Anda di halaman 1dari 20

Ventilator Mekanik

a. Pengertian
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Smeltzer,
2014. Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada pasien kritis yang mengalami
hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007). Ventilasi mekanik adalah proses
penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida
antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden,
Stacy, Lough, 2010).
b. Tujuan Pemasangan Ventilator Mekanik
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
c. Cara Kerja Ventilator
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal ini
oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa tidak
tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot pernapasan),
atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot pernapasan
diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan tergantung dengan pengaturan yang kita kehendaki.
macam-macam ventilator.
d. Klasifikasi
1. Berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi :
a) Ventilator Tekanan Negatif Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan
negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama
inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal
nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia
gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak bisa melawan
resistensi dan conplience paru, disamping itu ventlator tekanan negative ini
digunakan pada awal–awal penggunaan ventilator.
b) Ventilator Tekanan Positif Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-
paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis
ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
2. Menurut Sifatnya Ventilator, dibagi tiga type yaitu:
a) Volume Cycled Ventilator.
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b) Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain
paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien
yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.
c) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 :2.
d) Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran
yang sudah diset
3. Mode-Mode Ventilator.
a) Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien.
Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali
atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan
diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada
ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila
pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting
(tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode
control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory
Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation).
b) Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada
saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala
akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah
bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
c) Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya
dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila
pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak
diberikan.
d) CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini
adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum
pasien dilepas dari ventilator.
e. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik (Ventilator)
1. Hiperkapnia
Adalah peningkatan PCO2 dengan ketidakmampuan mempertahankan ventilasi
alveolar yang adekuat. Penyebab hiperkapnia yang dapat diobati harus dicari
(misalnya narkotik). Beberpa pasien dengan penyakit paru kronik akan
mentoleransi peningkatan PACO2 pasien tersebut tetap sadar dan merasa nyaman.
Namun, pH arteri dibawah 7,1 dianggap sebagai indikasi untuk ventilasi mekanik.
2. Peninggian tekanan intracranial
Hipokapnia yang disengaja dengan ventilasi tekanan positif intermitten ( IPPV ;
intermittent positive-pressure ventilation) dapat diidikasikan untuk menurunkan
tekanan cranial pada keadaan-keadaan tertentu.
3. Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
4. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik
5. Hipoksemia
PAO2 biasanya akan diperbaiki dengan IPPV. Criteria khusus untuk melakukan
ventilasi mekanik adalah
 PAO2 , 40 torr pada O2 inspirasi yang maksimal
 Semakin lemah
 Penyakit pernapasan yang cepat meburuk
 Peningkatan kerja pernapasan (mislanya retraksi interkostal selama inspirasi)
 Peningkatan PACO2
6. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi
mekanik.
f. Kriteria Pemasangan Ventilator
Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
 Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
 Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
 PaCO2 lebih dari 60 mmHg
 AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
 Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
g. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak
tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema subcutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intrathorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
b. Oedema cerebral Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pengaruh pada ginjal
a. Pengaruh pada ginjal karena pH, PaC)2, dan PaO2 yang abnormal
b. Respon humoral antara lain perubahan pada hormone antidiuretik (ADH),
peptide antidiuretik atrial (ANP) dan Renin-angiotensin aldosteron (RAA)
c. Respon renal terhadap perubahan hemodinamik yang timbul karena peningkatan
tekanan intralokal
5. Pada sistem gastrointestinal dan fungsi hepar
a. Distensi gaster, illeus
b. Perdarahan gaster.
c. Iskemia pada jaringan hepar
h. Prosedur Pemberian Ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal
adalah sebagai berikut:
a) Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b) Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c) Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d) Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e) PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5
Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah
atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan
pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas
darah (Blood Gas)
Setting Ventilator Mekanik :
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :

1. Frekuensi pernafasan permenit


Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR
diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit,
maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga
cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu
mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup
dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai
yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan
time cycled.
3. Konsentrasi oksigen (FiO2)
iO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut
maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
4. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi Waktu Inspirasi + Waktu Istirahat/Waktu
Ekspirasi
Keterangan :
a. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume
tidal atau mempertahankan tekanan.
b. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
c. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara
pernapasan
d. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi
yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
5. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
6. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya.
7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien
dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas
antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20
L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang
melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan
untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O.
Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat
pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang
tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam
kondisi siap.
9. Positive end respiratory pressure (PEEP) PEEP bekerja dengan cara
mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu
meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
i. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik,
dan pengkajian diagnostic (Doengoes, 2012)
1. Riwayat keperawatan, meliputi:
a. Persepsi pasien tentang kondisi saat ini
b. Peran dan hambatan peran
c. Pola nutrisi (jumlah, diet khusus saat ini, alergi, perubahan selera makan)
d. Pola istirahat (waktu tidur, jumlah jam tidur, kebiasaan saat tidur)
e. Pola koping (kemampuan koping, kemampuan koping keluarga)
f. Pengambilan keputusan
2. Pemeriksaan fisik
Komponen pengkajian pemeriksaan fisik meliputi:
a. Neurologi: tingkat kesadaran, reflek menelan, reflek kornea
b. Kardiovaskuler: irama jantung, distensi vena jugularis, tekanan darh,
bunyi jantung, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, nadi perifer dan
edema
c. Respirasi: jalan napas, seperti tipe ukuran dan posisi ETT, pergerakan
dada, suara napas, sputum (jumlah, warna, konsistensi)
d. Parameter pada ventilator: modus yang diberikan, TV, RR, FiO2, PEEP,
tekanan puncak inpirasi, alarm, selang ventilator seperti kebocoran,
saturasi O2
e. Gastrointestinal: rongga mulut (adanya isi, perubahan pada lidah
menunjukkan adanya dehidrasi), bising usus (peurunan motilitas usus
dapat terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar selang
endotrakheal)
f. Genitourinaria: urin jumlah, warna, karakteristik, berat jenis, distensi
kandung kemih
g. Integumen: warna kulit, suhu, kelembababan, turgor kulit
h. Psikososial: tingkat kecemasan, pola komunikasi, kebutuhan spiritual
3. Pemeriksaan diagnostic: analisa gasa darah, thorax photo
2) Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1 DS : - Bersihan jalan Sekresi yang
DO : Berubahnya frekuensi dan napas tidak efektif tertahan, benda
kedalaman pernapasan, bunyi asing dalam napas
napas tidak normal, sianosis (+)
2 DS : - Pola napas tidak Depresi pusat
DO : TV (-), RR (>), efektif pernapasan
Takipnea/bradipnea bila di
lepaskan dari ventilator, PaCO2.
3 DS : - Gangguan ventilasi Kelelahan otot
DO : TV (-), RR (>), spontan pernapasan
Takipnea/bradipnea bila di
lepaskan dari ventilator, PaCO2
4 DS : - Risiko infeksi Efek prosedur
DO : Terpasang alat invasive invasive, penyakit
(intubasi), terdapat produksi kronis,
sputum, adanya luka pada ketidakadekuatan
prosedur trakeostomi pertanan
5 DS : mengatakan kekhawatiran Gangguan Ketidakcukupan
akan penyapihan, ketidaktahuan penyapihan energi, hambatan
rencana setelah penyapihan, ventilator upaya napas,
riwayat pemasangan ventilator penurunan
yang lama, nafsu makan. motivasi, riwayat
DO : - ketergantungan
ventilator > 4 hari
3) Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan, benda asing
dalam napas
2. Pola napas tidak efektif b.d Depresi pusat pernapasan
3. Gangguan ventilasi spontan b.d Kelelahan otot pernapasan
4. Risiko infeksi b.d Efek prosedur invasive, penyakit kronis, ketidakadekuatan
pertanan
5. Gangguan penyapihan ventilator b.d Ketidakcukupan energi, hambatan
upaya napas, penurunan motivasi, riwayat ketergantungan ventilator > 4 hari

4) Intervensi Keperawatan

Dx NOC NIC
1        Respiratory status : Airway suction
Ventilation  Pastikan kebutuhan oral/tracheal
Respiratory status : Airway
        suctioning
patency  Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien dan
 Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
batuk efektif dan suara  Minta klien nafas dalam sebelum
nafas yang bersih, tidak suction dilakukan.
ada sianosis dan dyspneu  Berikan O2 dengan menggunakan
(mampu mengeluarkan nasal untuk memfasilitasi suction
sputum, mampu bernafas nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada  Gunakan alat yang steril setiap
pursed lips) melakukan tindakan
 Menunjukkan jalan nafas  Anjurkan pasien untuk istirahat dan
yang paten (klien tidak napas dalam setelah kateter
merasa tercekik, irama dikeluarkan dan nasotrakeal
nafas, frekuensi  Monitor status oksigen pasien
pernafasan dalam rentang  Hentikan suksion dan berikan
normal, tidak ada suara oksigen apabila pasien menunjukkan
nafas abnormal) bradikardi, peningkatan saturasi O2,
 Mampu dll
mengidentifikasikan dan Airway Management
mencegah faktor yang  Buka jalan nafas, guanakan teknik
dapat menghambat jalan chin lift atau jaw thrust bila perlu
nafas  Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCI Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

2 Respiratory status :
        Airway Management
Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik
Respiratory status : Airway
        chin lift atau jaw thrust bila perlu
patency  Posisikan pasien untuk
Vital sign Status
        memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas buatan
 Mendemonstrasikan  Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas yang bersih, tidak  Keluarkari sekret dengan batuk atau
ada sianosis dan dyspneu suction
(mampu mengeluarkan  Auskultasi suara nafas, catat adanya
sputum, mampu bernafas suara tambahan
dengan mudah, tidak ada  Lakukan suction pada mayo
pursed lips)  Berikan bronkodilator bila perlu
 Menunjukkan jalan nafas  Berikan pelembab udara Kassa
yang paten (klien tidak basah
merasa tercekik, irama  NaCl Lembab
nafas frekuensi  Atur intake untuk cairan,
pernafasan dalam mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal, tidak  Monitor respirasi dan status O2
ada suara nafas Oxygen Therapy
abnormal)  Bersihkan mulut, hidung dan secret
 Tanda Tanda vital dalam trakea
rentang normal (tekanan  Pertahankan jalan nafas yang paten
darah, nadi, pernafasan)  Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
 Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor Vital Sign saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi Tekanan Darah pada
kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dan
perubahan vital sign

3 Respiratory status : airway Mechanical Ventilation management :


patency Invasive
Mechanical ventilation  Pastikan alarm ventilator aktif
weaningresponse  Konsultasikan dengan tenaga
Respiratory status : Gas kesehatan lainnya dalam pemilihan
Exchange jenis ventilator
Breathing pattern, ineffective  Berikan agens pelumpuh otot,
Kriteria Hasil : sedative, dan analgesic narkotik,
 Respon alergi sistemik : jika diperlukan
tingkat keparahan respons  Pantau adanya kegagalan
hipersensitivitas imun pernafasanyang akan terjadi
sistemik terhadap antigen  Pantau adanya penurunan volume
lingkungan (eksogen) ekshalasi dan peningkatan
 Respons ventilasi tekananinspirasi pada pasien
mekanis : pertukaran  Pantau keefektifan ventilasi
alveolar dan perfusi mekanik pada kondisi fisiologis dan
jaringan di dukung oleh psikologispasien
ventilasi mekanik  Pantau adanya efek yang merugikan
 Status pernafasan dari ventilasi mekanik : infeksi,
Pertukaran Gas: pertukaran barotraumas, dan penurunan curah
CO2 atau O2 di alveolus jantung
untuk mempertahankan  Pantau efek perubahan ventilator
konsentrasi gas darah arteri terhadap oksigenasi : GDA, SaO2,
dalam rentang norma SvO2, CO2, akhir-tidal, Qsp/Qt
 Status pernafasan serta respons subjektif pasien
ventilasi : pergerakan  Pantau derajat pirau, kapasitas vital,
udara keluar masuk Vd, VT, MVV, daya inspirasi,
paruadekuat FEV1, dan kesiapan untuk
 Tanda vital : tingkat suhu penyapihan dan ventilasi mekanik,
tubuh, nadi, pernafasan, sesuai protocol institusi
tekanan darah dalam  Auskultasi suara napas, catat area
rentang normal penurunan atau ketiadaan ventilasi
 Menerima nutrisi adekuat dan adanya suara napas tambahan
sebelum, selama, dan  Tentukan kebutuhan pengisapan
setelah proses penyapihan dengan mengauskultasi suara ronki
dari ventilator basah halus dan ronki basah kasar di
jalan nafas
 Lakukan higine mulut secara rutin
Oxygen Therapy
 Bersihkan mulut, hidung, dan
trakea sekresi, sesuai
 Menjaga patensi jalan napas
 Mengatur peralatan oksigen dan
mengelola melalui sistem,
dipanaskan dilembabkan
 Administer oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
 Memantau aliran liter oksigen
 Memantau posisi perangkat
pengiriman oksigen
 Secara berkala memeriksa
perangkat pengiriman oksigen
untuk memastikan bahwa
konsentrasi yang ditentukan sedang
disampaikan
 Memantau efektivitas terapi
oksigen (misalnya, nadi oksimetri,
ABGs)
 Mengubah perangkat pengiriman
oksigen dari masker untuk hidung
garpu saat makan, sebagai
ditoleransi
 Amati tanda-tanda oksigen
diinduksi hipoventilasi
 Memantau tanda-tanda toksisitas
oksigen dan penyerapan atelektasis
 Menyediakan oksigen ketika pasien
diangkut
 Atur untuk penggunaan perangkat
oksigen yang memudahkan
mobilitas dan mengajarkan pasien
sesuai

4 Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)


Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Risk control pasien lain
Kriteria Hasil:  Pertahankan teknik isolasi
 Klien bebas dari tanda dan  Batasi pengunjung bila perlu
gejala infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Mendeskripsikan proses mencuci tangan saat berkunjung dan
penularan penyakit, faktor setelah berkunjung meninggalkan
yang mempengaruhi pasien
penularan serta  Gunakan sabun antimikrobia untuk
penatalaksanaannya cuci tangan
 Menunjukkan kemampuan  Cuci tangan setiap sebelum dan
untuk mencegah sesudah tindakan keperawatan
timbulnya infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
 Jumlah leukosit dalam alat pelindung
batas normal  Pertahankan lingkungan aseptik
 Menunjukkan perilaku selama pemasangan alat
hidup sehat  Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Berikan perawatan kulit pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kultur positif

5 Respiratory Status : Gas Mechanical Ventilation


Exchage  Monitor adanya kelelahan dari otot
-   Respiratory Status : pernafasan
Ventilatory  Monitor adanya kegagalan respirasi
-   Vital Sign  Lakukanpengaturan monitor ventilasi
Kriteria Hasil : secara rutin
 Mendemonstrasikan  Monitor adanya penurunan dan
batuk efektif dan suara peningkatan tekanan inspirasi
nafas yang bersih, tidak  Monitor hasil pembacaan ventilator
ada sianosis dan dyspneu dan suara nafas
(mampu mengeluarkan  Gunakan tehnik aseptic
sputum, mampu bernafas  Hentikan selang NGT sampai suction
dengan mudah, tidak ada dan 30-60 menit sebelum fisioterapi
pursed lips) dada
 Tanda tanda vital dalam  Tingkatkan intake dan cairan adekuat
rentang norma
Mechanicai ventilation weaning
 Monitor kapasitas vital, kekuatan
inspirasi
 Pastikan pasien bebas dari tanda tanda
infeksi sebelum dilepas
 Monitor status cairan dan elektrolit
yang adekuat
 Suktion jalan nafas
 Konsulkan ke fisioterapi dada
 Gunakan tehnik relaksasi

Airway management
 Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
 Berikan bronkodilator bial perlu
 Berikan pelembab udara(kassa Nacl
lembab)
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, Nurul. 2013. Ventilator Mekanik. Semarang : STIKES Ngudi Waluyo.

Doengoes, Marylin E. 2012. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Hudak, C.M & Gallo, B.M. 2010. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Kolle, Reineke P. 2014. Ventilator. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia – Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI.

Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. 2010. Critical Care Nursing. USA, Mosby
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai