Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN APENDISITIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Yang Dibina Oleh Bapak Dr. Taadi, S.Kep. Ns. MH.Kes

Kelompok 1:
Arslan Kamil Aries P1337420819001
Siti Rizki Amalia P1337420819002
Luluk Mamluatul Ulumy P1337420819003
Agni Jayanti P1337420819004
Iin Ariyani P1337420819005
Galih Mahendra P1337420819006
Daryanti P1337420819007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Apendisitis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di


Indonesia dan dapat ditemukan pada anak kecil hingga orang dewasa. Apendisitis
merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan penanganan, baik secara
medisuntuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan.

Makalah ini disusun oleh kelompok yang merupakan Tugas Kelompok


dari Mata Kuliah Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Prodi Magister
Terapan Keperawatan dengan dosen pengampu Mata Ajar, Bapak Dr. Taadi,
S.Kep. Ns. MH.Kes

Ada beberapa literatureliterature yang membahas mengenai penyakit


Apendisitis. Kemudian kami coba untuk menelaah dan menarik kesimpulan serta
saran dari pembahasan yang ada. Namun kami merasa masih ada kekurangan
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan.

Senin , 13 April 2020

Tim Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................i


Daftar Isi ..............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
D. Manfaat ..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Apendisitis.........................................................................4
B. Etiologi............................................................................................4
C. Klasifikasi.........................................................................................7
D. Manifestasi Klinis ...........................................................................8
E. Patofisiologi .....................................................................................11
F. Pemeriksaan penunjang ...................................................................12
G. Penatalaksanaan ..............................................................................13
H. Komplikasi ......................................................................................14
I. Asuhan keperawatan .........................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .......................................................................................23
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................28
C. Rencana keperawatan ......................................................................30
D. Implemetasi .....................................................................................
Evaluasi ................................................................................................35
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 36
B. Saran...................................................................................................36
Daftar Pustaka......................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiks atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah usus
buntu, adalah salah satu organ visceral pada sistem gastrointestinal yang
sering menimbulkan masalah kesehatan. Adanya peradangan pada apendiks
vermiformis disebut dengan apendisitis. Peradangan akut pada apendiks
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
berbahaya. Peradangan pada apendiks merupakan kasus yang sering terjadi
baik pada anak maupun orang dewasa.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak
kurang dari satu tahun jarang dilaporkan karena apendiks pada bayi berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini
menyebabkan rendahnya insidens kasus apendisitis pada usia tersebut.
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya, namun sumbatan
lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan
limfoid, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica.

Menurut data pada Biro Pusat Statistik (BPS,2014) menyatakan


tingkat kejadian kasus apendistis adalah dari 140 orang kasus apendisitis per
100.000 jiwa. Pada tingkat kejadian tersendah kasus apendisitis ditemukan
pada usia 0-4 tahun, sedangkan tertinggi ditemukan pada usia 15-34 tahun.

Apendisitis merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan


penanganan, baik secara medis, keperawatan maupun menurut disiplin ilmu
lainnya. Terutama apabila sudah terjadi peradangan akut pada apendik haru
segera dilakukan tindakan pembedahan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Oleh sebab itu seorang tenaga kesehatan khususnya perawat perlu
mengetahui bagaimana penanganan apendisitis , baik dalam lingkup preventif,
promotive, kuratif maupun rehabilitative.
Perawat seharusnya memperoleh informasi dan wawasan yang
memadai untuk merawat secara efektif dan aman bagi klien dengan
apendisitis. Perawat perawatan primer dapat melakukan tugas-tugas seperti
diagnosis spesifik dan penilaian awal dari tingkat keparahan penyakit,
menasihati klien tentang pemahaman terkini tentang proses penyakit dan
potensi komplikasi, serta masalah umum tentang diet, kesehatan mental, dan
rekomendasi tentang kesehatan dan promosi gaya hidup. Oleh karena itu,
perawat harus tau bagaimana asuhan keperawatan pada penderita apendisitis
agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan efektif.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis


makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Apendisitis.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini terdapat 2 rumusan masalah ,
yaitu umum dan khusus.
1. Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah umum dari makalah ini adalah “Apendisitis?”
2. Rumusan Masalah Khusus
a. Apa definisi dari Apendisitis?
b. Apa saja etilogi dari Apendisitis?
c. Bagaimana klasifikasi Apendisitis ?
d. Bagaimana patofisiologi Apendisitis?
e. Apa saja manifestasi klinis dari Apendisitis ?
f. Apa pemeriksaan penunjang Apendisitis ?
g. Bagaimana penatalaksanaan Apendisitis ?
h. Apa saja komplikasi dari Apendisitis?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Apendisitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien Apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Apendisitis
b. Mengetahui etilogi dari Apendisitis
c. Mengetahui klasifikasi Apendisitis
d. Mengetahui patofisiologi Apendisitis
e. Mengetahui manifestasi klinis dari Apendisitis
f. Mengetahui penunjang Apendisitis
g. Mengetahui penatalaksanaan Apendisitis
h. Mengetahui komplikasi dari Apendisitis
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Apendisitis
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari makalah ini yaitu, menambah referensi pada
asuhan keperawatan pasien Apendisitis.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan dapat menambah wawasan maupun
informasi tentang Apendisitis dan cara penanganannya secara
keperawatan.
b. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menambah
wawasan, informasi, pengetahuan tentang Apendisitis dan cara
penangananya sehingga dapat diterapkan dalam tatanan klinis maupun
komunitas kedepannya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks
vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari
7 sampai 15 cm. Apendisitis merupakan salah satu kasus tersering dalam
bidang bedah abdomen yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya. (Amalina, Suchitra, & Saputra, 2018).
Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering
terjadi. Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering
(Wijaya & Putri, 2013).

B. Etiologi
Penyebab yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi
mukosa apendiks oleh parasit Entamoeba histolytica (Warsinggih, 2016
dalam Putri, 2019). Selain itu peradangan pada apendiks terjadi karena
obstruksi atau penyumbatan pada lumen apendiks. Lendir kembali dalam
lumen apendiks menyebabkan bakteri yang biasanya hidup di dalam
apendiks bertambah banyak. Akibatnya apendiks membengkak dan
menjadi terinfeksi. Sumber penyumbatan meliputi (NIH & NIDDK, 2012):
1. Fecalith (Massa feses yang keras)
2. Benda asing (Biji-bijian)
3. Tumor apendiks
4. Pelekukan/terpuntirnya apendiks
5. Hiperplasia dari folikel limfoid

C. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut Sjamsuhidajat & Wim (2010) terbagi
menjadi 2 yaitu:
1. Akut
Apendisitis akut sering muncul dengan gejala yang khas, didasari
oleh radang mendadak pada apendiks yang disertai maupun tidak
disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium
disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan
umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke titik Mc. Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
2. Kronis
Diagnostik apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika
ditemukan adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu. Radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik, dengan kritea fibrosis menyeluruh di dinding apendiks,
sumbatan parsial atau total di adanya sel inflamasi kronik.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya dan Putri (2013), gejala-gejala permulaan pada
apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti
anoreksia, nausea dan muntah, ini berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.
Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke nyeri pindah ke kanan bawah dan
menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney,
nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung, nyeri pada kuadran kanan
bawah saat kuadran kiri bawah ditekan, nyeri pada kuadran kanan bawah
bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, dan
mengedan, nafsu makan menurun, demam yang tidak terlalu tinggi,
biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare.

E. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks, dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain
obstruksi oleh fecalith. Feses mengeras, menjadi seperti batu (fecalith) dan
menutup lubang penghubung apendiks dan caecum tersebut. Terjadinya
obstruksi juga dapat terjadi karena benda asing seperti permen karet, kayu,
batu, sisa makanan, biji-bijian. Hiperplasia folikel limfoid apendiks juga
dapat menyebabkan obstruksi lumen. Insidensi terjadinya apendisitis
berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang hiperplasia. Penyebab
dari reaksi jaringan limfatik baik lokal atau general misalnya akibat infeksi
virus atau akibat invasi parasit entamoeba. Carcinoid tumor juga dapat
mengakibatkan obstruksi apendiks, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3
proksimal (Warsinggih, 2016 dalam Putri, 2019).
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis
akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Price, 2012).
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat,
hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gangren dan perforasi. Jika
inflamasi dan infeksi menyebar ke dinding apendiks, apendiks dapat
ruptur. Setelah ruptur terjadi, infeksi akan menyebar ke abdomen, tetapi
biasanya hanya terbatas pada area sekeliling dari apendiks (membentuk
abses periapendiks) dapat juga menginfeksi peritoneum sehingga
mengakibatkan peritonitis (Mansjoer, 2010).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Tes Darah
Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti
jumlah leukosit yang tinggi. Tes darah juga dapat menunjukkan
dehidrasi atau ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Elektrolit
adalah bahan kimia dalam cairan tubuh, termasuk natrium, kalium,
magnesium, dan klorida.
b. Urinalisis
Urinalisis digunakan untuk melihat hasil sedimen, dapat
normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila
apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika.
Pemeriksaan urin juga penting untuk melihat apakah ada infeksi
saluran kemih atau infeksi ginjal.
2. Radiotologi
a. Ultrasonografi (USG)
USG dapat membantu mendeteksi adanya tanda-tanda
peradangan, usus buntu yang pecah, penyumbatan pada lumen
apendiks, dan sumber nyeri perut lainnya. USG adalah
pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan untuk dugaan
apendisitis pada bayi, anak-anak, dewasa, dan wanita hamil.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan,
semburan usus buntu, penyumbatan pada lumen apendiks, dan
sumber nyeri perut lainnya. MRI yang digunakan untuk
mendiagnosis apendisitis dan sumber nyeri perut lainnya
merupakan alternatif yang aman dan andal daripada pemindaian
tomografi terkomputerisasi.
c. CT Scan
CT scan perut dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan,
seperti usus yang membesar atau abses massa yang berisi nanah
yang dihasilkan dari upaya tubuh untuk mencegah infeksi agar
tidak menyebar dan sumber nyeri perut lainnya, seperti semburan
apendiks dan penyumbatan di lumen apendiks (NIH & NIDDK,
2012).
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien dengan apendisitis adalah:
1. Terapi konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita
yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian
antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian
cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik (Oswari, 2000
dalam Putri, 2019).
2. Operasi
Tatalaksana operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner &
Suddarth, 2010), yaitu:
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi
ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien
diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh
diberikan bila dicurigai adanya apendisitis. Diagnosis
ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah
setelah timbulnya keluhan.
2) Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan
antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak
memerlukan antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
preforasi.
b. Operasi
Pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu
apendiktomi. Apendiktomi harus segera dilakukan untuk
menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan
dibawah anestesi umum dengan pembedahan abdomen bawah atau
dengan laparoskopi. Laparoskopi merupakan metode terbaru yang
sangat efektif.
Apendiktomi dapat dilakukan dengn menggunakan dua
metode pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan
konvensional laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang
merupakan teknik pembedahan minimal invasive dengan metode
terbaru yang sangat efektif.
c. Setelah operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, hipertermia, syok atau gangguan pernafasan.
Baringkan klien dalam posisi semi fowler. Klien dikatakan baik
apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu klien
dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari setelah
dilakukan operasi klien dianjurkan duduk tegak di temmpat tidur
selama 2 x 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di
luar kamar. Hari ke tujuh dapat diangkat dan dibolehkan pulang
(Mansjoer, 2010).

H. Komplikasi
Smeltzer dan Bare (2009) menyebutkan komplikasi dari apendisitis adalah
sebagai berikut:
1. Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks,
sekum, dan letak usus halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan
peningkatan suhu 39,5oC tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan
leukositosis meningkat akibat perforasi dan pembentukan abses.
2. Peritonitis
Infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas tinggi 39oC –
40oC menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang jarang
(Luthfiana & Istianah, 2018).
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Ditemukan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
keadaan apa yang memperberat dan memperingan. Keluhan nyeri
perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di pusat atau di epigastrium dirasakan. Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat operasi sebelumnya pada kolon.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi: takikardia
2) Respirasi: takipnoe, pernapasan dangkal
3) Aktivitas/istirahat: malaise
4) Eliminasi: konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang
5) Abdomen: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas,
kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus
6) Nyeri: nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney,
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak
7) Demam lebih dari 38oC
8) Paikologia: klien nampak gelisah
9) Rectal toucher: teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi (Susanti & Ismahmudi, 2015).
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c. Nausea berhubungan dengan nyeri
d. Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi
gastrointestinal
3. Rencana keperawatan

