Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi kesehatan,


kesakitan dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi
pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika
tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu yang
disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok (Sujiyatini, 2009).

Sulit untuk mengidentifikasi dengan tepat seberapa sering keguguran terjadi hal ini
sebagian disebabkan karena sebagian besar keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu, dengan jumlah keguguran yang signifikan terjadi sebelum usia kehamilan 8 minggu,
ketika wanita tersebut mungkin belum menyadari bahwa ia sedang hamil. Diperkirakan bahwa
persentase insiden tersebut ialah antara 15 % dan 40 % dari seluruh konsepsi, jika dibandingkan
dengan kematian neonatus dan janin sebanyak 2 % dan kehamilan ektopik sebanyak 1 % (pernoll
an Gramel, 1994). Kurang lebih 700.000 wanita per tahun diinggris dan wales mengalami
perdarahan pada awal kehamilan (Allan, 1995). Insiden keguguran dipengaruhi oleh usia
pasangan dan apakah mereka sebelumnya telah mengalami kehamilan dengan sukses. Apabila
terdapat riwayat keguguran maka kemungkinan keguguran pada kehamilan berikutnya akan
meningkat, (Henderson, 2006).

1.2.1. Tujuan Umum

Penulis mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien missed abortion.
1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. L dengan diagnosa Missed abortion


2. Mampu merumuskan Diagnosa keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa Missed
abortion
3. Mampu menyusun Rencana Keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa Missed abortion
4. Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada Ny. L dengan diagnosa Missed
abortion
5. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. L dengan diagnosa Missed abortion
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP DASAR MEDIS

2.1.1. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari
janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature (Nugroho, 2010).

Aborsi adalah suatu tindakan membuat abortus. Sedangkan abortus sendiri adalah suatu
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan
sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500
gram (Maulana, 2008).

Sedangkan menurut Amru Sofian, abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil


konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia
16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup
dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin
besar kemungkinan untuk hidup terus (Amru sofian, 2012).

Klasifikasi (Amru Sofian, 2012): Berdasarkan kejadiannya dapat dibagi atas dua golongan:

1. Abortus spontan terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukan dengan memakai
obat-obatan maupun alat-alat
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (Abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2-3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.

2.1.2. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu, dan
faktor bapak, (Amru Sofian, 2012).

1. Kelainan ovum
- Ovum fatologis
- Kelainan letak embrio
- Plasenta yang abnormal
2. Kelainan genetalia ibu
- Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi
seperti kurangnya progesteron atau esterogen, endometritis, mioma submukosa.
- Uterus terlalu cepat terenggang (kehamilan ganda, mola)
- Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
4. Penyakit-penyakit ibu
- Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, plelitis,
rubeola, demam malta.
- Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol.
- Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru hebat, anemia gravis.
- Malnitrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C
atau E, diabetes miletus.
5. Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnya fetus
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
7. Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat
terkejut, obat-obat uterotonika, katakulan laparatomi.
8. Penyakit bapak: usia lanjut, penyakit kronis
2.1.3. Patosiologi

- patofisiologi teoritis (Amru Sofian, 2012).

Fisiologi organ
terganggu, penyakit Abortus
ibu

Abortus Abortus Intoleransi


Spontan provokatus aktivitas

 Ab. Imminens  Ab. medisinalis


Gangguan rasa
 Ab. Inspiens  Ab. kriminalis
nyaman
 Ab. Kompletus
 Missed Abortion

Nyeri abdomen

kuretase kurang Ansietas

Jaringan Resiko infeksi


Perdarahan
terputus/
terbuka

Kekurangan volume cairan


Nyeri Invasi bakteri
Resiko infeksi

Resiko syok
2.1.4. Manifestasi klinis

Klinis Abortus spontan, (Amru sofian, 2012).


1. Abortus iminens (threatened abortion)
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan
dengan cara: tirah baring, gunakan preparat progesteron, tidak berhubungan badan, evaluasi
secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin.
2. Abortus Insipiens
Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan berusia 20 minggu dan
konsepsi masih didalam uterus. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi
rahim untuk mengelurkan hasil konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan
tidak dapat dipertahankan.
3. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta. Gejala: amenora, sakit perut, mulas-mulas, perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa
stolsel (darah beku), sudah ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum
berhenti karena konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok. Ini terjai sebelum
kehamilan berusia 20 minggu.
4. Abortus komplitus (keguguran lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rahim kosong.
5. Missed Abortion
Adalah Keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam rahim sebelum berusia 20
minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. dapat
diketahui dengan USG.

