DISUSUN OLEH
MUHAMMAD PAIS
NIM : 3321601016
JURUSAN INFORMATIKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jarak dapat diperhitungkan dari segi fisik dan dapat dipandang dari segi
fungsional. Jarak dari segi fisik atau absolut diukur dengan satuan meter atau
satuan meter yang lain. Sedangkan jarak fungsional atau jarak relatif diukur
berdasarkan pertimbangan berbagai cara melakukan perjalanan yang berkaitan
dengan tingkat kesulitan, waktu, dan biaya. Untuk menghitung jarak lurus
(horizontal) dari suatu tempat ketempat lain caranya adalah dengan mengalikan
jarak dipeta dengan angka penyebut skala peta.
Jarak adalah panjang terpendek yang menyambungkan 2 buah titik. Jarak
dibagi menjadi 2,yaitu :
a. Jarak Datar
b. Jarak Miring
Penentuan jarak fisik di lapangan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan koordinat UTM, karena angka – angka pada koordinat UTM sudah
merupakan koordinat UTM.Jarak suatu titik di lapangan = jarak di peta (cm) x
penyebut skala peta.
Dari rumus tersebut maka kita dapat cari rumus untuk mencari jarak pada
peta dan rumus mencari jarak sebenarnya.
Penentuan jarak horizontal diukur dipeta akan sedikit rumit apabila jarak
yang akan diukur berkelok-kelok (misalnya : sungai, dan jalan). Untuk
perhitungan semacam ini dapat dilakukan dengan alat yang disebut curimeter.
Caranya adalah alat tersebut distel jarumnya pada angka nol dan diletakkan pada
awal titik jarak yang diukur, kemudian dijalankan mengikuti liku-liku sungai atau
jalan dimaksud di peta sehingga pada titik akhir pengukuran, kemudian dikalikan
dengan hasilnya adalah jarak fisik di lapangan.
1.2 Dasar Teori
Informasi yang tergambar dalam sebuah peta mencerminkan berbagai
tipe infromasi dari permukaan bumi. Informasi geografis yang
tergambar dalam peta dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu:
1. Posisional merupakan unsur yang tidak mempunyai dimensi
maupun perluasan yang umumnya disimbolkan dengan titik.
Misalnya titik ketinggian, sumur bor, pusat pelayanan, SPBU, dan
informasi lainnya
2. Liner/garis adalah unsur yang memiliki perluasan 1 dimensi yaitu
panjang. Mislanya jalan, sungai, garis pantai, rel kereta api, sutet
dan sebagainya. Untuk data liner, tergantung dari panjang-
pendeknya obyek yang digambar.
3. Luasan Merupakan unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau
dua dimensi dan nilai ditentukan berdasarkan luasnya. Data dalam
peta yang berdimensi dua. misalnya perkebunan, permukiman,
sawah, danau, dan informasi lainnya.
4. Volumetrik merupakan unsur yang mempunyai bentuk 3 dimensi
yaitu panjang, luas, dan ketinggian. Contoh unsur yang dapat dicari
volumenya yaitu cekungan danau, lembah, maupun perbukitan.
Berikut ini keterangan gambar terkait dengan bentuk informasi
geografi yang terdapat di permukaan bumi.
LANGKAH KERJA
c. Metode Segitiga
- Buatlah bentuk segitiga siku-siku yang bisa dibuat didalam bagian
peta
- Setelah membuat semua segitiga siku-siku, arsirlah daerah yang
tidak termasuk kedalam bidang segitiga.
- Buat offset dari segitiga tetsebut dengan menggunakan rumus :
Membuat offset = Panjang ab x a1 x a2 x a3 x an / Ʃa
- Setelah mengetahui jumlah offset, hitunglah luas segitiga dengan
menggunakan rumus :
BAB III
A. Pembahasan
1. Metode Persegi
Rumus L = (jumlah kotak x luas 1 kotak dalam cm 2) x (penyebut
skala)2
Luas = 355 x (0,5 x 0,5) x (2500)2
= 355 x 0,25 x (2500) 2
= 554.687.500 cm2
P1 = 2,0
P2 = 2,5
P3 = 2,7
P4 = 2,8
P5 = 3,2
P6 = 3,8
P7 = 6,1
P8 = 6,4
P9 = 9,0
P10 = 9,5
P11 = 9,5
P12 = 9,5
P13 = 9,5
P14 = 8,3
P15 = 8,2
P16 = 7,7
P17 = 8,3
P18 = 8,5
P19 = 8,9
P20 = 9,1
P21 = 9,0
P22 = 8,9
P23 = 8,8
P24 = 8.7
P19 = 8,8 +
ƩP = 179,7
3. Triangle Method
Rumus Segitiga : L∆ = ½ x a x t
L∆1 = ½ x 2,4 x 0,9 = 1,8
L∆2 = ½ x 1 x1 = 0,5
L∆3 = ½x2x1 = 1
L∆4 = ½ x 4 x 2,4 = 4,8
L∆5 = ½ x 4,6 x 7,5 = 17,25
L∆6 = ½ x 1,4 x 0,8 = 0,56
L∆7 = ½ x 1 x 2,2 = 1,1
L∆8 = ½x3x5 = 7,5
L∆9 = ½ x 1 x 1,4 = 0,7
L∆10 = ½ x 1 x 1,8 = 0,9
L∆11 = ½ x 1,6 x 3 = 2,9
L∆12 = ½x4x5 = 10
L∆13 = ½ x 4 x 3,9 = 7,8
L∆14 = ½ x 5,2 x 3,5 = 9,1
L∆15 = ½ x 2,8 x5,5 = 7,7
L∆16 = ½x4x5 = 10
L∆17 = ½x4x5 = 10
L∆18 = ½x5x5 = 12,5
L∆19 = ½x5x5 = 12,5
L∆20 = ½x5x5 = 12,5
L∆21 = ½x5x5 = 12,5
L∆22 = ½x4x5 = 10
L∆23 = ½x4x5 = 10 +
ƩL∆ = 163,61
= 163,61 x (25.000) 2
= 102.256.250.000 cm2
= 10,225625 km2
= 10,2 km2
Ab = a1+a2+a3+a4+…+n
Ʃn
Q1 =3+4+6+6+3 = 4,4
Q2 = 5+8+5+9 = 6,75
Q3 = 4 + 12 + 10 = 6,67
3
Q4 = 1 + 1 +1 +1 +1 + 1 = 1
Q5 = 5+9 =7
Q6 = 13 = 13
Q7 = 5 + 14 + 5 =8
Q8 = 6 =6
Q9 = 11 + 2 + 4 + 4 + 2 = 4,6
Q10 = 10 = 10
Q11 = 6 + 6 + 9 + 3 + 1 +1 = 4,3
Q13 = 18 + 9 = 13,5
2
Q14 = 2 + 4 + 14 = 6,7
Q15 = 32 + 14 + 6 = 17,3
Q16 = 3+4 =6
Q17 = 2 + 8 + 15 = 8,3
= 79.887.500.000 cm2
= 0,798875 km2
= 0,8 km2
L = LA∆ + LΦ
= 10,2 + 0,8
= 11 km2
L = L1+L2 + L2+L3
2 2
2 2
= 21,55 + 18,19
= 19,87 m3
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ke-5 ini mengenai “Menghitung Luasan Secara Manual”, kita
dapat menentukan berapa luas daerah pada peta RBI tersebut menggunakan 3
metode, yaitu persegi, persegi panjang, dan triangle method.
4.2 Saran
Dalam melakukan praktikum diharapkan kepada praktikan agar
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan agar nantinya kita tidak
kebingungan dalam melakukan praktikum. Selain itu pula, kita akan memperoleh
data yang lebih aktual seperti apa yang kita harapkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
http://awaluddinzaenuri.blogspot.com/2011/09/menghitung-luas-dan-volume-
genangan.html
Pigawati, Beta dan Pangi. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Kartografi. Semarang :
Biro Penerbit Planologi Undip