksaaan serta pengawasan kesesuaian kualitas hasil
dengan spesifikasi teknis perencanaan. Kemudian dimungkinkan pula untuk
memonitor arus pembayaran kepada kontraktor termasuk perubahan yang
mengakibatkan adenda, tuntutan atau tagihan pembayaran. Dengan demikian
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) akan memberikan informasi mengenai
kemajuan pekerjaan dan pembiayaannya pada saat-saat tertentu secara berkala
selama konstruksi berlangsung.
Dengan didasarkan pada pertimbangan efisiensi atau teknis lainnya Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) akan memprakarsai upaya percepatan pelaksanaan
konstruksi melalui penyelesaian pekerjaan dengan menggunakan metode Fast Track,

CV EDIYASA E - 70/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

misalnya dengan memulai konstruksi lebih awal sebelum seluruh perencanaan


lengkap selesai (bila dimungkinkan). Begitupula bila terjadi tertundanya pekerjaan
atau keterlambatan atau faktor lain yang akan mengakibatkan keterlambatan, maka
konsultan Manajemen Konstruksi (MK) harus mengarahkan membuat rescheduling
pekerjaan sehingga target penyelesaian pekerjaan tetap terjaga.

4) Tahap Pemeliharaan
Pada Tahapan ini Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) akan melakukan
Monitoring hasil pekerjaan pada masa pemeliharaan fisik. Prinsipnya segala “Deffect
& Deficiencie” atau “Cacat dan Kekurangsempurnaan” akibat pelaksanaan /
pengerjaan harus dilakukan perbaikannya setelah masa Penyerahan Petama
Pekerjaan Konstruksi.
Peran Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) adalah memberikan dukungan
Konsultatif berupa monitoring terhadap metode dan waktu pelaksanaan
penyempurnaan.
Disamping itu berkait dengan “Operasi dan Pemeliharaan” Rutin Gedung pada
saat digunakan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) akan melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap “Manual Operasi dan Pemeliharaan Bangunan” yang dibuat
oleh Kontraktor.
Pada dasarnya Operasi pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan harus
didasarkan pada kondisi keamanan dan keselamatan kerja yang baik tanpa
mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap lingkungan secara umum.
Seluruh pengendalian dampak dari operasi harus dilakukan secara terprogram,
direncanakan secara cermat dan teliti. Sehingga diperlukan upaya-upaya
pemeriksaan dan pengujian secara rutin yang antara lain meliputi :
a. Pemeriksaan dan Pengujian secara teratur semua keselamatan instalasi dan
peralatan, termasuk sinyal peringatan bahaya dan otomatisasi pemutusan fasilitas
b. Pengujian dampak operasi berdasarkan pada data uji dari lingkungan baik yang
bersifat fisik atau kimia
c. Pemeriksaan dan Pengujian segenap material buangan kotor
d. Pemantauan segala macam bentuk kegiatan atau kondisi yang tidak diinginkan
yang bisa jadi berkembang dilingkungan proyek.
e. Penyelenggaraan pelatihan bagi personil yang terlibat dalam operasi dan
pemeliharaan agar selalu trampil dalam hal pengendalian polusi, perlindungan

CV EDIYASA E - 71/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

kecelakaan dan menghadapi keadaan darurat – bila hal ini terdapat dialam
perjanjian kontrak konstruksi (Kontraktor pelaksana fisik).

C. URAIAN TUGAS OPERASIONAL JASA KONSULTANSI


Pokok tugas dan tanggung jawab Konsultan Manajemen Konstruksi kepada
Pemilik Proyek/Kuasa Pengguna Anggaran mencakup tindakan-tindakan untuk
mewakili secara terpercaya, profesional dan memberikan rekomendasi serta jasa
konsultasi yang bebas dari pertentangan ekonomis.
Pada Proses Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014, Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) akan menyajikan Jasa Layanan Konsultan Manajemen Konstruksi
dengan rincian kegiatan meliputi :
1) Tahap Persiapan.
 Membantu pengelola proyek melaksanakan pengadaan konsultan perencana,
termasuk menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), memberi saran waktu dan
strategi pengadaan, serta bantuan evaluasi proses pengadaan, dan bantuan
evaluasi proses pengadaan rekanan.
 Membantu pengelola proyek menyiapkan kontrak perjanjian pekerjaan
perencanaan

2) Pada Tahap Perencanaan/Review Perencanaan


Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) akan meminta pertimbangan,
nasehat, bantuan dan memberikan saran atau rekomendasi kepada Kuasa
Pengguna Anggaran dan Konsultan Perencana dalam semua aspek
perencanaan untuk Konstruksi yang sedang ditekuninya.
Diskriptif output dari Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) pada tahap ini
adalah ;
 Mengadakan evaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan yang
dibuat oleh konsultan perencana, yang meliputi program penyediaan dan
penggunaan sumber daya, strategis dan pentahapan penyusunan
dokumen lelang.
 Memberikan layanan konsultansi kegiatan perencanaan yang terdiri atas :
a. Konsultasi pekerjaan perencanaan dari sudut efisiensi sumber daya
serta kemungkinan pelaksanaan,