No Diagnosa kep. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Nyeri akut NOC: Pain level NIC: Pain Management
berhubungan Kriteria hasil: a. Lakukan pegkajian nyeri secara
dengan agen a. Melaporkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
cedera biologis yang menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
b. Ekspresi muka saat kualitas dan faktor presipitasi.
nyeri ringan b. Observasi reaksi nonverbal dari
NOC: Pain Control ketidak nyamanan.
Kriteria hasil: c. Berikan analgetik sesuai dengan
a. Mengenali penyebab anjuran.
nyeri d. Evaluasi tentang kefektifan dari
b. Dapat melakukan tindakan mengontrol nyeri yang
tindakan pertolongan telah digunakan.
non-analgesic e. Berikan informasi tentang nyeri,
c. Mengenali tanda- seperti penyebab, berapa lama
tanda pencetus nyeri terjadi, dan tindakan pencegahan
d. Melaporkan nyeri f. Anjurkan pasien untuk
yang terkontrol memonitor sendiri nyeri.
g. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (misal : relaksasi,
guided imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-dingin,
massase).
2 Ansietas NOC: Anxiety Self-Control NIC: Anxiety Reduction
berhubungan Kriteria hasil: a. Gunakan pendekatan yang
dengan a. Mampu menenangkan
perubahan status menghilangkan b. Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan stressor kecemasan terhadap pasien
b. Mampu mencari c. Jelaskan semua prosedur dan apa
informasi untuk yang dirasakan selama prosedur
mengurangi d. Dorong keluarga untuk menemani
kecemasan e. Dorong pasien untuk
c. Mampu menggunakan mengungkapkan perasaan,
strategi koping yang ketakutan, persepsi
efektif f. Instruksikan pasien untuk
d. Mampu mengontrol menggunakan teknik relaksasi
respon kecemasan
3 Nausea NOC: Nausea and Vomiting NIC: Nausea Management
berhubungan Control a. Tanyakan kepada pasien
dengan nyeri Kriteria hasil: penyebab mual.
a. Menggunakan b. Observasi asupan makanan dan
langkah-langkah cairan.
pencegahan c. Anjurkan pasien untuk makan
b. Melaporkan mual, makanan yang kering, lunak.
muntah dan d. Berikan obat anti mual sesuai
pengendalian muntah yang diresepkan.
NOC: Fluid Balance e. Pada saat mual mereda, anjurkan
Kriteria hasil: untuk makan makanan yang
a. Tekanan darah dalam berlebih.
rentang normal NIC: Fluid Management
b. Turgor kulit elastis a. Berikan terapi iv sesuai anjuran
c. Tidak haus berlebihan b. Berikan obat antiemetik sesuai
d. Tidak ada pusing anjuran
c. Pantau tanda-tanda vital, bila
diperlukan
d. Pantau makanan dan cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori setiap hari, jika diperlukan
e. Pantau status hidrasi (misalnya
membrane mukosa lembab,
keadekuatan nadi, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan.
4 Hipertermia NOC: Thermoregulation NIC: Fever Treatment
berhubungan Keriteria hasil: a. Monitor suhu sesering mungkin
dengan respon a. Tidak ada menggigil b. Monitor intake output
sistemik dari saat panas c. Berikan antipiretik
inflamasi b. Melaporkan d. Kolaborasi pemberian cairan
gastrointestinal kenyamanan termal intravena
c. Suhu tubuh dalam e. Lakukan tapid sponge
rentang normal NIC: Temperature Regulation
d. Tidak dehidrasi a. Monitor tekanan darah, nadi, RR
b. Monitor tansa hipertermi dan
hipotermi
c. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
d. Berikan antibiotic jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. U
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Status : belum menikah
Alamat : Jombang
Suku/bangsa : Jawa
Tanggal MRS : 27 Januari 2016
No. RM : xxxx
Diagnosa masuk :
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada saat pengkajian, klien mengatakan nyeri pada perut kanan
bawah
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke poli bedah RSUD X pada tanggal 25 Januari
2016 pukul 09.40 WIB. Di poli bedah RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo klien mengatakan sudah mengalami nyeri sekitar 1
minggu yang lalu. Klien dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan
klien di diagnosa terkena apendiksitis. Dokter menyarankan agar
klien direncanakan rawat inap untuk persiapan operasi apendiks.
Klien dibawa ke ruang Kenanga RSUD X pada tanggal 25 Januari
2016 pukul 11.30 untuk mendapatkan perawatan. Rencana
tindakan Apendiktomy pada tanggal 27 Januari 2016. Hasil
pemeriksaan Laboratorium dengan Leukosit 12910u/L.Klien
mengeluh nyeri pada perut kanan bawah sejak ± satu minggu
yang lalu, klien mengalami demam tinggi, lemas, pusing dan di
perut bagian kanan bawah terasa nyeri semakin bertambah sakit
ketika bergerak dan nyeri timbul sewaktu-waktu. Nyeri seperti
diremas-remas. Nyeri perut kanan saat ditekan. Skala nyeri 6.
Klien mengatakandemam / panas sejak 2 hari yang lalu
danbadannya meriang. Klien juga mengatakan takut/merasa
khawatir tentang kondisi yang dialaminya sekarang dengan
rencana tindakan operasi yang dijadwalkan tanggal 27 januari
2016. Klien menyatakan cemas bila mengingat
penyakitnya.Pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapat TD:
100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C, RR: 20x/menit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang sama
sebelumnya dan belum pernah melakukan operasi apapun
4) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Oksigenasi/Bernapas
Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan baik saat menarik napas atau
menghembuskan napas. RR= 20 x/m tanpa menggunakan alat
bantu nafas.
2) Eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAB dan BAK normal
Saat pengkajian : klien mengatakan BAB lunak agak encer 2 kali
sehari.
3) Makan dan Minum
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa makan 3x sehari dengan
nasi, sayur, lauk dan minum 8-10 gelas air putih
sehari. Tidak ada pantangan makanan apapun.
Saat pengkajian : klien mengatakan tidak nafsu makan, makan
hanya 1/2 porsi dari yang disediakan RS dan
minum hanya 4 gelas sehari
4) Istirahat tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa tidur malam dari jam
22.00 WIB – 04.00 WIB tidak ada gangguan
tidur. Klien jarang tidur siang.

