Anda di halaman 1dari 10

Nama:Yudi Syahputra

Nim:E0019442

Asas-Asas Hukum

A. ASAS HUKUM BERSIFAT UMUM


1. Asas Lex Supriori Derogate Lex Inferiori  berarti undang-undang yang dibuat oleh
lembaga tinggi Negara mengesampingkan atau mengalahkan undang-undang yang dibuat
oleh lembaga yang lebih rendah.
Contoh : Pasal 7 Uu No. 10 Tahun 2004.
2. Asas Lex Spcialis Derogate Lex Generalis  berarti undang-undang bersifat khusus
mengesampingkan atau mengalahkan undang-undang yang bersifat umum.
Contoh : KUH dagang dapat mengesampingkan KUH perdata dalam hal perdagangan.
3. Asas Lex Posteriori Derogate Lex Priori  berarti undang-undang yang baru
mengesampingkan atau mengalahkan undang-undang yang lama atau terdahulu. 
Contoh : UU No. 13 Tahun 1965 di ganti dengan UU No.14 Tahun 1992 tentang UU
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
4. Asas Equality Before The Law  yang artinya kesamaan di depan hukum
Contoh : Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan semua warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum.
5. Asas Ius Curia Novit  artinya hakim dianggap mengetahui hukum, sehingga tidak boleh
menolak kasus yang diberikan kepadanya. 
6. Asas Fictie Hukum, artinya semua orang dianggap sudah tahu tentang undang-undang
ketika undang-undang itu telah disahkan. 
7. Asas Restutio In Integrum  berarti hukum harus memulihkan pada keadaan semula.
8. Asas Cogatitionis Poenam Nemo Patitur  artinya, seseorang tidak dapat dihukum karena
apa yang dipikirkan atau ada dalam hatinya
9. Asas Precedent Atau The Binding Force Of Precedent yang hanya berlaku di negara yang
menganut sistem hukum Anglo Saxon yang artinya wajib mengikuti putusan hakim
terdahulu dalam perkara yang sejenis/serupa.
B. ASAS HUKUM PIDANA
1. Asas Teritorial
Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu dalam
pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di
Indonesia”

2. Asas Personal (Nasionaliteit aktif)


Yakni apabila warganegara Indonesia melakukan ke-jahatan meskipun terjadi di luar
Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila pelaku kejahatan
yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia—-sedangkan perbuatan pidana
yang dilakukan warganegara Indonesia di negara asing yang telah menghapus hukuman
mati, maka hukuman mati tidak dapat dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur
dalam pasal 6 KUHP.

3. Asas Perlindungan (Nasional Pasif)


Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap negara yang
berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya.

4. Asas Retroaktif Merupakan suatu asas hukum dapat diberlakukan surut. Artinya hukum
yang baru dibuat dapat diberlakukan untuk perbuatan pidana yang terjadi pada masa lalu
sepanjang hukum tersebut mengatur perbuatan tersebut, misalnya pada pelanggaran
HAM berat.

5. Asas Non Retro Active artinya hukum tidak boleh berlaku surut.
Contoh : Pasal 1 ayat (2) KUHP

6. Asas Universal
Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang melakukan perbuatan
pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana Indonesia di luar wilayah Negara
untuk kepentingan hukum bagi seluruh dunia. 

C. ASAS HUKUM PERDATA


1.  Asas Kebebasan Berkontrak
Merupakan asas yang mengandung makna bahwa setiap orang dapat mengadakan
perjanjian apapun itu, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum
diatur dalam undang. Asas ini terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa ”semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi yang membuatnya”.Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
2. Asas Konsesualisme
Merupakan asas yang berhubungan saat lahirnya perjanjian. Pada pasal 1320 ayat 1 KUH
Perdata, syarat sahnya perjanjian itu karena adanya kata kesepakatan antara dua belah
pihak.
3. Asas Kepercayaan
Yaitu asas yang mengandung makna bahwa setiap orang yang akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi  setiap prestasi yang diadakan diantara mereka 
4. Asas Kekuatan Mengikat
Yaitu asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang
mengikatkan diri atau terlibat pada perjanjian tersebut. Pasal 1340 KUHPdt berbunyi:
“Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.” Hal ini mengandung maksud
bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya.
5. Asas Persamaan Hukum
Yaitu asas yang mengandung maksud bahwa subjek hukum yang membuat perjanjian
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum 
6. Asas Keseimbangan
Yaitu asas yang menginginkan kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
perjanjian yang telah dijanjikan.
7. Asas Kepastian Hukum (Asas Pacta Sunt Servada)
Yaitu asas yang diakibatkan dari suatu perjanjian dan diatur dalam pasal 1338 ayat 1 dan
2 kuh perdata.
8.  Asas Kepatutan
Yaitu asas yang berkaitan dengan ketentuan tentang isi perjanjian yang diharuskan oleh
kepatutan. Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan
ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat
perjanjiannya 

D. ASAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

1. Asas Yuridikitas (rechtmatingheid) merupakan bahwa masing masing perbuatan pejabat


administrasi negara tidak boleh melanggara hukum (harus berdasarkan rasa keadilan dan
kepatuhan).
2. Asas Legalitas (wetmatingheid), merupakan bahwa masing-masing perbuatan pejabat
administrasi negara harus memiliki dasar hukumnya (ada peraturan dasar yang menjadi
landasan. Terlebih, Indonesia merupakan negara hukum, sehingga asas legalitas adalah
yang yang sangat penting dan utama dalam setiap tindakan pemerintah.
3. Asas Diskresi, merupakan kebebasan dari seorang pejabat administrasi negara dalam
menetapkan keputusan dengan dasar pendapatnya sendiri namun tidak bertentangan
dengan legalit.

E. ASAS HUKUM ACARA


1. Asas dalam Hukum Acara PTUN
a. Asas praduga rechtmatig (benar menurut hukum, presumptio iustea causa), asas ini
menganggap bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap berdasarkan
hukum (benar) sampai ada pembatalan. Dalam asas ini gugatan tidak menunda
pelaksanaan KTUN yang digugat (Pasal 67 ayat (1) UU No.5 tahun 1986);
b. Asas pembuktian bebas”. Hakimlah yang menetapkan beban pembuktian. Hal ini
berbeda dengan ketentuan 1865 BW (lihat Pasal 101, dibatasi ketentun Pasal 100;
c. Asas keaktifan hakim (dominus litis)”. Keaktifan hakim dimaksudkan untuk
mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak berimbang (lihat Pasal 58, 63, ayat
(1) dan (2), Pasal 80 dan Pasal 85)
d. Asas putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat (erga omnes)”. Sengketa
TUN adalah sengketa hukum publik. Dengan demikian putusan pengadilan berlaku
bagi siapa saja-tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa;dan asas-asas
peradilan lainnya, mislny : asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan,
obyektif.
e. Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem)”, para pihak mempunyai
kedudukan yang sama;
f. Asas kesatuan beracara” (dalam perkara yang sejenis);
g. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang bebas” (Pasal 24 UUD 1945
Jo.Pasal 1 UU No. 4 2004);
h. Asas sidang terbuka untuk umum”~putusan mempunyai kekuatan hukum jika
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum (Pasal 70 UU PTUN);
i. Asas pengadilan berjenjang” (tingkat pertama (PTUN), banding (PT TUN), dan
Kasasi (MA), dimungkinkan pula PK (MA);
j. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir (ultimum remidium)”, sengketa sedapat
mungkin diselesaikan melalui upaya administrasi (musyawarah mufakat), jika belum
puas, maka ditempuh upaya peradilan (Pasal 48 UU PTUN);
k. Asas obyektivitas”, lihat Pasal 78 dan 79 UU PTUN).
l. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.

2. Asas dalam Hukum Acara Pidana


a. Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
Tidak bertele-tele dan berbelit-belit. Mengenai asas ini terdapat beberapa ketentuan
dalam KUHAP diantaranya pada pasal 50 yang berbunyi: Tersangka atau terdakwa
berhak segera mendapat pemeriksaan penyidik, segera diajukan ke penuntut umum
oleh penyidik, segera diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum, segera diadili
oleh pengadilan. Juga pasal-pasal lain yaitu pasal 102 ayat 1, pasal 106, pasal 107
ayat 3 dan pasal 140 ayat 1. Tentang asas ini juga dijabarkan oleh KUHAP dalam
pasal 98.
b. Presumption of innocent
Yaitu Asas yang menyatakan bahwa setiap orang dianggap tidak bersalah hingga
putusan pengadilan menyatakan sebaliknya.
c. Equality before the law
Adalah Asas Persamaan DiHadapan Hukum, Dimana Didalamnya Terdapat Suatu
Kesetaraan Dalam Hukum Pada Setiap Individu 
d. Pengadilan terbuka untuk umum kecuali diatur UU
Pasal yang mengatur asas ini adalah pasal 153 ayat 3 dan 4 KUHAP yang berbunyi:
Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua membuka sidang dan menyatakan
terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara mengadili kesusilaan atau terdakwanya
anak-anak salah satu contoh hukum privat.
e. Sidang pengadilan secara langsung dan lisan.
Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung, artinya
langsung kepada terdakwa dan para saksi. Asas ini diatur dalam Pasal 153 ayat (2)
huruf a Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Pasal 155 ayat (1)
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 153 ayat (2) huruf a
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) : hakim ketua siding memimpin
pemeriksaan di sidang pengadilan yang dilakukan secara lisan dalam bahasa
indonesia yang dimengerti terdakwa dan saksi. Pasal 155 ayat (1) Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) : pada permulaan sidang hakim ketua sidang
menanyakan kepada terdakwa tentang nama lengkap, tempat lahir,umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaanya serta
mengingatkan terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan
dilihatnya di sidang.
f. Asas Akusatoir bukan Inkusatoir (pelaku sebagai subjek bukan objek)
Asas accusatoir menunjukkan bahwa seorang tersangka/tersangka yang diperiksa
bukan menjadi obyek tetapi sebagai subyek. Asas ini memperlihatkan pemeriksaan
dilakukan secara terbuka untuk umum. Dimana setiap orang dapat menghadirinya.
g. Asas Legalitas dan Oportunitas (sebagai pengecualian)
Dalam hukum pidana yang mengatakan bahwa tiada suatu perbuatan dapat
dipidana, kecuali berdasarkan ketentuaan perundang-undangan pidana yang telah
ada (Nullum Delictum Nulla Poena Sine Previa Lege Poenali). Asas ini tercantum
dalam Pasal 1 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 1 Ayat
1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) : Suatu perbuatan tidak dapat
dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang
telah ada 2. Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan
dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkannya.
Asas oportunitas adalah memberi wewenang pada penuntut umum untuk menuntut
atau tidak menuntut seorang pelaku dengan alasan kepentingan umum. Asas inilah
yang dianut Indonesia contohnya, seseorang yang memiliki keahlian khusus dan
hanya dia satu-satunya di negara itu maka dengan alasan ini JPU boleh memilih
untuk tidak menuntut. Asas ini diatur dalam Pasal 32 C UU Nomer 5 Tahun 1991
tentang Kejaksaan.
h. Tersangka/ terdakwa wajib mendapatkan bantuan hokum
KUHAP pasal 69 sampai pasal 74 mengatur Bantuan Hukum yang mana tersangka
atau terdakwa mendapat kebebasan yang sangat luas. Asas bantuan hukum ini telah
menjadi ketentuan universal di negara-negara demokrasi dan beradab.
i. Fair Trial (pengadilan yang adil dan tidak memihak)
peradilan yang jujur dan adil terhadap masyarakat pencari keadilan.
j. Peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap Penangkapan,
penahanan, penggeledahan dan penyitaan dengan perintah tertulis
k. Ganti rugi dan rehabilitasi
Asas ini juga terdapat dalam penjelasan umum KUHAP butir 3 d. Pasal 9 UU Pokok
Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970 yang juga mengatur ganti rugi. Secara
rinci mengenai ganti rugi dan rehabilitasi diatur dalam pasal 95 sampai pasal 101
KUHAP.
Kepada siapa ganti rugi ditujukan, memang hal ini tidak diatur secara tegas dalam
pasal-pasal KUHAP. Namun pada tanggal 1 Agustus 1983 dikeluarkan peraturan
pelaksananya pada bab IV PP No. 27 / 1983.

Dengan peraturan ini ditegaskan bahwa ganti kerugian dibebankan kepada negara
( depertemen keuangan ). Dengan tata cara pembayarannya Menteri keuangan juga
mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 983 / KMK. 01 / 1983 pada
tanggal 31 Desember 1983. Selain itu juga terdapat penggabungan pidana dengan
ganti rugi yang terdapat dalam pasal 98 sampai pasal 101 KUHAP dalam macam
macam hukum positif .
l. Persidangan dengan hadirnya terdakwa
Ketentuan mengenai hal ini diatur dalam pasal 154, 155 dan seterusnya dalam
KUHAP. Yang menjadi pengecualiannya ialah kemungkinan dijatuhkan putusan
tanpa hadirnya terdakwa yaitu putusanVerstek atau in Absentia tapi ini hanya dalam
pengecualian dalam acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas. Pasal 214
mengatur mengenai acara pemeriksaan verstek. Dalam hukum acara pidana khusus
seperti UU No. 31 Tahun 1971 Tentang Tindak Pidana Korupsi dan lainnya dikenal
pemeriksaan pengadilan secara in absentiaatau tanpa hadirnya terdakwa.

3. Asas-asas dalam Hukum Acara Perdata


a. Asas Kebebasan Hakim
Dasar hukum tentang asas kebebasan hakim adalah Pasal 24 ayat (1) UUD 1945
yang menentukan bahwa “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan”.
b. Peradilan Terbuka Untuk Umum
hakim di dalam mengadili suatu perkara yang diajukan oleh penggugat,
persidangannya terbuka untuk umum.
c. Asas Hakim Bersikap Pasif ( Tut Wuri )
Maksud dari asas ini adalah adanya tuntutan hak dari penggugat kepada tergugat,
timbulnya inisiatif sepenuhnya ada pada pihak penggugat.
Hakim bersifat pasif dalam pengertian yang luas adalah bahwa suatu perkara
diajukan ke pengadilan atau tidak untuk penyelesaiannya sepenuhnya tergantung
inisiatif dari para pihak yang sedang berperkara bukan dari hakim yang akan
memeriksa karena sebelum perkara diajukan ke pengadilan hakim bersifat pasif,
sedangkan kalau suatu perkara teleh diajukan oleh para pihak ke persidangan
pengadilan maka hakim harus bersifat aktif untuk mengadili perkara tersebut seadil-
adilnya tanpa pandang bulu.
d. Asas Kesamaan ( Audi et Alteram Partem)
"Mendengarkan dua belah pihak" atau mendengarkan juga pendapat atau
argumentasi pihak yang lainnya sebelum menjatuhkan suatu keputusan agar
peradilan dapat berjalan seimbang.
e. Asas Obyektivitas
untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan
diri, apabila terkait hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga
atau hubungan suami atau isteri meskipun telah bercerai dengan para pihak. 2.
f. utusan Disertai Alasan
Yang dimaksud dengan asas putusan harus disertai alasan-alasan adalah keputusan
hakim dalam suatu perkara harus menggunakan dalil-dalil dan atau dasar hukum
positif yang ada.
g. Tidak ada keharusan untuk mewakilkan
Baik dalam HIR maupun dalam Rbg tidak ada keharusan kepada para pihak untuk
mewakilkan pengurusan perkaranya kapada kuasa yang ahli hukum, sehingga
pemeriksaan dipersidangan dilakukan secara langsung terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan. Tetapi para pihak juga dapat mewakilkan atau menguasakan kepada
orang lain untuk beracara dimuka pengadilan sebagai kuasa hukumnya (Pasal 123
HIR/147 Rbg).H.Peradilan Dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa” (pasal 4 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004)
h. Beracara Dikenakan Biaya
Yang dimaksud dengan asas beracara dikenakan biaya adalah para pihak yang
beracara di pengadilan dikenakan biaya perkara.
i. Peradilan dilakukan dengan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
Yang dimaksud dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan adalah hakim dalam
mengadili suatu perkara harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
perkara dalam tempo yang tidak terlalu lama serta biaya yang ringan.
j. Asas Unus Testis Nullus Testis yang artinya satu saksi bukan saksi.
k. Asas Res Judicata Pro Veritate Habetur artinyakeputusan hakim dianggap paling
benar dan sah pada hukum formal.
l. Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa artinya tidak seorangpun dapat menjadi
hakim yang baik bagi dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai