INJEKSI VITAMIN C
Di susun oleh :
Nama : Ayu Indah Purna
Nim : 51603070
Dosen Pembimbing : Ibu Ferawati Suzalin S.Farm,.Apt,.M.sc
PRODI S1 FARMASI
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019-2020
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A.Definisi Sediaan Dan Sediaan Injeksi............................................................................4
B. Persyaratan Sediaan Parentral.......................................................................................4
C. Klasifikasi sediaan injeksi............................................................................................5
D. Komponen Larutan obat suntik....................................................................................5
BAB II PRAFORMULASI.............................................................................................6
A. Tinjauan Pustaka Zat Aktif Dan Zat Tambahan...........................................................6
B. Formulasi Standar Dari Fornas...................................................................................13
BAB V PEMBAHASAN................................................................................................19
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
- Kelemahan :
1. Rasa nyeri pada saat disuntik
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama sesudah
pemberian intravena
4. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau ditempat praktik dokter
oleh dokter dan perawat yang berkompeten
4
a. Sesuai dengan kandungan bahan obat yang ada di dalam sediaan dengan pernyataan
tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat
perusakan obat secara kimiawi dan lain sebagainya
b. Penggunaan wadah yang cocok sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap
steril, tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dan material dinding
wadah
c. Tersatukan tanpa terjadinya reaksi
d. Bebas kuman
e. Bebas pirogen
f. Isotonis
g. Isohidris
h. Bebas partikel melayang
1. Zat aktif
a. Memenuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam farmakope.
b. Pada etiket tercantum p.i (pro injection)
5
b. Zat pembawa bukan air
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi misalnya oleum sesami, oleum olivarum,
oleum arachidis.
3. Zat tambahan
Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud:
a. Bahan penambah kelarutan obat
Untuk menaikkan kelarutan obat digunakan :
- Pelarut organik yang dapat campur dengan air seperti etanol, propilenglikol, gliserin.
- Surface active agent (s.a.a) terutama yang nonionik.
- Etilendiamin untuk menambah kelarutan teofilin.
- Dietilamin untuk menambah kelarbarbital.
- Niasinamid dan Salisilas Natricus menambah kelarutan vit B2.
- Kreatinin, niasinamid dan lecitine digunakan untuk menambah kelarutan steroid.
b. Buffer / pendapar
Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan asam, basa, dan dapar. Penambahan larutan
dapar hanya dilakukan untuk larutan obat suntik dengan pH 5,5-9. Pada pH >9, jaringan
mengalami nekrosis, pada pH<3, jaringan akan mengalami rasa sakit, phlebitis, dan dapat
menghancurkan jaringan. Pada pH<3 atau pH>11 sebaiknya tidak di dapar karena sulit
dinetralisasikan, terutama ditujukan untuk injeksi i.m. dan s.c.
Fungsi larutan dapar dalam obat suntik adalah :
- Meningkatkan stabilitas obat, misalnya injeksi vitamin C dan injeksi luminal.
- Mengurangi rasa nyeri dan iritasi.
- Meningkatkan aktivitas fisiologis obat.
Umumnya digunakan larutan dapar fosfat, laritan dapar boraks, dan larutan dapar lain yang
berkapasitas dapar rendah.
d. Antioksidan
- Asam ascorbic 0,1%
- BHA 0,02%
6
- BHT 0,02%
- Natrium Bisulfit 0,15%
- Natrium Metabisulfit 0,2%
- Tokoferol 0,5%
- Zat pengkhelat seperti Na-EDTA 0,01-0,075% yang akan membentuk kompleks dengan
logam berat yang merupakan katalisator oksidasi.
f. Gas inert seperti nitrogen dan karbondioksida sering digunakan untuk meningkatkan
kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara oksigen dalam udara dengan
obat .
Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga
menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel
memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah. Disebut Hemolisa.
.
7
h. Proses pembuatan dan proses sterilisasi
Cara sterilisasi akhir
Cara ini merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunkan dalam pembuatan
sediaan steril. Zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan suhu sterilisasi. Dengan
cara ini sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah
lubang-lubangnya ditutup kertas perkamen, dapat langsung digunakan tanpa perlu disterilkan
lebih dahulu.
Cara aseptis
Cara ini terbatas penggunaanya pada sedian yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan
dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologisnya. Antibiotika dan
beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptis. Cara
aseptis bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan
steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.