Saat pengkajian : klien mengatakan mengalami gangguan tidur,


yang terkadang merasa nyeri saat tidur
malam. Klien tidak bisa tidur karena
memikirkan rencana operasi yang akan
dilakukan. Klien tampak lingkaran hitam
pada mata

5) Gerak dan aktifitas


Sebelum sakit : klien mengatakan dapat beraktifitas dengan baik
Saat pengkajian : klien mengatakan gerak aktifitasnya terbatas
akibat nyeri yang dideritanya. Bertambah
sakit jika bergerak dan hanya berbaring di
tempat tidur.
6) Personal Hygiene
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa mandi 2x sehari pagi
dan sore
Saat pengkajian : klien mengatakan hanya di lap 2x sehari oleh
keluarganya
7) Berpakaian
Sebelum sakit : klien mengatakan biasa memilih dan memakai
baju sendiri
Saat pengkajian : klien mengatakan saat memakai baju dan celana
klien dibantu keluarganya ataupun melepas
pakaian karena tangannya sebelah kanan
terpasang infus
8) Pengaturan suhu tubuh
Sebelum sakit : klien mengatakan suhu tubuhnya normal
Saat pengkajian : klien mengeluh tubuhnya panas dan suhu
tubuh pasien 37,6’C
9) Rasa aman dan Nyaman
Sebelum Sakit : klien mengatakan tidak mengalami gangguan
rasa aman dan nyaman
Saat pengkajian : klien mengatakan masih memikirkan
keadaannya, merasa cemas akan penyakit dan
tindakan operasi yang akan dijalaninya. klien
tampak cemas, gelisah, sedikit berkeringat,
klien tampak tidak nyaman dengan nyeri perut
bagian bawah kanan yang dialaminya, seperti
diremasremas, bertambah sakit jika kaki
digerakkan dan pasien mengatakan tidak
nyaman dengan kondisinya.
10) Interaksi Sosial
Saat pengkajian pasien mengatakan interaksi dengan keluarga
ataupun tenaga kesehatan lainnya baik baik saja.
11) Ibadah
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak dapat beribadah karena
sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Cukup
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Suhu : 37,6oC
4) Nadi : 80 x/ mnt
5) RR : 20 x/ mnt
6) TD : 100/70 mmHg
Keadaan Fisik Head to Toe
1) Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih,
pertumbuhan rambut normal, warna rambut hitam, tidak ada
lesi atau benjolan, klien tampak gelisah, ekspresi wajah tegang.
2) Mata : Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah
muda, Sklera unikterik, pergerakan mata terkoordinasi,
terdapat lingkar hitam pada mata
3) Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak terdapat lumen, penciuman baik, mukosa hidung
lembab, tidak ada pernafasan cuping hidung.
4) Mulut : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, gigi
bersih rapih, dan lidah bersih, tidak ada stomatitis, meringis
kesakitan.
5) Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan
dan pendengaran baik.
6) Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .
7) Thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi
otot/dinding dada, terdengar suara redup pada area jantung,
sonor pada area paru, suara paru vesikuler.
8) Abdomen : Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan
empat tahap inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Inspeksi
didapat abdomen klien bersih. Auskultasi abdomen klien
didapat bising usus klien aktif di empat kuadran dengan
frekuensi 12 kali/ menit.Palpasi yang dilakukan yaitu
pemeriksaan pada area kanan bawah terdapat nyeri tekan dan
nyeri saat membungkuk/setiap gerak. Perkusi yang dilakukan
terdapat bunyi timpani. Klien sering memegangi perutnya yang
sakit. Kulit teraba panas.
9) Genitalia : Jenis kelamin perempuan kelainan tidak terkaji
10) Anus : Tidak ada tanda tanda peradangan, kebersihannya
cukup
11) Ekstremitas : Tangan kanan terpasang IVFD RL 20 tpm. Tidak
terdapat luka, edema, ataupun sianosis pada kuku.
5. Terapi
1. Ceftriaxone 3 x 1 gram
2. IVFD RL 20 tpm
3. Ranitidin 2x50mg
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Resiko Infeksi
c. Kecemasan

C. Rencana keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut  Pain Level  Lakukan pengkajian
berhubungan  pain control nyeri secara
dengan inflamasi  comfort level komprehensif
jaringan usus. Setelah dilakukan termasuk lokasi,
tinfakan keperawatan karakteristik, durasi,
DS: Laporan selama …. Pasien frekuensi, kualitas dan
secara verbal tidak mengalami faktor presipitas
nyeri, dengan kriteria  Observasi reaksi
DO: hasil: nonverbal dari
 Posisi untuk  Mampu ketidaknyamanan
menahan nyeri mengontrol nyeri  Bantu pasien dan
 Tingkah laku (tahu penyebab keluarga untuk
berhati nyeri, mampu mencari dan
 Tingkah laku menggunakan menemukan dukungan.
ekspresif tehnik  Kontrol lingkungan
(contoh : nonfarmakologi yang dapat
gelisah, untuk mempengaruhi nyeri
merintih, mengurangi seperti suhu ruangan,
menangis, nyeri, mencari pencahayaan dan
waspada, bantuan) kebisingan
iritabel, nafas  Melaporkan  Kurangi faktor
panjang/berkel bahwa nyeri presipitasi nyeri
uh kesah) berkurang dengan  Kaji tipe dan sumber
 Perubahan menggunakan nyeri untuk
dalam nafsu manajemen nyeri. menentukan intervensi
makan dan  Mampu  Ajarkan tentang teknik
minum mengenali nyeri non farmakologi:
(skala, intensitas, napas dalam relaksasi,
frekuensi dan distraksi, kompres
tanda nyeri). hangat/ dingin
 Menyatakan rasa Berikan analgetik
nyaman setelah untuk mengurangi
nyeri berkurang. nyeri: ……...
 Tanda vital dalam  Tingkatkan istirahat
rentang normal  Berikan informasi
 Tidak mengalami tentang nyeri seperti
gangguan tidur penyebab nyeri berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
Risiko infeksi  Immune Status  Pertahankan teknik
Faktor-faktor  Knowledge : aseptif
risiko : Infection control  Batasi pengunjung
 Prosedur  Risk control bila perlu
Infasif Setelah dilakukan  Cuci tangan setiap
 Kerusakan tindakan sebelum dan sesudah
jaringan dan keperawatan tindakan keperawatan
peningkatan selama…… pasien  Gunakan baju, sarung
paparan tidak mengalami tangan sebagai alat
lingkungan infeksi dengan pelindung
 Malnutrisi kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer
 Peningkatan  Klien bebas dari dan dressing sesuai
paparan tanda dan gejala dengan petunjuk
lingkungan infeksi umum
patogen  Menunjukkan  Gunakan kateter
 Imonusupresi kemampuan intermiten untuk
 Tidak adekuat untuk mencegah menurunkan infeksi
pertahanan timbulnya infeksi kandung kencing
sekunder  Jumlah leukosit  Tingkatkan intake
(penurunan dalam batas nutrisi
Hb, normal  Berikan terapi
Leukopenia,  Menunjukkan antibiotik:..................
penekanan perilaku hidup ......
respon sehat  Monitor tanda dan
inflamasi)  Status imun, gejala infeksi
 Penyakit gastrointestinal, sistemik dan lokal
kronik genitourinaria  Pertahankan teknik
 Imunosupresi dalam batas isolasi k/p
 Malnutrisi norma  Inspeksi kulit dan
 Pertahan membran mukosa
primer tidak terhadap kemerahan,
adekuat panas, drainase
(kerusakan  Monitor adanya luka
kulit, trauma  Dorong masukan
jaringan, cairan
gangguan  Dorong istirahat
peristaltik)  Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia
setiap 4 jam.
Kecemasan  Kontrol Anxiety Reduction
berhubungan kecemasan (penurunan kecemasan)
dengan Faktor  Koping  Gunakan pendekatan
keturunan, Krisis Setelah dilakukan yang menenangkan
situasional, Stress, asuhan selama  Nyatakan dengan jelas
perubahan status ……………klien harapan terhadap
kesehatan, kecemasan teratasi pelaku pasien
ancaman dgn kriteria hasil:  Jelaskan semua
kematian,  Klien mampu prosedur dan apa yang
perubahan konsep mengidentifikasi dirasakan selama
diri, kurang dan prosedur
pengetahuan dan mengungkapkan  Temani pasien untuk
hospitalisasi gejala cemas memberikan keamanan
DO/DS:  Mengidentifikasi, dan mengurangi takut
 Insomnia mengungkapkan  Berikan informasi
 Kontak mata dan menunjukkan faktual mengenai
kurang tehnik untuk diagnosis, tindakan
 Kurang mengontol cemas prognosis
istirahat  Vital sign dalam  Libatkan keluarga
 Berfokus pada batas normal untuk mendampingi
diri sendiri  Postur tubuh, klien
 Iritabilitas ekspresi wajah,  Instruksikan pada
 Takut bahasa tubuh dan pasien untuk
 Nyeri perut tingkat aktivitas menggunakan tehnik
 Penurunan TD menunjukkan relaksasi
dan denyut berkurangnya  Dengarkan dengan
nadi kecemasan. penuh perhatian
 Gangguan  Identifikasi tingkat
tidur kecemasan
 Gemetar  Bantu pasien
 Anoreksia, mengenal situasi yang
mulut kering menimbulkan
 Peningkatan kecemasan
TD, denyut  Dorong pasien untuk
nadi, RR mengungkapkan
 Kesulitan perasaan, ketakutan,
bernafas persepsi
 Bingung -  Kelola pemberian obat
Bloking dalam anti cemas:........
pembicaraan
 Sulit
berkonsentrasi

D. Implementasi

Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan


implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional. Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi
adalah :
a. Secara mandiri (independent)

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa


petunjuk dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.
b. Saling ketergantungan (interdependent)

Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi


kesehatan lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan
dokter.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)

Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana


tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara
dimana tindakan medis dilaksanakan.
E. Evaluasi

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan,


dan terarah ketika pasien dan petugas kesehatan menentukan
kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan
rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses
keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah diatas
diantaranya adalah :
1. Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis dengan
panjang berfariasi antara 7 cm – 15 cm
2. Apendisitis merupakan salah satu kasus tersering dalam bidang bedah
abdomen. Data biro pusat statistic menunjukan bahwa dari 100.000 jiwa,
140 diantaranya menderita apendisitis.
3. Apendisitis disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah: fecalith
(massa feses yang keras), benda asing umumnya biji – bijian, tumor
apendiks, perlekukan apendiks dan hyperplasia dari folikel limfoid.
4. Bila tidak ditangani dengan baik, apendisitis dapat menyebabkan banyak
komplikasi diantaranya adalah: perforasi, peritonitis dan lain – lain
5. Beberapa penatalaksanaan apendisitis yang dapat dilakukan diantaranya
adalah terapi konservatif dan operasi.
6. Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien dengan
apendisitis diantaranya adalah: nyeri akut, nausea, hipertermia dan lain –
lain.
7. Untuk mengatasi masalah keperawatan dibutuhkan intervensi keperawatan
yang berkelanjutan serta selalu terpantau untuk selalu dilakukan evaluasi
keperawatan
8. Sebagai seorang perawat wajib hukumnya untuk mengetahui bagaimana
penatalaksanaan keperawatan apendisitis
B. Saran
1. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan melalui penulisan makalah ini dapat menjadi
motifasi penulis untuk dapat menulis makalah atau artikel – artikel
keperawatan sehingga ilmu keperawatan akan lebih berkembang
kedepannya

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan


Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan melalui hasil penulisan
makalah ini dapat diterapkan di tatanan klinis maupun komunitas pada klien
dengan apendisitis.

DAFTAR PUSTAKA
Amalina, A., Suchitra, A., & Saputra, D. (2018). Hubungan Jumlah Leukosit Pre
Operasi dengan Kejadian Komplikasi Pasca Operasi Apendektomi pada
Pasien Apendisitis Perforasi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(4), 491-497.
Arifuddin,A, Salmawati,L,Prasetyo,A.2017. Faktor Risiko Kejadian Apendisitis
Di Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jurnal
Preventif Vol.8 No.1
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China: LWW.
Lolo,L.L & Novianty,N, 2018. Pengaruh Pemberian Guided Imagery Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendisitis Hari Pertama Di
RSUD Sawerigading Kota Palopo Tahun 2017. Jurnal Fenomena
Kesehatan Vol.1 No.1
Luthfiana, R., & Istianah, U. (2018). PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS
DALAM PADA PASIEN POST OPERASI APENDIKTOMI DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN DI
RSUD SLEMAN. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Mansjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapsius.
National Institute of Health (NIH)., National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Diseases (NIDDK). (2012). Appendicitis. USA.
Price, SA & Wilson, LM. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi: 6. Jakarta: EGC.
Putri, S. S. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST OP
APPENDECTOMY DENGAN APLIKASI AROMATERAPI ESSENTIAL
OIL LAVENDER DI RUANGAN EBONI RSP UNAND PADANG. Karya
Ilmiah Akhir. Universitas Andalas.
Sjamsuhidajat, R., Wim, de Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Susanti, H., & Ismahmudi, R. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Apendisitis dengan Nyeri Akut di Ruang Instalasi Gawat Darurat
Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015.
Thomas,G.A, Lahunduitan,I, Tangkilisan,A. 2016. Angka Kejadian Apendisitis
Di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado Periode Oktober 2012-September
2015. Jurnal e-Clinic (eCl) Vol.4 No.1
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai