DASAR TEORI
2.1 Logging
Kelebihan
a) Pengurangan waktu penggunaan rig, yang perlu kita ketahui
penyewaan rig sangatlah mahal dengan biaya perharinya, dengan
menggunakan metode ini penyewaan rig bisa di minimalisir sehingga
tidak membuang – buang waktu karena data yang diperoleh dapat
diketahui secara langsung.
b) Formasi diukur sesaat setelah pemboran untuk meminimalisir
kerusakan formasi atau pun adanya mudfiltrat.
c) Lebih mudah dilakukan pada pemboran deviasi.
3
d) Beberapa data bisa didapatkan secara langsung dan cepat. (sebagai
informasi untuk pertimbangan pada saat pemboran berlangsung).
Kekurangan
a) Pengukuran tidak terlalu detail khususnya pada penetrasi yang tinggi
(Rate of Peneration) atau ada data yang tidak didapatkan jika terlalu
cepat pada saat pemboran berlangsung.
b) Kerusakan memori perekaman dibawah hanya bisa diketahui ketika
perangkat bawah permukaan diangkat ke permukaan.
c) Hanya bisa bekerja selama 40 – 90 jam.
Kelebihan
a) Mampu melakukan pengukuran terhadap kedalaman logging secara
otomatis.
b) Data yang didapatkan lebih akurat dan detail.
c) Kecepatan transmisi datanya lebih cepat dari pada LWD. Mampu
mencapai 3 mb per detik.
Kekurangan
a) Informasi yang didapatkan bukan merupakan realtime data.
b) Terlalu memakan waktu sehingga dapat menaikkan cost sewa rig.
4
c) Sulit digunakan pada horizontaldrilling dan high deviation well
karena menggunakan kabel.
Gambar 2.1.
Gambar kiri menunjukkan LWD dan gambar kanan WL. (Crain’s
Petrophysical. 2000).
2.1.4 Corring
Corring merupakan suatu metode pengambilan sampel batuan
reservoir yang relative besar, baik dari bawah permukaan selama
pengeboran, atau dari sisi dinding lubang bor setelah pemboran. Ada dua
5
dasar metode pengambilan corring yang diterapkan yaitu pengambilan
coring secara vertical (conventional coring) dan pengambilan coring
secara horizontal pengeboran (sidewall coring).
6
1. Log Gamma Ray
Yaitu metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan
oleh unsur – unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan
batuan tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium.
GRlog−GRmin
Vshale =
GRmax−GRmin
7
2. Log Neutron
Log Neutron merekan Hidrogen Index (HI) dari
formasi. HI merupakan indikator kelimpahan kandungan hidrogen
dalam formasi. Satuan pengukuran dinyatakan dalam satuan PU
(Porosity Unit) (Rider, 1996). Prinsip kerja dari log ini adalah
menembakan partikel neutron berenergi tinggi ke dalam formasi,
tumbukan neutron dengan atom H (dengan asumsi atom H berasal dari
HC atau air) akan menyebabkan energi neutron melemah, kemudian
detektor akan mengukur jumlah partikel neutron yang kembali dari
formasi. Semakin banyak atom H dalam formasi, maka partikel neutron
yang kembali akan semakin sedikit. Batubara pada log neutron biasanya
akan memberikan respon defleksi yang relative lebih besar dibandingkan
dengan batu pasir, karena batubara lebih kompak (densitas batuan besar)
dari pada batu pasir.
Gambar 2.6
.Respon Log Neuron. (Malcolm Rider, 2002)
8
pada gas lebih kecil daripada minyak dan air. Untuk batuan selain batu
gamping, harga porositasnya dinyatakan dalam porositas neutron atau
porositas formasi (𝜑𝑁). Untuk mendapatkan harga porositas sebenarnya
harus digunakan gabungan kurva log yang lain seperti log densitas.
3. Log Densitas
Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas
(bulkdensity) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram /
cm3. Prinsip dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma ke
dalam formasi, dimana sinar gamma ini dapat dianggap sebagai partikel
yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Banyaknya energy
sinar gamma yang hilang menunjukkan densitas elektron di dalam
formasi, dimana densitas electron merupakan indikasi dari densitas
formasi. Log densitas digunakan untuk mengetahui porositas densitas
menggunakan persamaan berikut :
rho ¿ rhob
∅=
rho ¿ rho fluid
Dimana :
∅ = Porositas (%).
RhoBulk = nilai pembacaan log density.
RhoFluid = nilai density fluida yang terkandung didalam reservoir.
Rho Matrix = nilai density matrix batuan.
9
Tabel 2.2. Jenis batuan dengan densitasnya.
Kandungan Densitas
Batuan
Fluida (gram/cc)
Shale - 2,20 – 2,50
Lapisan clean Air asin 2,25 – 2,45
Lapisan clean Minyak 2,20 – 2,35
Lapisan clean Gas 2,00 – 2,25
Lapisan
- 1,60 – 1,90
Batubara
Gambar 2.7.
Respon log densitas terhadap batuan (Malcolm Raider. 2000).
.
2.2.2 Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat – sifat listrik lapisan
yang di tembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat - sifat ini diukur
dengan berbagai variasi konfigurasi elektrode yang di turunkan ke dalam
lubang bor. Untuk batuan yang pori – porinya terisi mineral - mineral air
asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai
resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori - pori yang terisi
minyak, gas maupun air tawar. Berikut yang merupakan log listrikyaitu :
10
Log spontaneous potential (SP) merupakan alat logging yang
berfungsi untuk mencari zona permeabel pada suatu formasi dengan
menggunakan prinsip beda potensial sebagai alat ukurnya. Kurva
spontaneous potential adalah hasil rekaman perbedaan potensial antara
elektroda yang bergerak di dalam lubang bor dengan elektroda statis
yang terdapat di pernukaan.
Adapun sistem kerja dari log spontaneous potential yaitu dengan
menurunkan elektroda ke dalam lubang sumur, kemudian perekaman
potensial listrik di berbagai titik dengan referensi potensial elektroda
yang berada di permukaan tanah.
Gambar 2.8.
Cara kerja log listrik. (G.Asquith & D.Krygowsky 2004).
11
penyimpangan ke kanan dari garis dasar serpih, penyimpan gande fleksi
positif disebabkan oleh tingkat salinitas air yang cenderung lebih rendah
dibandingkan salinitas lumpur. Jika salinitas air formasi dan filtrate
lumpur mempunyai harga yang sama maka tidak akan terjadi defleksi,
serta tidak ada invasi / rembesan filtrate lumpur di formasi.
2. Log Resistivity
Log resistivity adalah metoda log untuk mengukur sifat batuan dan
fluida pori (minyak, gas dan air) di sepanjang lubang bor dengan
mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas batuan
dideskripsikan dengan Ohm – meter. Metoda resistivity logging ini
dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di
dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu.
Gambar 2.9.
Interpretasi hidrokarbon – Water contact dari log resistivity.
(Adi Harsono. 1997).
12
lumpur dan rentangnya sekitar > 3 ft, dimana log ini terbagi menjadi dua
macam berdasarkan lumpur yang digunakan saat pemboran, yaitu :
Induction log deep (ILD), merupakan jenis log deep resistivity dengan
menggunakan fresh water base mud.
Lateral log deep (LLD), merupakan jenis log deep resistivity dengan
menggunakan salt water mud.
d) Induction Log
Induction log merupakan log yang berfungsi untuk mencari resistivitas
dengan menggunakan konduksivitas batuan sebagai alat ukurnya. Log ini
hanya dapat berfungsi pada lumpur air tawar ( fresh water) dengan
resitivitas formasi < 200 ohm-m, dan Rmf/ Rw> 2.0
Sistem kerja dari alat ini yaitu dengan mengukur konduktivitas batuan,
dimana pada kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik
berfrekuensi tinggi dengan amplitude konstan sehingga akan
menimbulkan medan magnet pada batuan. Medan magnet tersebut akan
13
menimbulkan suatu arus yang disebut arus Eddy atau arus foucoult dan
besar arus tersebut sebanding dengan konduktivitas suatu batuan.
Gambar 2.10.
Skema rangkaian dasar log induction. (Adi Harsono. 1997).
e) Lateral Log
Lateral log merupakan alat log yang direkayasa untuk mengukur
resistivitas batuan yang di bor dengan menggunakan salt water mud dan
digunakan untuk mendeteksi zona-zona yang mengandung hidrokarbon.
Sistem kerja pada alat ini yaitu terdapatnya sonde pada alat resistivity
yang memiliki elektroda penyangga (bucking electrode) yang berfungsi
untuk memfokuskan arus survey dan memaksanya mengalir dalam arah
yang tegak lurus terhadap sonde. Arus yang terfokuskan ini
memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan arah yang
lebih jelas.
Log lateral merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai
arus yang tidak terfokus, yaitualat ES (ElectricalSurvey) yang terdahulu,
dimana arus survey lebih suka mengalir dalam lumpur karena resistivitas
lumpur yang lebih rendah dari resistivitas batuan.
14
Gambar 2.11.
Skema rangkaian dasar log lateral. (Adi Harsono. 1997).
15
Gambar 2.12.
Perekaman log sonic. (Adi Harsono. 1997).
Gambar 2.13.
Cara kerja log sonic. (Crain’s Petrophysical. 2000).
16
Gambar 2.14. Alat – alat log caliper. (Denibhakti. 2014).
17