Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam UU No. 36 th 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan salah satu investasi termahal dalam hidup dan


juga merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang tak ternilai harganya.
Sebanyak apa pun harta yang dimiliki oleh seseorang tentu tidak akan
ada artinya apa bila orang tersebut tidak mempunyai tubuh yang sehat.
Menjaga kesehatan itu perlu agar tubuh selalu sehat jasmani dan rohani
akan tetapi tidak selamanya seseorang tersebut selalu berada dalam
keadaan sehat, ada kalanya seseorang harus terjatuh sakit. Berbagai cara
dilakukan agar seseorang dapat kembali menjadi sehat salah satu cara
yang dilakukan masyarakat pada umumnya adalah dengan memeriksakan
diri ke tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas.

Dengan adanya instalasi kesehatan seperti puskesmas sangatlah


membantu menjaga kesehatan masyarakat, tetapi sejalan dengan
perubahan puskesmas harus mampu mengelola alat kesehatan, obat–obat
dengan baik.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional


yang merupakan  pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina
peran serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Oleh karena itu puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

~1~
Puskesmas tersebar hampir di berbagai daerah biasanya selalu ada di tiap
kecamatan dengan jangkauan luas daerah operasional yang sesuai.

Puskesmas menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh,


terpadu, merata dapat di terima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat di pikul
oleh pemerintah dan masyarakat.

Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi merupakan salah satu


faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Profesi
Farmasi  saat ini telah mengalami perkembangan yaitu dari orientasi pada
obat berubah menjadi orientasi pada pasien bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi farmasi dalam pekerjaan kefarmasian
untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.

Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa


didik untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan yang dapat
diperoleh melalui pendidikan di kelas, laboratorium maupun lapangan.
Untuk mencapai pengalaman belajar , pada tatanan yang nyata dan
komprehensif sehingga siswa dapat lebih siap dan mandiri, maka di
laksanakan pengantar praktek kerja lapangan pada siswa SMK Bhakti
Husada Kuningan. Dengan adanya pengantar praktek kerja lapangan para
siswa dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi pada dunia kerja,
sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam dunia
kerja dan belajar untuk menganalisis suatu gejala dan masalah agar kelak
dapat diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan
pengarahan.

~2~
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pengantar praktek kerja lapangan ini siswa


diharapkan mampu memberikan pelayanan kefarmasian dengan
pendekatan pharmaceutical care.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pengantar praktek kerja lapangan ini siswa di


harapkan mampu :

a. Mempelajari dan mempraktekkan pelayanan farmasi klinik di


Puskesmas yang meliputi: penerimaan resep, peracikan obat dan
penyerahan obat.
b. Memahami pengelolaan resep di Instalasi Farmasi yang meliputi

1)      Alur pelayanan resep

2)      Penyimpanan resep

3)      Pemusnahan resep

c. Mempelajari dan menjelaskan pengelolaan obat di Puskesmas.


d. Mempelajari dan memahami fungsi Administrasi dan SDM di
Puskesmas.
e. Memahami dan mampu menjelaskan struktur organisasi
Puskesmas.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan.

1. Bagi Pihak Siswa :


a. Untuk dapat langsung mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang
telah diperoleh pada pendidikan di sekolah, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman kepada siswa
mengenai kegiatan kefarmasian di puskesmas dengan segala

~3~
aktivitasnya sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman
mengenai pelayanan kefarmasian di puskesmas, memperoleh
bekal kemampuan profesional, manajerial, pengalaman praktis
dan keterampilan dalam hal pengelolaan sediaan farmasi di
puskesmas.
c. Untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi
dengan  pasien, keluarga pasien, dan tenaga kesehatan lainnya
sehingga tercapai tujuan dari pengobatan yaitu peningkatan
kualitas hidup pasien.
d. Sebagai salah satu bentuk pendidikan yang berupa pengalaman
belajar secara nyata dan komprehensif yang sangat penting dan
bermanfaat bagi siswa untuk mencapai suatu keberhasilan
pendidikan, sehingga nantinya mahasiswa dapat lebih siap dan
mandiri dalam menghadapi dunia kerja.
2. Bagi Pihak Institusi :

Dengan dilaksanakannya PKL ini pihak sekolah akan memperoleh


masukan dari siswa guna memperbaiki dan mengembangkan
kesesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.

3. Bagi Pihak Puskesmas :

Dengan adanya PKL, pihak puskesmas dapat  menambah wawasan


dan pengetahuan untuk karyawan dan karyawati

~4~
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Azas Penyelenggaraan Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu


pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Azas Penyelenggaraan:

1. Azas pertanggung jawaban wilayah


2. Azas pemberdayaan masyarakat
3. Azas keterpaduan
4. Azas rujukan

2.2 Ruang lingkup puskesmas


Beberapa jaringan pelayanan puskesmas adalah sebagai berikut :
a. Puskesmas:
1) Umumnya ada satu buah di setiap kecamatan.
2) Jenis puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dibagi
dua kelompok yakni :
a) Puskesmas perawatan : pelayanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap.
b) Puskesmas non perawatan, hanya pelayanan kesehatan
rawat jalan.
3) Menurut wilayah kerjanya, dikelompokkan menjadi:
a) Puskesmas induk / puskesmas kecamatan.
b) Puskesmas satelit / puskesmas kelurahan.

~5~
b. Puskesmas pembantu (pustu) :
1) Biasanya ada satu di setiap desa/kelurahan.
2) Pelayanan medis sederhana oleh perawat atau bidan, disertai
jadwal kunjungan dokter.
c. Puskesmas keliling (pusling):
1) Kegiatan pelayanan khusus ke luar gedung, di wilayah kerja
puskesmas.
2) Pelayanan medis terpadu oleh dokter, perawat, bidan, gizi,
pengobatan dan penyuluhan.
d. Pondok bersalin desa (polides) :
1) Pos pelayanan kesehatan ini sebaiknya ada setiap
desa/kelurahan, sebagai penunjang pelaksana desa/kelurahan
SIAGA.
2) Beberapa pos yang berfungsinya sejenis antara lain :
a) Pos kesehatan desa (poskesdes).
b) Pos kesehatan kelurahan (poskeskel).
c) Balai kesehatan masyarakat (bakesra).
e. Pos pelayanan terpadu (posyandu)
1) Lumrahnya selalu ada satu atau lebih di setiap
RW/desa/kelurahan.
2) Hal ini sangat tergantung kepada peran serta aktif para RT, RW,
lurah, tokoh masyarakat setempat, bersama para kades kesehatan
yang telah dibentuk dan ditunjuk.
3) Dari segi sasaran pelayanan jenis posyandu, dibagi menjadi :
a) Posyandu bayi – balita.
b) Posyandu lansia/ manula.

~6~
2.3 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Puskesmas
Pukesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana mestinya puskesmas


menyelenggarakan fungsi :
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di
wilayah kerjanya
Dimana puskesmas berwenang untuk :
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisiskebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain yang terkait.
5. Melaksakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.

b. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di


wilayah kerjanya
Dimana puskesmas berwenang untuk :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara konprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesahatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
3. Menyelenggarakan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,
dan masyarakat.

~7~
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi.
6. Melaksanakan rekam medis.
7. Melaksanakan pencatatan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

2.4 Tujuan Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia sehat.
2.5 Pengelolaan Obat di Puskesmas
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
menentukan jumlah obat dalam rangka pengadaan.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
• Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan.
• Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
• Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perhitungan rencana kebutuhan obat untuk satu tahun anggaran
disusun dengan menggunakan pola konsumsi. Data yang
dipergunakan yaitu dari rata-rata pemakaian obat selama 1 tahun
ditambah stock pengaman / buferstock ( sebanyak 10 - 20% )
ditambah masa tunggu atau lead time dikurangi sisa stock.

~8~
2. Permintaan

Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota berupa obat DAK dan berupa obat e-
katalog yang berasal dari JKN serta obat yang berasal dari program.
Obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas adalah Obat
Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional dan
Formularium Nasional.

Tujuan pengadaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di


masing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit
yang ada di wilayah kerjanya.

Kegiatan ini meliputi :

1) Permintaan rutin

Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing puskesmas.

2) Permintaan khusus

Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila, kebutuhan


penggunaan obat meningkat, dan untuk menghindari terjadinya
kekosongan obat, serta pada penanganan Kejadian Luar Biasa
(KLB), obat rusak dan kadaluwarsa.

Permintaan obat rutin dilakukan dengan menggunakan formulir


Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO) sementara
untuk permintaan khusus menggunakan blangko daftar pesanan (DP).

Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh Instalasi Faramasi
Kabupaten/Kota.

~9~
Menentukan jumlah permintaan obat :

a) Data yang diperlukan, diantaranya :

 Data pemakaian obat periode sebelumnya.


 Jumlah kunjungan resep.
 Data penyakit.
 Frekuensi distribusi obat oleh Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota

b) Sumber data yang berasal dari :

 LPLPO (Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat)


 Catatan Harian
 Buku Bantu Harian

3. Penerimaan obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-
obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada
unit pengelolaan di bawahnya, tujuannya agar obat yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
puskesmas. Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK (unit pengelolaan
obat publik dan perbekalan kesehatan), kepada puskesmas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk
itu. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat
yang bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada
puskesmas pembantu dan sub unit kesehatan lainnya merupakan
tanggung jawab kepala puskesmas induk.
Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-
obatan yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, nama dan jenis

~ 10 ~
obat, waktu kadaluarsa, nomor batch dan ditanda tangani oleh petugas
penerima atau diketahui kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, petugas penerima dapat menolak atau mengajukan keberatan.
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib melaporkan jumlah
obat yang kurang. Setiap penambahan obat, dicatat pada kartu stok
dan dimasukkan dalam buku penerima obat.

4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap obat-
obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan
fisik atau kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan
adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya
dapat dipertahankan.

 Kondisi penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor di
antaranya: kelembaban ,sinar matahari langsung,
temperatur/panas, kerusakan fisik kontaminasi bakteri dan
pengotor.         

Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk


memudahkan pengawasan, yaitu:
a. Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing
disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
b. Obat-obat seperti vaksin dan suppositoria harus disimpan
dalam lemari pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.
c. Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter, dan  
alkohol disimpan yang berventilasi baik, jauh dari bahan
yang mudah terbakar dan perlatan elektronik. Cairan ini
disimpan terpisah dari obat-obatan.

~ 11 ~
 Tata cara menyimpan dan menyusun obat
a. Pengaturan penyimpanan obat
      Pengaturan obat dapat dikelompokkan berdasarkan
bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan
nama generiknya. Contoh kelompok sediaan tablet, kelompok
sediaan sirup dan lain-lainnya.
b. Penyimpanan obat berdasarkan sistem FIFO dan FEFO
Penyimpanan obat dilakukan dengan sistem First In
First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat
yang datang pertama kali harus dikeluarkan terlebih dahulu
dari obat yang datang kemudian, dan First Expired First
Out (FEFO) untuk masing-masing  obat artinya obat yang
lebih awal kadaluarsanya harus dikeluarkan lebih dahulu dari
obat  yang kadaluarsanya kemudian. Hal ini sangat penting
karena:
1) Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatan atau
potensinya berkurang.
2) Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu
pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai
berkurang efektifitas nya.
3) Obat yang sudah diterima, disusun sesuai
pengelompokkan untuk memudahkan pencarian,
pengawasan, dan pengendalian stok obat.
4) Pemindahan obat harus hati-hati supaya obat tidak pecah
atau rusak.
5) Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat.
6) Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup
rapat, terlindung dari cahaya  dan disimpan dalam lemari
es. Kartu temperatur yang terdapat dalam lemari es harus
selalu di isi.

~ 12 ~
7) Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindari  dari
cahaya matahari.
8) Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah
tertutup rapat dan pengambilannya menggunakan
sendok.
9) Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluarsa supaya
waktu kadaluarsanya dituliskan pada kotak  luar
obat  dengan menggunakan spidol.
10) Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus,
seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak
kedap udara.
11) Cairan diletakkan pada rak paling bawah.

5. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan
puskesmas.
Tujuannya memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan
yang ada diwilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
tepat waktu. Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain :
1) Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas (kamar
obat, laboratorium).
2) Puskesmas pembantu.
3) Puskesmas keliling
4) Posyandu dan Poskesdes

Kegiatan :

~ 13 ~
a. Menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan kan
jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia.
b. menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan, yang perlu
dipertimbangkan, pemakaian rata-rata per jenis obat, sisa stok,
pola penyakit, dan jumlah kunjungan sub unit.
c. Melaksanakan penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara
bagian gudang obat puskesmas menyerahkan ke sub unit atau di
ambil sendiri oleh sub unit pelayanan.

6. Pengendalian
Pengendalian penggunaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat di Puskesmas, dengan harapan
menghindari terjadinya kekosongan obat.

Kegiatan Pengendalian meliputi :

1) Memperkirakan atau menghitungkan pemakaian rata – rata


periode tertentu di puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah
stok ini disebut juga stok kerja.
2) Menentukan :
i. Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan
kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan
atau kekosongan.
ii. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga,
misalnya karena keterlambatan pengiriman dari Instalasi
Farmasi Kabupaten atau Kota.
Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang
diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

~ 14 ~
7. Pencatatan dan pelaporan obat
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan
rangkaian kegiatan pengelolaan obat dan BMHP. Petugas bertanggung
jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib
dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksana seluruh
pengelolaan obat.
Tujuan Pencatatan dan pelaporan adalah :
• Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan.
• Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
• Sumber data untuk pembuatan laporan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas meliputi
pencatatan harian pemakaian obat, rekapan penerimaan, kartu stok,
rekapan penulisan obat generik, indikator penggunaan obat rasional,
rekapan pemberian informasi obat, LPLPO, laporan stok opname,
laporan triwulan, laporan semesteran, dan laporan akhir tahun.

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

2.6 Pelayanan resep


1. Penerimaan resep
Pasien datang ke loket obat dengan membawa resep. Resep adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses
kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus
dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai
penyerahan obat kepada pasien.
2. Skrining / pembacaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kelengkapan administrasi resep, yaitu: nama  dokter,
nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter,

~ 15 ~
tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat,cara penggunaan,
nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yakni bentuk sediaan  dosis,
potensi stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obat tidak tersedia.

3. Pemberian etiket
Pemberian etiket warna putih untuk obat per oral dan etiket warna biru
untuk obat non oral, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada
sediaan obat dalam bentuk larutan.

4. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kedaluarsa dan keadaan fisik obat.
2. Penyiapan obat biasanya obat yang tersedia kebanyakan tidak perlu
diracik hanya tinggal menghitung dan membaginya saja. Dalam
menghitung jumlah obat perlu ketelitian, jumlah obat yang akan
diberikan harus sesuai yang ditulis di resep. Jumlah obat yang
diberikan umumnya untuk pemakaian selama 3 hari. Kecuali untuk
penderita Tuberkulosis, Diabetes Melitus, Hipertensi, dan
Kolesterol.
3. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang
salah.

~ 16 ~
5. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
d. Memberikan informasi cara penggunaan dan hal-hal lain
yang  terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat  obat,
makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat.

6. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti,
akurat, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah:
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan
dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau
harus dihabiskan meskipun terasa sembuh. Obat antibiotik harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat
tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria,
krim/salep, dan tablet vagina.

~ 17 ~
d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan,
misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah,
air kencing berubah warna dan sebagainya.
e. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat,
interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu, dan
kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan,
dan menyusui.
f. Cara penyimpanan obat, misalnya disimpan pada lemari pendingin,
disimpan terlindungi dari cahaya matahari langsung dan sinar
langsung.

~ 18 ~
BAB III
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS KRAMATMULYA

3.1 Sejarah Singkat Puskesmas Kramatmulya


Puskesmas Kramatmulya didirikan pada tahun 1982 yang
merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
Seiring dengan perubahan sistem pemerintah yang desentralistik
penuh kemandirian di mana daerah kabupaten, kota diberi keleluasaan
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka
puskesmas berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
(UPTD Puskesmas). Perubahan tersebut beberapa kegiatan mengalami
penyesuaian terhadap situasi dan kondisi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan.

3.2 Visi, Misi, dan Moto Puskesmas Kramatmulya


 Visi
Terwujudnya masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kramatmulya tahun 2018.
 Misi
- Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui kerja sama
lintas sektoral.
- Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
berkesinambungan.
- Menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
- Meningkatkan ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
 Moto

“4S” Senyum, Salam, Sapa, dan Santun.

~ 19 ~
3.3 Struktur Organisasi
1. Unsur pemimpin
Sebagai unsur pemimpin di puskesmas adalah kepala UPTD
Puskesmas yang dijabat oleh seseorang yang bertugas memimpin,
mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasikan pelaksanaan
pelayanan kesehatan, pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wilayah
kerjanya.

2. Urusan pelayanan
a. Urusan tata usaha
Tata usaha melaksanakan pengelolaan, kepegawaian keuangan,
perlengkapan, surat menyurat dan urusan umum.
b. Urusan keuangan
Bertugas menerima hasil atau pendapatan puskesmas,
menyimpan dan melakukan penyetoran ke dinas kesehatan.

3. Urusan pelaksana
a. Bagian unit Pencegahan, Pemberantasan Penyakit (P2p) dan PL
Bertugas sebagai penanggung jawab program:
1) Survailance : pengumpulan data epidemiologi pengolahan
data dan evaluasi data penyakit.
2) P2ML : pemantauan pemeriksaan dan pengobatan kasus
penyakit menular langsung
3) P2 BB : rabies, malaria, filariasis, dll
4) Penyehatan Lingkungan
Bertugas sebagai penanggung jawab program penyehatan
lingkungan yang merupakan tugas melaksanakan pengawasan
kualitas air dan lingkungan pemukiman, penyehatan tempat-
tempat umum dan penyehatan makanan dan minuman
5) Bagian unit Peningkatan dan YANKESDAS

~ 20 ~
Bagian ini terdiri dari :
1) Sub bagian KIA / KB
Bertugas sebagai koordinator program peningkatan dan
kesehatan keluarga, pemegang program KIA dan
penanggung jawab program KB
2) Sub bagian Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
Bertugas sebagai penanggung jawab program usaha
kesehatan usia lanjut yang meliputi pembinaan, kunjungan
rumah dan merujuk ke PKMS/RS
3) Sub bagian UKS / APRAS / RMJ
Bertugas sebagai penanggung jawab program UKS /
APRAS / RMJ yang meliputi : penjaringan anak sekolah,
pemeriksaan berkala, penyuluhan dan konseling kesehatan
remaja, pembinaan dokter kecil /TK.
4) Sub bagian BP Umum
Bertugas sebagai penanggung jawab medis baik di
puskesmas maupun puskesmas pembantu meliputi
pemeriksaan, menegakkan diagnosa, pengobatan, dan
rujukan
5) Sub bagian BP Gigi dan Mulut
Bertugas sebagai penanggung jawab medis kasus gigi dan
melaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi masyarakat dan
sekolah
6) Bagian Gizi dan Promkes
1. Sub bagian Gizi
Bertugas sebagai pelaksana gizi, memberikan
pelayanan gizi di luar maupun di dalam gedung
2. Promkes
Bertugas sebagai pemegang program PKM,
melaksanakan pembinaan dan penyusunan petunjuk
teknis usaha Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di

~ 21 ~
sarana kesehatan dan metode serta menyebarluaskan
informasi kesehatan
7) Bagian unit Penunjang
Bagian ini terdiri dari :
1) Sub bagian Farmasi / Obat
Bertugas sebagai penanggung jawab pengelolaan
obat-obatan yang meliputi: perencanaan, distribusi,
pencatatan dan pelaporan obat
2) Sub bagian Laboratorium
Bertugas sebagai penanggung jawab Lab
(pengambilan, pemeriksaan atau rujukan Spesimen )
8) Bagian unit Pelaksana Khusus (JPS – BK)

3.4 Lokasi / Letak Geografis dan Sarana


3.4.1 Lokasi
Kecamatan Kramatmulya merupakan salah satu Kecamatan
di Kabupaten Kuningan yang terletak pada 6 derajat 55’ 50’ di
sebelah utara Kota Kabupaten Kuningan yang berjarak 5 Km,
dengan waktu tempuh +¼ jam menggunakan roda empat.
Dilihat dari keadaan topografinya Kecamatan Kramatmulya
memiliki ketinggian bervariasi yaitu antara 326 sampai dengan
738 meter diatas permukaan laut, geografisnya 95% perbukitan
dengan keadaan tanah 65% pasir dan batu, suhu maksimum 22-
23⁰ Celcius, dengan curah hujan tertinggi pada Bulan Januari
yang mencapai 11,23 mm dengan hari rata rata 21 hari
sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Juni, Juli ,
Agustus dan September. Wilayah kerja puskesmas kec.
kramatmulya terdiri dari 14 desa antara lain : cibentang,
cikubangsari, bojong, widasari, ragawacana, ciloa, kalapa
gunung, pajambon, kramatmulya,cikaso, gandasoli, gereba,
cilaja, dan karangmangu. Dari jumlah Desa tersebut terbagi

~ 22 ~
menjadi 49 Dusun, 60 Rw, 219 Rt dengan jarak Desa terjauh 5
Km dari Ibu Kota Kecamatan dengan waktu tempuh ½ jam
menggunakan roda empat. Luas wilayah sebesar 15,88 Km².
Secara administrasi kec. kramatmulya berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kec. Jalaksana
Sebelah Timur : Kec. Sindangagung
Sebelah Barat : Kec. Cigugur
Sebelah Selatan : Kec. Kuningan

3.4.2 Sarana

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja


UPTD Puskesmas Kramatmulya pada umumnya sudah
menjangkau hampir seluruh masyarakat. Sarana kesehatan
tersebut berasal dari pemerintah / swasta maupun dari swadaya
masyarakat, upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat salah
satu diantaranya Posyandu. Berikut fasilitas kesehatan yang ada
di UPTD Puskesmas Kramatmulya :

- Puskesmas Induk : 1 unit


- Puskesmas Pembantu : 2 unit
- Mobil Puskesmas Keliling : 1 buah
- Tempat Puskesmas Keliling : 50 unit
- Posyandu : 50 unit
- Poskesdes : 12 unit

3.5 Pengelolaan Obat UPTD Puskesmas Kramatmulya


1. Perencanaan
Perencanaan di Puskesmas Kramatmulya dilakukan setiap satu
tahun sekali melaluli format RKO (Rencana Kebutuhan Obat) yang
tujuannya ini untuk memenuhi kebutuhan obat dan BMHP
dipuskesmas selama satu tahun. Dimana alokasinya tebagi menjadi 2

~ 23 ~
yakni dari Dinas dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Perencanaan
dilakukan berdasarkan pola konsumsi selama satu tahun. Perencanaan
ini mengacu kepada Fornas (Formularium Nasional) dan DOEN
(Daftar Obat Esensial Obat).

2. Permintaan
Permintaan di Puskesmas Kramatmulya dilakukan ke Dinas setiap
satu bulan sekali lewat format LPLPO (Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat). Dimana petugas Puskesmas mengajukan ke
Dinas sesuai dengan ketentuan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat yang kemudian dari dinas dilakukan verifikasi dan penjatahan
setelah itu di kirim ke Gudang Farmasi. Permintaan ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan obat dan BMHP di puskesmas.

3. Penerimaan
Pada saat penerimaan obat dan BMHP, petugas puskesmas wajib
mengadakan pengecekan terhadap obat dan BMHP yang diterima
dengan mengecek LPLPO dan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
serta bentuk fisik obat tersebut, yang meliputi jenis obat, jumlah obat
dan tanggal kadaluarsa obat. Dimana pengadaan pengecekan ini
bertujuan agar obat dan BMHP yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas, apabila ada
ketidaksesuaian antara LPLPO dan SBBK serta bentuk fisik obat dan
BMHP segera konfirmasi ke Gudang Farmasi.

4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima agar tidak terjadi kehilangan, dan terhindar dari
kerusakan baik kerusakan fisik maupun kimia serta menjamin
ketahanan mutu obat.

~ 24 ~
 Kondisi Gudang Obat di Puskesmas
pada dasarnya semua ruangan yang berada di lingkungan
Puskesmas sudah memiliki lantai yang tersandar, begitu pun di
gudang obat. Gudang dilengkapi dengan pintu beserta teralis yang
terkunci, memiliki tempat penyimpanan khusus untuk obat – obat
psikotropika atau obat keras tertentu.

Luas gudang obat yang berkisar 3,6 x 3 x 2,5 m ternyata belum


cukup menampung obat - obatan yang ada di Puskesmas, hal ini
dikarenakan adanya penerimaan obat - obatan JKN. Dimana
perencanaannya di anggarkan untuk satu tahun, sementara
pengiriman dari distributor dilakukan sekaligus. Hal ini
menyebabakan ruangan terasa penuh dan pengap sehingga dengan
ventilasi saja rasanya tidak cukup untuk dapat mengalirkan udara
yang masuk dan keluar. Gudang juga belum dilengkapi dengan alat
pengukur suhu ruangan.

 Pengaturan penyimpanan obat :


Penyusunan obat di gudang hampir berdasarkan alfabetis, dirotasi
secara FIFO dan FEFO, beberapa item obat disimpan di atas rak
sementara sisanya disimpan di atas palet dengan ketinggian dus
hampir mencapai langit -langit ruangan.

5. Distribusi
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas Pembantu ( Pustu ) dan Balai
Pengobatan di desa. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan obat pada
tiap - tiap sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
puskesmas. Hal yang harus diperhatikan pada saat distribusi
diantaranya menentukan jumlah obat yang mengacu kepada pemakaian
rata – rata, sisa stok, pola penyakit dan jumlah kunjungan. Proses

~ 25 ~
penyerahan obat dilakukan bersama dengan dokumen Surat Bukti
Barang Keluar.

6. Pengendalian
Pengendalian penggunaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainnya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat di Puskesmas, dengan harapan
menghindari terjadinya kekosongan obat.

7. Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas meliputi
pencatatan harian pemakaian obat, rekapan penerimaan, kartu stok,
rekapan penulisan obat generik, indikator penggunaan obat rasional,
rekapan pemberian informasi obat, LPLPO,laporan stok opname,
laporan triwulan, laporan semesteran, dan laporan akhir tahun.

~ 26 ~
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
1. Praktek kerja lapangan di Puskesmas Kramatmulya merupakan
pengalaman bagi mahasiswa dalam memberian pelayanan kefarmasian
dan pengelolaan obat serta pemahaman mengenai tugas, fungsi dan
kompetensi Tenaga Teknis Kefarmasian di puskesmas.
2. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas Kramatmulya dikoordinasi oleh 2 orang asisten apoteker
meliputi: perencanaan, permintaan, penerimaan obat, penyimpanan,
distribusi, pengendalian penggunaan, pencatatan dan pelaporan.
3. Pelayanan kefarmasian berjalan cukup baik meliputi penerimaan resep,
skrining, pemberian etiket, peracikan/pengambilan obat,  penyerahan
obat, dan pemberian informasi obat.
4. Pengelolaan resep dilaksanakan sesuai alur pelayanan resep yang
ditetapkan dan penyimpanan resep diatur agar menjadi salah satu
bagian dalam dokumentasi permintaan obat pada apotek.
5. Sumber alokasi obat di Puskesmas berasal dari DINAS dan JKN. Obat
JKN yaitu obat yang berasal dari dana Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), sedangkan obat dari dinas yaitu obat yang berasal dari Dana
Alokasi Khusus (DAK).
6. Pada Puskesmas Kramatmulya, memiliki sub unit pelayanan kesehatan
sebagai fasilitas penunjang yang dilakukan diluar gedung puskesmas
Kramatmulya, meliputi :
a. Puskesmas Pembantu yang berada di desa Cilaja dan desa
Ragawacana
b. 12 BP Desa yang terdiri dari desa : Cikubangsari, Cibentang,
Bojong, Widarasari, Pajambon, Gandasoli, Kalapagunung, Gereba,
Cikaso, Karangmangu, Kramatmulya, dan Cilowa.

~ 27 ~
B. SARAN

Saran Kepada Pihak Sekolah :


1. Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan PKL lebih diperbanyak dan diperluas sehingga sisiwa dan
siswi dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan PKL.
2. Perlu adanya bimbingan kepada siwa-sisiwi yang akan PKL
bagaimana cara membuat laporan PKL.
3. Dalam persiapan sebelum PKL untuk tahun berikutnya diharapkan
lebih dimatangakn jauh-jauh hari
4. Untuk SMK Bhakti Husada Kuningan agar pelaksanaan PKL
dilaksanakan pada waktu yang lebih lama agar siswa-siswi lebih
dapat memahami perannya di bidang kefarmasiaan sebagi seorang
asisten apoteker.

Saran Kepada Pihak Puskesmas

1. Diharapkan gudang penyimpanan obat sesuai dengan syarat dan


ketentuan.
2. Lebih meningkatkan keamanan disekitar puskesmas
3. Meningkatakan kelengkapan perbekalan farmasi
4.

~ 28 ~
DAFTAR PUSTAKA

http://fharmashit.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pkl-di-
puskesmas.html
UPTD Puskesmas Kramatmulya, Laporan Hasil Kegiatan UPTD
Puskesmas Kramatmulya, Kuningan 2016
Peraturan Menteri Kesehatan NO 30 tahun 2014 , Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
UU. No. 36 tahun 2009

~ 29 ~

Anda mungkin juga menyukai