Sando
Sando
PENDAHULUAN
Sulit untuk mengidentifikasi dengan tepat seberapa sering keguguran terjadi hal ini
sebagian disebabkan karena sebagian besar keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu, dengan jumlah keguguran yang signifikan terjadi sebelum usia kehamilan 8 minggu,
ketika wanita tersebut mungkin belum menyadari bahwa ia sedang hamil. Diperkirakan bahwa
persentase insiden tersebut ialah antara 15 % dan 40 % dari seluruh konsepsi, jika dibandingkan
dengan kematian neonatus dan janin sebanyak 2 % dan kehamilan ektopik sebanyak 1 % (pernoll
an Gramel, 1994). Kurang lebih 700.000 wanita per tahun diinggris dan wales mengalami
perdarahan pada awal kehamilan (Allan, 1995). Insiden keguguran dipengaruhi oleh usia
pasangan dan apakah mereka sebelumnya telah mengalami kehamilan dengan sukses. Apabila
terdapat riwayat keguguran maka kemungkinan keguguran pada kehamilan berikutnya akan
meningkat, (Henderson, 2006).
Penulis mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien missed abortion.
1.2.2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari
janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature (Nugroho, 2010).
Aborsi adalah suatu tindakan membuat abortus. Sedangkan abortus sendiri adalah suatu
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan
sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500
gram (Maulana, 2008).
Klasifikasi (Amru Sofian, 2012): Berdasarkan kejadiannya dapat dibagi atas dua golongan:
1. Abortus spontan terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukan dengan memakai
obat-obatan maupun alat-alat
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (Abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2-3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
2.1.2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu, dan
faktor bapak, (Amru Sofian, 2012).
1. Kelainan ovum
- Ovum fatologis
- Kelainan letak embrio
- Plasenta yang abnormal
2. Kelainan genetalia ibu
- Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi
seperti kurangnya progesteron atau esterogen, endometritis, mioma submukosa.
- Uterus terlalu cepat terenggang (kehamilan ganda, mola)
- Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
4. Penyakit-penyakit ibu
- Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, plelitis,
rubeola, demam malta.
- Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol.
- Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru hebat, anemia gravis.
- Malnitrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C
atau E, diabetes miletus.
5. Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnya fetus
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
7. Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat
terkejut, obat-obat uterotonika, katakulan laparatomi.
8. Penyakit bapak: usia lanjut, penyakit kronis
2.1.3. Patosiologi
Fisiologi organ
terganggu, penyakit Abortus
ibu
Nyeri abdomen
Resiko syok
2.1.4. Manifestasi klinis
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi: sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
1. Abortus iminiens
a. Tirah baring total
b. Jangan melakukan fisik berlebihan atau berhubungan seksual
c. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi
janin (uji kehamilan USG). Jika perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan
ganda/mola.
2. Abortus Insipens
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera berikan ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian segera lakukan persiapan
untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu
evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500
ml cairan intravena (gram fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Abortus Inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0.2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi. Jika perlu diberikan misoprostol 200 mcg per
vaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Abortus komplit
5. Abortus terapeutik
b. Mekanis:
- Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan
dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evaluasi dengan kuret tajam atau
vakum.
- Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan
dengan kuretase.
- Histerotomi/histerektomi.
-
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan
yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya adalah rasa nyeri
pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang
terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu
(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga (faktor genetik),
riwayat pembedahan (seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami (misal:
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat (misalnya: obat jantung), pola aktivitas sehari-hari.
4. Pemeriksaan fisik
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin, (Johnson & Taylor, 2005: 39).
Hidrasi
- Monitor tekanan nadi
- Monitor status cairan, input
Demam tidak ditemukan
output
TD dbn
Hematokrit DBN
LAPORAN KASUS
3.1. Resume
Ny. L berusia 33 tahun, agama islam, suku melayu, bahasa sehari-hari bahasa Indonesia,
pekerjaan karyawan swasta sebagai accounting di salah satu pabrik swasta di kota Medan,
kewarganegaraan Indonesia, alamat jl.rumah potong hewan No-24 Lk V mabar Medan deli.
Klien masuk ke IGD Kebidanan Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan pada tanggal 21
Januari 2020, masuk jam 18.15 Wib, No RM 21 23 46. Status kehamilan ibu G1P0A0 dengan
umur kehamilan 14 minggu. Klien mengatakan: keluar plek-plek darah dari kemaluan sejak 2
hari yang lalu. klien USG di Praktek Dokter Rilie Ritonga SpoG dengan diagnosa medis Missed
abortion dan Rencana: tindakan Kuretase. Klien datang dari IGD kebidanan ke ruang VK (ruang
bersalin). Di IGD dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD: 110/70 mmHg, HR:
80x/menit, RR: 20x/menit, Temp: 36,60C, Hb: 11,1 g/dl, TFU: belum teraba. Terapi/obat yang
telah diberikan: misoprostol. kemudian klien dipindahkan keruangan VK (ruang bersalin) untuk
melakukan tindakan kuretase yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2020 pukul 08.00 pagi, di
ruangan VK dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD: 110/70, HR: 80x/menit,
Temp: 370C, dengan serviks terbuka.
Penanggung jawab dari klien adalah Tn.S yang berumur 41 tahun, pekerjaan karyawan
swasta, hubungan keluarga: suami dari klien, yang beralamat di jl. Rumah potong hewan No-24
Lk V mabar Medan deli.
Riwayat kesehatan klien, klien mengatakan: klien rutin USG dengan dokter spesialis
kandungan, tetapi pada saat umur kehamilan 8 minggu, klien mengalami diare berkelanjutan
dengan jarak waktu 2-3 hari sebanyak 3 kali, klien mengatakan penyebab diarenya karena
memakan makanan yang pedas (memakan bakso yang pedas). Pada saat klien mengalami diare,
klien memilih pengobatan ke klinik terdekat yang di tangani oleh bidan, klien diberikan 2 jenis
obat: obat diare dan juga antibiotic. Alasan klien memilih bidan terdekat karena jangkauan untuk
berobat kedokter spesialis kandungan jauh. Klien berpikir penyakit yang dialaminya itu biasa
saja dan tidak berpengaruh pada janinnya. Kemudian pada saat klien USG kembali pada dokter
spesialis kandungan, dokter menyatakan bahwa janin didalam rahim ibu tidak lagi hidup (denyut
jantung janin tidak ada). Karena kurang yakinnya klien terhadap pernyataan dokter tersebut,
klien memutuskan untuk mengecek kehamilannya kembali ke Praktek dokter Rilie Ritonga
SpoG, akhirnya dokter Rilie Ritonga SpoG menyatakan bahwa janinnya tidak lagi hidup (denyut
jantung janin tidak ada), dan harus di lakukan tindakan kuretase.
Riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada
membawa penyakit keturunan.
Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum dirumah sakit klien mengatakan makan 3 x sehari
dengan menu makan: nasi, sayur, buah-buahan dan minum air putih 8 gelas perhari, tetapi disaat
usia kehamilan 8 minggu klien makan makanan pedas berupa bakso sehingga mengakibatkan
diare. Selama dirumah sakit klien mengatakan makan seperti biasa dengan menu makan: nasi,
bubur, sayur dan buah-buahan serta minum air putih 8 gelas perhari.
Pola eliminasi, klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit buang air besar (BAB) 1 x
sehari, tidak ada darah, konsistensi feses lembek. Buang air kecil (BAK) lancar tidak ada
masalah. Klien mengatakan selama masuk rumah sakit BAB tidak ada gangguan, BAK lancar
dan tidak terpasang kateter.
Pola aktivitas, klien mengatakan dalam sehari-hari pekerjaannya adalah karyawan swasta
sebagai accounting di salah satu pabrik swasta di kota Medan, dimana klien bekerja mulai jam
08.00 pagi sampai jam 17.00 sore. Riwayat psikososial cemas dikarenakan klien tidak mengerti
penyebab dari terjadinya abortus tersebut.
A. Laboratorium
w: 12-16
2. Leukosit 11.600 /mm3 4.000-11.000
B. USG
Data objektif:
Data Objektif:
Data Subjektif:
Data Objektif:
- tindakan kuretase
terpasang infuse RL
1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang, klien terlihat meringis
kesakitan dengan skala nyeri 8.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan Klien mengatakan
sulit melakukan aktivitas seperti BAK
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan Klien mengatakan
tidak mengerti penyebab terjadinya abortus dan Klien bertanya-tanya penyebab
terjadinya abortus
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
3.4. Asuhan keperawatan
Nyeri abdomen.
4. Resiko infeksi NOC NIC o membersihkan Subjektif: - Subjektif:-
berhubungan dengan lingkungan
Imunne status Infection Control
Tindakan kuretase ruangan
Knowledge: (Kontrol infeksi):
o menginstruksikan
objektif: Objektif:
Defenisi: infection control
- Bersihkan pada pengunjung
Risk control
untuk mencuci tindakan kuretase Infuse dilepas
mengalami peningkatan lingkungan setelah
Kriteria hasil:
resiko terserang dipakai pasien lain tangan saat
Klien bebas dari terpasang infuse RL
organisme patogenik. - Instruksikan pada berkunjung dan
tanda dan gejala
pengunjung untuk meninggalkan analisa data: Analisa data:
infeksi
mencuci tangan ruangan.
Mendeskripsikan
o mencuci tangan masalah belum teratasi Masalah sebagian
saat berkunjung
Faktor-faktor resiko: proses penularan
setiap sebelum teratasi
meninggalkan
penyakit, faktor planning:
pasien. dan sesudah
yang - Cuci tangan setiap tindakan intervensi dilanjutkan
mempengaruhi sebelum dan keperawatan(sepe
Cuci tangan Planning: intervensi
penularan serta sesudah tindakan rti vulva hygene).
setiap sebelum dihentikan
penatalaksanaann keperawatan. o meningkatkan
Pengetahuan tidak dan sesudah
ya. - Tingkatkan intake intake nutrisi
cukup untuk tindakan
Menunjukkan nutrisi. o memonitori tanda
menghindari keperawatan.
kemampuan untuk - Monitor tanda gejala infeksi
pemajanan Tingkatkan
mencegah gejala infeksi
pathogen intake nutrisi.
timbulnya infeksi. lokal.
Ketidak Monitor tanda
Jumlah leukosit - Dorong masukan
adekuatan gejala infeksi
dalam batas cairan
pertahanan lokal.
normal. - Dorong istirahat
sekunder Dorong
Menunjukkan
-Penurunan Hemoglobin masukan
prilaku hidup
Malnutrisi cairan
sehat.
Catatan Perkembangan 23 Januari 2020
Nama : Ny L
Ruangan : Melati
intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan
Analisa data:
Masalah sebagian teratasi
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jadi abortus merupakan suatu ancaman atau sering disebut dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dibagi menjadi dua yaitu
abortus spontan (imminens, insipiens, inkompletus, kompletus, dan missed abortion) dan abortus
provakatus (medisialis dan kriminalis). Adapun faktor penyebab abortus yaitu kelainan ovum,
kelainan genetalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta, penyakit-penyakit ibu, dan juga penyakit
bapak (usia lanjut, penyakit kronis).
4.2. Saran
Sebaiknya untuk si ibu mampu mengetahui akan pentingnya nutrisi apabila sedang hamil
karena nutrisi sangat penting bagi janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, jadi ibu
harus mencukupi kebutuhan nutrisi untuk si janin pada saat hamil. Dan bagi mahasiswa/I
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan dan mampu memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien atau masyarakat untuk meningkatkan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA