Anda di halaman 1dari 15

PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA

1. Pengertian
Pemberian cairan intravena adalah memasukkan cairan ataupun obat langsung ke
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.

2. Tujuan
Tujuan pemberian cairan IV adalah untuk mengoreksi atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit. Misalnya, seorang Pasien menderita luka bakar derajat tiga yang mengenai 40%
permukaan tubuhnya, berada dalam kondisi sakit yang bkritis dan membutuhkan
pengaturan terapi IV yang diteliti karena adanya perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang terus menerus.

3. Indikasi
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan
pasca bedah sesuai program pengobatan, serta pasien yang tidak bisa makan dan minum.
Indikasi lain pemberian obat melalui jalur intravena adalah:
a. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam
peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena
hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini
tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada
kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan
antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS,
biaya perawatan dan lamanya perawatan
b. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan
melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat
suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya
“polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (diusus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan
ke dalam pembuluh darah langsung
c. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat
(ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan
pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (dibawah lidah), subkutan
(dibawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan diotot)
d. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedakobat masuk ke pernapasan),
sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan
e. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi
bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat
dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan
mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan
untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak
antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar
adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

4. Pengkajian
a. Kaji pengalaman pasien sebelumnya mengenai terapi intravena dan posisi tempat yang
dipilih
b. Tentukan apakah pasien akan atau sedang dalam perencanaan akan operasi
c. Kaji aktivitas pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
d. Kaji jenis dan rentang penggunaan terapi intravena sesuai dengan order dokter
e. Kaji data laboratorium dan riwayat pasien dengan alergi
f. Kaji riwayat pasien untuk penyakit kronik dan semua pengobatan
g. Tentukan apakah ada faktor dari pasien atau alat infus yang mungkin mengganggu
tetesan infus (pasien bingung, kemampuan pasien untuk bekerjasama, terapi diuretic,
ketidakseimbangan elektrolit). Rasional: menurunkan risiko dari komplikasi infus
h. Dapatkan informasi dan farmakolog mengenai beberapa infus yang memerlukan obat-
obatan melalui intravena, dicampur atau menggunakan alat. Rasional: mendorong
prinsip “5 benar“ dari pemberian medikasi, menentukan lamanya waktu infus.

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan bagi pasien yang menerima terapi infus adalah risiko
infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif ke dalam tubuh. Pasien yang
menerima terapi infus juga dalam risiko gangguan integritas kulit. Bagi pasien yang
menerima terapi infus untuk mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
diagnosa dari kelebihan volume cairan atau kekurangan volume cairan dapat terjadi.
Diagnosa kurang pengetahuan juga terlihat pada sebagian besar pasien yang menerima
infus, terutama bagi pasien yang baru mengalaminya.
6. Perencanaan
Kriteria hasil yang diharapkan berfokus pada komplikasi minimal dari terapi infus,
meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien, pengembalian keseimbangan cairan dan
elektrolit dan kemampuan pasien untuk memverbalkan komplikasi dan membutuhkan
intervensi keperawatan yang secapatnya.

7. Alat dan Bahan


a. Seperangkat infus set steril
b. Cairan yang diperlukan
c. Kain kasa steril dalam tempatnya
d. Kapas alkohol dalam tempatnya
e. Kateter vena (abbocath)
f. Bethadine
g. Kain kasa steril
h. Plester
i. Gunting verban
j. Bengkok
k. Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)
l. Perlak pengalas
m. Meja/trolly
n. Tali pembendung (tourniquet)
o. Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu terutama pada anak-anak
p. Standar infus
q. Pencahayaan yang baik.

8. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Terapi Cairan dengan Kateter Vena


a. Jelaskan prosedur pelaksanaan pada pasien
b. Cuci tangan
c. Pasangkan pengalas di bawah area yang akan dipasang infus
d. Tusukkan selang infus ke tutup botol
e. Botol cairan digantungkan pada standar infus
f. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar hingga udara tidak ada lagi dalam
selang saluran infus. Selanjutnya diklem dan jarum ditutup kembali
g. Pilihlah area (vena) yang tempat untuk dilakukan penusukan
Gambar 28: Area untuk penusukan vena

h. Pasangkan tourniquet 6 cm di atas area penusukan, desinfeksi dengan kapas alkohol


dari arah dalam ke arah luar secara memutar
i. Tusukkan kateter vena dengan sudut 45 derajat secara perlahan-lahan dengan lubang
jarumnya menghadap ke atas
j. Apabila berhasil darah akan keluar dan terlihat melalui ujung indikator kateter vena.
Tourniquet dilonggarkan, sambungkan kateter vena dengan selang infus. Kemudian
lepaskan klem secara perlahan untuk melihat kelancaran tetesan
k. Apabila tetesan lancar, lakukan cara:
1) Pasang plester di bawah kateter vena dengan sisi yang lengket menghadap ke atas
dan silangkan plester di atas kateter vena (membentuk huruf V)

Gambar 29: Pemasangan plester dengan metode chevron


2) Letakkan kasa steril yang sudah dioleskan betadine dan tempatkan di atas fungsi
vena, kemudian direkatkan dengan plester
3) Pasangkan plester yang berikutnya untuk mengamankan selang infus dan mencegah
selang lepas.
l. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan pasien
m. Rapikan pasien dan alat-alat
n. Cuci tangan
o. Dokumentasikan tindakan, meliputi: tanggal pemasangan, waktu pemasangan,
kecepatan tetesan, dan lain-lain.
9. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Terapi Cairan dengan Wing Needle
a. Cek program terapi medik
b. Mengucapkan salam terapeutik
c. Melakukan evaluasi/validasi
d. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
e. Jelaskan langkah-langkah kepada pasien
f. Cuci tangan
g. Persiapkan alat
h. Kembali ke pasien dan memasang sarung tangan bersih
i. Atur posisi pasien senyaman mungkin
j. Pilih tempat untuk penusukan vena. Periksa kedua lengan, lalu palpasi dan lihat
keadaan vena
k. Identifikasi kedalaman, vena mudah dipalpasi, cukup besar untuk tusukan jarum dan
aliran. Pilih area yang bebas dari lesi dan bekas luka dan area persendian. Gunakan
tempat yang distal, tempat yang lebih untuk infus selanjutnya. Gunakan vena yang
besar untuk cairan hipertonik, darah dan cairan pekat
l. Pakai tourniquet 6 inch diatas area, dapat juga menggunakan manset tekanan darah.
Untuk memakai tourniquet, angkat dan tarik, kemudian lipat ke bawah, jaga ujung
jauh dari area tusukan
m. Bersihkan area dengan povidone-iodine, jika pasien alergi gunakan alkohol. Ketika
alkohol digunakan pakai dengan digosok sampai 30 detik. Kemudian bersihkan
sampai benar benar kering untuk membunuh kuman
n. Lepaskan tutup pelindung wing
o. Tusuk vena dengan menggunakanibu jari pada tangan non dominan pada area yang
telah dipilih dan tekan serta tegangkan kulit
p. Lepaskan tourniquet, secara perlahan-lahan masukkan jarum ke wing. Periksa adanya
arus balik darah pada jarum. Pastikan ujung selang tertutup
q. Lindungi jarum dengan plaster ½ inch pada sisi bawah selang
r. Tempelkan plaster pada wing, lalu buat tanda V. Jangan mengikat langsung pada
tusukan. Sebagai alternatif, gunakan metode cherron. Letakkan plester dibawah area,
silangkan plester sampai menutup jarum, rekatkan pada kulit. Lalu rekatkan ujung
plester yang satu lagi secara berlawanan pada wing
s. Putar plester selang wing pada jarak pendek dengan area penusukan
t. Tempelkan pembalut transparan pada area infus
u. Lepaskan perekat pada pembalut lembut sebagai alternatif, tempelkan kasa steril ukuran
2 x 2 dan plester sisinya
v. Untuk mengunci, bersihkan tutup injeksi dengan alcohol swab dan masukkan cairan
NaCL 1 ml. Berikan lebel pada balutan dengan menuliskan tanggal dan jumlah tetesan
yang diberikan
w. Melepaskan sarung tangan, merapikan alat dan mencuci tangan
x. Mengevalusi respon pasien dan merencanakan tindak lanjut
y. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik)
z. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil.

MENGHITUNG KECEPATAN INFUS


1. Tujuan
Menghitung kecepatan tetesan infus bertujuan untuk mencegah pemberian cairan yang
terlalu cepat atau terlalu lambat.

2. Indikasi
a. Kecepatan infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
sirkulasi yang lebih lanjut pada pasien yang mengalami dehidrasi, syok atau
menderita penyakit kritis
b. Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan berlebihan, yang
sangat berbahaya lagi yaitu pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskular dan
neurologis.

3. Pengkajian
a. Perawat dapat mengkaji kepatenan IV dengan menurunkan kantung larutan IV
dibawah ketinggian tempat insersi dan mengobservasi adanya aliran balik darah ke
selang infus
b. Apabila tidak ada aliran balik darah dan cairan infus tidak mengalir dengan mudah
pada saat klem penggeser dibuka maka mungkin terdapat bekuan diujung kateter.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan bagi pasien yang menerima terapi infus adalah risiko infeksi
berhubungan dengan adanya prosedur invasif ke dalam tubuh. Pasien yang menerima
terapi infus juga dalam risiko gangguan integritas kulit. Bagi pasien yang menerima
terapi infus untuk mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit diagnosa dari
kelebihan volume cairan atau kekurangan volume cairan dapat terjadi. Diagnosa
kurang pengetahuan juga terlihat pada sebagian besar pasien yang menerima infus,
terutama bagi pasien yang baru mengalaminya.

5. Prosedur Pelaksanaan
Penghitungan cairan infus
a. Observasi kepatenan selang dan jarum IV:
1) Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dari larutan IV ke
dalam bilik tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan tetesan
telah sesuai dengan kecepatan yang diprogramkan
2) Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol atau kantung cairan IV sampai
lebih rendah dari tempat masuknya infus dan observasi adanya aliran balik darah.
b. Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program
yang biasa diresepkan adalah pemberian larutan selama 24 jam, biasanya dibagi ke
dalam 2 sampai 3 L. Kadangkala, program pemberian IV hanya berisi 1 L untuk
mempertahankan vena tetap terbuka. Catatan juga memperlihatkan waktu yang
diperlukan untuk menginfuskan setiap liter cairan
c. Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus,
misalnya:
Mikrodrip (tetes mikro): 60 tts/ml
Makrodrip (tetes makro) (Perry dan Potter, 1994):
Abbott Lab. 15 tts/ml
Travenol Lab. 10 tts/ml
McGaw Lab. 15 tts/ml
Baxter 10 tts/ml
d. Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran (tts/mnt) setelah
menghitung jumlah ml/jam jika dibutuhkan (Perry dan Potter, 1994):
volume total (ml) ÷ jam pemberian infus = ml/jam.
ml/jam ÷ 60 menit = ml/mnt
ml/jam x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt
e. Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat
tersebut disis tempat tidur
f. Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume dengan jam, misalnya:
1000 ml ÷ 8 jam = 125 ml/jam
Atau jika 4 L diprogramkan untuk 24 jam:
4000 ml ÷ 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam

g. Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV disebelah garis
petunjuk volume. Beri tanda plester berdasarkan kecepatan aliran per jam. Misalnya:
jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8, 10, atau 12 jam, masing-masing
ukuran tersebut akan ditandai dengan plester
h. Setelah kecepatan per jam ditetapkan, hitung kecepatan per menit berdasarkan faktor
tetes didalam set infus. Set infus minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan
yang umum digunakan atau mikrodrip yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor
tetes 15 tts/ml. Dengan menggunakan rumus, hitung kecepatan aliran per menit:
Mikrodrip:
125 ml x 60 tts/mnt = 7500 = 125 tts/mnt

60 mnt 60
Makrodrip:
125 ml x 15 tts/mnt = 31 sampai 32 tts/mnt
60 Mnt
i. Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan didalam bilik tetesan
selama satu menit dengan menggunakan jam tangan dan kemudian atur klem
penggeser untuk meningkatkan atau menurunkan kecepatan infus. Ulangi sampai
kecepatan aliran akurat
j. Ikuti prosedur ini untuk:
1) Tempatkan monitor elektronik pada tetesan dibawah asal tetesan dan diatas tinggi
cairan didalam bilik
2) Tempatkan selang infus IV dengan bagian atas kotak pengontrol searah dengan
aliran (mis: dibagian atas, bagian selang terdekat dengan kantung IV dan dibagian
bawah, selang yang terdekat dengan pasien). Pilih jumlah tts/mnt atau volume per
jam, pintu untuk mengontrol bilik ditutup, nyalakan tombol daya dan tekan
tombol strat untuk memulai
3) Pastikan bahwa alat pengukur kecepatan tetesan pada selang infus yang berada
pada posisi terbuka saat pompa infus digunakan
k. Observasi pasien setiap jam untuk menetukan respons terhadap terapi IV dan upaya
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV
untuk melihat adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi dan plebitis
l. Catat kecepatan infus, tts/mnt dan ml/jam, dicatatan pasien sesuai dengan yang
dibutuhkan.

MENGGANTI LARUTAN INTRAVENA


1. Pengertian
Prosedur mengganti larutan intravena yang telah habis dengan larutan yang baru.

2. Tujuan
a. Untuk mempertahankan keseimbangan dari pemasukan cairan ke dalam tubuh
b. Melanjutkan terapi cairan

3. Alat dan bahan


a. Sarung tangan bersih
b. Cairan intravena yang dibutuhkan
c. Nierbeken
d. Alcohol pad

4. Prosedur Pelaksanaan
a. Identifikasi pasien
b. Kaji kembali program atau kolaboratif dalam mempersiapkan larutan berikut sekurang-
kurangnya satu jam sebelum diperlukan. Apabila larutan sudah disiapkan di bagian
farmasi, pastikan bahwa larutan tersebut sudah dibawa ke ruang perawatan. Periksa
bahwa larutan benar dan diberi label yang sesuai
c. Siapkan untuk mengganti larutan jika sisa cairan di dalam botol kurang dari 50 ml
d. Pastikan bahwa bilik tetesan masih setengah penuh
e. Cuci tangan
f. Siapkan larutan baru untuk mengganti cairan yang lama. Apabila cairan IV berada
dalam wadah plastic, lepaskan pembungkus pelindung yang menutupi tempat
masuknya selang set infus. Apabila wadah IV menggunakan botol gelas, lepaskan
penutup logam, cakram logam dan cakram karet. Pertahankan steriltas tempat
masuknya selang set infus pada kantung atau botol
g. Geser klem penggeser untuk menurunkan kecepatan aliran
h. Lepaskan botol larutan lama dari penggantung botol IV
i. Dengan cepat lepaskan spike dari larutan IV yang lama dan pasangkan ke botol larutan
yang baru tanpa menyentuh ujungnya
j. Gantung kantung atau botol larutan yang baru. Buang kantong atau botol yang kosong
sesuai dengan kebijakan lembaga
k. Periksa adanya udara di selang, jika ada maka hilangkan udara tersebut dalam selang
l. Pastikan bilik tetesan berisi larutan
m. Atur kecepatan aliran sesuai dengan kecepatan yang diprogramkan
n. Observasi sistem intravena untuk memeriksa kepatenan, tidak adanya infiltrasi, flebitis
dan inflamasi
o. Observasi respon terhadap terapi intravena

MENGGANTI SELANG INTRAVENA


1. Alat dan bahan
a. Selang infus
b. Kassa steril berukuran 2x2
c. Sarung tangan tidak steril.

2. Prosedur Pelaksanaan
a. Tentukan waktu dibenarkannya pemasangan set infus yang baru
b. Cek peralatan
c. Jelaskan prosedur kepada pasien
d. Cuci tangan
e. Buka set infus yang baru, pertahankan penutup pelindung diatas spike infus dan
tempat insersi untuk jarum kupu-kupu
f. Kenakan sarung tangan tidak steril sekali pakai
g. Letakkan kasa berukuran 2x2 diatas tempat tidur dekat dengan tempat pungsi IV
h. Apabila jarum atau hub kateter tidak terlihat, geser balutan IV. Jangan melepaskan
plester yang memfiksasi jarum atau kateter ke kulit
i. Geser klem penggeser pada selang IV yang baru, pada posisi menghentikan aliran
cairan
j. Perlambat kecepatan infus dengan mengatur kecepatan tetesan pada selang yang
lama
k. Dengan selang lama yang masih terpasang, tekan bilik tetesan dan isi bilik tersebut
l. Hentikan aliran larutan di selang yang lama dan gantung bilik tetesan diatas tiang
intravena
m. Pasang spike insersi selang yang baru ke dalam larutan IV yang lama dan gantung
larutan ditiang
n. Tekan dan lepaskan tekanan pada bilik tetesan pada selang IV yang baru
o. Buka klem penggeser, lepaskan penutup pelindung dari adapter jarum dan bilas
selang dengan larutan
p. Adapter jarum pada selang IV yang baru diletakkan diantara kasa berukuran 2x2 di
dekat tempat penusukan IV, tanpa terpasangnya penutup pelindung
q. Klem penggeser pada selang yang lama dipindahkan pada posisi tertutup
r. Stabilkan hubungan kateter dengan jarum IV, tarik keluar selang yang lama dengan
perlahan dan dengan cepat masukkan adapter jarum selang yang baru ke dalam hub
s. Buka klem penggeser pada selang yang baru
t. Atur tetesan IV sesuai dengan program dokter atau pantau kecepatannya setiap jam
u. Buang selang yang lama dan sarung tangan yang telah dipakai di wadah tempat barang-
barang yang terkontaminasi dan cuci tangan
v. Evaluasi kecepatan aliran dan observasi tempat sambungan untuk melihat adanya
kebocoran
w. Catat penggantian selang dan larutan pada catatan pasien dan letakkan sehelai plester
yang bertuliskan tanggal dan waktu penggantian dibawah ketinggian cairan pada bilik
tetesan
x. Catat cairan yang diinfuskan dalam format asupan dan keluaran.

MENGGANTI BALUTAN INTRAVENA


1. Alat dan bahan
a. Kassa steril ukuran 2x2 atau balutan transparan
b. Larutan atau salep povidon iodine
c. Pengangkat plester
d. Kapas alkohol
e. Lembaran plester atau balutan polyurethane film
f. Sarung tangan sekali pakai

2. Prosedur Pelaksanaan
a. Kaji adanya kebutuhan untuk mengganti balutan
b. Cek peralatan yang dibutuhkan
c. Jelaskan prosedur kepada pasien
d. Kenakan sarung tangan sekali pakai
e. Lepaskan balutan transparan searah dengan arah pertumbuhan rambut pasien atau
lepaskan plester dan kassa dari balutan yang lama selapis demi selapis. Untuk kedua
balutan transparan dan balutan kassa, biarkan plester yang memfiksasi jarum IV tetap di
tempat
f. Hentikan infusan IV jika terjadi infiltrasi, phlebitis atau bekuan atau jika ada
instruksi untuk menghentikan infus tersebut
g. Apabila infus IV mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasi jarum atau
kateter. Stabilkan jarum atau kateter dengan satu tangan
h. Gunakan pengangkat plester untuk membersihkan kulit dan mengangkat sisa plester
i. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan memutar dimulai dari tempat pungsi
kearah luar dengan menggunakan povidon iodine. Biarkan tempat insersi tersebut
mengering selama 30 detik
j. Tukar lembaran plester perekat yang berada setengah inchi dibawah kateter dengan
plester yang menghadap ke atas untuk memfiksasi kateter atau jarum
k. Oleskan salep atau berikan larutan povidon iodine di tempat pungsi vena. Biarkan
larutan mengering. Rekatkan lembaran kedua plester yang kecil langsung diatas
kateter
l. Pasang kasa berukuran 2x2 atau balutan transparan di atas tempat pungsi vena.
Apabila balutan transparan dipilih, pasang balutan tersebut searah dengan arah
pertumbuhan rambut
m. Fiksasi selang intravena dengan lembaran plester tambahan (jangan menutupi
balutan transparan)
n. Tulis tanggal dan waktu penggantian balutan langsung pada balutan
o. Buang peralatan di wadah yang sudah disediakan, lepas dan buang sarung tangan
serta cuci tangan
p. Kaji kembali fungsi dan kepatenan sistem IV sebagai respon terhadap penggantian
balutan
q. Catat waktu penggantian balutan, tipe balutan yang digunakan, dan kepatenan sistem
IV di dalam catatan perawat serta observasi daerah pungsi vena.
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
1. Pengertian
Memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh pasien melalui vena.
2. Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan dan memenuhi kebutuhan pasien terhadap darah
sesuai dengan program pengobatan.
3. Indikasi
a. Pasien yang banyak kehilangan darah
b. Pasien dengan penyakit kelainan darah (misalnya; anemia dan leukemia).

4. Alat dan Bahan


a. Transfusi set
b. Cairan NaCl
c. Persediaan darah sesuai dengan golongan darah dan kebutuhan
d. Sarung tangan bersih
e. Kapas alkohol
f. Plester
g. Gunting verban.

5. Prosedur Pelaksanaan
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai pemberian transfusi darah
b. Perhatikan lingkungan dan jaga pripasi pasien
c. Cuci tangan
d. Kenakan sarung tangan bersih
e. Buat jalur intravena sebagaimana dilakukan pada prosedur pemberian infus
f. Gunakan selang infus yang memiliki filter dengan tipe-Y. Penggunaan infus set tipe-Y
memungkinkan untuk pemberian volume akspander dengan mudah dan penginfusan
segera NaCl 0,9% setelah penginfusan awal selesai
g. Berikan cairan NaCl terlebih dahulu, kemudian darahnya
h. Atur tetesan sesuai dengan program
i. Bereskan alat-alat
j. Lepaskan sarung tangan
k. Cuci tangan.
Gambar 30. Transfusi darah

6. Perhatian
a. Suhu darah dalam botol harus sesuai dengan suhu tubuh normal
b. Cocokkan label pada botol darah dengan identitas pasien
c. Perhatikan keadaan darah. Bila ada gumpalan darah, tidak boleh ditransfusi
d. Monitor reaksi pasien terhadap transfusi. Bila pasien tampak menggigil, sesak nafas,
suhu tubuh meningkat, transfusi darah dihentikan dulu
e. Dokumentasikan dengan baik mengenai tanggal, waktu pemberian, golongan darah,
jumlah darah yang diberikan, dan reaksi pasien.

Anda mungkin juga menyukai