Anda di halaman 1dari 15

1.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami proses fertilisasi


2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami proses implantasi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami proses pembentukan plasenta dan
fungsinya
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami regulasi hormonal selama kehamilan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami adaptasi tubuh ibu selama
kehamilan
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses laktasi

1. Fertilisasi
Ovum yang dilepas oleh ovarium itu akan disapu ke arah ostium tuba kemudian
menuju ampulla. Sperma yang akan membuahi itu harus menembus lapisan korona
radiata kemudian lapisan zona pelusida. Di dalam zona pelusida ini terdapat reseptor
sperma yaitu ZP3 dimana akibat dari pengikatan sperma dan reseptor ini akan
mengakibatkan enzim enzim akrosom dibebaskan ke bagian zona pelusida. Enzim
akrosom kemudian akan mencerna zona pelusida membentuk jalur ke membran
plasma ovum. Kemudian membran plasma kedua sel ini akan berfusi. Kepala sperma
yang mengandung banyak DNA masuk ke sitoplasma ovum, kemudian sperma akan
merangsang pelepasan enzim yang ada di dalam granula kortikal di ovumm lalu
menginaktifkan reseptor ZP3 dan mengeraskan zona pelusida sehingga akan
menghambat terjadinya polispermia. Ovum bersatu membentuk zigot di ampulla tuba.
Dalam beberapa jam, terbentuk morulla, kemudian morula turun disalurkan ke arah
kavum uteri oleh gerakan silia pada permukaan sel tuba dan kontraksi tuba. Pada hari
keempat akan mencapai stadium blastosit. Kemudian blastosit sendiri tersusun atas
trofoblas dibagian luar, dan embrioblas. Embrioblas inilah yang akan berkembang
menjadi janin kemudian trofoblas menjadi plasenta. Trofoblas berperan penting dalam
proses implantasi. Mekanisme Fertilisasi
a) Proses Fertilisasi

Proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di ampula yakni pada sepetiga
atas oviduktus. Sebelum terjadi fertilisasi ovum dan sperma harus sampai di oviduktus
terlebih dahulu.
- Transpor Ovum ke Oviduktus

Ovum dilepaskan ke rongga abdomen pada saat ovulasi. Namun, dalam keadaan
normal, ovum segera diambil oleh oviduktus. Ujung oviduktus yang melebar menjulur
membungkus ovarium mengandung fimbria, tonjolan mirip jari yang berkontraksi dengan
gerakan menyapu untuk menuntun ovum yang baru dibebaskan ke dalam oviduktus. Selain
itu, fimbria dilapisi oleh siliatonjolan halus mirip-rambut yang berdenyut dalam
gelombanggelombang mengarah ke interior oviduktus-yang ikut menjamin mengalirnya
ovum ke dalam oviduktus. Di dalam oviduktus, ovum cepat didorong oleh kontraksi
peristaltik dan efek silia pada ampula. Konsepsi terjadi dalam waktu yang terbatas dalam
waktu 12 - 24 jam jika ovum tidak dibuahi maka akan difagosit oleh sel - sel yang melapisi
bagian dalam saluran reproduksi.
- Transpor Sperma ke Oviduktus

Setelah sperma di endapkan saat ejakulasi, sperma harus melalui kanalis servikalis,
uterus dan untuk kemudian sampai di sepertiga atas oviduktus. Kanalis servikalis memiliki
mukus yang kental, sementara untuk bisa melakukan penetrasi sperma, serviks harus
memiliki mukus yang tipis dan encer. Ini akan terjadi saat kadar esterogen meningkat saat
folikel matang siap untuk berovulasi.
Setelah sperma masuk ke uterus, kontraksi miometrium mengaduk - aduk sperma dan dengan
cepat menyebabkan sperma tersebar ke seluruh rongga uterus. Ketika mencapai oviduktus,
sperma terdorong ke tempat pembuahan di ujung atas oviduktus oleh kontraksi otot polos
oviduktus yang mengarah ke atas. Kontraksi miometrium dan oviduktus yang mempermudah
transpor sperma ini diinduksi oleh kadar estrogen yang tinggi tepat sebelum ovulasi, yang
dibantu oleh prostaglandin semen.
Sperma memiliki reseptor olfaktori spesifik, yang dinamai hOR17-4, yang identik dengan
yang ditemukan di hidung untuk persepsi bau reseptor ini terikat dengan odoran bourgeonal
yang berfungsi sebagai kemoatraktan atau kemotaksin. Sehingga memiliki kemampuan untuk
menarik sperma ke tempat gamet betina sudah menanti. Aktifnya reseptor ini akan
menyebabkan pelepasan kalsium intrasel selanjutnya mengaktifkan pergesaran mikrotubulus
yang menyebabkan pergerakan ekor dan bergeraknya sperma menuju tempat dengan kadar
bourgeonal tinggi yakni di ampula.
Progesteron yang dilepaskan ke dalam oviduktus dari sel folikular yang mengelilingi telur
pada saat ovulasi. Progesteron ini terikat dengan reseptor membran permukaan yang
nongenomik dan berespons cepat pada sperma, tidak seperti pengikatan steroid biasa ke
reseptor intrasel yang berespons lambat pada sel target lainnya. progesteron membuka saluran
kation permeabel Ca2+ yang disebut saluran CatSper yang ditemukan secara khusus pada
membran plasma ekor sperma. Hasilnya, pemasukan Ca2+ penting bagi kejadian terkait
fertilisasi berikut ini pada sperma: (1) kapasitasi, (2) motilitas hiperaktif, dan (3) Reaksi
akrosom. Karena itu, aktivasi CatSper penting bagi fertilitas pria.
- Fertilisasi
Ekor sperma digunakan untuk bergerak bagi penetrasi akhir ovum. Untuk membuahi
sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata dan zona pelusida
yang mengelilingi sel telur. Enzim - enzim akrosom, yang terpajan saat membawa akrosom
pecah saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma membuat
saluran menembus sawar - sawar protektif ini. Fertilin, suatu protein yang terdapat di
membran plasma sperma, berikatan dengan integrin sel telur, suatu jenis molekul perekat sel
yang menonjol dari permukaan luar membran plasma. Hanya sperma spesifik dari spesies
yang sama yang dapat berikatan dengan reseptor sel telur ini dan menembusnya. Sperma
pertama yang mencapai ovum berfusi dengan membrane plasma ovum (sebenarnya suatu
oosit sekunder), memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum
sehingga lapisan ini tidak lagi dapat lagi ditembus oleh sperma lain. Fenomena ini dikenal
sebagai hambatan terhadap polispermia.
Kepala sperma yang menyatu tersebut secara perlahan tertarik ke dalam sitoplasma
ovum oleh suatu kerucut tumbuh dan membungkusnya. Ekor sperma sering lenyap dalam
proses ini, tetapi kepala sperma yang membawa informasi genetik yang penting. Sperma
mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk seluruhnya ke dalam sitoplasma sel telur.
Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca2+ yang tersimpan di dalam sel telur. Pelepasan
Ca2+ intrasel ini akan memicu pembelahan meiotik akhir oosit sekunder.

Dalam satu jam, nukleus sperma dan seltelur menyatu, berkat adanya suatu kompleks
molekul yang diberikan oleh sperma yang memungkinkan kromosom pria dan wanita
menyatu selain meyumbang searuh kromosom ke ovum yang dibuahi, yang sekarang dinamai
zigot, sperma pemenang ini juga mengaktifkan enzim - enzim ovum yang esensial bagi
perkembangan awal mudigah.
b) Tahap-tahap awal di ampula

Namun, selama tahap ini zigot tidak tinggal diam. Zigot cepat mengalami
sejumlah pembelahan sel mitotik untuk membentuk suatu bola padat sel - sel yang
disebut morula Sementara itu, peningkatan kadar progesteron dari korpus luteum yang
baru terbentuk setelah ovulasi merangsang pengeluaran glikogen dari endometrium ke
dalam lumen saluran reproduksi untuk digunakan sebagai energi oleh mudigah.
Nutrien - nutrien yang tersimpan dalam sitoplasma ovum dapat mempertahankan
produk konsepsi untuk waktu kurang dari sehari. Konsentrasi nutrien yang
dikeluarkan meningkat lebih cepat di ampula yang kecil dari pada di lumen uterus.
c) Penurunan morula ke dalam uterus

Sekitar tiga sampai empat hari setelah ovulasi, progesteron diproduksi dalam
jumlah memadai untuk melemaskan konstriksi tuba uterina sehingga morula dapat
dengan cepat terdorong ke dalam uterus oleh kontraksi peristaltik tuba uterine dan
aktivitas silia. Penundaan sementara mudigah yang baru terbentuk masuk ke dalam
uterus memungkinkan nutrien-nutrien terkumpul di lumen uterus untuk menunjang
mudigah sampai implantasi berlangsung. Jika tiba terlalu cepat di uterus, morula akan
mati.
Ketika turun ke uterus, morula mengapung bebas di dalam rongga uterus
selama tiga sampai empat hari' hidup dari sekresi endometrium dan terus membelah
Selama enam sampai tujuh hari pertama setelah ovulasi, sementara mudigah yang
sedang berkembang dalam keadaan transit di tuba uterina dan mengapung di lumen
uterus, lapisan dalam uterus secara bersamaan dipersiapkan untuk implantasi di
bawah pengaruh progesteron fase luteal Selama waktu ini dalam fase sekretoriknya,
atau fase progestasional, menyimpan glikogen dan mengalami peningkatan
vaskularisasi.

2. Implantasi
Implantasi dimulai ketika trofoblas menyekresi enzim proteolitik sewaktu
berkontak dengan endometrium. Enzim ini mencerna sel sel endometrium dan
membentuk jalan sehingga sel trofoblas dapat menembus ke dalam endometrium.
Trofoblas berfungsi menyelesaikan implantasi dengan membuat lubang di
endometrium untuk blastokista dan menyediakan bahan mentah dan bahan bakar
metabolik untuk mudigah yang sedang berkembang .
Implantasi terjadi karena 3 step secara garis besar :
1) Dimulai ketika, blastokista telah berkontak dengan endometrium. Sel-sel trofoblastik
yang menutupi massa sel dalam mengeluarkan enzim-enzim pencerna protein. Enzim-
enzim ini mencerna sel-sel endometrium dan membentuk jalan sehingga trofoblas
menembus dinding endometrium.
2) Dengan adanya efek “kanibalistik”, trofoblas melakukan fungsi ganda yaitu:
- Menyelesaikan implantasi dengan membuat lubang pada endometrium untuk
blastokista
- Menyediakan bahan bakar metabolic untuk mudigah yang berkembang saat
trofoblastik yang mencerna dinding endometrium yang kaya akan nutrient.
Jaringan endometrium yang berkontak dengan trofoblastik terangsang oleh invasi
trofoblastik, mengalami perubahan drastic yang meningkatkan kemampuannya menunjang
mudigah yang berimplantasi.
Sebagai responnya juga terhadap zat kimia yang dibebaskan oleh blastokista, sel-sel
endometrium mengeluarkan prostaglandin, yang meningkatkan vaskularisasi lokal,
menimbulkan edema, dan meningkatkan simpanan makanan. Jaringan endometrium yang
mengalami modifikasi tersebut disebut dengan desidua.
3) Trofoblas terus mencerna dinding endometrium sehingga membentuk celah untuk
blastokista sepenuhnya tertanam dalam endometrium. Suatu lapisan pun menutupi
permukaan lubang, yang mengakibatkan penguburan total blastokista dalam lapisan
dalam uterus.

Lapisan tropoblas terus mencerna sel-sel desidua sekitar, menghasilkan energi untuk
mudigah hingga plasenta terbentuk
3. Plasenta
Simpanan glikogen di endometrium hanya cukup untuk memberi makan
mudigah selama minggu-minggu pertama. Untuk mempertahankan mudigah/janin
yang sedang tumbuh selama hidup di uterus, terbentuk plasenta, suatu organ khusus
untuk pertukaran antara darah ibu dan janin. Plasenta berasal dari jaringan trofoblastik
dan desidua, yang merupakan dua jaringan dari beda organisme yakni embrio-janin
dan ibunya.
Pada hari ke 12, mudigah sudah terbenam seluruhnya di desidua. Pada saat ini
lapisan trofoblastik sudah mencapai ketebalan dua lapisan dan disebut korion. Karena
terus mengeluarkan enzim dan meluas, korion membentuk suatu jaringan rongga-
rongga yang meluas di dalam desidua. Dinding kapiler-kapiler desidua mengalami
erosi akibat ekspansi korion sehingga rongga-rongga tersebut terisi oleh darah ibu,
darah tersebut dicegah membeku karena adanya antikoagulan yang dihasilkan oleh
korion. Terbentuk tonjolan-tonjolan mirip jari dari jaringan korion yang meluas ke
dalam genangan darah ibu tersebut. Mudigah yang berkembang dengan segera
mengirim kapiler ke tonjolan-tonjolan korion untuk membentuk vilus plasenta.
Sebagian vilus meluas secara sempurna menembus ruang-ruang berisi darah untuk
menambatkan plasenta bagian janin ke jaringan endometrium, tetapi sebagian besar
hanya menonjol ke dalam genangan darah ibu.
Setiap vilus plasenta berisi kapiler embrionik yang dikelilingi oleh selapis tipis
jaringan korionik, yang memisahkan darah embrionik-janin dari darah ibu di ruang
antarvilus. Darah janin dan darah ibu dicegah untuk bercampur oleh adanya selapis
jaringan korion ini, namun sawar di antara keduanya sangatlah tipis. Dari sawar yang
sangat tipis inilah terjadi pertukaran bahan antara kedua aliran darah tersebut, dengan
tipisnya sawar memungkinkan nutrisi dan zat lain yang dibutuhkan dalam
perkembangan janin dapat berdifusi dengan mudah. Keseluruhan sistem struktur ibu
(desidua) dan janin (korion) yang saling mengunci ini membentuk plasenta.
Walau belum bekerja sempurna, plasenta sudah bekerja penuh sejak minggu
kelima setelah implantasi. Pada saat ini jantung mudigah sudah memompa darah ke
dalam vilus plasenta serta ke jaringan mudigah. Sepanjang gestasi, darah janin secara
terus-menerus melintasi vilus plasenta dan sistem sirkulasi janin melalui dua arteri
umbilikalis dan satu vena umbilikalis, yang terbungkus di dalam korda umbilikalis,
suatu penghubung antara janin dan plasenta. Darah ibu di dalam plasenta terus-
menerus diganti oleh darah segar yang masuk melalui arteriol-arteriol uterus, tersaring
melalui ruang-ruang antarvilus, tempat darah tersebut mempertukarkan berbagai
bahan dengan darah janin di vilus di sekitarnya, dan kemudian keluar melalui vena
uterina.
Selama kehidupan intrauterus, plasenta melaksanakan fungsi sistem
pencernaan, sistem pernapasan, dan ginjal bagi janin ini. Dalam hal ini bukan berarti
janin tidak memiliki organ-organ pendukung sistem ini, melainkan dalam lingkungan
intrauterus sistem-sistem ini tidak perlu dan tidak dapat berfungsi. Nutrien dan O2
berdifusi dari darah ibu menembus sawar tipis plasenta menuju ke darah janin,
sementara secara bersamaan CO2 dan sisa metabolik lain berdifusi dari darah janin ke
dalam darah ibu. Nutrien dan O2 yang dibawa ke janin dari darah ibu diperoleh oleh
sistem pencernaan dan pernapasan ibu, dan CO2 dan zat sisa metabolik dipindahkan
ke darah ibu dan masing-masing dikeluarkan oleh paru dan ginjal ibu. Cara bahan-
bahan ini menembus plasenta bergantung pada substansinya. Beberapa bahan dapat
menembus membran plasenta dengan cara difusi sederhana seperti O2 , CO2 , air dan
elektrolit. Sementara bahan lain seperti glukosa, kolestrol dan asam amino tidak dapat
menggunakan difusi melainkan dengan transpor khusus.

4. Hormon yang dikeluarkan oleh plasenta berperan penting untuk mempertahankan


kehamilan.Bagian plasenta yang berasal dari janin memiliki kemampuan luar biasa untuk
mengeluarkan sejumlah hormon steroid dan peptida yang esensial untuk mempertahankan
kehamilan. Hormon yang terpenting adalah human chorionic gonadotropin (gonadotropin
korionik manusia), estrogen, dan progesteron. Plasenta yang berfungsi sebagai organ
endokrin utama pada kehamilan, bersifat unik di antara jaringan-jaringan endokrin dalam dua
aspek. Pertama, organ ini bersifat sementara. Kedua, sekresi hormon tidak dipengaruhi oleh
kontrol ekstrinsik, berbeda dari mekanisme ketat yang sering kompleks yang mengatur
sekresi hormon lain. Jenis dan kecepatan sekresi hormon plasenta bergantung terutama pada
tahap kehamilan.
a) Sekresi Gonadotropin Korionik Manusia

Salah satu proses endokrin pertama adalah sekresi gonadotropin korionik rnanusia
(human chorionic gonadotropin, hCG), suatu hormon peptida yang memperlama usia korpus
luteum, oleh korion yang sedang berkembang. Ingat kembali bahwa, selama siklus ovarium,
korpus luteum berdegenerasi dan lapisan dalam uterus yang telah dipersiapkan terlepas jika
tidak terjadi fertilisasi dan implantasi. Jika terjadi pembuahan, blastokista yang tertanam
menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian akibat terbilas dalam darah haid dengan
menghasilkan hCG. Hormon ini, yang mirip dengan LH dan berikatan dengan reseptor yang
sama seperti LH, merangsang dan mempertahankan korpus luteum sehingga struktur ini tidak
berdegenerasi. Unit endokrin ovarium ini, yang sekarang dinamai korpus luteurn kehamilan,
tumbuh semakin besar dan semakin banyak menghasilkan estrogen dan progesteron untuk 10
minggu selanjutnya hingga plasenta mengambil alih sekresi hormonhormon steroid ini.
Karena keberadaan estrogen dan progesteron, jaringan endometrium yang tebal dan seperti
sumsum ini dipertahankan dan tidak diluruhkan. Karena itu, haid berhenti selama kehamilan.
Stimulasi oleh hCG diperlukan untuk mempertahankan korpus luteum kehamilan karena LH,
yang mempertahankan korpus luteum selama fase luteal normal daur haid, ditekan oleh
umpanbalik negatif akibat kadar progesteron yang tinggi. Pemeliharaan kehamilan normal
bergantung pada konsentrasi progesteron dan estrogen yang tinggi. Karena itu, produksi hCG
sangat penting selama trimester pertama untuk mempertahankan produksi hormon-hormon
ini oleh ovarium. Pada janin laki-laki, hCG juga merangsang prekursor sel Leydig di testis
janin untuk mengeluarkan testosteron, yang menyebabkan maskulinisasi saluran reproduksi.
Laju sekresi hCG meningkat pesat selama awal kehamilan untuk menyelamatkan
korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak hCG terjadi sekitar 60 hari setelah akhir daur
haid terakhir. Pada minggu ke-10 kehamilan, pengeluaran hCG turun ke tingkat rendah yang
berlangsung sepanjang kehamilan. Turunnya hCG terjadi pada saat korpus luteum tidak lagi
diperlukan untuk sekresi hormon steroidnya karena plasenta telah mulai mengeluarkan
estrogen dan progesteron dalam jumlah substansial. Korpus luteum kehamilan mengalami
regresi parsial seiring dengan merosotnya sekresi hCG, tetapi struktur ini tidak diubah
menjadi jaringan parut hingga setelah persalinan. Gonadotropin korionik manusia
dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Uji diagnosis kehamilan dapat mendeteksi hCG dalam
urine hingga sedini bulan pertama kehamilan, sekitar dua minggu setelah keterlambatan haid
pertama. Karena pada saat tersebut embrio yang sedang tumbuh belum dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik, uji ini memungkinkan kehamilan dikonfirmasi secara dini. Tanda
klinis awal kehamilan yang sering dijumpai adalah morning sickness, serangan-serangan
mual dan muntah yang sering terjadi pada pagi hari meskipun dapat terjadi kapan saja.
Karena keadaan ini biasanya terjadi segera setelah implantasi dan bersamaan dengan puncak
produksi hCG, para ilmuwan berspekulasi bahwa hormon plasenta awal ini mungkin memicu
gejala, kemungkinan dengan bekerja pada chemoreceptor trigger zone di pusat muntah.
b) Sekresi Estrogen dan Progesteron
Mengapa plasenta yang sedang terbentuk tidak langsung menghasilkan estrogen dan
progesteron daripada mengeluarkan hCG, yang nantinya merangsang korpus luteum untuk
mengeluarkan kedua hormon penting ini? Jawabannya adalah bahwa, karena berbagai sebab,
plasenta tidak dapat menghasilkan estrogen atau progesteron dalam jumlah cukup pada
trimester pertama kehamilan. Pada kasus estrogen, plasenta tidak memiliki semua enzim yang
diperlukan untuk membentuk hormon ini. Sintesis estrogen memerlukan interaksi kompleks
antara plasenta dan janin. Plasenta mengubah hormon androgen yang diproduksi oleh korteks
adrenal janin, dehidroepiandrosteron (DHEA), menjadi estrogen. Plasenta tidak dapat
menghasilkan estrogen hingga janin telah berkembang ke titik ketika korteks adrenalnya
mengeluarkan DHEA ke dalam darah. Plasenta mengekstraksi DHEA dari darah janin dan
mengubahnya menjadi estrogen, yang kemudian dikeluarkannya ke dalam darah ibu.
Estrogen memiliki beberapa variasi. Estrogen utama yang disintesis oleh plasenta
adalah estriol, berbeda dari estrogen utama yang diproduksi oleh ovarium, estradiol. Karena
estriol hanya dapat disintesis dari DHEA janin, pengukuran kadar estriol dalam urine ibu
dapat digunakan secara klinis untuk menilai viabilitas janin.
Pada kasus progesteron, plasenta dapat melakukan sintesis hormon ini segera setelah
implantasi. Meskipun plasenta dini memiliki enzim yang diperlukan untuk mengubah
kolesterol yang diekstraksi dari darah ibu menjadi progesteron, plasenta ini belum
menghasilkan banyak hormon ini karena jumlah produksinya setara dengan berat plasenta.
Selama 10 minggu pertama kehamilan, plasenta terlalu kecil untuk menghasilkan
Progesteron dalam jumlah yang memadai untuk mempertahankan jaringan
endometrium. Peningkatan nyata progesteron dalam darah dalam tujuh bulan terakhir gestasi

mencerminkan pertumbuhan plasenta selama periode ini.


c) Peran Estrogen dan Progesteron Selama Kehamilan
Diperlukan konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi untuk mempertahankan
kehamilan normal. Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium, yang ukurannya
bertambah sepanjang kehamilan. Diperlukan otot uterus yang lebih kuat untuk mengeluarkan
janin sewaktu persalinan. Estriol juga mendorong perkembangan duktusduktus di kelenjar
mamaria, yang akan dilalui oleh air susu sewaktu laktasi.
Progesteron melakukan berbagai peran sepanjang kehamilan. Fungsi utamanya adalah
mencegah keguguran dengan menekan kontraksi rniametrium uterus. Progesteron juga
mendorong pembentukan sumbat mukus di kanalis servikalis, mencegah kontaminan vagina
mencapai uterus. Pada akhirnya, progesteron plasenta merangsang perkembangan kelenjar
susu di payudara dalam persiapan untuk laktasi.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami adaptasi tubuh ibu selama
kehamilan
a) Uterus

Uterus akan membesar pada bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan
progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini disebabkan oleh hiperatrofi otot
polos uterus.
b) Serviks uteri

Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot. Jaringan
ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen akibat kadar estrogen yang meningkat, dan
dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.
c) Vagina dan vulva

Vagina dan vulva akibat hormone estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide). Tanda ini disebut Chadwick.
d) Traktus digestivus

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini
akibat kadar hormone estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun,
sehingga motilitas di dalam traktus digestivus juga berkurang. Tidak jarang dijumpai pada
bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari,
dikenal sebagai morning sickness.
e) Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi yang disebabkan oleh
pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. Kadang-kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi,pipi, dan hidung. Di daerah leher lebih sering terdapat
hiperpigmentasi yang sama, juga di areola mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi
hitam, dikenal sebagai linea nigra.
f) Mamma (Payudara)

Mamma akan membesar dan tegang akibat dari hormon somatomamotropin,


estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan
hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma.Di
samping ini, di bawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di
sekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papilla mamma
akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh areola mamma karena
hiperpigmentasi, glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola
mamma. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat keluar cairan berwarna
putih agak jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan warnanya agak kuning.
Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran air susu belum berjalan oleh
karena prolaktin ini ditekan oleh PIH (prolactine inhibition hormone). Postpartum (dengan
dilahirkan plasenta) pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomammotropin terhadap
hipotalamus hilang, sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.
g) Sistem Hematologi :
 Volume darah

Perubahan fisiologi yang paling dirasakan selama kehamilan adalah peningkatan


volume darah. Kejadian varises pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
jumlah kehamilan, jumlah bayi yang pernah dilahirkan, bayi yang dikandung tunggal atau
multipel. Peningkatan volume darah berlangsung sampai kehamilan term. Rata-rata
peningkatan volume darah pada kehamilan aterm 45-50%. Peningkatan volume darah
diperlukan untuk mengkompensasi aliran darah ekstra ke uterus, kebutuhan metabolisme
fetus, dan peningkatan perfusi pada organ lain terutama ginjal. Ekstra volume juga diperlukan
untuk mengkompensasi kehilangan darah saat persalinan. Rata-rata kehilangan darah pada
persalinan pervagina adalah 500-600ml dan kehilangan darah pada persalinan secara saesar
sekitar 1000 ml.

 Sel darah merah

Jumlah total leukosit meningkat selama kehamilan. Jumlah leukosit pada wanita non
hamil sekitar 4300-4500/ml dan pada wanita hamil meningkat mencapai 5000-12000/ml pada
kehamilan trimester akhir, meskipun jumlah yang tertinggi 16000/ml pernah ditemukan pada
wanita hamil trimester tiga. Jumlah sel darah putih yang mencapai 25000-30000/ml
merupakan hal yang normal selama persalinan. Jumlah lymphosit dan monosit sangat esensial
selama kehamilan. Leukosit polymorphonuclear berkontribusi dalam peningkatan sel darah
putih.

 Faktor pembekuan darah

Selama kehamilan, kadar beberapa faktor koagulan meningkat. Hal tersebut ditandai
dengan peningkatan fibrinogen dan faktor VIII. Faktor VII, IX, X, dan XII juga mengalami
peningkatan secara perlahan. Aktifitas fibrinotik menurun selama kehamilan dan persalinan
namun mekanisme yang tepat belum diketahui. Plasenta mungkin berperan dalam perubahan
status fibrinotik tersebut. Kadar plasminogen meningkat seiring dengan peningkatan kadar
fibrinogen yang menyebabkan keseimbangan aktifitas pembekuan dan lisis darah.
h) Sistem Pulmoner
 Volume dan kapasitas paru

Perubahan terjadi pada volume dan kapasitas paru selama kehamilan. Tidal volume
meningkat secara bertahap (35-50%) seiring dengan usia kehamilan. Kapasitas paru total
menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma. Kapasitas residu fungsional, volume residu,
dan volume cadangan respirasi semua mengalami penurunan sekitar 20%. Volume tidal yang
lebih besar dan volume residu yang menurun menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar
sebesar 65% selama kehamilan. Kapasitas inspirasi meningkat 5-10%. Perubahan fungsi
respirasi antara lain : Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40% pada tidal volume dan
peningkatan konsumsi oksigen 15-20% diatas kebutuhan wanita non hamil. Hiperventilasi
yang terjadi pada ibu hamil menyababkan penurunan CO2 alveolar. Penurunan CO2 ini
menurunkan tekanan CO2 darah; namun tekanan oksigen alveolar dipertahankan pada batas
normal. Hiperventilasi maternal melindungi fetus dari paparan CO2 yang terlalu tingg
Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi sejak konsepsi, semasa gestasi,
hingga tahap awal kehidupan di luar rahim. Susu (atau ekuivalennya) merupakan
nutrien yang esensial bagi kelangsungan hidup neonatus. Karena itu, selama gestasi
kelenjar mamaria, atau payudara, dipersiapkan untuk laktasi (pembentukan susu).
Payudara pada wanita tak-hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem
duktus rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang
tidak ada kaitannya dengan kemampuan menghasilkan air susu.

Persiapan payudara untuk laktasi Di bawah pengaruh lingkungan hormonal


yang terdapat selama kehamilan, kelenjar mamaria mengembangkan struktur
dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan susu. Payudara
yang mampu menghasilkan susu memiliki anyaman duktus yang semakin kecil
yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus. Setiap lobulus
terdiri dari sekelompok kelenjar mirip-kantong yang dilapisi oleh epitel dan
menghasilkan susu yang dinamai alveolus. Susu dibentuk oleh sel epitel dan
kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu dialirkan oleh duktus
pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting payudara.
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan ekstensif
duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-
lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior
yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen) dan human chorionic
somatomammotropin (hCS), suatu hormon plasenta yang memiliki struktur
serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga ikut berperan dalam
perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi sintesis enzim-enzim
yang dibutuhkan untuk memproduksi susu. Komitmen untuk mempersiapkan
payudara bagi nutrisi janin sangat besar sehingga ukuran kelenjar hipofisis
selama kehamilan meningkat dua atau tiga kali lipat akibat peningkatan jumlah
sel penyekresi prolaktin yang diinduksi oleh estrogen.
Selain mempersiapkan kelenjar mamaria bagi laktasi, prolaktin dan hCS juga
memicu perkembangan janin dengan merangsang produksi faktor-faktor
pertumbuhan serupa insulin (insulin-like growth factors), IGF-1 dan IGF II.
Secara mengejutkan, sekresi hormon pertumbuhan oleh hipofisis anterior janin
tidak muncul untuk mengontrol pertumbuhan janin. Pencegahan laktasi selama
kehamilan Sebagian besar perubahan di payudara terjadi selama paruh pertama
kehamilan sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamaria telah
mampu penuh menghasilkan susu. Namun, sekresi susu tidak terjadi hingga
persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh
terakhir kehamilan mencegah laktas dengan menghambat efek stimulatorik
prolaktin pada sekresi susu. Prolaktin adalah perangsang utama sekresi susu.
Karena itu, meskipun steroid-steroid plasenta berkadar tinggi tersebut
merangsang perkembangan perangkat penghasil susu di payudara, hormon-
hormon ini juga mencegah kelenjar mamaria beroperasi hingga bayi lahir dan
susu dibutuhkan.
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi dengan keluarnya
plasenta saat persalinan memicu laktasi. (Kini kita telah menyelesaikan
pembahasan tentang fungsi estrogen dan progesteron selama gestasi dan laktasi
serta sepanjang kehidupan reproduksi wanita.
Stimulasi laktasi oleh pengisapan produksi susu dimulai sesudah pelahiran, dua
hormon berperan penting untuk mempertahankan laktasi: (1) prolaktin, yang
meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan ejeksi susu.
Ejeksi susu, atau milk letdown, merujuk duktus. Pelepasan kedua hormon ini
dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh pengisapan . berikut
bahasa masing-masing hormon tersebut, termasuk kontrol sekresinya dan
perannya .
■ Pelepasan oksitosin dan ejeksi susu. Bayi tidak dapat secara langsung
mengisap susu keluar dari lumen alveolus. Susu harus secara aktif diperas
keluar alveolus dan masuk ke duktus dan, karenanya, ke arah puting payudara,
oleh kontraksi sel-sel mioepitel khusus (sel epitel yang mirip otot polos) yang
mengelilingi setiap alveolus . Pengisapan payudara oleh bayi merangsang ujung
saraf sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang merambat naik
melalui korda spinalis ke hipotalamus. Hipotalamus, setelah diaktifkan, memicu
pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin kemudian merangsang
kontraksi sel mioepitel di payudara untuk menyebabkan ejeksi susu. Ejeksi susu
ini hanya berlanjut selama bayi menyusu. Dengan cara ini, refleks ejeksi susu
menjamin bahwa payudara mengeluarkan susu hanya ketika diperlukan dan
dalam jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Meskipun alveolus penuh susu, susu
tersebut tidak dapat dikeluarkan tanpa oksitosin. Namun, refleks ini dapat
terkondisi oleh rangsangan di luar isapan. Sebagai contoh, tangisan bayi dapat
memicu ejeksi susu, menyebabkan susu keluar dari puting. Sebaliknya, stres
psikologis, yang bekerja melalui hipotalamus, dapat dengan mudah
menghambat ejeksi susu. Karena itu, sikap positif terhadap menyusui dan
lingkungan yang santai merupakan hal yang esensial bagi keberhasilan proses
menyusui.
■ Pelepasan prolaktin dan sekresi susu. Pengisapan tidak saja memicu
pelepasan oksitosin, tetapi juga merangsang produksi prolaktin. Pengeluaran
prolaktin oleh hipofisis anterior dikontrol oleh dua sekresi hipotalamus:
prolactin-inhibiting hormone (PIH) dan prolactin-releasing hormone (PRI-
1). PIH sekarang diketahui merupakan dopamin, yang juga berfungsi sebagai
neurotransmiter di otak. Sifat kimiawi PRH belum diketahui dengan pasti, tetapi
para ilmuwan mencurigai PRH sebagai oksitosin yang dikeluarkan oleh
hipotalamus ke dalam sistem porta hipotalamus-hipofisis untuk merangsang
sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior . Peran oksitosin ini berbeda dari peran
oksitosin yang diproduksi oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis posterior.
Sepanjang kehidupan seorang wanita, PIH memiliki pengaruh dominan
sehingga konsentrasi prolaktin normalnya tetap rendah. Selama laktasi, setiap
kali bayi mengisap terjadi letupan sekresi prolaktin. Impuls-impuls aferen yang
dipicu di puting payudara oleh pengisapan dibawa oleh korda spinalis ke
hipotalamus. Refleks ini akhirnya menyebabkan pelepasan prolaktin oleh
hipofisis anterior, meskipun belum jelas apakah ini disebabkan oleh inhibisi
sekresi PIH, atau stimulasi PRH, atau keduanya. Prolaktin kemudian bekerja
pada epitel alveolus untuk mendorong sekresi susu untuk menggantikan susu
yang keluar . Prolaktin menjalankan efeknya melalui jalur sinyal JAK/STAT .
Stimulasi secara bersamaan ejeksi dan produksi susu oleh isapan memastikan
bahwa kecepatan produksi susu seimbang dengan kebutuhan bayi terhadap susu.
Semakin sering bayi menyusu,semakin banyak susu yang keluar melalui ejeksi
dan semakin banyak susu yang diproduksi untuk pemberian berikutnya. Selain
prolaktin, yaitu faktor terpenting yang mengontrol sintesis susu, paling tidak
terdapat empat hormon lain yang esensial atas peran permisif mereka dalam
produksi susu: kortisol, insulin, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai