Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGANTAR KEWARGANEGARAAN
TENTANG PENEGAKAN HUKUM DENGAN BERBAGAI
PERMASALAHAN DI DALAMNYA

O
L
E
H

KELOMPOK 1 :

Fitria Wahida ( A1C018058 )


Fira Yunia ( A1C018057 )
Herlina Safitri (A1C018067)
I Kadek Adnyana putra ( A1C018070 )
Indri Mustiani ( A1C018073 )
Kinanti Azzahara ( A1C018081 )
Lalu Syukroni Arbain ( A1C018087 )
Made Suarni ( A1C018092 )
Micheel Desti E.P ( A1C018098 )
Miqdad Baasyir ( A1C018100 )
Muhammad Adi Salikin ( A1C018103 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
Jln.Majapahit No.63

Tahun Ajaran 2018/2019


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
meberikan kita begitu banyak nikmat terutama nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga
Makalah Pengantar Kewarganegaraan ini dengan pokok bahasan mengenai “ Penegakan
Hukum Dengan Berbagai Permasalahan Di Dalamnya“ dapat disusun sampai selesai.

Makalah Pengantar Kewarganegaraan ini, disusun untuk memenuhi kebutuhan


mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah ini dan sebagai bahan diskusi. Makalah ini
terkonsentrasi membahas mengenai Penegakan Hukum Dengan Berbagai Permasalahan Di
Dalamnya

Kami telah berusaha sekuat tenaga dan pikiran dalam menyusun makalah ini. Namun
tentunya masih banyak kekurangan-kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak terutama dosen pengajar kami demi
penyempurnaan isi Makalah Pengantar kewarganegaraan ini untuk masa yang akan datang.

Demikian Makalah ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi para
pembacanya.

26 November 2018

Kelompok 1

KEWARGANEGARAAN Page ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3. Tujuan dan Manfaat.........................................................................................
2

BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1. Pengertian Penegakan Hukum......................................................................... 3

2.2 Kasus-kasus Pelanggaran Hukum di Indonesia ............................................... 4

2.3. Penegakan Hukum Terhadap Kasus-kasus Pelanggaran Hukum di Indonesia... 5

2.4. Permasalahan yang Timbul dalam Proses Penegakan Hukum di Indonesia..... 17

2.5. Solusi Agar Penegakan Hukum Berjalan Dengan Lancar ................................ 20

2.6. Manfaat dari Penegakan Hukum di Indonesia .................................................. 21

BAB III. PENUTUP ........................................................................................................ 23

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 23

3.2. Saran ................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

KEWARGANEGARAAN Page iii


BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Dalam suatu negara, pasti memiliki warga negara dan tiap-tiap individu pasti
memiliki sifat, tingkah laku serta kehendaknya masing-masing.Warga negara ini juga
tinggal serta berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya baik antar individu maupun
kelompok. Suatu kebebasan dalam bertingkah laku tidak selamanya akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah laku seseorang
tidak dapat diterima oleh suatu kelompok/individu. Oleh karena itu untuk mengatur
keberadaan individu dan kelompok tersebut tentu dibutuhkan keberadaan hukum yang
berfungsi untuk menciptakan keteraturan dalam suatu kelompok sosial, menjaga
kedamaian dan kesejahteraan demi kepentingan bersama.Keberadaan hukum timbul
karena adanya interaksi antar individu dan kelompok serta tingkah laku manusia yang
dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi lingkungan
sekitarnya.Implementasi penegakan hukum di Indonesia, bermakna dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara harus didorong dengan adanya budaya hokum yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya pelanggaran dalam masyarakat. Untuk mencapai
buday hukum tersebut langkah awal yang harus dilakukan adalah membangun
kesadaran hukum dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk melaksanakan penegakan hukum dibutuhkan kesamaan pola pikir, sikap,


tindakan yang sama tentang konsep hokum yang berlaku. Dengan adanya penegakan
hukum maka akan tercipta kesadaran hukum secara alami dalam kehidupan
bermasyarakat. Hukum yang diterapkan disuatu Negara semestinya ditakuti oleh
masyarakat dengan adanya sanksi sehingga dapat dilaksanakan. Penegakan hukum
yang ada di Indonesia tidak terlepas dari masalah-masalah yang timbul didalamnya
kasus-kasus yang pernah terjadi telah diselesaikan dengan berbagai upaya namun
tetap saja ada masalah dan pelanggaran hokumdidalamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penegakan Hukum?


2. Bagaimana Kasus-kasus pelanggaran hukum yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hukum di Indonesia?
4. Apa saja permasalahan yang timbul dalam proses penegakan hokum di Indonesia?

1
5. Bagaimana solusi agar penegakan hukum berjalan dengan lancar?
6. Apa saja manfaat dari penegakan hukum di Indonesia?

C. Tujuan

1. Agarbisa mengetahui apa yang dimaksud dengan Penegakan Hukum !


2. Agar bisa mengetahui kasus-kasus pelanggaran hukum yang ada di Indonesia!
3. Agar bisa mengetahi penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hukum di
Indonesia!
4. Agar bisa mengetahui permasalahan yang timbul dalam proses penegakan hukum di
Indonesia !
5. Agar bisa mengetahui solusi agar penegakan hukum berjalan dengan lancar!
6. Agar bisa mengetahui manfaat dari penegakan hukum di Indonesia !

D. Manfaat

1. Kita bisa mengetahui apa yang dimaksud dengan Penegakan Hukum !


2. Kita bisa mengetahui Kasus-kasus pelanggaran hukum yang ada di Indonesia!
3. Kita bisa mengetahi penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hukum di
Indonesia!
4. Kita bisa mengetahui permasalahan yang timbul dalam proses penegakan hukum di
Indonesia !
5. Kita bisa mengetahui solusi agar penegakan hukum berjalan dengan lancar!
6. Kita bisa mengetahui manfaat dari penegakan hukum di Indonesia !

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penegakan Hukum
Hukum adalah suatu sistem peraturan yang di dalamnya terdapat norma-norma dan
sanksi-sanksi yang bertujuan untuk mengendalikan perilaku manusia, menjaga ketertiban dan
keadilan, serta mencegah terjadinya kekacauan.Menurut Prof. Dr. Van Kan menyatakan
bahwa hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang sifatnya memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat suatu negara.
Sedangkan Penegakan Hukum adalahproses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas
atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam penegakan hukum terdapat beberapa unsurpenting yang dapat mempengaruhi
keberhasil penegakan hukum, berikut adalah beberapa unsur penting tersebut :

1. Unsur Peraturan
Mengapa peraturan menjadi salah satu unsur penting bagi berhasilnya
penegakan hukum? Konsep pemikiran yang digunakan yaitu bahwa penegakan
hukum telah dimulai pada saat peraturan hukumnya dibuat atau diciptakan.
Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan hukum
akan turut mempengaruhi bagaimana penegakan hukum itu dijalankan nantinya.
Keberhasilan para petugas hukum dalam penegakan hukum sebenarnya telah dimulai
sejak peraturan hukum yang harus dijalankan tersebut dibuat.

2. Faktor Petugas/Penegak Hukum


Petugas/penegak hukum yang dimaksud dalam hal ini yaitu polisi, jaksa,
hakim, dan lain-lain. Membahas penegakan hukum tanpa menyinggung segi
manusianya merupakan pembahasan yang steril sifatnya (Satjipto Rahardjo, 2009 :
26). Faktor manusia sebagai penegak hukum menjadi penting karena hanya melalui
faktor tersebut penegakan hukum itu dijalankan.

3. Faktor Sarana/Fasilitas

3
Tanpa sarana atau fasilitas yang memadai bagi tegaknya hukum yang telah
dibuat maka proses penegakan hukum pun mustahil untuk dapat dilakukan dengan
baik.

4. Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat


Kesadaran hukum masyarakat mempengaruhi pelaksanaan penegakan hukum.
Tanpa adanya kesadaran hukum masyarakat maka mustahil pula penegakan hukum
dapat berjalan dengan baik. Sebelum ada kesadaran hukum masyarakat, maka harus
ada kepatuhan hukum. Kepatuhan hukum itu sendiri salah satunya timbul karena
adanya pengetahuan tentang hukum, sehingga dalam hal ini sosialiasi hukum menjadi
sesuatu yang penting untuk dilakukan oleh pemerintah.
2.2. Kasus- Kasus Pelanggaran Hukum yang Ada Di Indonesia
Ada beberapa kasus yang pernah terjadi di Indonesia antara lain:
a. Kasus Nenek Minah
Pada 19 November 2009, nenek Minah (55) dihukum oleh PN Purwokerto
selama 1 bulan 15 hari penjara dengan masa percobaan 3 bulan. Dia dinyatakan
bersalah karena memetik 3 buah kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari
Antan (RSA), Ajibarang, Banyumas. Selama persidangan dengan agenda putusan
berlangsung penuh keharuan. Bahkan ketua majelis hakim, Muslih Bambang
Luqmono SH, terlihat menangis saat membacakan vonis.
b. Kasus Mantri Desa Misran
Mantra desa, Misran, dipidana penjara 3 bulan oleh PN Tenggarong tahun
2009. Dia dihukum karena menolong orang tetapi dianggap salah karena bukan
dokter. Putusan ini lalu dikuatkan oleh PT Samarinda, beberapa waktu setelah itu.
Akibat putusan pengadilan ini, 8 mantri memohon keadilan ke MK karena
merasa dikriminalisasikan oleh UU Kesehatan. Lantas, MK mengabulkan
permohonan Misran pada 27 Juni 2011. Akibat dikabulkannya permohonan ini,
maka mantri desa di seluruh Indonesia boleh melayani masyarakat layaknya
dokter atau apoteker dalam kondisi darurat.
MK menilai pasal 108 ayat (1) UU No 36\/2009 bertentamgan dengan UUD
1945. Pasal yang tidak mempunyai kekuatan hukum yaitu sepanjang frase ” …
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai peraturan perundangan,”.

4
c. Kasus Prita Mulyasari
Drama hukum Prita menjadi magnet semua pihak. Bahkan, seluruh calon
presiden 2009 harus menyambangi Prita guna pencitraan kampanye. Pada 29
Desember 2009 silam, Majelis hakim PN Tangerang memutus bebas Prita
Mulyasari dari tuntutan jaksa 6 bulan penjara. Alasan utama membebaskan Prita
karena unsur dakwaan pencemaran nama baik tidak terbukti.
Namun, MA membalikan semuanya. MA mengabulkan kasasi jaksa dan
menyatakan Prita Mulyasari bersalah dalam kasus pencemaran nama baik RS
Omni Alam Sutera, Tangerang. Prita divonis 6 bulan, tapi dengan masa percobaan
selama 1 tahun. Kasus ini lalu dimintakan upaya hukum luar biasa Peninjauan
Kembali (PK).
d. Kasus Kriminalisasi Pemulung
PN Jakpus pada 3 Mei 2010 memvonis bebas Chairul Saleh seorang pemulung
yang dituduh memiliki ganja seberat 1,6 gram. Pria 38 tahun ini dipaksa mengakui
memiliki ganja oleh sejumlah oknum polisi ini.
Orang nomor 1 di tubuh Polri waktu itu, Jenderal Polisi Bambang Hendarso
Danuri pun turun tangan untuk menindaklanjuti kasus dugaan rekayasa ini. Dia
langsung menelpon Kapolda Metro Jaya Irjen Wahyono untuk meminta kepastian
adanya rekayasa tersebut.
Dalam sidang disiplin Propam Polres Jakpus menjatuhkan hukuman kepada 4
polisi yang terlibat dalam rekayasa kasus kepemilikan ganja terhadap pemulung
Chairul Saleh ini. Kanit Narkoba Polsek Kemayoran Aiptu Suyanto didemosi
sedangkan penyidik Brigadir Rusli ditunda kenaikan pangkatnya selama 1 tahun. 
Kemudian Aiptu Ahmad Riyanto ditunda kenaikan pangkat selama satu tahun,
serta dimutasi secara demosi. Dan untuk Brigadir Dicky ditempatkan ke tempat
khusus selama 7 hari.

2.3 Penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hukum di Indonesia


Penegakan hukum di Indonesia sering kali mengingkari rasa keadilan dan
membuat masyarakat menjadi semakin menderita. Diskriminasi hukum menjadi
sebuah tontonan yang nyata. Para penegak hukum seakan tidak pernah benar-benar
menjalankan fungsinya sebagai seseorang yang memperjuangkan keadilan. Ironisnya
lagi, ketika anak seorang pejabat terjerat kasus hukum, bahkan yang merugikan orang,
selalu ada cara untuk meloloskan diri dari tuntutan hukum. Hal seperti ini menjadi

5
fenomena yang lumrah dan sudah sering disaksikan oleh masyarakat. Lalu, di mana
letak keadilan itu sendiri? Apakah orang kaya atau orang yang punya kuasa akan
selalu terlepas dari jeratan hukum? Bagaimana nasib masyarakat kecil yang selalu
menjadi pihak yang dirugikan?
Ada cara yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi rakyat kecil agar tidak
selalu menjadi korban ketidakadilan, yaitu dengan menjadi seseorang yang melek
hukum. Rakyat kecil dilarang pasrah dan menerima begitu saja ketidakadilan yang
dilakukan oleh orang kaya maupun aparat penegak hukum. Mereka bisa
melaporkannya kepada pengacara sukarelawan. Mereka adalah orang-orang yang
mengabdikan diri mereka kepada masyarakat kurang mampu. Pengacara sukarelawan
akan dengan sukarela menangani kasus hukum yang menimpa masyarakat kurang
mampu. Dengan begitu, setidaknya ada upaya untuk membantu menegakkan keadilan
di dalam masyarakat.
Pengacara sukarelawan tersebut tergabung dalam lembaga bantuan hukum
atau organisasi bantuan hukum. Di Indonesia, ada lebih dari 200 LBH yang tersebar
di seluruh penjuru kota. Lembaga-lembaga inilah yang memfasilitasi masyarakat kecil
untuk memperjuangkan haknya. Mereka yang terjerat kasus hukum bisa melakukan
konsultasi langsung dengan para advokat yang tergabung dalam lembaga tersebut.
Masyarakat kurang mampu akan mendapatkan pendampingan hukum dari lembaga
tersebut tanpa biaya apa pun atau gratis. Lembaga ini akan memfasilitasi segala hal
terkait proses pengadilan hukum sampai selesai. Ada banyak pengacara sukarelawan
yang akan dengan penuh kesabaran mendampingi Anda dalam menangani
permasalahan hukum.
Sayangnya, kehadiran Lembaga Bantuan Hukum ini tidak begitu disadari oleh
masyarakat, terutama mereka yang ada di pelosok desa yang bermain judi melalui
agen bola http://citibet88.cc Minimnya informasi dan sosialisasi terkait hukum dan
HAM membuat masyarakat tidak mendapat cukup informasi. Akibatnya, mereka
sering menjadi korban terkait pelanggaran HAM. Minimnya informasi membuat
mereka tidak bisa menuntut apa pun atas ketidakadilan yang mereka alami. Tugas
LBH selain memberikan pendampingan kepada masyarakat, juga menjadi media
untuk memberikan informasi-informasi hukum kepada masyarakat. Pengacara
sukarelawan yang tergabung dalam LBH harus melakukan penyuluhan rutin ke desa-
desa dan tempat terpencil untuk membantu masyarakat agar melek hukum. Dengan
begitu, hukum tidak lagi tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Semua masyarakat harus

6
mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum. Masalah penegakan hukum di
Indonesia harus benar-benar ditangani serius demi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Kasus-kasus yang melibatkan uang negara dalam jumlah yang besar menjadi
perbandingan antara si kaya dan si miskin. Si kaya yang mengambil hak masyarakat,
dana yang seharusnya untuk kesejahteraan para rakyatnya diambil begitu saja untuk
kepentingan pribadi dan untuk memperkaya diri. Anehnya hukuman bagi mereka
yang mengambil uang rakyat lebih ringan dari hukuman rakyat biasa yang hanya
mencuri sepasang sendal, mengambil beberapa buah coklat serta banyak hal lainnya.
Penegakkan hukum dari aparat kepolisian juga dinilai sangat kurang, bisa
dilihat dengan banyaknya penilangan kepada kendaraan bermotor yang berakhir
dengan istilah UUD (Ujung-Ujungnya Duit) atau biasa disebut uang sogokkan. Serta
ada pula masalah tentang kebijakkan-kebijakkan pemerintah yang dinilai kurang serta
tidak didasari dengan landasan hukum yang tepat. Seperti kebijakkan bagi pengendara
motor yang diharuskan menyalakan lampu utama pada siang hari yang dinilai kurang
realistis. Karena menyalakan lampu pada siang hari sama saja dengan pemborosan
energi, karena sesungguhnya cahaya matahari sudah cukup terang bagi pengguna
jalan. Dan alasan karena banyaknya terjadi kecelakaan siang hari oleh para pengguna
sepeda motor tentu bukan karena lampu atau cahaya yang kurang.
Dengan adanya pemanasan global dan yang dicanagkan pemerintah tentang
saveenergy-pun dipertanyakan karena memang menyalakan lampu pada siang hari
adalah pemborosan energi. Beberapa Undang-undang yang seharusnya dibuat setiap
tahun dengan jumlah yang sudah ditetapkan pun molor sehingga hanya ada sedikit
Undang-undang yang sudah terealisasikan. Hal ini tentu menjadi catatan bagi
pemerintah yang seharusnya hukum itu untuk keteraturan serta tercipta kedamaian di
negara kita menjadi begitu tidak dapat diandalkan.
Selain dengan masalah-masalah tersebut tentu dengan adnaya hukum yang
lemah maka ketahanan negara juga akan lemah. Bisa kita lihat dari berbagai macam
kasus tentang perbatasan negara maupun pencaplokan wilayah dan budaya yang
dilakukan oleh negara tetangga. Pemerintah Indonesia sangat lamban dalam
mengambil sikap dalam hal pertahanan dan keamanan negara, adanya kesenjangan
sosial di wilayah perbatasan Indonesia serta kota-kota lain di Indonesia serta sarana
dan infrastruktur di daerah perbatasan yang sangat kurang menjadi masalah yang
harus ditanggapi serius oleh pemerintah. Masyarakat perbatasan tentu merasa dianak

7
tirikan oleh pemerintah karena tidak adanya peran pemerintah dalam mengatasi hal
tersebut, dan tentu hal ini menjadi senjata bagi negara lain untuk dengan mudah
mencaplok daerah perbatasan sebagai daerah negaranya karena negara tersebut
mengambil hati masyarakat dengan memberi berbagai macam kebutuhan oleh negara
tersebut berbeda dengan apa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia.
Hal tersebut menyebabkan bahwa suatu hukum di Indonesia walaupun dibuat
dengan berlandaskan pancasila serta UUD 1945 namun dalam pelaksanaannya tidak
ada jiwa pancasila yang melekat dalam setiap penegak hukum serta pemerintah
Indonesia. Dengan melemahnya hukum di Indonesia tentu sedikit demi sedikit maka
keadilan di Indonesia akan terkikis dengan adanya sikap pemerintah yang seakan
hanya mementingkan dirinya sendiri, jabatan dan kekuasaan politik bagi diri dan
partainya.
Sungguh menjadi sesuatu yang ironis ketika kepercayaan masyarakat kepada
pemimpinnya menjadi berkurang, dan ketika itulah masyarakat akan menjadi merasa
tersakiti serta tak mempercayai kepemerintahan negara, karena kepercayaan adalah
salah satu tiang keadilan dan kemakmuran. Ketika hukum yang hanya memihak
golongan tertentu maka keadilan juga akan memudar dan akan meruntuhkan derajat
dan martabat negara. Dengan runtuhnya derajat negara, runtuh pula negara tersebut
dan akan mudah bagi pihak-pihak yang merasa diuntungkan dengan situasi ini yaitu
adanya intervensi asing dalam masalah negara.
Karena intervensi itu sendiri sudah mulai muncul ketika banyaknya media
asing yang memberitakan tentang bobroknya negara ini. Sebagai salah satu contohnya
dimana ada media asing yang memberitakan tentang masalah jembatan yang tak layak
di Indonesia. Masyarakat terutama para siswa yang ingin bersekolah harus menantang
nyawa dengan menyebrangi sungai hanya dengan seutas tali. Dimana peran
pemerintah ? Hanya ada janji yang entah kapan akan ditepati. Hukum memang salah
satu cara untuk memberikan keadilan, dan hukum seharusnya ditegakkan dengan
bijaksana, tegas dan apa adanya.

Kasus Setya Novanto


Sengkarut kasus proyek kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP)
dengan tersangka Setya Novanto terbilang cukup panjang. Setya ditetapkan sebagai

8
tersangka kasus dugaan korupsi e-KTPoleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
pada 17 Juli 2017.
Berikut perjalanan kasus Setya Novanto:

17 Juli 2017
KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi
pengadaan e- KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-2012, saat
Setya menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut mengatur agar anggaran
proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota DPR. Selain itu, Novanto diduga
telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek e-KTP. Bersama pengusaha Andi
Agustinus alias Andi Narogong, Setya diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3
triliun.
18 Juli 2017
Setya Novanto menggelar jumpa pers menanggapi penetapannya sebagai tersangka. Setya
mengaku akan mengikuti proses hukum yang berjalan. Namun ia menolak mundur dari Ketua
DPR ataupun Ketua Umum Partai Golkar.
22 Juli 2017
Setya Novanto hadir dalam satu acara dengan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali dalam
sidang terbuka disertasi politikus Partai Golkar Adies Kadir di Universitas 17 Agustus 1945,
Surabaya. Ketua Generasi Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia meyakini kesempatan ini
digunakan Setya Novanto untuk melobi Hatta Ali untuk menenangkannya di praperadilan.
Namun, Hatta menegaskan kehadirannya murni sebagai penguji. Golkar memecat Doli
Kurnia atas tudingannya ini.
4 September 2017
Setelah lebih dari sebulan berstatus tersangka, Setya Novanto resmi mendaftarkan gugatan
praperadilan terhadap KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Gugatan terdaftar dalam
nomor 97/Pid.Prap/2017/PN Jak.Sel. Setya meminta penetapan statusnya sebagai tersangka
oleh KPK dibatalkan.
11 September 2017
KPK memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun, Setya tidak hadir
dengan alasan sakit. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham bersama tim kuasa
hukum Setya mengantarkan surat dari dokter ke KPK. Menurut Idrus, Novanto saat itu masih

9
menjalani perawatan di RS Siloam, Semanggi, Jakarta. Hasil pemeriksaan medis, gula darah
Setya naik setelah melakukan olahraga pada Ahad, 10 September 2017.
12 September 2017
Setya Novanto mengirimkan surat ke KPK melalui Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Setya
meminta KPK menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai putusan praperadilan
keluar. Surat itu sempat menuai protes karena dikirim menggunakan kop DPR. Namun, KPK
menilai proses praperadilan adalah hal yang terpisah dari proses penyidikan. Karena itu, KPK
tetap akan menjadwalkan pemeriksaan Setya Novanto sebagai tersangka.

18 September 2017
KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun, lagi-lagi
Setya tidak hadir karena sakit, bahkan hingga menjalani kateterisasi jantung di Rumah Sakit
PremierJatinegara, Jakarta Timur.
22 September 2017
Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan KPK dalam praperadilan Setya Novanto. KPK
menganggap keberatan Setya soal status penyelidik dan penyidik KPK adalah keliru. Kepala
Biro Hukum KPK Setiadi menilai, pengacara Setya sebaiknya mempermasalahkan status
penyelidik dan penyidik melalui Pengadilan Tata Usaha Negara, bukan praperadilan. Namun,
Hakim Cepi tak sependapat dengan Setiadi. Menurut dia, status penyidik dan penyelidik KPK
yang dipersoalkan pihak Setya bukan merupakan sengketa kepegawaian tata usaha negara.
25 September 2017
Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan keputusan agar Setya Novanto non-
aktif dari posisi Ketua Umum Golkar. Internal Partai Golkar mulai bergejolak dengan kondisi
Setya yang berstatus tersangka KPK dan tengah sakit.
26 September 2017
Sidang praperadilan Setya Novanto kembali berlanjut. Pihak Setya mengajukan bukti
tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK terhadap KPK pada tahun 2016.
LHP itu terkait pengangkatan penyidik di KPK. Namun KPK keberatan dengan bukti itu
karena didapatkan dari Pansus Angket terhadap KPK di DPR.
27 September 2017
Hakim Cepi menolak permintaan KPK untuk memutar rekaman di persidangan. Padahal,
KPK yakin rekaman tersebut bisa menunjukkan bukti kuat mengenai keterlibatan
Setya Novanto dalam proyek e-KTP.
29 September 2017

10
Setelah menjalani serangkaian sidang, hakim tunggal Cepi Iskandar mengabulkan sebagian
permohonan Setya. Penetapan Setya sebagai tersangka oleh KPK dianggap tidak sah alias
batal. Hakim juga meminta KPK untuk menghentikan penyidikan terhadap Setya. Hakim
Cepi beralasan, penetapan tersangka Setya Novanto tidak sah karena dilakukan di awal
penyidikan, bukan di akhir penyidikan. Hakim juga mempermasalahkan alat bukti yang
digunakan KPK untuk menjerat Setya Novanto. Sebab, alat bukti itu sudah digunakan dalam
penyidikan terhadap Irman dan Sugiharto, dua pejabat Kementerian Dalam Negeri yang
sudah divonis di pengadilan.
5 Oktober 2017
KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan perkara e-KTP, dalam proses
penyelidikan KPK meminta keterangan sejumlah pihak dan mengumpulkan bukti relevan.
Dalam proses penyelidikan, Setya Novanto dua kali tidak hadir untuk dimintai keterangan,
yakni pada 13 dan 18 Oktober 2017 dengan alasan sedang ada tugas kedinasan.
31 Oktober 2017
KPK menerbitkan sprindik atas nama tersangka Setya Novanto. Di perkara ini, Setya
Novanto disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2001 junctoPasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
3 November 2017
KPK mengantarkan surat perintah dimulainya penyidikan ke rumah Setya Novanto di Jalan
Wijaya 13, Melawai, Kebayoran Baru.
10 November 2017
KPK kembali menetapkan Setya Novanto menjadi tersangka e-KTP. Pengumuman penetapan
tersebut disampaikan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung KPK di kawasan
Kuningan Jakarta. Sebagai pemenuhan hal tersangka, KPK mengantarkan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada yang bersangkutan ke kediaman
Setya.
15 November 2017
KPK menjemput paksa Setya Novanto karena sudah tiga kali mangkir saat dipanggil KPK
untuk dimintai keterangan. Enam pegawai KPK menyambangi Setya Novanto di
kediamannya, Jalan Wijaya XIII Nomor 19, Melawai, Jakarta Selatan pada Rabu malam, 15
November 2017. Para penyidik menggeledah rumah Setya hingga dinihari. Namun Setya
tidak ada di rumah dan tidak diketahui keberadaannya hingga ditetapkan sebagai daftar
pencarian orang (DPO).

11
16 November 2017
Setya Novanto dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau setelah mobil yang dia
tumpangi mengalami kecelakaan tunggal di daerah Permata Hijau, Jakarta Barat.

17 November 2017
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menahan Setya Novanto sebagai tersangka e-KTP.
Namun, karena sakit, Setya dibantarkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
20 November 2017
Setya Novanto menjalani pemeriksaan perdana selaku tersangka dan tahanan kasus dugaan
korupsi e-KTP di Gedung KPK, usai dijemput dari RSCM.
5 Desember 2017
KPK menyatakan berkas perkara tersangka kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP Setya
Novanto telah P21 atau lengkap untuk dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
6 Desember 2017
Berkas kasus e-KTP dengan tersangka Setya Novanto dilimpahkan jaksa KPK ke Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berkas tersebut berupa dakwaan
dan berita acara pemeriksaan dalam enam buku. Tingginya mencapai 1 meter.
7 Desember 2017
Sidang perdana praperadilan Setya Novanto digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
8 Desember 2017
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kembali menggelar sidang lanjutan gugatan praperadilan
Setya Novanto terhadap KPK dengan agenda mendengarkan jawaban dari KPK serta
penyerahan barang bukti surat, dan mendengarkan keterangan saksi dari pihak Setya. Di hari
yang sama, dua pengacara Setya Novanto, Otto Hasibuan dan Fredrich Yunadi, memutuskan
untuk mengundurkan diri sebagai kuasa hukum tersangka kasus dugaan korupsi KTP
elektronik tersebut.
11 Desember 2017
Sidang lanjutan praperadilan Setya Novanto dengan agenda mendengarkan keterangan saksi
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
13 Desember 2017
Sidang putusan praperadilan Setya Novantoakan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Di hari yang sama sidang perdana pokok perkara Setya juga akan digelar di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Hakim tunggal praperadilan Setya Novanto, Kusno

12
mengatakan gugatan Setya dinyatakan gugur saat hakim mulai memeriksa pokok perkara
kasus e-KTP di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat.
20 Desember 2017
Dalam sidang eksepsi, kuasa hukum Setya menilai dakwaan oleh jaksa tidak cermat. Salah
satunya terkait jumlah nilai kerugian negara. Selain itu, kuasa hukum juga
mempermasalahkan hilangnya sejumlah nama penerima korupsi e-KTP.
4 Januari 2018
Majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi menolak eksepsi atau keberatan Setya.
Hakim menilai materi dakwaan jaksa terhadap Setya telah memenuhi syarat formil dan
materiil.
25 Januari 2018
Dalam sidang agenda pemeriksaan saksi, jaksa menghadirkan Mirwan Amir, mantan anggota
DPR dari Partai Demokrat periode 2009-2014. Dalam kesaksiannya, Mirwan menyebut nama
mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah dicecar
beberapa pertanyaan oleh pengacara Setya, Firman Wijaya.
Beberapa hari setelah itu, Partai Demokrat melaporkan Firman dengan tuduhan mencemarkan
nama baik SBY. Pengacara Partai Demokrat, Ardy Mbalembout mempermasalahkan
pernyataan Firman pasca-sidang kepada awak media. Dia juga menyebut pertanyaan dan
jawaban dari Firman dan Amir dalam persidangan sebagai fitnah.
5 Februari 2018
Sebelum menjalani sidang lanjutan, Setya membuka buku catatannya yang
bersampul hitam. Awak media melihat salah satu halaman di buku itu tertulis nama
Nazaruddin dan Edi Baskoro Yudhoyono atau Ibas.

22 Maret 2018

Setya menangis saat memberi keterangan dalam lanjutan sidang. Sambil terisak dan
menundukkan kepala, Setya meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas
perbuatannya.
Walau menyesal, Setya tak mengaku melakukan korupsi. Dia mengatakan jabatannya sebagai
Ketua DPR saat itu, telah dimanfaatkan para pengusaha untuk memperkaya diri. Setya pun
resmi mengajukan diri sebagai JusticeCollaborator (JC) di persidangan.
Dalam pengakuannya, Setya mengatakan ada aliran dana yang diterima oleh politikus Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yakni Puan Maharani dan Pramono Anung. Masing-
masing di antaranya menerima US$ 500 ribu.
29 Maret 2018
Setelah melalui beberapa sidang pemeriksaan saksi yang didatangkan jaksa maupun
pengacara Setya, tuntutan kemudian dibacakan. Jaksa menuntut Setya dengan hukuman 16
tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider enam bulan kurungan.
Dalam kasus ini, Setya dinilai menguntungkan diri sendiri dengan menerima aliran dana
sebesar US$ 7,3 juta dan jam tangan Richard Mille senilai US$ 135 ribu dolar. Dalam sidang
itu, KPK juga menolak permohonan JC Setya. Jaksa menilai Setya belum memenuhi
kualifikasi sebagai JC.

Hambatan Kasus Setnov

13
Tidak bisa dimungkiri, dalam proses penegakan hukum kasus korupsi KTP
elektronik (e-KTP) yang melibatkan Ketua DPR Setya Novanto (Setnov), terdapat
sejumlah "akrobat hukum" yang secara nyata menyulitkan KPK.

1. Menggunakan putusan praperadilan nomor 97/Pid.Pra/2017/PN.Jkt.Sel yang


memenangkan Setnov sebagai dalil untuk mangkir dari pemanggilan KPK. Bahkan,
berdasarkan putusan itu pula digunakan untuk melaporkan sejumlah unsur pimpinan dan
penyidik KPK ke Bareskrim atas dugaan penyalahgunaan wewenang. 
Tim hukum Setnov meyakini bahwa berdasarkan putusan praperadilan nomor
97/Pid.Pra/2017/PN.Jkt.Sel itu penyidikan terhadap kasus korupsi e-KTP yang
disangkakan terhadap Setnov harus dihentikan. Atau dengan kata lain, KPK tidak boleh
lagi mengeluarkan surat perintah penyidikan (sprindik) baru terhadap Setnov untuk
kasuskorupsi e-KTP.

2. Berlindung di balik hak imunitas (Pasal 20A UUD 1945) untuk tidak memenuhi
panggilan KPK. Berdasarkan keyakinannya, tim hukum Setnov berpendapat bahwa
implikasi dimilikinya hak imunitas itu membuat Setnov tidak bisa semena-mena
dipanggil oleh penegak hukum, termasuk KPK. Terkait hal itu, kuasa hukum Setnov,
Fredrich Yunadi bahkan secara terang-terangan pernah berujar agar jajaran pimpinan
KPK belajar kembali mengenai hak imunitas anggota dewan tersebut.

3. Menafsirkan secara sepihak putusan MK nomor 76/PUU-XII/2014 terkait uji materi UU


MD3. Mafhum disadari, putusan itu mengubah kata "Mahkamah Kehormatan Dewan
(MKD)" di dalam pasal 245 ayat (1) UU MD3 menjadi "presiden". Sehingga, ketentuan
pasal 245 ayat (1) UU MD3 menjadi berbunyi, "Pemanggilan dan permintaan keterangan
untuk penyidikan terhadap anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana harus
mendapat persetujuan tertulis dari presiden". Berdasarkan ketentuan ini, lagi-lagi Setnov
tidak mau memenuhi upaya pemanggilan yang dilakukan oleh KPK.

Argumen Hukum

Jika ditelaah secara saksama, sejatinya tidak ada satu pun argumen hukum yang tepat
bisa digunakan oleh Setnov untuk menolak (baca: tidak memenuhi) pemanggilan KPK.

14
1. Terkait tidak diperbolehkannya KPK untuk mengeluarkan sprindik baru bagi Setnov
untuk kasus korupsi e-KTP. Logika sederhananya, untuk perkara hukum yang berbeda
(lain), penerbitan sprindik tentu sah-sah saja. Artinya, diterbitkannya sprindik baru
(kedua, ketiga, dst) jelas memang hanya untuk kasus hukum yang sama. Hal itu
sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Larangan Peninjauan Kembali. Di pasal 2 ayat(3) dinyatakan bahwa dalam hal
putusan praperadilan dikabulkan, tidak menggugurkan kewenangan penyidik untuk
menetapkan kembali yang bersangkutan sebagai tersangka.

2. Terkait hak imunitas. Jika dibaca secara cermat hak imunitas sejatinya hanya berlaku
bagi anggota dewan sepanjang berkaitan dengan fungsi, wewenang, dan tugasnya
saja. Maka jika ada anggota dewan yang diduga melakukan perbuatan pidana
(pemukulan, pembunuhan, korupsi, dll), anggota dewan tersebut tetap dapat diproses
secara hukum. Sebab, perbuatan pidana itu sendiri tidak memiliki korelasi apa pun
dengan fungsi, wewenang, dan tugas anggota dewan. Hal ini dibuktikan pula dengan
banyaknya anggota dewan yang tetap dapat diseret oleh KPK ke meja hijau dan
divonis (bersalah) oleh pengadilan karena korupsi yang dilakukannya.

3. Terkait perlunya izin presiden untuk memanggil Setnov. Jika cermat membaca
putusan MK nomor 76/PUU-XII/2014 terkait uji materi UU MD3, MK tidak sama
sekali menggugurkan keberadaan pasal 245 ayat (3) UU MD3. Lagi pula, mengutip
mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, MK adalah negative legislator. Artinya, MK
hanya bisa memutus sebuah norma dalam UU tanpa boleh memasukkan norma baru
ke dalam UU. Oleh karena itu, ketentuan pada pasal 245 ayat (3) yang menyatakan
izin presiden tidak diperlukan bila anggota dewan diduga terlibat tindak pidana
khusus, hal tersebut tegas masih berlaku.

Solusi

Lebih Tegas
Sebagai upaya hukum, akrobat hukum yang demikian memang sah-sah saja dilakukan untuk
menghindarkan diri dari jerat hukum. Tapi, penegak hukum mestinya bisa dengan cepat
mencegah terjadinya akrobat hukum. Sebab, akrobat hukum nyata-nyata menghambat
penerapan asas persamaan di hadapan hukum (equalitybeforethelaw). Lebih buruk lagi,

15
karena upaya itu dilakukan dengan menafsirkan dan membolak-balikkan pasal secara
sepihak. 

Kecuali itu, tidak mustahil ke depan akan bisa menciptakan petaka hukum yang jauh lebih
besar. Bayangkan apa jadinya apabila banyak terduga koruptor maupun tindak pidana lainnya
yang melakukan akrobat hukum serupa?

Oleh karena itu, aparat penegak hukum, terutama KPK mutlak harus lebih tegas dan berani
dalam menyikapi akrobat hukum yang mungkin dilakukan oleh para terduga pelaku tindak
pidana. Semisal, dengan langsung melakukan penahanan ketika ada indikasi upaya yang
mengarah pada adanya akrobat hukum. Berdasarkan pada pasal 21 KUHAP, penegak hukum
(baca: penyidik) berdasarkan keyakinannya diberikan kewenangan untuk melakukan hal itu.
Dengan demikian, tidak saja kasus-kasus hukum akan dapat terselesaikan dengan cepat, akan
tetapi petaka hukum yang jauh lebih besar yang bisa terjadi dapat dihindari. 

2.4 Permasalah Penegakan Hukum Di Indonesia


Permasalahan hukum di Indonesia seakan tak ada habisnya, bahkan di jaman yang
semakin maju seperti saat ini hukum Indonesia belum mampu menunjukkan
kemampuan bentuk penyimpangan sosial yang signifikan. Hal ini dapat terlihat jelas dari
beberapa kasus permasalahan hukum yang terkadang tak ada habisnya dan tak memiliki
solusi yang tepat.
Banyak oknum-oknum tertentu yang terkadang malah menjadikan hanya sebagai alat
rekayasa untuk pembenaran atas kesalahan yang terjadi. Hal ini membuat masyarakat
Indonesia sendiri tak terlalu mempercayai hukum yang berlaku di Indonesia saat ini. Nah
berikut ini ada beberapa permasalahan yang masih sering terjadi di Hukum Indonesia.
a. Lemahnya Integritas Penegakan Hukum
Nurdjana, SH, MH menjelaskan jika salah satu masalah yang sering terjadi di
hukum Indonesia adalah karena lemahnya integritas penegakan hukum di Indonesia
yang sangat mempengaruhi sistem hukum Pidana yang seharusnya menjadi hukum
formal serta hukum materiil. Solusi hal ini pula lah yang menyebabkan banyaknya
permunculan kasus misalnya saja korupsi di Indonesia.
b. Tidak Ada Pengawasan Yang Efektif

16
Hal lainnya yang menyebabkan hukum di Indonesia sangat lemah adalah
karena tidak ada pengawasan yang efektif terkait dengan hukum yang berjalan baik
oleh pengadilan, pengawasan internal pemerintah, parlemen, dan komisi Negara
Independen.
c. Masih Melihat Hukum Dari Kontennya
Sebenarnya hukum yang berlaku di Indonesia saat ini masih menganut pada
hukum yang berlaku saat masa pemerintahan Belanda. Dimana tujuan dari faktor
perubahan sosial adanya hukum hanya untuk melindungi penguasa-penguasa
(Belanda) yang berada di Indonesia saja. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum
tersebut hadir hanya untuk melindungi kalangan atas saja. Sistem ini lah yang
terkadang masih dianut Indonesia sampai saat ini. Bukannya untuk melindungi
keadilan rakyat kecil, namun digunakan untuk melindungi penguasa.
d. Mentalitas Praktisi Hukum Yang Lemah
Masalah lainnya adalah lemahnya praktisi hukum yang menjalankannya,
seperti jaksa, hakim, pengacara, bahkan polisi. Jika praktisi hukum yang ada
masih macam-macam bencana alam di Indonesia memiliki mentalitas yang lemah
maka tentu saja akan menyulitkan proses hukum yang sedang berlangsung. Sehingga
harapan untuk hukum yang adil bagi rakyat hanyalah sebatas impian semata.
e. Struktur Hukum Yang Overlapping Kewenangan
Hal lainnya yang dapat menyebabkan permasalahan hukum adalah struktur
hukum di Indonesia yang terkadang Overlapping terhadap kewenangan yang ada.
Hal ini tentu saja akan membuat asa diferensial fungsional terabaikan yang akhirnya
akan memicu konflik.
f. Sarana dan Prasarana Hukum Kurang Memadai
Di Indonesia sendiri, sarana dan prasarana Hukum sangat kurang. Mulai
dari batas wilayah laut Indonesia dari bangunan hingga pelaku-pelaku hukum
memiliki sumber daya yang terbatas. Sehingga hal ini lah yang membuat jalannya
hukum di Indonesia masih begitu mengalami banyak masalah.
g. Peraturan Hukum Yang Kurang Jelas
Dengan adanya peraturan yang jelas, pasti serta partisipasi aktif di dalamnya
tentu saja akan membuat peraturan hukum di Indonesia semakin baik. Namun
sayangnya, di Indonesia sendiri masih banyak masalah-masalah hukum yang
berkaitan dengan penilaian multitafsir dari peraturan-peraturan yang ada. Selain itu,

17
partisipasi publik yang sangat minim dalam pembentukan perundang-undangan juga
menjadi penyebab dari masalah hukum di Indonesia.
h. Independensi Hakim Masih Bermasalah
Proses hukum akan berjalan baik jika hakim memiliki kekuasaan yang
merdekat tanpa harus dipengaruhi dari tekanan berbagai pihak. Namun masih banyak
ditemukan kasus di Indonesia jika independesin hakim masih sangat bermasalah.
Masih banyak hakim-hakim Indonesia yang rentan terhadap suap dari beberapa
pihak.

i. Proses Peradilan Yang Masih Bermasalah


Masih banyak ditemukan proses peradilan di Indonesia yang selalu
bermasalah, hal ini bisa saja disebabkan karena tak adanya jaminan ataupun
pengaturan yang melarang kegiatan suap menyuap. Masih banyak pula diskriminasi
hukum yang beradasarkan status ekonomi dan sosial seseorang.
j. Kesadaran Hukum Masyarakat Yang Kurang
Jika kondisi masyarakat Indonesia sudah banyak perkembangan wilayah
Indonesia yang “melek” terhadap hukum, maka tentu saja potensi atas
penyelewengan hukum bisa diminimalisir. Namun sayangnya masih banyak
masyarakat indonesia yang belum terlalu sadar akan hukum, sehingga memicu
perkembangan kecurangan serta penyelewengan yang semakin meningkat di dalam
proses hukum.
k. Lemahnya Political Will dan Political Action
Lemahnya kedua faktor ini bagi para penguasa Negara tentu saja akan
membuat kekuatan hukum semakin melemah di dalam penyelenggaraan pemerintah.
Dapat dikatakan jika supremasi hukum hanya sebatas retorika semata saja yang
hanya diperdengarkan saat kampanye namun tak dilaksanakan saat pemerintahan.
l. Penegakan Hukum Masih Positivis-Legalistis
Hal lainnya adalah paradigma dari penegakan hukum di Indonesia yang masih
dalam peran dunia internasional dalam konflik Indonesia Belanda bersifat positivis-
legalistis sehingga membuat tujuan utama pencapaian hukum hanya sebatas keadilan
formal bukannya keadilan substansial.
m. Peraturan Perundang-Undangan Masih Belum Memihak Rakyat

18
Peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia saat inbi masih lebih
banyak merefleksikan kepentingan politik dibandingkan dengan keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia kepentingan rakyat Indonesia.
n. Kebijakan Seringkali Diputuskan Oleh Pihak Terkait
Masih banyak persoalan persoalan hukum di Indonesia yang diputuskan oleh
pihak-pihak terkait yang sifatnya masih parisal, tidak komprehensif, ditambahi dan
dikurangi sehingga membuat hasil hukum yang ada tidak bersifat adil.
o. Budaya Lama Yang Terus Dilanjutkan
Faktor kebudayaan juga menjadi penyebab dari permasalahan hukum di
Indonesia. Yang dimaksudkan disini adalah budaya-budaya buruk kegiatan ekspor
impor yang terus saja dilakukan dan mengakar di masyarakat Indonesia. Sehingga
hukum hanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan beberapa pihak tertentu
saja.

2.5 Solusi-Solusiterhadap penegakan hukum di Indonesiaagar berjalan dengan lancar

Masalah penegakan hukum akhir-akhir ini menjadi perhatian masyakarat luas yang
mulai menunjukkan sikap perduli dan prihatin karena penegakan hukum yang terjadi
selama ini belum memberikan arah penegakan hukum yang benar sebagaimana yang
diharapkan masyarakat dalam penyelenggaraan negara hukum di Indonesia.Timbulnya
masalah penegakan hukum diakibatkan karena beberapa faktor. Fenomena penegakan
hukum di Indonesia dapat dilihat seperti yang terjadi pada kasus nenek yang mencuri 3
biji kakau, pencurian sandal yang dilakukan oleh seorang anak, semua itu membuat
masyarakan Indonesia prihatin terhadap aparat penegak hukum yang seharusnya
melayani, mengayomi sekaligus memberikan perlindungan atau keamanan bagi warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan suatu
solusi yang nyata agar perilaku penegak hukum dapat menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya.

Ada berbagai macam cara atau solusi agar penegakkan hukum berjalan dengan lancar
yaitu:

19
1. Perlunya perbaikan moral terhadap seluruh warga negara Indonesia dan aparatur
penegak hukum karena perbaikan moral merupakan langkah utama untuk mengatasi
masalah penegakan hukum sehingga mempunyai kredibilitas tinggi.
2. Turut andilnya pihak-pihak terkait yaitu Kepolisian, Kejaksaan , dan Kehakiman
dalam pensosialisasian hukum ke masyarakat awam yang tidak mengerti hukum itu
akan sangat membantu, bahkan hukum menurut pandangan mereka adalah suatu
pembelajaran untuk menuju masyarakat yang lebih tertib dan taat hukum.
3. Penegakan hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, akan tetapi
menimbang serta melihat latar belakang peristiwa, apa alasan yang menyebabkan
terjadinya kejadian tersebut, adanya unsur kemanusiaan, dan menimbang rasa
keadilan dalam memberikan keputusan. Hakim diwajibkan mencari dan menemukan
kebenaran materil yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan
dalam peradilan pidana.dengan ini diharapkan tidak ada keputusan yang
kontroversial dan memberikan keputusan yang seadil-adilnya.
4. Hukum seharusnya tidak ditegakkan dalam bentuk yang paling kaku,arogan, dan
hitam putih. Akan tetapi harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya
mengikuti hukum dalam konteks Perundang-Undangan hitam putih semata. Karena
hukum yang ditegakkan yang hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya
akan menghasilkan keputusan-keputusan yang kontroversial dan tidak memenuhi rasa
keadilanyang sebenarnya.
5. Hakim sebagai pemberi keputusan seharusnya tidak menjadi corong Undang-undang
yang hanya mengikuti peraturan Perundang-Undangan semata tanpa memperdulikan
rasa keadilan. Hakim seharusnya mengikuti peraturan Perundang-Undangan dengan
mementingkan rasa keadilan yang seadil-adilnya. Sehingga keputusannya dapat
memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.
6. Komisi Yudisial sebagai komisi yang dibentuk untuk mengawasi perilaku hakim
seharusnya memberikan peringatan dan sanksi yang tegas kepada hakim yang
memberikan keputusan yang kontroversial, tidak memenuhi rasa keadilan dan
melanggar kode etik.
7. Meningkatkan pembinaan intergritas, kemampuan atau ketrampilan dan ketertiban
dan kesadaran hukum dari pelaksana penegak hukum tentang tugas dan tanggung
jawabnya. Dalam melaksanakan tugasnya penegak hukum benar-benar melaksanakan
asas persamaan hak di dalam hukum bagi setiap anggota masyarakat.

20
8. Mencukupi kebutuhan personal, sarana dan prasarana untuk melaksanakan penegakan
hukum. Meningkatkan kesejahteraan penegak hukum, sehingga tidak ada hakim yang
terlibat kasus korupsi.
9. Pemberian sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak menjalankan
tugas dengan semestinya.
10. Adanya penghargaan kepada jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan
terobosan-terobosan dalam menegakkan hukum di Indonesia. Dengan adanya
penghargaan ini diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba untuk memberikan
terobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum di Indonesia.

2.6 Manfaat Penegakan Hukum di Indonesia

Indonesia Negara berdasarkan atas hukum bertujuan untuk mewujudkan masyarakat


adil dan makmur, bertanggungjawab melindungi rakyat, menjaga ketertiban dan keamanan
guna masyarakat tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum. Hukum bersifat
mengatur dan memaksa, agar masyarakat tertib dalam kehidupan bermasyarakat dimana ia
tinggal dan berada. Lalu Menapa hukum harus ditegakkan? Karena :

 Dalam pergaulan masyarakat terhadap aneka hubungan antar anggota masyarakat,


yakni hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan-kepentingan anggota masyarakat.
 Dengan banyak dan beraneka ragamnya hubungan itu para anggota masyarakat
memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar dalam hubungan-
hubungan itu tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat.

Berikut adalah beberapa manfaat penegakan hukum di Indonesia

1. Dengan adanya hukum maka bangsa Indonesia menjadi lebih terarah


2. Dapat menurunkan angka kriminalitas.
3. Bangsa Indonesia menjadi sejahtera.
4. Persamaan harkat dan martabat.
5. Agar tidak ada ancaman yang membahayakan bagi bangsa Indonesia
6. Agar bangsa Indonesia mendapat perlindungan yang adil
7. Agar bangsa kita tidak di jajah kembali
8. Agar bangsa Indonesia terbebas dari ancaman luar negeri

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum adalah suatu sistem peraturan yang di dalamnya terdapat norma-norma dan


sanksi-sanksi yang bertujuan untuk mengendalikan perilaku manusia, menjaga ketertiban dan
keadilan, serta mencegah terjadinya kekacauan.Menurut Prof. Dr. Van Kan menyatakan
bahwa hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang sifatnya memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat suatu negara.
Sedangkan Penegakan Hukum adalahproses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas
atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan hukum di Indonesia sering kali mengingkari rasa keadilan dan
membuat masyarakat menjadi semakin menderita.

22
Saran

Kami menyadari bahwa kami selaku penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.

Oleh sebab itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran saudara yang dapat
membangun kami agar lebih maju dan lebih baik dari sebelumnya ..

DAFTAR PUSTAKA

https://m.detik.com/news/kolom/3757148/petaka-hukum-kasus-setnov#

https://nasional-tempo-
co.cdn.ampproject.org/v/s/nasional.tempo.co/amp/1041781/begini-kronologi-kasus-
setya-novanto?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQECAFYAQ%3D
%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fnasional.tempo.co%2Fread
%2F1041781%2Fbegini-kronologi-kasus-setya-novanto

Amin, Zainul Ittihad. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta : Universitas


Terbuka

23

Anda mungkin juga menyukai