CV EDIYASA E - 72/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

b. Perumusan evaluasi status serta koreksi teknis bila terjadi


penyimpangan
c. Membantu konsultan perencana dalam pelaksanan value engineering
pada tahap perencanaan secara in house
d. Penyusunan laporan kegiatan tahap perencanaan secara periodik
e. Membantu Konsultan Perencana dalam upaya mengkoordinasi
penyusunan semua spesifikasi teknis pekerjaan dengan tanggung
jawab tugas tetap berada pada Konsultan Perencana.
f. Pada Tahap awal pengembangan gagasan rancangan, mengevaluasi
dan memeriksa taksiran anggaran yang didasarkan pada sejumlah
survey tentang perencanaan dan spesifikasi teknis.
g. Memantau dan meninjau ulang serta memperbaiki bila diperlukan
mengenai estimasi dan taksiran yang tersusun seiring dengan
perkembangan penyusunan perencanaan dan spesifikasi teknis.
h. Melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap estimasi dan perkiraan
biaya akhir/final pada tahap penyelesaian seluruh perencanaan
berikut spesifikasi teknis.
 Mengendalikan program perencanaan, melalui kegiatan evaluasi program
terhadap hasil perencanaan perubahan-perubahan lingkungan,
penyimpangan teknis dan administrasi atas persoalan yang timbul, serta
pengusulan koreksi program.
 Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemanjuan pekerjaan
dan serah terima pekerjaan perencanaan.
 Melakukan penelitian kelengkapan dokumen perencanaan dan dokumen
pelelangan, menyusun program pelaksanaan pelelangan bersama
konsultan perencana, dan ikut memberikan penjelasan pekerjaan pada
waktu pelelangan, serta membantu kegiatan panitia pelelangan.
 Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan,
menyusun laporan hasil rapat koordinasi, dan membuat laporan
kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi.
 Pada masa Pengembangan konsep rencana melakukan peninjauan
terhadap perencanaan-perencanaan arsitektural, struktural, mekanikal
dan elektrikal berikut seluruh spesifikasi teknisnya.
 Memberikan Nasehat serta rekomendasi tentang kelayakan Konstruksi,
penghematan yang mungkin dilakukan, ketersediaan berbagai macam

CV EDIYASA E - 73/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

material bangunan dan tenaga kerja, waktu dan biaya yang diperlukan
untuk konstruksi.
 Memberikan nasehat, pertimbangan dan jalan keluar kepada Kuasa
Pengguna Anggaran dan Konsultan Perencana bilamana diketahui terjadi
penyimpangan terhadap sasaran biaya proyek yang dianggarkan atau
penyelesaian proyek yang tidak terpenuhi.
 Memberikan nasehat dan rekomendasi kepada Kuasa Pengguna
Anggaran dan Konsultan Perencana didalam penyusunan kelompok
pekerjaan (pemaketan pekerjaan – bila ada) yang disesuaikan dengan
perencanaan berikut spesifikasi teknisnya.

3) Pada Tahap Pelelangan Jasa Kontraktor


Setelah Gambar – gambar perencanaan beserta sepsifikasi teknis selesai
dipersiapkan oleh Konsultan Perenana selanjutnya dilakukan Pelelangan
pekerjaan Konstruksi. Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) akan memberikan
dukung teknik layanan jasa Konsultansi antara lain meliputi ;
1. Membantu Pengelola Proyek dalam mempersiapkan dan menyusun
program pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi fisik. Termasuk di
dalamnya persiapan – persiapan pelelangan dengan kembali melakukan
pemeriksaan kesiapan Dokumen Pelelangan Pekerjaan meliputi (dokumen
gambar-gambar, RKS, spesifikasi Teknik daln lain sejenisnya).
2. Membantu Panitia Lelang dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri
(Owner’s Estimaste) pekerjaan konstruksi fisik
3. Membantu Panitia lelang melakukan prakualifikasi calon peserta
pelelangan.
4. Membantu Panitia Lelang dalam penyebarluasan pengumuman pelelangan,
baik melalui papan pengumuman, media cetak, maupun media elektronik.
5. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat
penjelasan pekerjaan. Dalam hal ini juga memberikan dukungan terhadap
Konsultan Perencana didalam melakukan Penjelasan Pekerjaan serta
penyusunan Berita Acara penjelasan tersebut.
6. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang
masuk, guna penetapan harga yang kompetitif melalui analisis - analisis
terhadap penawaran kemudian memberikan rekomendasinya.

CV EDIYASA E - 74/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

7. Membantu dan memberikan nasehat dalam rangka penetapan pemenang


pelelangan berdasarkan hasil – hasil penilaian yang telah dilakukan.
8. Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan
konstruksi fisik Memberikan rekomendasi atas alternatif tata cara
pengikatan Kontrak Perjanjian Pekerjaan Konstruksi yang bersifat
melindungi serta mengamankan kepentingan dan tujuan pihak Kuasa
Pengguna Anggaran / Pemilik Proyek.
9. Membantu panitia lelang dalam menyusun laporan kegiatan tahap
pelelangan.
10. Mempersiapkan Jadwal Pelaksanaan Pelelangan yang sudah termasuk
didalam “Project Planning”.
11. Membantu didalam menanggapi keberatan hasil prakualifikasi maupun
pelelangan dengan memberikan nasehat teknis administratif kepada
Panitia maupun Kuasa Pengguna Anggaran

4) Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi.


Selaku Konsultan Manajemen Konstruksi yang diperkuat dengan staff yang
dipekerjakan di lapangan dengan tugas mengkkordinasikan dan memberi
bimbingan tentang pelaksanaan konstruksi serta memantau laju kemajuan
pekerjaan Kontraktor. Disamping itu juga melakukan aktifitas Koordinatif dan
pengawasan antara lain :
 Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang
disusun oleh pemborong , yang meliputi program-program pencapaian
sasaran konstruksi, penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan
dan perlengkapan bahan bangunan, informasi dana, program Quality
Assurance/Quality Control, dan program kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
 Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi
program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian
waktu, pengendalian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) hasil
konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib
administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja,
 Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan
manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun
tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

CV EDIYASA E - 75/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam


pelaksanaan konstruksi fisik
 Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri dari atas :
 Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
 Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metoda pelaksanaan, serta
mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi.
 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas,
dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.
 Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.
 Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaaan pengawasan, dengan
masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan
bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pemborong.
 Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk
pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima
pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.
 Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (Shop Drawings) yang
diajukan oleh kontraktor
 Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
(As Built Drawings) sebelum serah terima I
 Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I, dan
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.
 Bersama dengan Konsultan Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan
dan penggunaan bangunan gedung
 Membantu pengelola proyek dalam menyusun Dokumen Pendaftaran.
 Foto copy DIP (pembiayaan)
 Foto copy sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah
 Kontrak/Surat perjanjian pelaksanaan pemborongan
 Berita Acara Serah Terima I dan II
 Gambar situasi dan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (as built drawings) disertai gambar legger
 Salinan atau fotocopy Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari
Pemerintah Daerah setempat)

CV EDIYASA E - 76/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

 Memberikan layanan kepada pengelola kegiatan mengurus IPB ( Ijin


Penggunaan Bangunan) dari Pemerintah Daerah setempat
 Memberikan penilaian untuk mendapat persetujuan dari pemberi tugas
tentang sub kontraktor yang akan dilibatkan oleh pemborong
 Mengusulkan perubahan-perubahan serta penyesuaian di lapangan untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pekerjaan
konstruksi. Selanjutnya secara proses mengkoordinasikan, membuat
rekomendasi dan memproses permintaan untuk melakukan perubahan
pekerjaan dan memelihara catatan-catatan / administrasi perintah
perubahan tersebut secara cermat dan baik.
 Memprakarsai dan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Awal / “Pre
Construction Meeting” dengan melibatkan dan mengundang unsur –
unsur organisasi yang terlibat didalam Proses Penyelenggaraan
Pembangunan / Konstruksi.
 Memeriksa dan memproses semua permintaan pembayaran dari
kontraktor.
 Melakukan pemeriksaan dan pengawasan pelaksanaan Program
Keselamatan kerja, hubungan tripartit tenaga kerja, Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, pemerataan kesempatan kerja yang direncanakan dan
dijalankan oleh Kontraktor pelaksana pekerjaan fisik.

5) Tahap Masa Pemeliharaan Konstruksi


Pada Masa Pemeliharaan Konstruksi, Konsultan Manajemen Konstruksi akan
melakukan kegiatan secara periodik dan terjadwal untuk kegiatan – kegiatan ;
1. Melakukan cek list kerusakan-kerusakan / cacat dan kekurangan selama
masa pemeliharaan.
2. Mengawasi pelaksanaan perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan
3. Menyiapkan Berita Acara Penyerahan Kedua, dengan memperhatikan
hal – hal sebagai berkut ;
 Pemeriksaan hasil check list
 Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan
 Penyusunan Dokumen Pendaftaran Gedung
Selain itu di dalam melaksanakan operasional diatas, Konsultan Manajemen
Konstruksi secara operasional seperti yang diarahkan dalam KAK harus
memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dalam hal :

CV EDIYASA E - 77/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

a) Penyelenggaraan Konsultasi
a. Melakukan konsultasi dengan Pengendali Kegiatan untuk membahas
segala masalah dan persoalan yang timbul selama masa
pembangunan.
b. Mengadakan rapat lapangan secara berkala sedikitnya dua kali dalam
sebulan, dengan Pengendali Kegiatan , Perencana, Pemborong dan
unsur Teknis terkait dengan tujuan untuk membicarakan masalah dan
persoalan yang timbul dalam pelaksanaan, untuk kemudian membuat
risalah rapat dan mengiriManajemen Konstruksi (MK)an kepada
semua pihak yang bersangkutan, serta sudah diterima paling lambat 1
minggu kemudian. Mengadakan rapat diluar jadwal rutin tersebut
apabila dianggap mendesak.

b) Pembuatan Laporan
a. Memberikan laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis
teknologis kepada Pengendali Kegiatan, mengenai volume, prosentase
dan nilai bobot bagian-bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
pemborong.
b. Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilaksanakan, dan
dibandingkan dengan jadwal yang telah disetujui.
c. Melaporkan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah tenaga kerja
dan alat yang digunakan.
d. Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuat oleh
Pemborong terutama yang mengakibatkan tambah atau berkurangnya
pekerjaan, dan juga perhitungan serta gambar konstruksi yang dibuat
oleh Pemborong (Shop Drawings).

c) Pengendalian Dokumen- Dokumen


a. Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuat oleh
pemborong terutama yang mengakibatkan tambah kurangnya
pekerjaan, dan perhitungan serta gambar konstruksi yang dibuat oleh
pemborong (shop drawing)
b. Menerima dan menyiapkan Berita Acara sehubungan dengan
penyelesaian pekerjaan di lapangan, serta untuk keperluan
pembayaran angsuran.

CV EDIYASA E - 78/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

c. Memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan, serta


penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan
pembayaran.
d. Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan bulanan,
Beirta Acara kemajuan pekerjaan, penyerahan pertama dan kedua
serta formulir-formulir lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan
dokumen pembangunan, serta keperluan pendaftaran sebagai
bangunan gedung negara.
e. Membuat dokumen foto fisik bangunan dalam kondisi 0%, 25%, 50%,
75%dan 100%

D. Sistem Pelaporan
Konsultan Manajemen Konstruksi akan mempersiapkan dan menyerahkan
laporan-laporan dalam Bahasa Indonesia, minimal seperti yang diminta didalam
TOR / KAK termasuk juga mencerminkan yang termuat dalam Keluaran (seperti
yang tercantum dalam KAK).
Pelaporan ini dimaksudkan sebagai alat / sarana komunikasi antara Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) dengan Pemilik Proyek/Kuasa Pengguna Anggaran.
Dengan menyampaikan laporan secara periodik dan teratur berarti tugas
Manajemen Konstruksi dalam melaksanakan kewajiban menginfromasikan
perkembangan proyek yang telah dilaksanakan, yang sedang dilakukan dan yang
akan dilaksanakan dapat terselenggara dengan baik.
Sistem Pelaporan dibuat sederhana untuk mempermudah pengisian,
pemahaman dan mendorong pemanfatannya. Form – Form yang dipergunakan
terdiri dari laporan-laporan dan juga berita acara.
1) Jenis Laporan
Laporan – laporan yang harus disampaikan tersebut terdiri antara lain ;
a) Laporan Pendahuluan, berisi antara lain program kerja konsultan,
organisasi kerja dan prosedur kerja atau Standar Operation Procedure (SOP)
pelaksanaan pekerjaan dan mobilisasi personil;
b) Laporan Tahap Pelelangan, berisi antara lain laporan Hasil Proses
Pelelangan Konstruksi dari Pengumuman pelelangan Konstruksi sampai
dengan Kontrak

CV EDIYASA E - 79/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

c) Laporan Mingguan, berisi antara lain: laporan hasil rencana dan realisasi
pelaksanaan dilapangan; permasalahan dan penyimpangan yang terjadi;
langkah-langkah yang sudah diambil pada tiap minggunya.
Selain itu Isi Laporan Bulanan dapat ditambahkan antara lain:
o Laporan Umum
o Laporan Kemajuan Pekerjaan Mingguan
o Grafik Kemajuan Pekerjaan
o Laporan Visual
o Laporan Mingguan Tenaga Kerja dan Bahan
o Laporan Pengamatan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
o Laporan Pengamatan Cuaca
d) Laporan Akhir, adalah finalisasi laporan. Laporan akhir diserahkan
selambat-lambatnya satu minggu setelah Serah Terima Pekerjaan kedua dan
disetujui Tim Teknis.
Sebagai bahan masukan untuk melengkapi, sesuai yang kami sampaikan
dalam bab sebelumnya tentang Tanggapan terhadap KAK, Pelaporan yang mungkin
dapat ditambahkan agar keseluruhan sistem pelaporan menjadi semakin lengkap dan
berfungsi sebagai pendukung baik teknis maupun administratif adalah sebagai
berikut :
1. Pada Tahap Perencanaan, Laporan yang perlu ditambahkan adalah :
 Laporan Pemeriksaan Dokumen Perencanaan
 Laporan Hasil Konsultasi Manajemen Konstruksi
Kesemua laporan tersebut dibuat pada masa perencanaan dan
pendokumentasiannya dapat disatukan dalam Laporan akhir
2. Pada Tahap Pelelangan Jasa Pemborongan, yang perlu ditambahkan adalah:
 Laporan penyelenggaraan dan proses Pelelangan Jasa Pemborongan
Laporan tersbut dibuat setelah proses / tahap pelelangan jasa pemborongan
selesai dan mendapat persetujuan Tim Teknis. Pendokumentasian dapat
disatukan dengan laporan akhir
3. Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Fisik, yang perlu ditambahkan adalah :
 Laporan bulanan, yang berisi:
 Gambaran prestasi kegiatan dalam 1 bulan
 Hambatan / kendala yang ada dan upaya mengatasinya
 Rekomendasi teknis serta target kegiatan untuk pelaksanaan pada
minggu berikutnya

CV EDIYASA E - 80/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Laporan bulanan dibukukan secara baik dan urut untuk Pedoman


Pengawasan dan Pengendalian bulanan dibuat oleh Pelaksana pekerjaan
(kontraktor) yang dimintakan persetujuan lepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Pengguna Jasa, dibuat minimal dalam 2 rangkap dan
diserahkan kepada Pemberi Tugas dan konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
untuk digunakan sebagai laporan pemantauan bulanan di lapangan dan juga
sebagai evaluasi laporan bulanan yang dibuat konsultan Manajemen
Konstruksi (MK).
 Laporan Penyerahan Pertama, yang berisi:
 Salinan Dokumen penyerahan pertama
 Berita acara pemeriksaan fisik hasil konstruksi
 Lampiran hasil Ceck list pemeriksan fisik hasil konstruksi
 Rekomendasi kepada pemborong (kontraktor pelaksana) untuk masa
pemeliharaan.
 Laporan ini dapat disatukan dalam laporan akhir.
4. Pada Tahap Masa Pemeliharaan, yang perlu ditambahkan adalah Laporan
masa pemeliharaan yang berisi :
 Monitoring selama masa pemeliharaan termasuk cek list akhir pemenuhan
kewajiban pemeliharaan bangunan oleh kontraktor pelaksana
 Berkas-berkas Penyerahan Kedua lengkap
Laporan tersebut diserahkan sebagai tambahan laporan akhir.

E.4. ORGANISASI DAN PERSONIL


a. Personil Yang Dibutuhkan
Kriteria atau persyaratan Tenaga personil yang mempunyai persyaratan sesuai
dengan yang dituangkan dalam KAK dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, yaitu
sebagai berikut :
1. Personel yang akan ditugaskan dalam melaksanakan pekerjaan jasa konsultansi
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lulusan perguruan tinggi atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi oleh instansi yang berwenang atau yang lulus ujian
negara, atau perguruan tinggi luar negeri yang ijazahnya telah
disahkan/diakui oleh instansi pemerintah yang berwenang dibidang
pendidikan tinggi.

CV EDIYASA E - 81/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

b. Mempunyai pengalaman di bidangnya serta mempunyai sertifikat


Tenaga Ahli dan menyertakan Referensi dari Pengguna Jasa.
2. Klarifikasi dan klaslifikasi personel :
a. Untuk melaksanakan tugasnya, Konsultan Manajemen Konstruksi
(Manajemen Konstruksi (MK)) Pengawas harus menyediakan tenaga
yang memenuhi kebutuhan kegiatan, baik jumlah dan keahliannya
ditinjau dari lingkup (besar) kegiatan maupun tingkat kekomplekan
kegiatan.
b. Jika tenaga yang disediakan dinilai tidak mampu, maka Pemimpin
kegiatan berhak minta ganti dengan tenaga ahli yang lain yang lebih
mampu, disertai curriculum vitae.
c. Personel yang dibutuhkan :

No. Posisi Kualifikasi


A. Tenaga Ahli
1. Team Leader (Teknik Sipil/Arsitektur) S1 Sipil/Arsitek pengalaman 4 tahun
2. Tenaga Ahli Konstruksi/Site Engineer S1 Sipil pengalaman 3 tahun
4. Tenaga Ahli Elektrikal S1 Elektro, pengalaman 3 tahun
5. Estimator Sarjana Muda (Diploma
3/Strata 0) Teknik Sipil/Arsitektur,
pengalaman 3 tahun
6. Tenaga ahli Drafter Autocad Sarjana Muda (Diploma
3/Strata 0) Teknik Arsitektur,
pengalaman 3 tahun
7. Tenaga ahli Pengawas Lapanga Sarjana Muda (Diploma
3/Strata 0) Teknik Sipil/Arsitektur,
pengalaman 3 tahun
B. Tenaga Pendukung
1. Sekretaris SMA/SMK
2. Operator Komputer SMA/SMK

Untuk itu, kami mengusulkan personil yang mempunyai kemampuan dan persyaratan
diatas untuk ditugaskan sebagai Tim Pelaksana Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

CV EDIYASA E - 82/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

b. Daftar Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Yang Akan Terlibat


Tenaga Ahli yang akan terlibat pada Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 merupakan
personil tenaga ahli profesional dengan kualifikasi sesuai persyaratan yang telah
ditentukan dalam KAK. Nama-nama personil dan posisinya serta pendidikan dan lama
pengalaman dapat dilihat dalam daftar yang selengkapnya disajikan pada Daftar Personil
Pelaksana. Sedangkan mengenai detail Riwayat Hidup serta pengalaman kerja yang
pernah ditanganinya dalam bidang Manajemen Konstruksi ataupun
Supervisi/pengawasan pada bidang bangunan gedung/arsitektur dapat dilihat dalam
lampiran Curiculum Vitae.

Daftar Personil Pelaksana


Nama Perusahaan Konsultan : CV EDIYASA
Pekerjaan : Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung
PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang
Tahun Anggaran 2014

No. Posisi Personil


A. Tenaga Ahli
1. Team Leader (Teknik Sipil/Arsitektur)
2. Tenaga Ahli Konstruksi/Site Engineer
4. Tenaga Ahli Elektrikal
5. Estimator
6. Tenaga ahli Drafter Autocad
7. Tenaga ahli Pengawas Lapanga
B. Tenaga Pendukung
1. Sekretaris
2. Operator Komputer

c. Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli


1. Team Leader
a. Pimpinan pada proyek tersebut yang ditugaskan untuk melaksanakan hubungan
dan tanggung jawab Teknis dan operasional kepada Pemberi Tugas mengenai
pekerjaan ini, dan melaksanakan fungsinya sebagai Penanggung Jawab Proyek.
b. Bertanggung jawab Penuh atas Pengendalian Kegiatan Timnya pada setiap tahapan
kerja.

CV EDIYASA E - 83/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

c. Menyusun Organisasi Konsultan Manajemen Konstruksi.


d. Menyiapkan Program Kerja Konsultan Manajemen Konstruksi.
e. Mengendalikan kegiatan Pelaksanaan Konstruksi Fisik, yang meliputi :
- Persiapan Pelaksanaan, seperti pemeriksaan dokumen-dokumen, peraturan
kontrak, dan sebagainya.
- Pengendalian Pelaksanaan, yang meliputi kegiatan review disain dan
pengawasan di lapangan, disertai penilaian hasil.
- Pengendalian biaya dan waktu.
- Pengendalian hasil pelaksanaan seperti uji coba instalasi dan lainnya.
- Memimpin Rapat Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pembuatan Risalah rapat.
- Evaluasi hasil Perancangan dan hasil Pelaksanaan Konstruksi fisik.
- Melakukan Koordinasi dengan unsur – unsur Proyek secara terpadu dan kontinyu.
f. Bekerja secara penuh di lapangan selama pelaksanaan kegiatan fisik.
g. Melakukan Komunikasi aktif dalam tanggung jawab operasional kepada Pemberi
Tugas dan anggota Tim lainnya.

2. Tenaga Ahli
a. Membantu Team Leader sebagai koordinator bidang.
b. Memberikan dukungan terhadap team guna mengevaluasi dan memberikan
rekomendasi proses – proses pelaksanaan pekerjaan (mulai dari Tahap persiapan
pekerjaan sampai pada Tahap Pemeliharaan bangunan)
c. Memberikan arahan kepada Konsultan Perencana dan Kontraktor dari segi disiplin
ilmu yang berkaitan dengan usulan – usulan perubahan dan memberikan
rekomendasi bagi penetapan pelaksanaan yang diajukan.
d. Menghadiri rapat – rapat koordinasi pelaksanaan dan memberikan masukan
terhadap hasil inspeksi lapangan terutama untuk hal yang berkait dengan segi
arsitektur bangunan.
e. Merekomendasikan saran – saran perbaikan terhadap material yang digunakan.
f. Memberikan rekomendasi atas usulan material bahan.
g. Melakukan kontrol kualitas pengendalian mutu.

3. Pengawas
Pengawas-pengawas lapangan terdiri dari personil-personil yang mempunyai keahlian
di bidang yang ditangani (sesuai KAK) yang ditempatkan di lokasi dan bertugas secara
penuh waktu dalam mengendalikan/mengelola dan mengawasi Pekerjaan yang

CV EDIYASA E - 84/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

dilakukan oleh Kontraktor sesuai dengan disiplin masing-masing. Kegiatan masing-


masing personil berupa :
a. Membantu Manajer Proyek dan Manajer Lapangan, dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul di lapangan.
b. Mengelola dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang berhubungan
dengan disiplin masing-masing.
c. Memberi data dan informasi kepada Manajer Lapangan mengenai perubahan-
perubahan dan penyimpangan yang terjadi dan tidak sesuai dengan rencana awal.
d. Membantu Pemeriksaan Shop Drawing dan As Built Drawing.
e. Berhak memberikan pengarahan langsung kepada Kontraktor pelaksana
mengenai cara-cara pelaksanaan pekerjaan yang tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan dokumen pelaksanaan, serta ketentuan-ketentuan lainnya
yang telah disepakati.
f. Bertanggung jawab kepada Manajer Lapangan sesuai dengan disiplin masing-
masing.
g. Membuat catatan lengkap atas peralatan, tenaga kerja dan bahan yang
digunakan. Termasuk catatan harian, pengamatan cuaca, perubahan ukuran,
kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan dan kejadian-kejadian khusus lainnya.
b. Memeriksa ijin kerja yang diajukan kontraktor meliputi pemeriksaan gambar kerja,
kapasitas peralatan yang dipergunakan, volume pekerjaan serta kualitas dan
kauntitas material yang dipersiapkan / didatangkan
c. Melakukan uji petik terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan
memberikan rekomendasi perubahan maupun perbaikan.
d. Mempersiapkan Laporan Kemajuan pekerjaan secara rutin dan terjadwal dan
menyampaikannya kepada Team Leader untuk diteruskan kepada Pemilik Proyek.

4. Personil Pendukung
Personil Staf Pendukung bertugas untuk mendukung operasional pekerjaan
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri
Semarang Tahun Anggaran 2014 secara oficial maupun operasional pekerjaan.
Kebutuhan personil pendukung, untuk Pekerjaan adalah sebagai berikut:
 Sekretaris
 Operator Komputer
Untuk itu, kami mengusulkan personil pendukung yang mempunyai kemampuan dan
persyaratan diatas untuk ditugaskan untuk mendukung Tim Pelaksana Manajemen

CV EDIYASA E - 85/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun


Anggaran 2014.
Tugas dan Tanggung Jawab Staf Pendukung
Tugas dan tanggung jawabnya antara lain sebagai berikut :
a. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing anggota Team,
wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan mengerahkan segenap
keahliannya, dan bekerja sama sebaik-baiknya dengan anggota-anggota
Team lainnya, serta harus berperan aktif dalam membantu kelancaran
kegiatan Team
b. Mendapat bimbingan dan dukungan dalam menjalankan tugasnya dari Team
Leader atau Tenaga Ahli.
c. Berkomunikasi aktif dengan seluruh anggota Team Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) dan juga kepada Pemberi Tugas sesuai dengan lingkup
pekerjaannya.
d. Bertanggung jawab kepada Team Leader.

d. Struktur Organisasi Proyek


Organisasi Pelaksanaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014, dan Struktur Organisasi
Pelaksanaan Pekerjaan dimaksud dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi Proyek ( Secara Keseluruhan ).
2. Struktur Organisasi Konsultan Manajemen Konstruksi

CV EDIYASA E - 86/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

PEMBERI TUGAS / KUASA PENGGUNA ANGGARAN

PENGELOLA TEKNIS / TIM TEKNIS

(dibentuk dengan melibatkan unsur teknis terkait)

KONSULTAN MANAJEMEN KONSULTAN PERENCANA


KONSTRUKSI
- -

KONTRAKTOR PELAKSANA

SUB KONTRAKTOR

Struktur Organiasi Proyek

CV EDIYASA E - 87/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

URAIAN PERANAN PIHAK-PIHAK DALAM


STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

No. PIHAK YANG BERPERAN PERANAN KETERANGAN

1. Pemimpin Proyek / Kuasa Sebagai Pengguna


Pengguna Anggaran / Anggaran / Pemberi Tugas
Pemberi Tugas pada semua pihak yang
terkait dalam pekerjaan Bertugas secara
berkala di Lapangan
2. Tim Pengguna Anggaran / Tim yang ditunjuk oleh selama pelaksanaan
Pemberi Tugas Pemberi Tugas dalam Pekerjaan
melakukan Pengawasan Pembangunan
dan Pengendalian dalam
Penggunaan Anggaran

3. Konsultan Manajemen Pihak yang ditugaskan oleh


Konstruksi Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan Bekerja secara penuh
pengendalian waktu baik dari tahap
penyelenggaraan kegiatan, perencanaan,
dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan sesuai konstruksi sampai
arahan dari Pengguna masa pemeliharaan.
Anggaran / Pemberi Tugas

4. Konsultan Perencana Pihak yang ditugaskan oleh


Pengguna Anggaran / Bertugas secara
Pemberi tugas dalam berkala di lapangan
menyusun Perencanaan selama pekerjaan
dan Perancangan Pekerjaan konstruksi fisik sesuai

CV EDIYASA E - 88/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Konstruksi dengan keluaran dengan peranannya


Dokumen Perencanaan.

5. Kontraktor Pelaksana Pihak yang ditugaskan oleh


Pengguna Anggaran /
Pemberi Tugas dalam
melaksanakan Pekerjaan Bekerja secara penuh
Fisik sesuai dengan hasil waktu di lapangan
Perencanaan dan Arahan selama pelaksanaan
Pemberi Tugas dan konstruksi fisik dan
Konsultan Manajemen masa pemeliharaan.
Konstruksi (MK) secara
tepat Mutu, Biaya, Waktu
dan tertib administrasi.

6. Sub Kontraktor / Suplier Pihak yang diusulkan oleh


Kontraktor Pelaksana atas
Persetujuan dari Pemberi
Tugas dan Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK)
dalam melaksanakan
Pekerjaan Fisik dan
Penyediaan Material sesuai
dengan hasil Perencanaan
dan Arahan Pemberi Tugas
dan Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) secara
tepat Mutu, Biaya, Waktu
dan Tertib Administrasi.

e. Struktur Organisasi Konsultan Manajemen Konstruksi


Perangkat utama Konsultan Manajemen Konstruksi adalah personil yang terdiri
dari tenaga ahli yang berkualitas dan memiliki latar belakang pengalaman profesi yang

CV EDIYASA E - 89/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

luas dalam bidangnya masing-masing. Pemilihan Personil yang akan dilibatkan dalam
Tim pelaksana konsultan untuk Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK
Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 mengacu pada KAK
dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam KAK.
Kami selaku calon Konsultan dalam melaksanakan Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran
2014 ini mengusulkan sebuah team tenaga ahli yang mampu memberikan layanan
konsultasi, baik dalam aspek teknis maupun Manajemen.
Penyelenggaraan keseluruhan pelaksanaan tugas dilakukan oleh sebuah Team
Pelaksanaan Tugas yang dipimpin oleh Manajer Proyek, yang berkerja dengan
pengarahan dan bertanggung jawab kepada Direktur CV. EDIYASA.
Direktur melakukan hubungan kontraktual dengan Pemberi Tugas dan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan kepada Pemberi
Tugas.
Struktur Organisasi Team pelaksanan Pekerjaan Manajemen Konstruksi seperti terlihat
pada Gambar dibawah ini.

CV EDIYASA E - 90/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

STRUKTUR ORGANISASI KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


PManajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II Universitas
Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

PEMBERI
PEKERJAAN

DIREKTUR
CV. EDIYASA

TEAM LEADER

Sekretaris
Operator Komputer

TENAGA AHLI TENAGA AHLI TENAGA AHLI


SIPIL ESTIMATOR ELEKTRIKAL

INSPECTOR
ARSITEKTUR

Struktur Organisasi Kerja Team Konsultan

f. Fasilitas Pendukung
Untuk melaksanakan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK
Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 perlu didukung fasilitas
Pendukung yang terdiri dari perlengkapan dan peralatan kerja yang sesuai dengan
karakteristik pekerjaan yaitu Manajemen konstruksi. Perlengkapan dan peralatan harus
dalam kondisi yang baik dan siap operasional, dalam jumlah dan kapasitas yang sesuai.

CV EDIYASA E - 91/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Selama pelaksanaan pekerjaan peralatan dan perlengkapan tersebut harus dipelihara


dan dijaga kondisinya agar selalu siap digunakan.
Untuk mengetahui kebutuhan peralatan pengawasan, terlebih dulu kita tinjau
kegiatan yang ada dalam pengawasan suatu pelaksanaan pekerjaan fisik gedung
proyek pemerintah; secara umum kegiatan pelaksanaan menurut 2 (dua) aspek
kegiatan :
 Kegiatan pelaksanaan
 Kegiatan perekaman dan pelaporan
a). Kegiatan Pelaksanaan
- Yang dimaksud pelaksanaan di sini adalah realisasi dokumen pelaksanaan
(gambar, RKS, RAB dll, kontrak kontraktor dengan kegiatan) menjadi suatu
gedung (fisik) yang nyata pada lokasi yang telah ditentukan. Kondisi saat
awal pelaksanaan nanti harus dievaluasi lagi terlebih dahulu , mengingat
nanti kontrak bagi kontraktor pelaksana bersifat “Unit Price” maka perlu ada
perhitungan MC 0 (Mutual Check awal). Pada akhir pembangunan nanti juga
harus ada perhitungan MC akhir.
Kondisi Material
Material untuk pelaksanaan bangunan pada umumnya terdapat di kawasan
tersebut. Material pokok seperti batu pondasi, batu split, pasir beton
maupun pasir pasang, cukup banyak tersedia di kawasan kegiatan, atau
mendatangkan dari luar yang tidak terlalu jauh seperti dari Muntilan dan
sebagainya.
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh pelaku
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan fisik gedung :
- Idealisasi teknis di dalam gambar dan RKS harus merupakan sesuatu yang
telah disesuaikan dengan kondisi lokasi dan ketersediaan material.
- Penyimpangan kecil non-substansial bisa diukur dengan suatu kewajaran.
- Penyimpangan besar yang sampai merubah konstruksi bangunan harus
mengkaitkan pihak-pihak yang mempunyai tugas dan kewajiban.
b). Kegiatan Perekaman dan Pelaporan
Segenap uraian kegiatan pelaksanaan di atas tentunya berdimensi banyak
bagi pengawas dan untuk diketahui oleh kegiatan. Pertama, pengawas harus
merekam baik secara proses maupun substansial perubahan. Kedua, pengawas
harus membuat hasil perekaman di lapangan menjadi suatu laporan yang bisa
dan mudah dipahami oleh kegiatan dan instansi teknis terkait.

CV EDIYASA E - 92/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Untuk perekaman dan pelaporan, pengawas dituntut menggunakan standar


perekaman dan pelaporan teknis, dimana keduanya memerlukan peralatan bantu
pengawasan, antara lain :
 Di kantor Pengawas (Base camp)
Kegiatan di base camp banyak membuat pelaporan, baik tertulis dan
tergambar untuk itu peralatan yang ada :
- 2 set komputer lengkap dengan printer
- 1 set peralatan ukur lapangan
- Telepon
- Kamera Digital/ video
- Peralatan gambar-tulis dan cetak yang disesuaikan kebutuhan.
Yang pasti bahwa tugas pengawas ditingkat pelaporan tersebut adalah
sampai dengan gambar tercetak dan tulisan tercetak.
Selain itu, ada kegiatan bersifat koordinatif dengan pihak terkait termasuk
legalisasi pelaporan dan pengantaran undangan dan berita-berita lainnya. Untuk
kegiatan tersebut tentunya diperlukan alat transportasi yang relatif cepat dan lincah,
antara lain :
- Kendaraan roda empat (mobil).
- Beberapa sepeda motor sebagai alat bantunya.

 Di Lapangan
Kegiatan di lapangan juga ada kegiatan perekaman dan pelaporan. Kegiatan
tersebut langsung produksi sampai dengan tingkat konsep-konsep pelaporan; justru
paling urgen adalah perekaman-perekaman teknis yang relatif membutuhkan
peralatan yang sesuai, antara lain :
- Peralatan pengukur jarak (panjang dan pendek)
- Peralatan pengukur tebal / diameter
- Peralatan pengukur kehantaran campuran adukan speci/beton.
- Peralatan pengukur tekanan
- Peralatan pemotretan
Kegiatan pengukuran lainnya yang tidak mungkin diselesaikan di lapangan,
artinya harus dikirim dan diuji dengan peralatan-peralatan khusus, seperti kelayakan
instalasi, kelayakan kuat tahan beton, kelayakan kuat tarik besi dan baja, konsultan
pengawas harus mengikuti dan membantu kelancaran proses pengetesan dan
membuat pelaporan hasil pengetesan tersebut. Begitu juga dengan pengujian-
pengujian lain yang sejenis.

CV EDIYASA E - 93/94
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK Tahap II
Universita Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014

Untuk melaksanakan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung PTIK


Tahap II Universitas Negeri Semarang Tahun Anggaran 2014 perlu didukung fasilitas
Pendukung yang terdiri dari perlengkapan dan peralatan kerja yang sesuai dengan
karakteristik pekerjaan yaitu Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung.
Perlengkapan dan peralatan harus dalam kondisi yang baik dan siap operasional, dalam
jumlah dan kapasitas yang sesuai. Selama pelaksanaan pekerjaan peralatan dan
perlengkapan tersebut harus dipelihara dan dijaga kondisinya agar selalu siap
digunakan.

CV EDIYASA E - 94/94

Anda mungkin juga menyukai