2.1.5. Komplikasi Abortus (Amru Sofian, 2012)

1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi: sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut

2.1.6. Pemeriksaan penunjang (Amru Sofian, 2012)

1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.1.7. Penatalaksanaan (Amru Sofian, 2012)

1. Abortus iminiens
a. Tirah baring total
b. Jangan melakukan fisik berlebihan atau berhubungan seksual
c. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi
janin (uji kehamilan USG). Jika perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan
ganda/mola.

2. Abortus Insipens

a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera berikan ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian segera lakukan persiapan
untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu
evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500
ml cairan intravena (gram fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Abortus Inkomplit

a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0.2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi. Jika perlu diberikan misoprostol 200 mcg per
vaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4. Abortus komplit

a. Tidak perlu evaluasi lagi.


b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan.
c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama
2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

5. Abortus terapeutik

Menurut sastrawinata (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:


a. Kimiawi; pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus, seperti:
prostagladin, antiprogesteron, atau oksitosin.

b. Mekanis:
- Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan
dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evaluasi dengan kuret tajam atau
vakum.
- Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan
dengan kuretase.
- Histerotomi/histerektomi.
-

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.2.1. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien

Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan
yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.

2. Keluhan utama

Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya adalah rasa nyeri
pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang
terjadi.

3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu
(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga (faktor genetik),
riwayat pembedahan (seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami (misal:
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat (misalnya: obat jantung), pola aktivitas sehari-hari.

4. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
 Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin, (Johnson & Taylor, 2005: 39).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan


2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
5. Resiko syok (hipofolemik) berhubungan dengan perdarahan pervaginam
6. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab
2.2.4. Rencana Keperawatan (Amru Sofian, 2012)

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kekurangan  Fluid balance Fluid management:
volume cairan  Hydration
- Pertahankan catatan intake
berhubungan  Nutrisional status: food
dan output yang akurat
dengan perdarahan. and fluid intake
- Monitor status hidrasi
Kriteria hasil: (kelembaban membrane
mukosa nadi adekuat,
 Memperhatikan urin
mukosa, tekanan darah,
output sesuai dengan usia
ortostatik) jika di perlukan
dan BB, Bj urin normal,
- monitor vital sign
HT normal
- monitor masukan makanan
 Tekanan darah, nadi,
dan cairan hitung intake
suhu tubuh dalam batas
kalori harian.
normal.
- kolaborasi pemberian cairan
 Tidak ada tanda-tanda
harian IV
dehidrasi, elastisitas
- monitor status nutrisi
turgor kulit baik,
- Dorong keluarga untuk
membran mukosa
membantu pasien makan
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.

2. Nyeri Akut NOC NIC


berhubungan
 Pain Level
dengan kerusakan
 Pain Control Pain Management
jaringan intra uteri.
 Comfort Level
- Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria Hasil: secara komprehensif
  termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol nyeri
karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri,
frekuensi, kualitas an faktor
mampu menggunakan
presipitasi
tehnik nonfarmakologi
- Observasi reaksi non verbal
untuk mengurangi nyeri)
dari ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa nyeri
- Bantu pasien dan keluarga
berkurang dengan
untuk mencari dan
menggunakan
menemukan dukungan
manajemen nyeri
- Lakukan penanganan nyeri
 Mampu mengenali nyeri
non farmakologi
(skala, intensitas,
- Evaluasi keefektifan kontrol
frekuensi dan tanda
nyeri
nyeri)
- Monitor penerimaan pasien
 Menyatakan rasa nyaman
tentang manajemen nyeri
setelah nyeri berkurang

3. Ansietas NOC NIC


berhubungan
 Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
dengan kurangnya
 Anxiety level kecemasan)
pengetahuan
 Coping
- Gunakan pendekatan yang
Kriteria hasil:
menenangkan
 Klien mampu
- Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan
harapan terhadap prilaku
mengungkapkan gejala
pasien
cemas.
- Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik - Dengarkan dengan penuh
untuk mengontrol cemas. perhatian bantu pasien
 Vital sign dalam batas mengenal situasi yang
normal. menimbulkan kecemasan
 Postur tubuh, ekspresi - Dorong pasien untuk
wajah, bahasa tubuh dan mengungkapkan perasaan,
tingkat aktivitas ketakutan, persepsi
menunjukkan - Instruksikan pasien
berkurangnya kecemasan. menggunakan teknik
relaksasi

4. Intoleransi NOC NIC


aktivitas
 Energy conservation Activity Theraphy
berhubungan
 Aktivity toleransi
dengan kelemahan,
- Bantu klien untuk
 Self care : ADls
penurunan sirkulasi
mengidentifikasi aktifitas
Kriteria hasil: yang mampu dilakukan
- Bantu untuk
 Mampu melakukan
mengidentifikasi dan
aktifitas sehari-hari
mendapatkan sumber yang
(ADls) secara mandiri
diperlukan untuk aktivitas
 Tanda-tanda vital normal
yang diinginkan
 Sirkulasi status baik
- Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motifasi
diri dan penguatan monitor
respon fisik, emosi, social
dan spiritual

5. Resiko syok NOC NIC


(hipofolemik)
 Syok prevention - Monitor status sirkulasi BP,
berhubungan
 Syok management warna kulit, suhu kulit,
dengan perdarahan
denyut jantung, HR.
pervaginam
Kriteria hasil
- Monitor suhu dan
pernafasan
 Tanda-tanda vital dalam
- Monitor input dan output
batas normal
- Monitor tanda awal syok
 Irama jantung dalam
batas normal
Management Syok

Hidrasi
- Monitor tekanan nadi
- Monitor status cairan, input
 Demam tidak ditemukan
output
 TD dbn
 Hematokrit DBN

6. Resiko infeksi NOC NIC


berhubungan
 Imunne status Infection Control (Kontrol
dengan kondisi
 Knowledge: infection infeksi):
vulva lembab
control
- Bersihkan lingkungan
 Risk control
setelah dipakai pasien lain
Kriteria hasil:
- Pertahankan teknik isolasi
 Klien bebas dari tanda
- Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi
perlu.
 Mendeskripsikan proses
- Instruksikan pada
penularan penyakit,
pengunjung untuk mencuci
faktor yang
tangan saat berkunjung
mempengaruhi penularan meninggalkan pasien.
serta penatalaksanaannya. - Gunakan sabun antimikrobia
 Menunjukkan untuk cuci tangan.
kemampuan untuk - Cuci tangan setiap sebelum
mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
infeksi. keperawatan.
 Jumlah leukosit dalam - Tingkatkan intake nutrisi.
batas normal. - Monitor tanda gejala infeksi
 Menunjukkan prilaku sistemik dan lokal.
hidup sehat. - Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat

2.2.5. Discharge Planing

1. Dianjurkan melakukan pemeriksaan TORCH (cytomegalovirus, Toxoplasma, Rubella,


dan Herpes virus
2. Dianjurkan memakai kontrasepsi
3. Banyak istirahat- berbaring
4. Banyak konsumsi makanan yang bergizi dan olahraga secara teratur
5. Sampaikan informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa janin mati tak
membahayakan kehidupan wanita tersebut sampai 3 minggu setelah kematian janin.
6. Pemilihan cara persalinan apakah akan persalinan ditunggu secara spontan atau segera
dilahirkan dengan induksi persalinan harus dibahas dengan baik
7. Induksi persalinan dapat dilakukan dengan misoprostol 100-200 µg 2 dd 1 selama 2 hari
8. Bila pasien menghendaki agar persallinan berlangsung secara spontan, maka harus sering
dilakukan pemeriksaan faalhemostatis dan kadar fibrinogen (Amru Sofian, 2012).
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Resume

Ny. L berusia 33 tahun, agama islam, suku melayu, bahasa sehari-hari bahasa Indonesia,
pekerjaan karyawan swasta sebagai accounting di salah satu pabrik swasta di kota Medan,
kewarganegaraan Indonesia, alamat jl.rumah potong hewan No-24 Lk V mabar Medan deli.
Klien masuk ke IGD Kebidanan Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan pada tanggal 21
Januari 2020, masuk jam 18.15 Wib, No RM 21 23 46. Status kehamilan ibu G1P0A0 dengan
umur kehamilan 14 minggu. Klien mengatakan: keluar plek-plek darah dari kemaluan sejak 2
hari yang lalu. klien USG di Praktek Dokter Rilie Ritonga SpoG dengan diagnosa medis Missed
abortion dan Rencana: tindakan Kuretase. Klien datang dari IGD kebidanan ke ruang VK (ruang
bersalin). Di IGD dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD: 110/70 mmHg, HR:
80x/menit, RR: 20x/menit, Temp: 36,60C, Hb: 11,1 g/dl, TFU: belum teraba. Terapi/obat yang
telah diberikan: misoprostol. kemudian klien dipindahkan keruangan VK (ruang bersalin) untuk
melakukan tindakan kuretase yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2020 pukul 08.00 pagi, di
ruangan VK dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil TD: 110/70, HR: 80x/menit,
Temp: 370C, dengan serviks terbuka.

Penanggung jawab dari klien adalah Tn.S yang berumur 41 tahun, pekerjaan karyawan
swasta, hubungan keluarga: suami dari klien, yang beralamat di jl. Rumah potong hewan No-24
Lk V mabar Medan deli.
Riwayat kesehatan klien, klien mengatakan: klien rutin USG dengan dokter spesialis
kandungan, tetapi pada saat umur kehamilan 8 minggu, klien mengalami diare berkelanjutan
dengan jarak waktu 2-3 hari sebanyak 3 kali, klien mengatakan penyebab diarenya karena
memakan makanan yang pedas (memakan bakso yang pedas). Pada saat klien mengalami diare,
klien memilih pengobatan ke klinik terdekat yang di tangani oleh bidan, klien diberikan 2 jenis
obat: obat diare dan juga antibiotic. Alasan klien memilih bidan terdekat karena jangkauan untuk
berobat kedokter spesialis kandungan jauh. Klien berpikir penyakit yang dialaminya itu biasa
saja dan tidak berpengaruh pada janinnya. Kemudian pada saat klien USG kembali pada dokter
spesialis kandungan, dokter menyatakan bahwa janin didalam rahim ibu tidak lagi hidup (denyut
jantung janin tidak ada). Karena kurang yakinnya klien terhadap pernyataan dokter tersebut,
klien memutuskan untuk mengecek kehamilannya kembali ke Praktek dokter Rilie Ritonga
SpoG, akhirnya dokter Rilie Ritonga SpoG menyatakan bahwa janinnya tidak lagi hidup (denyut
jantung janin tidak ada), dan harus di lakukan tindakan kuretase.

Riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada
membawa penyakit keturunan.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum dirumah sakit klien mengatakan makan 3 x sehari
dengan menu makan: nasi, sayur, buah-buahan dan minum air putih 8 gelas perhari, tetapi disaat
usia kehamilan 8 minggu klien makan makanan pedas berupa bakso sehingga mengakibatkan
diare. Selama dirumah sakit klien mengatakan makan seperti biasa dengan menu makan: nasi,
bubur, sayur dan buah-buahan serta minum air putih 8 gelas perhari.

Pola eliminasi, klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit buang air besar (BAB) 1 x
sehari, tidak ada darah, konsistensi feses lembek. Buang air kecil (BAK) lancar tidak ada
masalah. Klien mengatakan selama masuk rumah sakit BAB tidak ada gangguan, BAK lancar
dan tidak terpasang kateter.

Pola aktivitas, klien mengatakan dalam sehari-hari pekerjaannya adalah karyawan swasta
sebagai accounting di salah satu pabrik swasta di kota Medan, dimana klien bekerja mulai jam
08.00 pagi sampai jam 17.00 sore. Riwayat psikososial cemas dikarenakan klien tidak mengerti
penyebab dari terjadinya abortus tersebut.
A. Laboratorium

No Pemeriksaan Hasil Angka normal


1. Hemoglobin 11.1 g/dl p: 13-18

w: 12-16
2. Leukosit 11.600 /mm3 4.000-11.000

B. USG

Hasil: Missed Abortion

3.2. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1. Data subjektif: Kuretase, sehingga Nyeri Akut
jaringan terbuka.
klien mengatakan nyeri pada
pinggang

Data objektif:

- klien tampak meringis


kesakitan
- Klien tampak memegangi
bagian piggang

2. Data Subjektif: Kuretase Intoleransi Aktivitas

Klien mengatakan sulit


melakukan aktivitas seperti BAK

Data Objektif:

Klien tampak dibantu keluarga


saat melakukan aktivitas
3. Data Subjektif: Kurang pengetahuan Ansietas

- Klien mengatakan tidak


mengerti penyebab
terjadinya penyakit
- Klien bertanya-tanya
penyebab terjadinya
abortus

Data Subjektif:

Klien tampak cemas


4. Data Subjektif: - Tindakan kuretase Resiko Infeksi

Data Objektif:

- tindakan kuretase

terpasang infuse RL

3.3. Prioritas Masalah

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang, klien terlihat meringis
kesakitan dengan skala nyeri 8.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan Klien mengatakan
sulit melakukan aktivitas seperti BAK
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan Klien mengatakan
tidak mengerti penyebab terjadinya abortus dan Klien bertanya-tanya penyebab
terjadinya abortus
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
3.4. Asuhan keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi I Evaluasi II


Hasil
1. Nyeri Akut berhubungan NOC NIC o Melakukan Subjektif: Subjektif:
dengan kerusakan pengkajian nyeri:
 Pain Level Pain Management Pasien mengatakan Pasien mengatakan
jaringan intra uteri. P: Akibat kuretase
 Pain Control nyeri pada bagian nyeri pada
Q: Seperti
- Lakukan
Definisi:  Comfort Level pinggang sedikit pinggang mulai
tertekan/tertimpa benda
pengkajian nyeri
berkurang berkurang
R: dipunggung dan di
Pengalaman sensori dan Kriteria Hasil: secara
abdomen
emosional yang tidak komprehensif
 Mampu S: 8
menyenangkan yang - Observasi reaksi
mengontrol nyeri T: tidak pasti Objektif: Objektif:
muncul akibat kerusakan non verbal dari
(tahu penyebab o Mengobservasi
jaringan yang aktual atau ketidaknyamanan
Pasien tampak wajah Pasien
nyeri, mampu reaksi non verbal
potensial atau - Bantu pasien dan
meringis tampak
m enggunakan pasien (mimik
digambarkan dalam hal keluarga untuk
menunjukkan
tehnik wajah)
kerusakan sedemikian menemukan
respon yang baik
nonfarmakologi o Membantu pasien
rupa (international dukungan
untuk mengurangi dan keluarga Analisa data:
Association for the study - Lakukan
nyeri) menemuan
of Pain): awitan yang penanganan nyeri
masalah belum teratasi
 Melaporkan dukungan Analisa data:
tiba-tiba atau lambat dari non farmakologi
bahwa nyeri (memotivasi)
intensitas ringan hingga - Evaluasi
berat dengan akhir yang berkurang dengan keefektifan kontrol o Melakukan Masalah teratasi
dapat diantisipasi atau menggunakan nyeri penanganan non sebagian
Planning:
diprediksi dan manajemen nyeri - Monitor farmakologi:
berlangsung <6 bulan.  Mampu penerimaan pasien Massage
Intervensi dilanjutkan
mengenali nyeri tentang manajemen Punggung
Planning:
Batasan karakteristik:
(skala, intensitas, nyeri o Mengevaluasi  Lakukan
dihentikan
frekuensi dan keefektifan pengkajian
 Mengekspresikan
tanda nyeri) kontrol nyeri nyeri
prilaku (mis:
 Menyatakan rasa  Observasi
gelisah,
nyaman setelah reaksi non
merengek)
nyeri berkurang verbal dari
 Perubahan posisi
ketidaknyaman
untuk
an
menghindari nyeri
 Lakukan
 Melaporkan nyeri
penanganan
secara verbal
nyeri non
farmakologi
 Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri

2. Intoleransi Aktifitas NOC NIC o Membantu pasien Subjektif: Subjektif:


berhubungan dengan untuk melakukan
 Energy Pasien mengatakan
kelemahan. aktifitas yang
conservation Activity Theraphy badan terasa lemah Pasien mengatakan
mampu dilakukan
Defenisi:  Aktivity toleransi badan klien telah
o Membantu pasien
- Bantu Pasien untuk
Ketidakcukupan energy  Self care: ADls terasa enakan
untuk
melakukan
psikologis atau fisiologis
mendapatkan Objektif:
Kriteria hasil: aktifitas yang
untuk melanjutkan atau
sumber yang
mampu dilakukan
menyelesaikan aktifitas Pasien tampak lemah
 Mampu diperlukan untuk Objektif:
- Bantu pasien untuk
kehidupan sehari-hari dan aktivitas dibantu
melakukan aktivitas yang
mendapatkan
yang harus atau yang oleh keluarga dan Pasien tampak
aktifitas sehari- diinginkan
sumber yang
ingin dilakukan. perawat. melakukan aktivitas
hari (ADls) secara (seperti: buang air
diperlukan untuk
tanpa bantuan
mandiri kecil)
Batasan karakteristik: aktivitas yang
keluarga atau
 Tanda-tanda vital o Menyediakan
diinginkan
perawat.
 Menyatakan normal
- Sediakan penguatan positif Analisa data:
merasa letih penguatan positif bagi pasien
Sirkulasi status baik Masalah belum
 Menyatakan bagi yang aktif (memotivasi)
teratasi
merasa lemah o Membantu pasien Analisa data:
beraktivitas
- Bantu pasien untuk untuk
Faktor yang Masalah sebagian
mengembangkan mengembangkan
berhubungan: teratasi
motifasi diri dan motivasi diri dan Planning:

penguatan monitor penguatan


 Tirah baring atau intervensi dilanjutkan
respon fisik, emosi, monitor respon
imobilisasi
 Kelemahan umum social dan spiritual fisik, emosi,  Bantu Pasien Planning: intervensi
sosoal dan untuk dihentikan
spiritual melakukan
aktifitas yang
mampu
dilakukan
 Bantu pasien
untuk
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas
yang
diinginkan

3. Ansietas berhubungan NOC NIC o menggunakan Subjektif: Subjektif:


dengan kurangnya pendekatan yang
 Anxiety self- Anxiety Reduction Pasien mengatakan Pasien mengatakan
pengetahuan menenangkan
control (penurunan kecemasan) mulai paham akan paham akan
o menyatakan
Defenisi: perasaan tidak  Anxiety level penyebab terjadinya terjadinya
- Gunakan harapan terhadap
nyaman atau  Coping keguguran keguguran
pendekatan yang perilaku pasien
kekhawatiran yang samar
o menjelaskan
di sertai respon autonom Kriteria hasil: menenangkan prosedur
(sumber sering kali tidak  Klien mampu - Nyatakan dengan pendidikan
Objektif: Objektif:
spesifik atau tidak di mengidentifikasi jelas harapan kesehatan tentang
ketahui oleh individu); dan terhadap prilaku apa yang
Pasien kelihatan Pasien kelihatan
perasaan takut yang mengungkapkan pasien dirasakan oleh
tenang tenang
disebabkan oleh gejala cemas. - Jelaskan semua Pasien
antisipasi terhadap  Mengidentifikasi, prosedur dan apa o mendengarkan
bahaya. Hal ini mengungkapkan yang dirasakan dengan penuh
Analisa Data: Analisa data:
merupakan isyarat dan menunjukkan selama prosedur perhatian tentang
kewaspadaan yang tehnik untuk - Dengarkan dengan keluhan yang
Masalah teratasi Masalah teratasi
memperingatkan individu mengontrol penuh perhatian, dirasakan pasien
sebagian
akan adanya bahaya dan cemas. bantu pasien o memberi motivasi
kemampuan individu  Vital sign dalam mengenal situasi untuk mengurangi
untuk bertindak batas normal. yang menimbulkan Planning: intervensi
kecemasan
menghadapi ancaman.  Postur tubuh, kecemasan Planning: dihentikan
( seperti memberi
ekspresi wajah, - Dorong pasien semangat pada
Batasan karakteristik: Intervensi dilanjutkan
bahasa tubuh dan untuk ibu )
tingkat aktivitas mengungkapkan  Gunakan
 Perilaku:
menunjukkan perasaan, pendekatan
- Gelisah
berkurangnya ketakutan, persepsi yang
- mengekspresikan
kecemasan. - Beri motivasi untuk menenangkan
kekhawatiran
mengurangi
karena dalam kecemasan.  Dengarkan
peristiwa hidup . dengan penuh
 Afektif : perhatian,
- Gelisah  Beri motivasi
- Bingung untuk
- khawatir mengurangi
 Parasimpatik: kecemasan.

Nyeri abdomen.
4. Resiko infeksi NOC NIC o membersihkan Subjektif: - Subjektif:-
berhubungan dengan lingkungan
 Imunne status Infection Control
Tindakan kuretase ruangan
 Knowledge: (Kontrol infeksi):
o menginstruksikan
objektif: Objektif:
Defenisi: infection control
- Bersihkan pada pengunjung
 Risk control
untuk mencuci tindakan kuretase Infuse dilepas
mengalami peningkatan lingkungan setelah
Kriteria hasil:
resiko terserang dipakai pasien lain tangan saat
 Klien bebas dari terpasang infuse RL
organisme patogenik. - Instruksikan pada berkunjung dan
tanda dan gejala
pengunjung untuk meninggalkan analisa data: Analisa data:
infeksi
mencuci tangan ruangan.
 Mendeskripsikan
o mencuci tangan masalah belum teratasi Masalah sebagian
saat berkunjung
Faktor-faktor resiko: proses penularan
setiap sebelum teratasi
meninggalkan
penyakit, faktor planning:
pasien. dan sesudah
yang - Cuci tangan setiap tindakan intervensi dilanjutkan
mempengaruhi sebelum dan keperawatan(sepe
 Cuci tangan Planning: intervensi
penularan serta sesudah tindakan rti vulva hygene).
setiap sebelum dihentikan
penatalaksanaann keperawatan. o meningkatkan
 Pengetahuan tidak dan sesudah
ya. - Tingkatkan intake intake nutrisi
cukup untuk tindakan
 Menunjukkan nutrisi. o memonitori tanda
menghindari keperawatan.
kemampuan untuk - Monitor tanda gejala infeksi
pemajanan  Tingkatkan
mencegah gejala infeksi
pathogen intake nutrisi.
timbulnya infeksi. lokal.
 Ketidak  Monitor tanda
 Jumlah leukosit - Dorong masukan
adekuatan gejala infeksi
dalam batas cairan
pertahanan lokal.
normal. - Dorong istirahat
sekunder  Dorong
 Menunjukkan
-Penurunan Hemoglobin masukan
prilaku hidup
 Malnutrisi cairan
sehat.
Catatan Perkembangan 23 Januari 2020

Nama : Ny L

Ruangan : Melati

Hari/tgl Dx Implementasi Evaluasi


Rabu, 23 I P: Akibat kuretase Subjektif:
Januari 2020 Q: Seperti tertekan/tertimpa benda
Pasien mengatakan nyeri pada
R: dipunggung dan di abdomen
bagian pinggang sedikit berkurang
S: 8
T: tidak pasti
Objektif:
o Mengobservasi reaksi non verbal
pasien (mimik wajah) Pasien tampak meringis
o Membantu pasien dan keluarga
Analisa data:
menemuan dukungan
(memotivasi) masalah belum teratasi
o Melakukan penanganan non
farmakologi: Massage Punggung Planning:
o Mengevaluasi keefektifan kontrol
Intervensi dilanjutkan
nyeri

 Lakukan pengkajian nyeri


 Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
 Lakukan penanganan nyeri
non farmakologi
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

II o Membantu pasien untuk Subjektif:


melakukan aktifitas yang mampu
dilakukan
Pasien mengatakan badan terasa
o Membantu pasien untuk
lemah
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
Objektif:
diinginkan (seperti: buang air
kecil) Pasien tampak lemah dan aktivitas
o Menyediakan penguatan positif dibantu oleh keluarga dan perawat.
bagi pasien (memotivasi)
Analisa data:
o Membantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan Masalah belum teratasi
penguatan
Planning:

intervensi dilanjutkan

 Bantu Pasien untuk


melakukan aktifitas yang
mampu dilakukan
 Bantu pasien untuk
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan

III o menggunakan pendekatan yang Subjektif:


menenangkan
Pasien mengatakan mulai paham
o menyatakan harapan terhadap
akan penyebab terjadinya
perilaku pasien
keguguran
o menjelaskan prosedur pendidikan
kesehatan tentang apa yang
dirasakan oleh Pasien
o mendengarkan dengan penuh Objektif:
perhatian tentang keluhan yang Pasien kelihatan tenang
dirasakan pasien
Analisa Data:
o memberi motivasi untuk
mengurangi kecemasan ( seperti
Masalah teratasi sebagian
memberi semangat pada ibu )
Planning:

Intervensi dilanjutkan

 Gunakan pendekatan yang


menenangkan
 Dengarkan dengan penuh
perhatian,

Beri motivasi untuk mengurangi


kecemasan.
IV o membersihkan lingkungan Subjektif: -
ruangan
Objektif:
o menginstruksikan pada
pengunjung untuk mencuci tangan tindakan kuretase, terpasang infuse
saat berkunjung dan meninggalkan RL
ruangan.
o mencuci tangan setiap sebelum Analisa data:
dan sesudah tindakan
masalah belum teratasi
keperawatan(seperti vulva
hygene). Planning:
o meningkatkan intake nutrisi
o memonitori tanda gejala infeksi intervensi dilanjutkan

 Cuci tangan setiap sebelum


dan sesudah tindakan
keperawatan.
 Tingkatkan intake nutrisi.
 Monitor tanda gejala
infeksi lokal.

Dorong masukan cairan


Catatan Perkembangan kamis 24 Januari 2020

Hari/tgl Dx Implementasi Evaluasi


Rabu, 23 I P: Akibat kuretase Subjektif:
Januari 2020 Q: Seperti tertekan/tertimpa benda
Pasien mengatakan nyeri pada
R: dipunggung dan di abdomen
pinggang mulai berkurang
S: 8
T: tidak pasti
Objektif:
o Mengobservasi reaksi non verbal
pasien (mimik wajah) wajah Pasien tampak
o Membantu pasien dan keluarga menunjukkan respon yang baik
menemuan dukungan (memotivasi)
Analisa data:
o Melakukan penanganan non
farmakologi: Massage Punggung Masalah teratasi sebagian
o Mengevaluasi keefektifan kontrol
nyeri Planning: dihentikan

II o Membantu pasien untuk melakukan Subjektif:


aktifitas yang mampu dilakukan
Pasien mengatakan badan klien
o Membantu pasien untuk
telah terasa enakan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang Objektif:
diinginkan (seperti: buang air kecil)
o Menyediakan penguatan positif bagi Pasien tampak melakukan
pasien (memotivasi) aktivitas tanpa bantuan keluarga
o Membantu pasien untuk atau perawat.

mengembangkan motivasi diri dan


penguatan

Analisa data:
Masalah sebagian teratasi

Planning: intervensi dihentikan


III o menggunakan pendekatan yang Subjektif:
menenangkan
Pasien mengatakan paham akan
o menyatakan harapan terhadap
terjadinya keguguran
perilaku pasien
o menjelaskan prosedur pendidikan Objektif:
kesehatan tentang apa yang
dirasakan oleh Pasien Pasien kelihatan tenang
o mendengarkan dengan penuh
Analisa data:
perhatian tentang keluhan yang
dirasakan pasien Masalah teratasi
o memberi motivasi untuk
mengurangi kecemasan ( seperti Planning: intervensi dihentikan

memberi semangat pada ibu )

IV o membersihkan lingkungan ruangan Subjektif:-


o menginstruksikan pada pengunjung
Objektif:
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan meninggalkan Infuse dilepas
ruangan.
o mencuci tangan setiap sebelum dan Analisa data:
sesudah tindakan
Masalah sebagian teratasi
keperawatan(seperti vulva hygene).
o meningkatkan intake nutrisi Planning: intervensi dihentikan
o memonitori tanda gejala infeksi
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Jadi abortus merupakan suatu ancaman atau sering disebut dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dibagi menjadi dua yaitu
abortus spontan (imminens, insipiens, inkompletus, kompletus, dan missed abortion) dan abortus
provakatus (medisialis dan kriminalis). Adapun faktor penyebab abortus yaitu kelainan ovum,
kelainan genetalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta, penyakit-penyakit ibu, dan juga penyakit
bapak (usia lanjut, penyakit kronis).

4.2. Saran

Sebaiknya untuk si ibu mampu mengetahui akan pentingnya nutrisi apabila sedang hamil
karena nutrisi sangat penting bagi janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, jadi ibu
harus mencukupi kebutuhan nutrisi untuk si janin pada saat hamil. Dan bagi mahasiswa/I
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan dan mampu memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien atau masyarakat untuk meningkatkan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Henderson., Christine. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC

Maulana, M. (2008). Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Jl. Anggrek, Seleman,


Yogyakarta:Katahati.

Maulana, M. (2008). Panduan Kehamilan. Jl. Anggrek, Seleman, Yogyakarta: Katahati.

Nugroho, T. (2010). Kasus Emergency Kebidanan untuk Kebidanan dan Keperawatan.


Jl.Sorowajan Baru, Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, A.H., Kusuma, H.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Jl.Ring Road Barat, Godegan Rt.5 Tamantirto, Kasihan
Bandul, Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai