Anda di halaman 1dari 6


PERLUNYA KEARIFAN LOKAL DALAM MENYIKAPI BATAS WILAYAH


LAUT TERKAIT SUMBER DAYA ALAM

Yuwono
Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia

Abstrak

Dalam undang-undang no 32 tahun 2004 pasal 18 menyebutkan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut
diberikan kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut. Kewenangan yang dimaksud adalah
maksimum 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas untuk propinsi dan sepertiganya (atau 4 mil
laut untuk yang 12 mil laut) merupakan kewenangan untuk kabupaten/kota. Selebihnya, untuk jarak lebih
dari 12 mil laut merupakan kewenangan pemerintah pusat.
Potesi sumber daya alam yang jelas batasnya (massive) dan terlihat nyata tentu dapat dipotong pada jarak-
jarak yang telah ditetapkan, yaitu 0-4 mil laut, 4-12 mil laut , dan lebih besar dari 12 mil laut.Untuk sumber
daya alam yang sifatnya cair atau gas, yang pada kenyataannya tidak dapat didefinisikan berupa titik, tetapi
merupakan luasan atau berupa reservoir. Pengeboran sumur minyak, misalnya, bukan melulu lokasi titik
tersebut posisinya, tetapi cadangan minyaknya dapat merupakan luasan yang berada pada sekitar titik
tersebut yang mungkin saja menembus “batas” wilayah “kaplingan” antara Pemerintah Tingkat II
(Kabupaten, kota), Pemerintah Tingkat I (Propinsi), ataupun Pemerintah Pusat.
Perlu adanya penelitian khusus batas luasan yang berada dibawah permukaan tanah atau laut serta
penyebarannya, misalnya tentang geologi, penyebaran sumberdaya alam tersebut, disamping itu perlu adanya
kearifan lokal dalam penentuan pembagian hasil antara pemerintah tingkat II (Kabupaten, kota), Pemerintah
Tingkat I (Propinsi), dan Pemerintah Pusat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sumberdaya alam wilayah laut merupakan penghasil atau income bagi suatu
daerah yang diharapkan dapat dinikmati rakyat sekitar lokasi dan yang berbatasan dengan “kaplingan” laut
tersebut, karena jika hal tersebut tidak diperhatikan , maka dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan
kerawanan keamanan daerah sekitar titik lokasi tersebut..

Kata kunci : Batas wilayah laut, posisi sumber daya alam, dan kearifan lokal.

1


Latar Belakang dalam pemeliharaan keamanan; dan f. ikut


serta dalam pertahanan kedaulatan negara
Undang-undang Dasar Negara Republik Kewenangan untuk mengelola sumberdaya
Indonesia mengamanatkan bahwa “ Bumi dan di wilayah laut untuk kabupaten/kota dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di propinsi telah ditetapkan batasannya yaitu
dalamnya dikuasai oleh negara dan untuk propinsi maksimum 12 mil laut diukur
dipergunakan untuk sebesar-besarnya dari garis pantai kearah laut lepas dan atau
kemakmuran rakyat “ (UUD45, pasal 33 (3) ). kearah perairan kepulauan untuk propinsi.
Negara Indonesia yang hampir 70% Sedangkan untuk kabupaten/kota,
daerahnya merupakan laut, mempunyai kewengannya adalah 1/3 (sepertiga) dari
sumber daya alam dan hayati yang cukup kewenangan propinsi, seperti yang dimaksud
besar. Berbagai macam ikan, terumbu karang, dalam ayat ( 4 ).
cadangan minyak ( yang sudah maupun yang Hal yang sangat mungkin terjadi adalah
belum di manfaatkan), dan sebagainya tentu apabila sumberdaya yang ada di wilayah laut
merupakan kekayaan yang seharusnya merupakan cairan ataupun gas, karena cairan
berpotensi untuk mensejahterakan rakyat. ataupun gas dapat menempati daerah yang
Namun demikian, harus diakui bahwa belum luas, melebar, bahkan dapat melampaui batas
semua sumberdaya alam dan hayati yang ada pengelolaan suatu wilayah laut
di laut dapat “diambil” dan dimanfaatkan. kabupaten/kota ataupun propinsi.
Belum dapat “diambil” sumberdaya yang ada
di laut tersebut dapat terjadikarena ada
kendala teknologi dan peralatan yang Permasalahan
dimiliki, juga ilmu dan pengetahuan, serta
kewenangan atas pengelolaan wilayah laut Apakah pengelolaan wilayah laut terkait
tersebut. sumberdaya alam sifatnya kaku (rigid) untuk
Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi kepemilikannya
dalam beberapa propinsi, yang masing-
masing propinsi dibagi lagi menjadi
kabupaten dan kota. Dalam konteks ini, tidak Kewenangan Pengelolaan
semua kabupaten atau kota mempunyai
wialayah laut. Untuk menghindari tumpang tindih
Untuk propinsi dan kabupaten/kota yang pengelolaan dan “perebutan” sumberdaya
mempunyai laut, telah diatur kewenangan laut, pemerintah telah membuat undang-
pengelolaan sumber daya yang ada di perairan undang yang terkait dengan batas
tersebut. Hal ini merupakan konsekuensi dari pengelolaan wilayah laut bagi kabupaten dan
otonomi daerah yang diselenggarakan oleh propinsi yang mempunyai wilayah laut.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batas tersebut tercantum dalam pasal 18 ayat
Pada pasal 18 ayat ( 1 )Undang-undang no. 33 ( 4 ) pada undang-undang no. 33 tahun 2004.
tahun 2004 disebutkan bahwa “daerah yang Gambar 1 berikut ini menunjukkan
memiliki wilayah laut diberikan kewenangan kewenangan untuk mengelola sumberdaya
untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut” di wilayah laut, yaitu sejarak maksimum 1 mil
Sedangkan menurut ayat (3) pada pasal 18 laut untuk kewenangan propinsi, sedangkan
tersbut menguraikan tentang sumberdaya untuk kabupaten sebesar 1/3 (sepertiga)
yang dapat dikelola. Sumberdaya tersebut kewenangan propinsi. Sebagai contoh pada
meliputi : a. eksplorasi, eksploitasi , gambar 1 tersebut wewenang propinsi 12 mil
konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; b. laut, untuk kabupaten/kota 4 mil laut dihitung
pengaturan administratip; c. penagturan tata dari garis pantai. Jadi untuk kabupaten/kota
ruang ; d. penegakan hokum; e. ikut serta mulai dari garis pantai (=jarak nol ) sampai

2


dengan 4 mil laut, kearah laut lepas; Sumberdaya Alam


sedangkan untuk propinsi mulai setelah 4 mil
laut sampai dengan 12 mil laut. Setelah jarak Laut, merupakan sumber kekayaan suatu
12 mil laut, maka kewenangan negara, di satu sisi, di sisi lainya laut dapat
pengelolaannya berada di pemerintah pusat. mendatangkan bahaya dan bencana.
Makna dan fungsi laut bagi Indonesia
Nilai 1 mil laut sekitar 1,6 kilometer, (Sulistiyo, dalam Rais, 2004) adalah :
sedangkan awal hitungan untuk 4 mil adalah
pada garis pantai. a. laut sebagai wilayah
Pengertian garis pantai untuk mengukur jarak b. laut sebagai sumber daya dan
atau batas kewenangan pengelolaan laut, ekosistem
dijelaskan dalam UU no.33 tahun 2004 pasal c. laut sebagai media kontak sosial dan
18 ayat ( 4 ) yaitu perpotongan garis air budaya
rendah dengan daratan. d. laut sebagai sumber dan media
Penjelasan tentang garis air rendah dapat penyebar bencana alam
dijelaskan menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Laut sebagai wilayah merupakan wahana
Indonesia di BAB I KETENTUAN UMUM yang menyatukan pulau-pulau yang tersebar
Pasal 1 ayat (5) adalah garis air yang bersifat di seluruh Indonesia. Laut sebagai
tetap di suatu tempat tertentu yang sumberdaya dan ekosistem mempunyai
menggambarkan kedudukan permukaan air pengertian bahwa laut merupakan fenomena
laut pada surut yang terendah. alam yang tersusun dalam suatu system yang
kompleks,terdiri dari komponen-komponen
sumberdaya hayati dan non hayati dengan
12 mil laut keragaman dan nilai ekonomi yang tinggi.
Laut sebagai media kontak sosial dan budaya,
dapat digunakan sebagai media transportasi,
hubungan antar masyarakat, tetapi juga dapat
digunakan untuk media kejahatan di laut. Laut
Garis pantai sebagai sumber dan media penyebar bencana
alam, sebagai contoh adalah tsunami yang
pernah terjadi, misalnya di daerah Aceh pada
tahun 2004.

Laut sebagai sumberdaya alam di Indonesia


mempunyai keaneka ragaman mulai dari ikan,
kerang, terumbu karang, sumur minyak, dan
sebagainya. Semuanya ini tentu diharapkan
4 mil Laut 8 mil laut menjadi sumber dana atau pemasukan baik
(Kabupaten/Kota) (Propinsi) bagi pemerintah daerah kabupaten/kota,
propinsi maupun pemerintah pusat.

Gambar 1 Sumur minyak atau pengeboran minyak


Kewenangan Untuk Mengelola Sumberdaya merupakan salah satu contoh sumberdaya
Di Wilayah Laut alam yang ada di laut. Gambar 2 merupakan
foto dari satu tempat pengeboran minyak.
Sebagai bahan yang sifatnya cair, tentu
minyak tidak berada pada satu titik. Posisi

3


YB, maka jarak tempat pengeboran terhadap


garis pantai dihitung dengan rumus :

Jarak AB= { (XB-XA)^2 + (YB-YA)^2 }^0,5

Jarak AB
Gambar 2
Contoh Tempat Pengeboran Minyak A
Garis Pantai

titik bor memang dapat dinyatakan denagn


titik, namun demikian untuk sumber minyak Gambar 3
tentunya merupakan luasan, bukan titik. Cara Penentuan Jarak Dari Garis Pantai
Ke Titik Pengeboran
Untuk posisi titik bor atau pengeboran, secara
sederhana dapat ditentukan jaraknya berada Hsil hitungan jarak ini apabila dikaitkan
pada berapa mil laut dari garis pantai. Alat dengan kewenangan untuk mengelola
yang digunakan adalah dua alat GPS (Global sumberdaya di wilayah laut, yaitu antara
Positioning System) atau penentuan posisi kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah
secara global. Satu alat di garis pantai dan pusat. Patokan yang digunakan adalah jarak 0
satu alat di tempat pengeboran. – 4 mil laut untuk kabupaten/kota, 4 – 12 mil
Gambar 3 menunjukkan cara yang sangat laut untuk propinsi dan > 12 mil laut untuk
sederhana untuk menentukan posisi titik pemerintah pusat.
pengeboran berada pada jarak berapa mil laut Kewenangan pengelolaan secara logika akan
dari garis pantai, yaitu dengan mengukur berbanding lurus dengan penambahan
posisi garis pantai (kedudukan permukaan air pemasukan untuk daerah tersebut.
laut pada surut yang terendah, berdasarkan
prediksi hitungan atau secara sederhana Apabila hasil pengukuran jarak dari garis
mencari informasi ke penduduk setempat pantai ke titik pengeboran misalnya 4,5 mil
tentang letak air terendah selama ini yang laut, maka posisi tersebut berada pada
sering terjadi didaerah tersebut) kewenangan pengelolaan propinsi (karena
Posisi dapat berupa kordinat geografis lebih dai 4 mil laut dan masih dalam 12 mil
(Lintang dan Bujur) ataupun dalam koordinat laut.
proyeksi ( bidang datar, (x,y) )
Apabila hasil pengukuran jarak dari garis
Misalnya di garis pantai (titik A ) , didapat pantai ke titik pengeboran misalnya 3,5 mil
koordinat proyeksi XA dan YA. Lalu di titik laut, maka posisi tersebut berada pada
peneboran (titik B) didapat koordinat XB, kewenangan pengelolaan kabupaten/kota
4


(karena kurang dari 4 mil laut jaraknya dari Penutup


garis pantai).
Adanya sumberdaya alam yang terletak di
Apabila hasil pengukuran jarak dari garis wilayah kewenangan tertentu
pantai ke titik pengeboran misalnya 16 mil (Kabupaten/kota, propinsi, ataupun pusat)
laut, maka posisi tersebut berada pada tentu perlu dijaga bersama keamanan,
kewenangan pengelolaan pemerintah pusat kesinambungannyan serta lingkungannya,
(karena lebih dari 12 mil laut ). karena sumberdaya tersebut menghasilkan
pemasukan. Salah satunya adalah
pendistribusian pada ”tetangga kapling” ,
karena prinsipnya sumberdaya alam yang
Perlunya Kearifan Lokal bersifat/gas tempatnya merupakan luasan,
bukan titik.
Contoh-contoh hitungan diatas adalah jarak
antara garis pantai dan tempat pengeboran.
Permasalahannya sumberdaya alam tersebut Daftar Pustaka
cair ataupun gas bukan berada pada satu titik,
tetapi lebih merupakan luasan.
Sangat mungkin luasannya memotong batas Rais, Jacub. 2004. Menata Ruang Laut
”kaplingan” antara kewenangan pengelolaan Terpadu. Jakarta. Penerbit PT Pradnya
kabupaten/kota untuk posisi propinsi. Paramita.
Demikian juga sebaliknya, titik berada di
kabupaten/kota, tetapi luasannya memotong Sumardiman, Adi. 2006. Perkembangan
sampai ke kewenangan propinsi. Hukum Kewilayahan Pemerintah Daerah.
Karena sumberdaya alam tersebut berada Lokakarya Pengembagan Pokok-pokok
dibawah permukaan tanah/laut, maka perlu Kebijakan Pengaturan Hak-hak Atas
penelitian persebarannya maupun Pemanfaatan Ruang Laut. Jakarta.
ketebalannya. Penelitian tentu saja dari ahli
dibidangnya, misalnya ahli geologi, ____________. 1996. Undang-undang
pertambangan dan sebagainya untuk bisa Republik Indonesia No. 6 Tahun 1996
memprediksi letak atau posisi penyebaran dan Tentang Perairan Indonesia
kandungannya.
Berdasar pada sifat cairan atau gas yang ___________.2004.UUD45& Perubahannya..
menyebar bukan hanya pada satu titik, maka Penerbit PT Kawan Pustaka. Jakarta
kewenangan pengelolaan sumberdaya
seyogyanya tidak hanya berdasar pada
”pengkaplingan” jarak dari garis pantai yang
untuk propinsi maksimum 12 mil laut dan
untuk kabupaten/kota 1/3 jarak tersebut.
Kebijakan lokal atau kearifan lokal untuk
posisi titik yang berdekatan antar kapling
tentunya sangat diperlukan dalam hal
distribusi pendapat atau income atas
sumberdaya alam tersebut bagi
kabupaten/kota dengan propinsi ataupun
pusat.

5


Anda mungkin juga menyukai