Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Anggia
Disusun oleh:
Tia Sintia (C1914201113)
Filza Fahrian (C1914201126)
Intan Ajeng Kartini (C1914201127)
Agung Nugraha Taswin (C1914201132)
Siti Sumyati (C1914201138)
Lu’lu Nur Fairus Syifa (C1914201145)
Gun Gun Gunawan (C1914201170)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang kami beri judul "Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia".
Adapun makalah tentang "Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia" ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang "Fungsi
dan Kedudukan Bahasa Indonesia" ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda,
kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.
Tim Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara
terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan
dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status. Bahasa tidak dapat
ditinggalkan, ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai
manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya
bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa
kedudukan dan fungsi tertentu.
Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang
bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu
kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-
ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah
bahasa.
B. Perumusan Masalah
a. Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional?
b. Apakah Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum dan Secara Khusus?
c. Bagaimana Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi?
d. Bagaimana Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi?
3
d. Mengetahui Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca:
sosiolog) adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar
biasa. Sebab di negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk
membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan
bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan
4
sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita
patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu
terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam
itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi.
Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin
dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi
juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai
sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah.
Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang.
Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang
mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan
bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan wujud, baik struktur,
sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda
adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa
bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah
Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau
jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru
diganti dengan nama bahasa Indonesia.
5
tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita
untuk mengekspresikan diri, yaitu:
6
alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat
efektif untuk meredakan rasa marah kita.
7
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. “Hasil Perumusan
Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
8
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah
bahasa Indonesia.
d. Alat penghubung antar budaya antar daerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi
antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti
tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
9
Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat
menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk
lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan
dengan masalah pembinaan bahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston
(dalam Lee, 1996), globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan
luas perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis
(wisatawan) ke berbagai negara.
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup
pesat, perkembangan di luar negeripun sangat menggembirakan. Data terakhir
menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa
Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan
semakin meingkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia
Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa
Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap
bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam
era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk
peran media massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua,
yaitu tantangan internal dan tantang eksternal. Tantangan internal berupa
pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata, pembentukan kata, dan struktur
kalimat. Tantangan eksternal datang dari pengaruh negatif bahasa asing
(terutama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembentukan
istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris.
Mencermati berbagai peluang dan tantang tersebut, memunculkan
serangkaian pertanyaan berikut.
1) Mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah arus
tarik-menarik dari dua tantangan tersebut?
2) Apakah peluang-peluang yang mendukung pembinaan bahasa Indonesia
dalam mempertahankan jati diri bahasa Indonesia?
3) Apa saja tantangan-tantangan masa depan terhadap perkembangan bahasa
Indonesia dalam arus tarik-menarik tersebut?
4) Bagaimana upaya penanggulangan terhadap tantangan-tantangan tersebut?
10
Berbagai fenomena dan kenyataan itu akan semakin mendukung ke arah
terjadinya suatu pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara globalisasi
dan lokalisasi. Persoalan berikutnya adalah mampukah bahasa Indonesia
mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus tarik-menarik itu? Untuk
menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang bagaimana bahasa
Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari
berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di
nusantara. Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan
dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu atau
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan dan fungsi
yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Dimana kedudukannya sebagai
lambang kebanggan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan
alat penghubung antarbudaya antar daerah.
Setelah mengetahui kedudukan dan fungsinya, pertanyaan kita selanjutnya
mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus
arus Globalisasi? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke
belakang bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa
Melayu mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain, baik bahasa asing
maupun bahasa daerah lainnya di Nusantara. Sejauh ini tanpa terasa banyak
kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap
sebagai kosakata bahasa Melayu atau Indonesia.
B. Saran
1. Sebaiknya kita harus memahami fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia
sesuai dengan pemakaiannya.
11
2. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya menjadi lebih efektif dalam berkomunikasi.
3. Dan kita juga harus bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
12
13