Sterilisasi panas dengan tekanan atau Sterilisasi uap (autoklaf).Dengan memaparkan uap
jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga
terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara
irreversible akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu
121°C selama 30 menit. Autoklaf digunakan untuk mensterilkan alat-alat persisi seperti gelas
ukur, pipet, corong beserta kertas saring, spuit.
Sterilisasi panas kering (oven). Terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan
diabsorpsi oleh permukaan alat yang disterikan lalu merambat kebagian dalam permukaan
sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Udara panas oven akan mematikan jasad
renik meluli mekanisme dehidrasi-oksidasi terhadap mikroorganisme. Sterilisasi ini
dilakukan dengan suhu 170°C selama 30 menit. Digunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas
non-persisi seperti beaker glass, elenmeyer, kaca arloji, cawan penguap, pinset logam, batang
pengaduk.
8
Jumlah sample obat suntik yang diuji atau di evaluasi dari total produksi dan hasil yang
diperbolehkan rusak, dapat dilihat pada table dibawah ini :
Jumlah produksi Jumlah sampel Jumlah sample (max) yang diperbolehkan rusak
151-280 32 1
281-500 50 2
501-1.200 80 3
1.201-3.200 125 5
3.201-10.000 200 7
10.001-35.000 315 10
35.001-150.000 500 14
3. Zat aktif
Pengujian dapat dilakukan dengan volumetric, spektrofotometer, HPLC, atau alat lainnya
yang cocok secara kuantitatif dengan standar Farmakope.
9
4. Sterilitas
Pengujian dilakukan secara mikrobiologis dengan menggunkan medium pertumbuhan
tertentu. Produk dikatakan bebas mikroorganisme bila Sterility Assuranve Level (SAL) = 10-
6 atau 12 log reduction (over kill sterilization).Bila proses pembuatan menggunakan
aseptic,maka SAL =10 -4
5. Pirogenitas
Pengujian dilakukan dengan tes kelinci (FI) dan tes limulus.
6. Keseragaman volume
Pengujian dilakukan dengan alat ukur volume. Larutan tiap wadah harus sedikit lebih dari
volume yang tertera pada etiket.
- Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan
(Cairan encer Cairan kental)
0,5 ml
1,0 ml
2,1 ml
5,0 ml
10,0 ml
20,0 ml
30,0 ml
50,0 ml atau lebih 0,10 ml (20%)
0,10 ml (10%)
0,15 ml (7,5%)
0,30 ml (6%)
0,50 ml (5%)
0,60 ml (3%)
0,80 ml (2,6%)
2,00 ml (4%)
0,12 ml (24%)
0,15 ml (15%)
0,25 ml (12,5%)
0,50 ml (10%)
0,70 ml (7%)
10
0,90 ml (4,5%)
1,20 ml (4%)
3,00 ml (6%)
7. Keseragaman bobot
Hilangkan etiket 10 wadah; cuci bagian luar wadah dengan air; keringkan pada suhu 1050C;
timbang satu persatu dalam keadaan terbuka; keluarkan isi wadah; cuci wadah dengan air,
kemudian dengan eatnol 95%; keringkan lagi pada suhu 1050C sampai bobot tetap;
dinginkan dan kemudian timbang satu per satu. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang
lebih dari batas yang tertera, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2
kali batas yang tertera.
Bobot yang tertera pada etiket Batas penyimpangan (%)
Tidak lebih dari 120 g
Antara 120 mg dan 300 mg
300 mg atau lebih 10,0
7,5
5,0
8. pH
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas universal (secara
konvensional) atau dengan alat pH meter
11
BAB II
PRAFORMULASI
12
Fornas :
Cara sterilisasi C (Filtrasi)
Marindale :
Sterilisasi dengan autoklaf 98 –1000C selama 30 menit antiskorbut, defisiensi vitamin C
2. Natrium Hidroksida
a) Rumus molekul NaOH
b) Pemerian Berupa butiran-butiran berwarna putih, keras, higroskopis
c) Kegunaan Sebagai pendapar (adjust pH)
d) Kelarutan Larut dalam 1 bagian dalam 0,3 air pada suhu 1000C
e) Inkompatibel NaOH akan bereaksi dengan asam-asam, ester, dll.
3. Benzalkonium Klorida
a) Nama kimia
Alkil benzil dimetilamonium klorida
b) Pemerian
Berupa gel warna jernih, bau aromatis, dan rasanya pahit.
c) Kegunaan
Pengawet antimikroba
d) Kelarutan
Praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol, air.
e) Inkompatibel
Inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik,
13
Pencegahan : 1x sehari 0,5 ml
Catatan :
1. Dapat ditambahkan dinatrium edetat
2. Digunakan air untuk injeksi bebas udara
3. Natrium subkarbonat dapat diganti dengan natrium hidroksida atau natrium carbonat
4. pH 5,0 – 6,5
5. Pada pembuatan, dialiri gas nitrogen atau CO2
6. Disterilkan dengan cara sterilisasi C
7. Sediaan berkekuatan lain : 50 mg
14
Formula akhir
Injeksi Vitamin C
Kekuatan sediaan : 100 mg/1 ml
Komposisi : Acidum ascorbicum 100 mg
Natrium hidroxida 100 mg
Benzalkonium klorida 0,1 mg
Aqua Pro Injeksi 1 ml
Keterangan
Acidum ascorbicum : e = 0,18
e= (Liso/ BM) x 17 = (3,4/40) x 17 = 1,445Natrium hidroxida : e = 1,445
e= (Liso/ BM) x 17 = (3,4/360) x 17 = 0,16Benzalkonium klorida : e = 0,16
Perhitungan
1. Rumus Kesetaraan NaCl
= ( 0,1 x 0,18 ) + ( 0,1 x 1,445 ) + ( 1 x 10-4 x 0,16 )
= 0,1625 g
NaCl 0,9% = (0,9/100) x 1 ml = 0,009 g
Hipertonis, maka tidak perlu penambahan NaCl
Pengkajian Formulasi
Volume yang akan dibuat
( n+2 ) x V + (2 x 3 ) ml
( 3+2 ) x 1,10 + 6 ml
11,5 ml ≈ 25 ml
15
Vitamin C yang dibutuhkan
100 mg x 25 ml = 2500 mg = 2,5 g
NaOH yang dibutuhkan
100 mg x 25 ml = 2500 mg = 2,5 g
16
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Metode Pembuatan
A. Penyiapan Aqua Pro Injeksi (API)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan aqua bebas CO2 dan O2 dengan memanaskan aqua destilata selama 30 menit
terhitung sejak mendidih lalu dialiri gas nitrogen. Sedangkan untuk pembebasan oksigen,
pemanasan ditambah 10 menit lagi sejak mendidih.
17
BAB IV
EVALUASI SEDIAAN
A. Penampilan
Larutan berwarna jingga, homogen, serta tidak ada partikel yang melayang.
B. Kadar pH.
Injeksi asam askorat yang kami buat memiliki pH sediaan 12 (sangat basa), kondisi seperti ini
dikarenakan penambahan natrium hidroksida yang berlebihan, pH asam askorbat menjadi
sangat basa dan warna larutan injeksi juga berwarna orange, akibat reaksi yang terjadi.
Seharusnya penambahan NaOH sebagai adjust pH menggunakan larutan NaOH encer, agar
kenaikan pH asam askorbat tidak signifikan.
C. Kebocoran.
Evaluasi kebocoran ampul, tidak kami lakukan, dikarenakan ampul yang berisi larutan injeksi
tidak dapat ditutup karena ketidaksediaan api untuk membakar tutup ampul, sehingga proses
sterilisasi akhir pun tidak berjalan.
18
BAB V
PEMBAHASAN
Pada teknologi steril kali ini, kami mengerjakan sediaan injeksi asam askobat (vitamin C)
dengan metode sterilisasi akhir. Dengan menggunakan formula
a. asam askorbat sebagai zat aktif,
b. natrium hidroksida sebagai buffer (adjust),
c. benzalkonium klorida sebagai pengawet dan
d. aqua pro injeksi sebagai pembawa sediaan.
19
Sementara untuk tonisitas sediaan didapatkan dari perhitungan rumus kesetaraan
NaCl nilai tonisitas vitamin C yang didapatkan 0,1625 g sementara nilai NaCl 0,9 % yang
dibutuhkan 0,009 g, ini berarti bahwa vitamin C telah hipertonis dan tidak perlu penambahan
NaCl. Kemudian untuk evaluasi kebocoran ampul dan proses sterilisasi akhir tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu dan alat yang diperlukan. Hanya dapat menguji pH sediaan apakah
pH sediaan telah cocok dengan pH cairan di dalam tubuh. Untuk praktikum selanjutnya,
diharapkan dapat melakukan proses sterilisasi akhir dan dapat menguji semua evaluasi untuk
sediaan injeksi.
20
BAB VI
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second
edition. London : The Pharmaceutical Press
22