Anda di halaman 1dari 2

Afni Salsabila

Prodi Psikologi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama-agama UIN Imam Bonjol
Padang

FILM PORNO PERLAHAN MEMBUNUH REALITAS BERPIKIR REMAJA

Remaja merupakan salah tahapan perkembangan yang hanya terjadi satu kali seumur hidup manusia.
Tahapan remaja merupakan suatu fase yang sering mengalami krisis diri dan permasalahan yang kompleks
dalam perkembangan dirinya. Perubahan emosional, kognitif, fisik, dan psikis sering kali menjadi gelombang
dalam diri remaja. Salah satu perubahan yang tidak bisa dihindari adalah motivasi dan rasa keingintahuan
yang tinggi terhadap berbagai hal yang menimpa dirinya termasuk masalah-masalah yang berhubungan
dengan seksualitas.

Kecanggihan teknologi membuat segalanya mudah diakses, salah satunya konten bermuatan seks
yaitu pornografi. Sehingga banyak remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk menikmati hal ini
sampai-sampai ada yang menjadi candu. Kecanduan pornografi biasanya berawal dari rasa keingintahuan
yang besar dan keisengan dalam membuka situs porno. Pornografi sendiri merupakan sketsa, ilustrasi, foto,
tulisan, suara, bunyi, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lain melalui berbagai
bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum, yang membuat kecabulan atau eksploitas
seksual yang melanggar norma kesusilaan (UU No. 44 Tahun 2008).

Ketika seorang anak kecanduan menonton film porno, hal tersebut akan berpengaruh pada sistem
saraf di otaknya. Otak merupakan organ yang menjadi pusat perintah dan sistem saraf manusia kecerdasan,
kreativitas, emosi, ingatan,dan banyak hal yang diatur oleh otak. Jika kita ingin melakukan sesuatu, maka
otaklah yang memerintah dan mengaturnya dengan cara menerima masukan dari organ sensoris dan
mengirimkan output ke otot yang berupa tindakan. Sama seperti narkoba, kecanduan pornografi juga
mengakibatkan kerusakan otak yang cukup serius. Penelitian yang berjudul “Studi Kasus Kecanduan
Pornografi pada Remaja” oleh Diana memaparkan seorang pakar adiksi pornografi menyebutkan bahwa
pornografi dapat menyebabkan kerusakan di lima bagian otak, terutama pada Pre Frontal corteks (bagian otak
yang tepat berada dibelakang dahi). Sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan kerusakan pada tiga bagian
otak. Solso (2007), menjelaskan bahwa lobus frontal adalah bagian yang terlibat dalam pengendalian impuls,
pemecahan masalah, pengendalian dan pelaksanaan perilaku, dan member pertimbangan (Judgement). Bagian
otak ini juga berfungsi untuk mengendalikan emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan
benar dan salah, mengendalikan diri, berpikir kritis, membentuk kepribadian dan berprilaku sosial.
Ketika terjadinya kerusakan pada bagian otak ini, akan membuat prestasi akademik anak menurun,
anak kesulitan dalam membuat perencanaan, tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dan emosi, tidak cermat
dalam mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Diana
dalampenelitiannya diatas juga memberikan kesimpulan bahwa kecanduan pornografi pada remaja
memberikan sumbangan besar untuk menghancurkan masa depan mereka. Sasaran utama adalah kemampuan
kognitif yang kemudian akan mempengaruhi proses berpikir (thinking), mengingat (memori), dan memanggil
kembali (recall) rekaman data yang disimpan diotak. Proses kognitif itu akan terhambat dan memberikan
output berupa kelambatan dalam berpikir dan memproses informasi serta sulit dalam berkonsentrasi.

Selaku seorang remaja, dalam tahapan perkembangannya perlu didampingi oleh orang terdekat
khususnya orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam mengawasi remaja yang baru beralih dari
masa anak-anak. Orang tua harus bersikap tegas dalam mengawasi anak khususnya bagaimana bersosial
media yang bijak. Ketika orang tua lengah dalam mengawasi anak, maka dampaknya akan berimbas pada
anak itu sendiri. Kelalaian dan ketidaktegasan orang tua akan mempermudah anak dalam mengakses tontonan
maupun bacaan berisi konten kekerasan, pornografi, seks, dan lainnya. Mengajarkan anak mengenai
pendidikan seks dini, meperdalam ilmu agama, dan menekankan kepada anak bahwasanya teknologi bisa
membunuh secara perlahan jika tidak bisa menggunakan secara bijak. Dalam kasus kecanduan konten yang
yang berbau pornografi ini, jelas-jelas dampak utamanya adalah pada fungsi otak. Semakin sering otak dilatih
melihat konten berbau porno, selama itu pula otak dilatih untuk menghancurkan saraf-saraf intinya. Jadi,
jangan heran jika budak teknologi yang tidak bijak dalam bersosial media benar-benar memiliki otak seorang
“budak” karena tontonan yang sangat tidak mendidik ini.

Anda mungkin juga menyukai