a. Pengertian
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Smeltzer,
2014. Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada pasien kritis yang mengalami
hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007). Ventilasi mekanik adalah proses
penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida
antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden,
Stacy, Lough, 2010).
b. Tujuan Pemasangan Ventilator Mekanik
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
c. Cara Kerja Ventilator
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal ini
oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa tidak
tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot pernapasan),
atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot pernapasan
diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan tergantung dengan pengaturan yang kita kehendaki.
macam-macam ventilator.
d. Klasifikasi
1. Berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi :
a) Ventilator Tekanan Negatif Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan
negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama
inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal
nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia
gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak bisa melawan
resistensi dan conplience paru, disamping itu ventlator tekanan negative ini
digunakan pada awal–awal penggunaan ventilator.
b) Ventilator Tekanan Positif Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-
paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis
ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
2. Menurut Sifatnya Ventilator, dibagi tiga type yaitu:
a) Volume Cycled Ventilator.
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b) Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain
paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien
yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.
c) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 :2.
d) Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran
yang sudah diset
3. Mode-Mode Ventilator.
a) Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien.
Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali
atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan
diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada
ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila
pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting
(tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode
control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory
Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation).
b) Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada
saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala
akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah
bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
c) Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya
dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila
pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak
diberikan.
d) CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini
adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum
pasien dilepas dari ventilator.
e. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik (Ventilator)
1. Hiperkapnia
Adalah peningkatan PCO2 dengan ketidakmampuan mempertahankan ventilasi
alveolar yang adekuat. Penyebab hiperkapnia yang dapat diobati harus dicari
(misalnya narkotik). Beberpa pasien dengan penyakit paru kronik akan
mentoleransi peningkatan PACO2 pasien tersebut tetap sadar dan merasa nyaman.
Namun, pH arteri dibawah 7,1 dianggap sebagai indikasi untuk ventilasi mekanik.
2. Peninggian tekanan intracranial
Hipokapnia yang disengaja dengan ventilasi tekanan positif intermitten ( IPPV ;
intermittent positive-pressure ventilation) dapat diidikasikan untuk menurunkan
tekanan cranial pada keadaan-keadaan tertentu.
3. Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
4. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik
5. Hipoksemia
PAO2 biasanya akan diperbaiki dengan IPPV. Criteria khusus untuk melakukan
ventilasi mekanik adalah
PAO2 , 40 torr pada O2 inspirasi yang maksimal
Semakin lemah
Penyakit pernapasan yang cepat meburuk
Peningkatan kerja pernapasan (mislanya retraksi interkostal selama inspirasi)
Peningkatan PACO2
6. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi
mekanik.
f. Kriteria Pemasangan Ventilator
Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
PaCO2 lebih dari 60 mmHg
AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
g. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak
tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema subcutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intrathorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
b. Oedema cerebral Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pengaruh pada ginjal
a. Pengaruh pada ginjal karena pH, PaC)2, dan PaO2 yang abnormal
b. Respon humoral antara lain perubahan pada hormone antidiuretik (ADH),
peptide antidiuretik atrial (ANP) dan Renin-angiotensin aldosteron (RAA)
c. Respon renal terhadap perubahan hemodinamik yang timbul karena peningkatan
tekanan intralokal
5. Pada sistem gastrointestinal dan fungsi hepar
a. Distensi gaster, illeus
b. Perdarahan gaster.
c. Iskemia pada jaringan hepar
h. Prosedur Pemberian Ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal
adalah sebagai berikut:
a) Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b) Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c) Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d) Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e) PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5
Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah
atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan
pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas
darah (Blood Gas)
Setting Ventilator Mekanik :
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
4) Intervensi Keperawatan
Dx NOC NIC
1 Respiratory status : Airway suction
Ventilation Pastikan kebutuhan oral/tracheal
Respiratory status : Airway
suctioning
patency Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Kriteria Hasil : Informasikan pada klien dan
Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
batuk efektif dan suara Minta klien nafas dalam sebelum
nafas yang bersih, tidak suction dilakukan.
ada sianosis dan dyspneu Berikan O2 dengan menggunakan
(mampu mengeluarkan nasal untuk memfasilitasi suction
sputum, mampu bernafas nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada Gunakan alat yang steril setiap
pursed lips) melakukan tindakan
Menunjukkan jalan nafas Anjurkan pasien untuk istirahat dan
yang paten (klien tidak napas dalam setelah kateter
merasa tercekik, irama dikeluarkan dan nasotrakeal
nafas, frekuensi Monitor status oksigen pasien
pernafasan dalam rentang Hentikan suksion dan berikan
normal, tidak ada suara oksigen apabila pasien menunjukkan
nafas abnormal) bradikardi, peningkatan saturasi O2,
Mampu dll
mengidentifikasikan dan Airway Management
mencegah faktor yang Buka jalan nafas, guanakan teknik
dapat menghambat jalan chin lift atau jaw thrust bila perlu
nafas Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCI Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
2 Respiratory status :
Airway Management
Ventilation Buka jalan nafas, guanakan teknik
Respiratory status : Airway
chin lift atau jaw thrust bila perlu
patency Posisikan pasien untuk
Vital sign Status
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas buatan
Mendemonstrasikan Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas yang bersih, tidak Keluarkari sekret dengan batuk atau
ada sianosis dan dyspneu suction
(mampu mengeluarkan Auskultasi suara nafas, catat adanya
sputum, mampu bernafas suara tambahan
dengan mudah, tidak ada Lakukan suction pada mayo
pursed lips) Berikan bronkodilator bila perlu
Menunjukkan jalan nafas Berikan pelembab udara Kassa
yang paten (klien tidak basah
merasa tercekik, irama NaCl Lembab
nafas frekuensi Atur intake untuk cairan,
pernafasan dalam mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal, tidak Monitor respirasi dan status O2
ada suara nafas Oxygen Therapy
abnormal) Bersihkan mulut, hidung dan secret
Tanda Tanda vital dalam trakea
rentang normal (tekanan Pertahankan jalan nafas yang paten
darah, nadi, pernafasan) Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor Vital Sign saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi Tekanan Darah pada
kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dan
perubahan vital sign
Airway management
Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan bronkodilator bial perlu
Berikan pelembab udara(kassa Nacl
lembab)
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E. 2012. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak, C.M & Gallo, B.M. 2010. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia – Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI.
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. 2010. Critical Care Nursing. USA, Mosby
Elsevier.