1817 4165 1 PB PDF
1817 4165 1 PB PDF
ABSTRAK
Tepat kedua, adalah tepat criticism) dengan indikator utama standar yang
pelaksanaannya. Ada tiga lembaga yang semakin baik dan kesadaran yang semakin
dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, meningkat,(6) model review professional
kerjasama antara pemerintah- dengan indikator utama adalah penerimaan
profesional, (7) model kuasi-legal (quasi-legal)
masyarakat/swasta, atau implementasi
dengan indikator utama adalah resolusi, serta
kebijakan yang diswastakan (privatization (8) model studi kasus dengan indikator utama
atau contracting out). Tepat ketiga, adalah adalah pemahaman atas diversitas.
tepat target. Ketepatan target ini berkenaan Sementara itu, James Anderson
dengan 3 hal, yaitu: 1) apakah target yang (Winarno, 2002) membagi evaluasi
diintervensi sesuai dengan yang implementasi kebijakan publik menjadi tiga,
direncanakan, apakah tidak ada tumpang yaitu: (1) evaluasi kebijakan publik yang
tindih dengan intervensi lain, atau tidak dipahami sebagai kegiatan fungsional, (2)
bertentangan dengan intervensi kebijakan evaluasi yang memfokuskan pada bekerjanya
lain, 2) apakah targetnya dalam kondisi kebijakan, serta (3) evaluasi kebijakan
sistematis yang melihat secara objektif
siap untuk diintervensi, ataukah tidak, dan
program-program kebijakan yang ditujukan
3) apakah intervensi implementasi untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat
kebijakan bersifat baru atau dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah
memperbaharui implementasi kebijakan dinyatakan dicapai.
sebelumnya.
Tepat keempat, adalah tepat E. Pelayanan Publik
lingkungan. Ada dua lingkungan yang
paling menentukan, yaitu lingkungan Secara umum, pelayanan publik
kebijakan dan lingkungan eksternal. dapat disebut sebagai proses pemenuhan
kebutuhan hidup manusia secara langsung
D. Evaluasi Kebijakan Publik maupun tidak langsung melalui aktivitas
orang lain merupakan konsep yang
Evaluasi kebijakan publik merupakan senantiasa aktual dalam berbagai aspek
bagian atau tahap terakhir dari suatu kebijakan kelembagaan, baik pada organisasi bisnis
publik, dengan kata lain sebuah kebijakan maupun pada organisasi pemerintah
publik tidak dapat dilepas begitu saja, (Sinambella, 2006). Di Indonesia,
melainkan harus diawasi, dan salah satu pelayanan publik (public service) menjadi
mekanisme pengawasan tersebut disebut isu penting dan strategis. Alasan utamanya
sebagai ”evaluasi kebijakan”. Evaluasi
adalah aktivitas pelayanan publik di
kebijakan itu sendiri dilakukan untuk menilai Indonesia cenderung jalan ditempat.
sejauhmana keefektifan kebijakan publik guna Pelayanan publik itu sendiri dapat
dipertangungjawabkan kepada konstituennya. diartikan sebagai pemberian layanan
Selain itu, evaluasi diperlukan untuk melihat (melayani) keperluan orang atau
kesenjangan antara harapan dan kenyataan serta masyarakat yang mempunyai kepentingan
untuk mencari kekurangan sekaligus untuk menutup
pada organisasi itu sesuai dengan aturan
kekurangan.
Terkait dengan evaluasi kebijakan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan
publik, Ernet R House (1980) membuat (Kurniawan dalam Sinambella, 2006).
taksonomi evaluasi kebijakan publik melalui Berdasarkan pendapat Sinambella
beberapa model, yaitu: (1) model system dan Kurniawan di atas, tampak bahwa
dengan indikator utama adalah efisiensi, (2) pemerintahan sebagai penyedia dan
model perilaku dengan indikator utama pelaksana pelayanan publik harus lebih
produktivitas dan akuntabilitas, (3) model proaktif dalam mencermati berbagai
formulasi keputusan dengan indikator utama perkembangan agar supaya pelayanan yang
adalah keefektifan dan keterjagaan kualitas, (4) diberikan mempunyai daya saing yang
model tujuan bebas (goal free) dengan
tinggi dalam berbagai aktivitas pelayanan
indikator utama adalah pilihan pengguna dan
manfaat sosial, (5) model kekritisan seni (art publik. Simpulan ini, sejalan dengan
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 6
Sosialisasi dan uji coba Perda yang Berdasarkan data di atas, tampak
dimaksud dilakukan langsung oleh dinas bahwa alasan pengimplementasian Perda
terkait, yaitu Dinas Sosial Pemeritah Kota No. 8 Tahun 2009 tentang pelayanan
Makassar dan Dinas Pertamanan dan publik dasar bidang sosial di Kota
Kebersihan Pemeritah Kota Makassar Makassar telah sejalan beberapa pendapat
selaku leading sector. Adapun sasaran dari ahli terkait dengan pendefinisian kebijakan
sosialisasi dititikberatkan kepada publik itu sendiri, terutama apabila
penyelenggara dan masyarakat selaku dikaitkan dengan kesimpulan rumusan dari
calon pengguna pelayanan. Untuk itu sejumlah pendefinisian kebijakan publik
materi sosialisasi yang disampaikan yang menyatakan bahwa “kebijakan public
melalui media dan tatap muka adalah dapat diartikan sebagai hal-hal yang
sangat terkait dengan hak-hak dan diputuskan oleh pemerintah untuk
kewajiban masing-masing pihak dalam dilakukan atau dikerjakan dan hal-hal yang
rangka pengimplementasian Perda tersebut diputuskan oleh pemerintah untuk tidak
tentang pelayanan publik dasar bidang dikerjakan atau diabaikan”.
sosial di Kota Makassar. Demikian halnya
Selain sosialisasi, ditemukan bahwa pengimplementasian Perda No. 8 Tahun
sebelum Perda No. 8 Tahun 2009 2009 tentang pelayanan publik dasar
diimplementasikaan terlebih dahulu bidang sosial dikaitkan dengan kesimpulan
dilakukan uji coba pemberlakuan Perda yang menyatakan bahwa “kebijakan publik
kepada masyarakat, langsung diaplikasikan merupakan suatu hasil analisis yang lebih
atau diimplementasikan kepada keluarga komprehensif, terpadu dan terintegrasi
yang berduka dengan petugas pelayanan serta mendalam terhadap berbagai
(petugas terkait) dengan cara mendatangi alternatif pilihan yang akan menghasilkan
keluarga yang berduka untuk menjelaskan suatu pengambilan keputusan terbaik
perihal keberadaan dan terhadap suatu permasalahan”.
pengimplementasian Perda tersebut Berdasarkan dua kesimpulan di atas,
tentang pelayanan publik dasar bidang tampak bahwa langkah yang dilakukan
sosial di Kota Makassar. oleh Pemerintah Kota Makassar dalam hal
Dalam hal pengimplementasian ini Walikota Makassar untuk
lebih lanjut, pemerintah Kota Makassar mengimplementasikan Perda tersebut
membuka sekaligus memberi kesempatan merupakan langkah yang tepat dengan
seluas-luasnya kepada masyarakat baik mengingat bahwa kebijakan yang diambil
melalui pribadi maupun lembaga untuk oleh pemerintah merupakan keputusan
turut serta mengambil peran dalam untuk mengambil alih sebagian beban
mendukung suksesnya warga masyarakatnya sekaligus untuk
pengimplementasian Perda tersebut mengatasi atau meminimalisasi
tentang pelayanan publik dasar bidang permasalahan yang dihadapi oleh
sosial di Kota Makassar. masyarakatnya terkait dengan beban
Hal lain yang terungkap dalam kedukaan.
wawancara adalah selain mendapat respon Terkait dengan langkah
positif dari warga yang telah pengimplementasian Perda No. 8 Tahun
memanfaatkan pelayanan ini, masing 2008 oleh Pemerintah Kota Makassar,
informan menyatakan masih mendapat tampak sejalan atau sesuai dengan
kendala dalam pengimplementasian Perda beberapa model dalam
ini. Di balik kendala yang dirasakan, pengimplementasian kebijakan publik.
informan menyatakan telah melakukan Pertama, kesesuaian dengan Model
langkah-langkah antisipasi atas kendala George C Edward III.Kesesuaian yang
yang dirasakannya. dimaksud tampak melalui kegiatan
komunikasi dalam bentuk sosialisasi,
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 10
pelibatan sumber daya internal dan dihasilkan, (3) derajat perubahan yang
eksternal melalui kerjasama pengelolaan diinginkan, (4) kedudukan pembuat
program, serta penguatan keinginan dan kebijakan, (5) siapa pelaksana program,
sikap pengelola khususnya Dinas Sosial serta (5) sumber daya yang dikerahkan.
dan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kesesuaian isi yang dimaksud Merilee S
Pemerintah Koota Makassar selaku leading Grindle tampak tersirat dan tersurat dalam
sector serta mitra kerja dalam Perda tersebut.
menyukseskan pengimplementasian Selain kesesuaian dengan beberapa
kebijakan pemerintah Kota Makassar model pengimplementasian,
dalam hal pelayanan publik dasar bidang pengimplementasian Perda tersebut
sosial di Kota Makassar, dan struktur mengalami beberapa kendala atau masalah.
birokrasi khususnya melalui hubungan Kendala yang dimaksud masing-masing
antar dinas selaku leading sektor dengan dirasakan oleh Dinas Pertamanan dan
masing-masing mitra kerjanya dalam Kebersiahan Pemerintah Kota Makassar,
rangka pengimplementasian kebijakan Dinas Sosial Pemerintah Kota Makassar,
pemerintah dalam hal pelayanan publik serta mitra kerja pemerintah dalam
dasar bidang sosial di Kota Makassar. pelaksanaan Perda No. 8 Tahun 2009
Kedua, kesesuaian dengan model dalam hal ini yayasan penyedia angkutan
Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabastier. mobil jenazah (ambulance) serta WKSBM
Kesesuaian dengan ketiga variabel yang selaku penyenggara mayat di setiap
diklasifikasi oleh Daniel Mazmanian dan kelurahan dalam Wilayah Kota Makassar.
Paul A. Sabastier tampak jelas dalam Selanjutnya, hasil penelitian
pengimplementasian Perda No. 8 Tahun diarahkan untuk mengkonfirmasi prasyarat
2009, terutama apabila dikaitkan variabel pemilihan model mana yang tepat terkait
independen dengan pertimbangan mudah dengan pengimplementasian suatu
tidaknya masalah dikendalikan atas kebijakan oleh pemerintah. Prasyarat yang
pengimplementasian Perda tersebut. Begitu dimaksud adalah mempertimbangkan
pula apabila dikaitkan dengan intervening prinsip ”empat tepat’ dari Nugroho (2006).
dengan situasi dan kondisi yang telah Hasil konfirmasi menunjukkan bahwa
terjadi atas pengimplementasian Perda No. tindakan atau langkah yang dilakukan oleh
8 Tahun 2009 dengan adaanya kemampuan pemerintah Kota Makassar dalam rangka
pemerintah untuk menstrukturkan proses pengimplemen-tasian kebijakan
implementasi serta kemampuan pemerintah daerah dalam Pelayanan Publik
pemerintah dalam memadukan hirarki Dasar Bidang Sosial di Kota Makasar
diantara pelaksana, termasuk dalam hal adalah memiliki keseusian, kecuali yang
perekrutan pejabat pelaksana. Sedangkan berkaitan dengan ketepatan target.
kesesuaian terhadap variabel dependen
terlihat pada langkah yang dilakukan oleh B. Kualitas Implementasi Pelayanan Publik
pemerintah untuk memberi pemahaman Dasar Bidang Sosial di Kota Makassar
kepada seluruh stakeholdes dalam rangka
pengimplementasian Perda tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan
Ketiga, kesesuaian dengan model bahwa mayoritas responden (61.5 persen)
Merilee S Grindle. Menurut model ini, menilai bahwa kualitas pelayanan publik
keberhasilan pengimplementasian dasar bidang sosial masuk kategori baik.
kebijakan ditentukan oleh derajat Bahkan ada 135 responden atau 35,8
implementability dari suatu kebijakan. persen yang menilai bahwa kualitas
Untuk itu, setiap kebijakan menurut pelayanan publik dasar bidang sosial
Merilee S Grindle harus berisi: (1) sangat baik. Sementara yang memberikan
kepentingan yang terpengaruh oleh penilaian buruk atas kualitas pelayanan
kebijakan, (2) jenis manfaat yang akan publik dasar bidang sosial hanya 10 orang
atau 2.7 persen responden saja.
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 11
Penilaian yang berbeda yang kelamin wanita yang merasa tidak puas
berbeda dari responden, termasuk terhadap pelayanan publik dasar.
penilaian buruk sangat terkait dengan b. Proporsi terbesar responden yang
pendapat Triguno (1997) yang menyatakan merasa puas terhadap pelayanan publik
bahwa, “pelayan yang terbaik, adalah dasar bidang sosial berada pada usia ≤
melayani setiap saat, secara cepat dan 30 tahun yaitu sebesar 72,9 persen.
memuaskan, berlaku sopan, ramah dan Proporsi ini hampir sama dengan
menolong, serta pofesional dan mampu”, responden yang berusia 41-50 tahun
dengan demikian pelayanan yang tidak (71,2 persen). Sementara responden
menunjukkan kesopanan, keramahan dan yang berusia lebih dari 50 tahun
ketidakpedulian akan menggambarkan proporsinya sebesar 64,4 persen. sedang
kurangnya empati dari seorang pelayan. yang berusia 31- 40 proporsinya 63,9
Khusus mayoritasnya penilaian baik persen. Sementara itu, kelompok
dan sangat baik dibandingkan dengan responden yang mengaku sangat puas
penilaian buruk, menggambarkan bahwa terhadap pelayanan publik lebih banyak
Program IASmo Bebas Pemerintah Kota yang berusia > 50 tahun dibanding yang
Makassar melalui pelayanan publik dasar 31- 40 tahun yaitu sebesar 33,3 persen
bidang sosial berupa bantuan perlengkapan maupun yang berusia ≤ 30 tahun dan 41
mayat, pengangkuta jenazah (ambulance – 50 tahun yang masing-masing 27,1
gratis), serta pemakaman telah diterima persen dan 28,1 persen.
dan dirasakan dengan baik oleh warga c. Proporsi responden yang merasa tidak
masyarakat Kota Makassar, sekalipun puas terhadap pelayanan publik dasar
masih sebagian kecil masyarakat pengguna bidang sosial cenderung lebih banyak
layanan menyatakan tidak puas dengan pada mereka yang berpendidikan SLTP
memberi penilaian buruk terhadap apa / Sederajat dibanding yang
yang telah diterimanya. berpendidikan SLTA / Sederajat yang
hanya sebesar 1,0 persen. Sementara
C. Kepuasan Masyarakat Pengguna tak satupun responden yang
Terhadap Pelayanan Publik dasar berpendidikan SD/Sederajat dan
Bidang Sosial di Kota Makassar Akedami/ Perguruan Tinggi yang
merasa tidak puas terhadap pelayanan
Terkait dengan kepuasan masyarakat publik dasar bidang sosial. Sebaliknya
pengguna terhadap pelayanan publik dasar responden yang mengaku puas terhadap
bidang sosial di Makassar, menunjukkan pelayanan publik dasar bidang sosial
bahwa: lebih banyak yang berpendidikan
a. Mayoritas responden atau 68.2 persen Akademi / Perguruan Tinggi (78,3
mengaku puas terhadap pelayanan persen) dibanding yang berpendidikan
publik dasar bidang sosial. Bahkan ada SLTA/Sederajat (66,7persen) maupun
117 responden atau 31,0 persen yang berpendidikan SLTP / Sederajat
mengaku sangat puas terhadap dan SD/Sederajat yang masing-masing
pelayanan publik dasar bidang sosial. 62,5 persen dan 23,1 persen. Sementara
Sementara yang merasa tidak puas responden yang mengaku sangat puas
terhadap pelayanan publik dasar bidang cenderung lebih banyak pada yang
sosial yang disediakan pemerintah kota berpendidikan SD/Sederajat (76,9
Makassar hanya 3 responden atau 0,8 persen) dibandingkan yang
persen saja. 3 responden yang merasa berpendidikan SLTP/Sederajat (35,4
tidak puas seluruhnya berjenis kelamin persen) maupun yang berpendidikan
laki-laki, dengan kata lain tidak ada SLTA/Sederajat dan
satupun responden yang berjenis Akademi/Perguruan Tinggi yang
23
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 12