Anda di halaman 1dari 11

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(2): 98-108

ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN SAPI


DAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT

ANALYSIS OF BALANCE SUPPLY AND DEMAND OF CATTLE


AND BEEF CATTLE IN WEST JAVA

Achmad Firman*, Mumun M Sulaeman, Linda Herlina, Marina Sulistyati

Departemen Sosial dan Ekonomi Pembangunan Peternakan


Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor Sumedang
*
Email: ahmadpedum@yahoo.com
(Diterima 11-04-2018; Disetujui 25-04-2018)

ABSTRAK
Komoditas sapi dan daging sapi telah menjadi komoditas politik karena kenaikan harga
daging sapi telah direspon secara signifikan oleh lembaga legislatif maupun eksekutif.
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang dikategorikan sebagai wilayah konsumsi
daging sapi karena kebutuhan sapi dan daging sapi tidak mampu dipasok oleh sapi-sapi
lokal di Jawa Barat. Kekurangan daging sapi dipasok dari luar provinsi ataupun dari luar
negeri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat jumlah produksi sapi dan daging sapi ke
Jawa Barat, jumlah kebutuhan sapi dan daging sapi di Jawa Barat, serta keseimbangan
antara pasokan dan kebutuhan sapi dan daging sapi di Jawa Barat. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan data sekunder sebagai basis analisisnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi sapi yang dihitung dari jumlah populasi
sapi, produksi pedet, dan jumlah pemasukan sapi yang berasal dari luar provinsi ataupun
luar negeri, dan stok sapi. Pada tahun 2015, jumlah populasi sapi Jawa Barat sebanyak
425.486 ekor sapi, 60.990 ekor pedet, dan 219.226 ekor sapi hasil pemasukan. Jumlah
produksi daging sapi mampu mencapai 75,477,941 kg. Total kebutuhan sapi dan daging
sapi di Jawa Barat masing-masing sebanyak 408.881 ekor dan 84.733.150 kg. Berdasarkan
data pasokan dan kebutuhan daging sapi dapat dihitung keseimbangan neraca daging sapi
sapi di Jawa Barat. Neraca daging sapi di Jawa Barat mengalami defisit sepanjang tahun
2011-2015.

Kata Kunci: Produksi, Pasokan, Konsumsi, Neraca, Daging Sapi

ABSTRACT
Cattle and beef commodities have become a political commodity because the increase in
beef prices has been responded significantly by both legislative and executive institutions.
West Java became one of the provinces categorized as the area of beef consumption
because the needs of cattle and beef cannot be supplied by local cattle in West Java. Lack
of beef cattle is supplied from outside the province or abroad. This study aims to see the
amount of cattle and beef cattle production to West Java, the number of cattle and beef
cattle needs in West Java, as well as the balance between supply and demand of beef and
beef cattle in West Java. This research used quantitative method with secondary data as its
base of analysis. The results showed that the number of cattle production calculated from
the number of cattle population, the production of calf, and the amount of imported cattle
from outside the province or abroad. In 2015, the number of West Java cattle population

98
ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN SAPI DAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT
Achmad Firman, Mumun M. Sulaeman, Linda Herlina, Marina Sulistyati

amounted to 425,486 heads, 60,990 calves, and 219,226 heads of imported cattle. The
amount of beef cattle production can reach 75,477,941 kg. The total requirement of cattle
and beef cattle in West Java was 408,881 heads and 84,733,150 kg. Based on data of
supply and requirement of beef cattle could be calculated balance of cattle beef in West
Java. The balance of beef cattle in West Java had a deficit meat during 2011-2015.

Keywords: Production, Supply, Consumption, Balance, Beef Cattle

PENDAHULUAN Beberapa wilayah yang


Komoditas sapi potong telah dikategorikan wilayah konsumsi daging
menjadi komoditas politis karena sapi adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
kenaikan harga daging sapi langsung Banten. Provinsi Jawa Barat menjadi
direspon oleh presiden dan lembaga salah satu wilayah konsumsi daging sapi
legislatif. Kepanikan atas kenaikan karena kemampuan pasokan sapi lokal
daging sapi di pasaran tersebut telah belum mampu memenuhi kebutuhan
menjadi fokus perhatian pemerintah. daging sapi yang cukup besar. Adanya
Pemerintah berusaha untuk menurunkan kebijakan penurunan harga daging sapi
harga daging sapi dari Rp 120.000/kg oleh pemerintah merupakan respon
menjadi Rp 80.000/kg pada tahun 2016. positif bagi konsumen atau masyarakat
Namun, sampai saat ini harga daging sapi golongan ekonomi lemah untuk dapat
tetap bertahan. menikmati daging sapi. Namun,
Fenomena bertahannya harga kebijakan pemerintah tersebut belum
daging sapi tersebut karena ekses demand mampu sepenuhnya dirasakan oleh
daging sapi masih cukup besar. masyarakat ekonomi lemah karena harga
Pemerintah telah melakukan dua daging sapi masih di atas seratus ribu.
kebijakan guna menurunkan harga daging Kategori Jawa Barat sebagai
sapi, yaitu operasi pasar dan impor wilayah konsumsi dipacu oleh pusat-
daging kerbau dari India. Akan tetapi, pusat ekonomi yang terus berkembang,
kebijakan tersebut belum efektif untuk seperti Bandung Raya, Cirebon, Bogor,
menurunkan harga daging sapi. Hal Ini dan Depok. Di samping itu, terdapat
dapat menjadi bukti bahwa ekses demand beberapa wilayah yang dikenal sebagai
daging sapi di Indonesia masih cukup sentra sapi potong di Jawa Barat, seperti
besar walaupun pemerintah melakukan Kabupaten Tasikmalaya, Majalengka,
berbagai kebijakan penurunan harga Sumedang, Subang, Indramayu, dan
daging. Ciamis. Kabupaten Tasikmalaya dikenal

99
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(2): 98-108

sebagai wilayah pembibitan sapi lokal bakalan dari Australia karena sifatnya
sedangkan Kabupaten Bogor dikenal yang cepat tumbuh dengan pertambahan
dengan pemasok sapi impor karena bobot badan di atas 1 kg melalui
banyak perusahaan penggemukan sapi pemberian pakan yang berkualitas
yang berada di wilayah ini. (Firdaus et al, 2012). Para pelaku usaha
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sapi potong tersebut merupakan produsen
melalui Dinas Ketahanan Pangan dan sapi potong di Jawa Barat.
Peternakan telah berupaya untuk Sebenarnya, apa yang terjadi
meningkatkan populasi sapi. Upaya- dengan sistem neraca pasokan dan
upaya yang dilakukan meliputi kebutuhan daging sapi di Jawa Barat.
penyelamatan betina produktif dari Apakah wilayah Jawa Barat kekurangan
pemotongan, mendatangkan sapi indukan pasokan sapi dan daging sapi untuk
Peranakan Ongole dari Jawa Timur, memenuhi konsumsi sapi dan daging
pengembangan populasi sapi Pasundan sapi. Berapa besar konsumsi daging sapi
yang telah menjadi sapi lokal asli Jawa di Jawa Barat. Identifikasi masalah
Barat. tersebut menjadi dasar untuk penelitian
Orientasi peternakan sapi potong ini.
rakyat di Jawa Barat lebih cenderung
untuk pembiayaan. Para peternak TINJAUAN PUSTAKA
cenderung memelihara indukan dan Terjadinya supply demand
dikawin suntik dengan semen dari jenis disebabkan adanya sumberdaya yang
Simental ataupun Limosin. Para peternak melimpah di suatu wilayah, di sisi lain
menyukai sapi persilangan karena sapi- adanya wilayah yang kekurangan
sapi turunan Simmental merupakan sumberdaya, sehingga terjadi pasokan
ternak unggul yang mampu menghasilkan barang dan jasa dari wilayah surplus
daging yang baik dan berkualitas tinggi produksi ke wilayah yang kekurangan.
serta mempunyai nilai jual yang tinggi, Berdasarkan asumsi pasar persaingan
populasinya telah cukup banyak bahkan sempurna, fungsi penawaran dibangun
telah mencapai turunan keempat dari teori produksi melalui penurunan
(Syafrizal, 2011; Latifah et al, 2016). Di fungsi keuntungan perusahaan baik pada
sisi lain, perusahaan penggemukan kasus satu output, beberapa input,
cenderung memelihara sapi potong maupun pada kasus beberapa output dan

100
ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN SAPI DAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT
Achmad Firman, Mumun M. Sulaeman, Linda Herlina, Marina Sulistyati

beberapa input atau diturunkan melalui terjadinya transaksi antara produsen dan
fungsi biaya yakni bagian atas kurva konsumen atas barang-barang ekonomi.
marginal perusahaan setelah dipotong Fungsi permintaan seorang konsumen
oleh biaya variabel rata-rata minimum terhadap suatu barang merupakan fungsi
(Koutsoyiannis, 1982). Selanjutnya, dari harga barang itu sendiri, harga
penentuan keputusan produksi tersebut barang lain dan pendapatannya, di mana
dapat didasarkan atas dua pilihan, yaitu pendapatan adalah sebagai fungsi kendala
meminimumkan biaya produksi pada dalam mencapai maksimalisasi utilitas
tingkat tertentu dan memaksimalkan (Koutsoyiannis, 1982).
keuntungan yang dapat diperoleh dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi
menurunkan fungsi keuntungan. Pada permintaan terhadap sesuatu barang
kondisi tertentu, para produsen atau antara lain (Sukirno, 2013): (1) Harga
petani bisa melakukan revisi produksi barang itu sendiri, (2) Harga barang-
berdasarkan dugaan mereka terhadap apa barang lain, (3) Pendapatan para pembeli,
yang mereka anggap sebagai proporsi (4) Distribusi pendapatan, (5) Cita rasa
yang normal terhadap perbedaan yang masyarakat, (6) Jumlah penduduk, dan
terjadi dengan yang sebelumnya (7) Ekspektasi tentang masa depan.
dianggap normal (Nerlove, 1958 dalam Setiap konsumen memiliki daya pilih atas
Hutahuruk, 1996). produk yang akan dikonsumsi. Hal ini
Kebutuhan atau permintaan sangat tergantung pada harga barang
merupakan banyaknya kesatuan barang utama tersebut yang akan dikonsumsi
yang akan dibeli oleh pembeli pada oleh konsumen. Apabila harga barang
bermacam-macam tingkat harga dalam utama lebih tinggi, maka konsumen akan
jangka waktu tertentu dan syarat tertentu mengalihkannya kepada barang lainnya.
(Rusdi dan Suparta, 2010). Permintaan Ada tiga jenis barang-barang lainnya
dapat dikatakan juga sebagai keinginan yang apabila konsumen mengalihkan
(desire) untuk mendapatkan barang dan barang utama, yaitu barang pengganti,
jasa yang diikuti oleh kemampuan beli barang pelengkap, dan barang netral
(purchasing power). Permintaan (Sukirno, 2013).
merupakan jumlah barang yang diminta Daging sapi merupakan salah satu
oleh konsumen pada suatu pasar (Daniel, bahan pangan yang mengandung protein.
2002). Sementara pasar adalah tempat Harga daging ini terus mengalami

101
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(2): 98-108

peningkatan harga dari tahun ke tahun. METODE PENELITIAN


Sampai saat ini, harga daging sapi masih 1. Objek Penelitian
bertahan di atas seratus ribu per kilonya. Objek penelitian ini adalah data-
Pemerintah melakukan penerapan data sekunder yang terkait dengan
kebijakan harga dasar untuk komoditas pasokan dan permintaan sapi dan daging
daging sapi pada nilai Rp 80.000/kg nya. sapi di Jawa Barat.
Kebijakan ini diikuti dengan kebijakan
2. Metode Penelitian
lainnya dalam rangka mendukung Penelitian ini menggunakan metode
penurunan harga daging sapi, yaitu kuantitatif dari data yang diperoleh.
operasi pasar dan impor daging kerbau Adapun untuk menguraikan dari hasil
dari India yang harganya sangat murah. analisis digunakan deskriptif untuk
Akan tetapi, kebijakan ini belum mampu menguraikan hasil-hasil analisis dari data
menurunkan harga daging di bawah dan informasi yang diperoleh dalam
seratus ribu. bentuk hubungan, sebab akibat, dan
Atas dasar kebijakan di atas, sebagainya.
pasokan dan kebutuhan sapi dan daging
3. Penentuan Lokasi Penelitian
sapi di Jawa Barat dapat menjadi acuan
Lokasi penelitian ditentukan secara
bagi wilayah konsumen lainnya. Jumlah
purposif karena Provinsi Jawa Barat
pasokan sapi yang berasal dari produksi
merupakan provinsi penyangga ibu kota
sapi-sapi lokal, pemasukan sapi dari luar
dan masuk dalam kategori wilayah
wilayah, dan pengeluaran/pemotongan
konsumsi sapi dan daging sapi.
sapi dari wilayah Jawa Barat dapat
menentukan berapa banyak sapi yang 4. Teknik Pengumpulan Data
diperlukan untuk konsumsi daging di Data yang digunakan dalam
Jawa Barat. Pemasukan sapi dari luar penelitian ini adalah data sekunder. Data
dapat menjadi penyangga bagi sapi-sapi sekunder adalah data yang telah diolah
lokal agar tidak tereksploitasi untuk lebih lanjut dan disajikan dengan baik
dipotong besar-besaran. oleh pihak pengumpul data primer atau
pihak lain (Nindi, 2013). Data sekunder
yang dikumpulkan berasal dari instansi
terkait dengan penelitian, yaitu BPS dan
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

102
ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN SAPI DAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT
Achmad Firman, Mumun M. Sulaeman, Linda Herlina, Marina Sulistyati

5. Operasional Variabel sapi rata-rata per kapita per tahun


Operasional variabel adalah dari masyarakat Jawa Barat dikali
menguraikan istilah-istilah yang dengan jumlah penduduk di tahun
digunakan dalam penelitian ini, yaitu: bersangkutan yang dihitung dengan
1. QSTs/ds adalah pasokan sapi atau satuan ton.
daging sapi yang dihitung dalam 9. Cdskap adalah konsumsi daging sapi
satuan ekor/ton. rata-rata per kapita per tahun yang
2. QPs/ds adalah populasi sapi atau dihitung dengan kg.
produksi daging sapi eksisting pada 10. JPP adalah jumlah penduduk Jawa
tahun bersangkutan yang dihitung Barat pada tahun bersangkutan
dalam satuan ekor/ton. dihitung dengan satuan orang.
3. STs/ds adalah stok sapi atau stok
6. Metode Analisis
daging sapi yang dihitung dari Metode analisis yang digunakan
jumlah pasokan sapi tahun dalam penelitian ini adalah analisis
bersangkutan dikurangi dengan matematika supply demand yang
pengeluaran dan pemotongan sapi ditujukkan untuk mengukur neraca
dihitung dengan satuan ekor/ton. keseimbangan antara pasokan dan
4. QMs/ds adalah pemasukan sapi atau kebutuhan sapi dan daging sapi. Ada dua
daging sapi ke wilayah Jawa Barat variabel yang diukur yaitu:
dihitung dengan satuan ekor/ton.
a. Variabel Pasokan
5. QXs/ds adalah pengeluaran sapi atau
Variabel pasokan merupakan
daging sapi keluar wilayah Jawa penjumlahan dari produksi, stok
Barat dihitung dengan satuan produksi, jumlah barang diimpor, dan
ekor/ton. keluarnya barang (Ilham, 2001; Kariasa,
6. QRPHs adalah sejumlah sapi yang 2002). Jadi, total pasokan sapi/daging
dipotong di Rumah Potong Hewan sapi (QTs/ds) adalah total produksi
(RPH) di Jawa Barat yang dihitung sapi/daging sapi ditambah jumlah
dengan satuan ekor. sapi/daging sapi yang masuk dapat
7. QDTds adalah total kebutuhan sapi dirumuskan sebagai berikut:
atau daging sapi di Jawa Barat. - Total Pasokan Sapi dengan rumus
8. Cds adalah konsumsi daging sapi sebagai berikut:
yang dihitung dari konsumsi daging QSTs = QPs + QMs

103
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(2): 98-108

STs = QPs + QMs – QXs – QRPHs - Total Kebutuhan Daging Sapi dengan
- Total Pasokan Daging Sapi dengan rumus sebagai berikut:
rumus sebagai berikut: QDTds = Cds + QXds
QSTds = QPds+ QMds Cds = Cdskap x JPP
STds = QPds + QMds – QXds
b. Variabel Konsumsi HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan sapi dan daging sapi 1. Pasokan Sapi dan Daging Sapi
dapat diterjemahkan sebagai sejumlah Pasokan sapi berasal dari populasi
daging sapi yang dikonsumsi dengan yang ada, pemasukan sapi, sapi yang
sejumlah daging sapi yang diekspor atau keluar, dan sapi yang dipotong di RPH,
ke luar wilayah Jawa Barat (Andi, 2001). dan stok sapi (Tabel 1).
Persamaannya dapat dituliskan sebagai
berikut:

Tabel 1. Pasokan Sapi dan Daging Sapi di Jawa Barat Tahun 2011-2015
Pasokan Sapi dan Daging Sapi 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi (ekor) (QSTs)
- QPs 422.989 429.637 382.949 419.077 425.826
- QMs 367.440 390.587 288.372 317.518 219.226
- QXs 71.548 123.976 70.455 79.374 74.783
- QRPHs 295.489 259.808 249.035 234.818 275.751
- STs 423.392 436.440 351.831 422.403 294.518
Produksi Daging (ton) (QSTds)
- QPds 22.162 19.486 18.678 17.611 20.681
- QMds 56,314 54,826 53,204 49,462 54,797
- QXds tad tad tad tad tad
- STds tad tad tad tad tad
Keterangan: Data diolah dari Dinas Peternakan Jawa Barat dan Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan (2016)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat penyebabnya adalah harga jual sapi yang
bahwa populasi sapi dari tahun 2011- relatif tinggi. Di samping itu, terdapat
2015 terjadi fluktuatif. Hal ini sangat sapi-sapi yang keluar dari wilayah Jawa
tergantung dari pemasukan sapi dari luar Barat yang besarnya relatif sama setiap
wilayah Jawa Barat. Pasokan sapi dari tahunnya. Hasil populasi, pemasukan,
luar Jawa Barat dari tahun 2011-2015 pengeluaran, dan pemotongan sapi, maka
cenderung turun. Salah satu faktor dapat dihitung stok sapi tiap tahunnya.

104
ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN SAPI DAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT
Achmad Firman, Mumun M. Sulaeman, Linda Herlina, Marina Sulistyati

Hasilnya menunjukkan jumlah stok sapi menyebabkan penawaran daging sapi


dari tahun ke tahun mengalami meningkat karena dipengaruhi oleh harga
penurunan. sapi (Munte et al, 2014). Sangat
Pasokan daging sapi pada dasarnya disayangkan bahwa tidak adanya data
berasal dari hasil pemotongan sapi. jumlah daging sapi yang keluar Jawa
Komponen pasokan daging sapi adalah Barat menyebabkan stok daging kesulitan
produksi daging sapi hasil pemotongan di untuk dihitung.
RPH/TPH, pemasukan daging sapi, stok,
dan pengeluaran daging sapi. Secara 2. Kebutuhan Daging Sapi
tidak langsung, analisis pasokan daging Kebutuhan sapi dihitung dari
sapi diturunkan dari pasokan sapi, seperti jumlah konsumsi sapi dengan sejumlah
terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel daging sapi yang keluar wilayah Jawa
tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sapi Barat. Konsumsi daging sapi dihitung
di Jawa Barat mengalami penurunan yang dari hasil perkalian antara kebutuhan
cukup tajam di akhir tahun 2015 dilihat standar daging sapi dikalikan dengan
dari sisi stok sapi. Adapun hasil produksi jumlah penduduk Jawa Barat dari tahun
daging diperoleh dari hasil pemotongan 2011-2015. Hasil perhitungan
sapi di RPH/TPH di Jawa Barat. menunjukkan bahwa kebutuhan untuk
Sapi-sapi yang dipotong di RPH/TPH konsumsi daging sapi di Jawa Barat dari
terdiri atas sapi lokal dan sapi hasil tahun ke tahun terus meningkat (Gambar
penggemukan yang berasal dari sapi 1). Hal ini sejalan dengan terjadinya
impor. Adapun hasil pemotongan sapi peningkatan jumlah penduduk dari tahun
yang menghasilkan produksi berupa ke tahun. Adapun potensi daging sapi
daging sapi (Tabel 1). Akan tetapi, jika yang keluar Jawa Barat didekati dengan
dibandingkan dengan pemasukan daging menghitung jumlah sapi yang keluar
sapi di Jawa Barat, maka daging sapi wilayah Jawa Barat. Dengan demikian,
yang masuk lebih banyak dibandingkan total kebutuhan daging sapi di Jawa Barat
dengan daging sapi hasil sembelihan di rata-rata sebesar 86 ribu ton per tahun
wilayah Jawa Barat. Hal ini menunjukkan atau setara dengan 710 ribu ekor jika
bahwa Jawa Barat masih membutuhkan berat rata-rata sapi sebesar 400 kg/ekor.
pasokan daging dari luar wilayah Jawa Berdasarkan hasil penelitian
Barat.Salah satu faktor yang lainnya, harga daging sapi tidak

105
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(2): 98-108

berpengaruh pada permintaan daging sapi kebutuhan daging sapi tersebut, maka
di Kota Surabaya (Rusdi dan Suparta, dapat dihitung neraca pasokan dan
2016). Artinya, permintaan daging sapi kebutuhan daging sapi yang dapat dilihat
dapat dikatakan inelastis karena harga pada Gambar 2.
tidak mempengaruhi permintaannya.
100.000
Berbeda pendapat dengan peneliti yang
80.000
lainnya di mana harga daging sapi sangat
60.000
berpengaruh pada permintaan daging sapi
40.000
(Ilham, 2001; Priyanti et al, 1997). Oleh
20.000
karena itu, harga daging sapi memiliki
-
pengaruh yang berbeda antar wilayah di 2011 2012 2013 2014 2015
(20.000)
Indonesia.
(40.000)

QDT QST Total


90.000 89.000

80.000 88.000 Gambar 2. Neraca Pasokan dan


70.000 87.000 Kebutuhan Daging Sapi di Jawa Barat
86.000 Tahun 2011-2015
60.000
85.000
50.000
Ton

Ton

84.000 Atas dasar Gambar 2 dapat


40.000
83.000
30.000 diterangkan bahwa masih terjadi gap atau
82.000
20.000 81.000
10.000
kekurangan pasokan daging sapi untuk
80.000
- 79.000 wilayah Jawa Barat. Hal ini semakin
2011 2012 2013 2014 2015
memperjelas bahwa wilayah Jawa Barat
Cds QXds Total
merupakan wilayah konsumsi daging
Gambar 1. Kebutuhan Daging Sapi di
sapi. Di samping itu, selain wilayah
Jawa Barat dari Tahun 2011-2015
konsumsi daging sapi, Jawa Barat juga
3. Neraca Keseimbangan Pasokan dan mampu mengeluarkan sapi keluar
Kebutuhan Daging Sapi wilayah Jawa Barat. Hal ini dapat
Pada uraian sebelumnya telah dikatakan potensi daging produksi Jawa
dijelaskan bahwa pasokan daging sapi Barat mengalir ke luar wilayah provinsi
didekati dari komponen pasokan sapi ini.
hidup. Sedangkan Kebutuhan daging sapi
dilihat dari konsumsi daging dan potensi
daging sapi yang keluar wilayah Jawa
Barat. Berdasarkan data pasokan dan

106
ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN SAPI DAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT
Achmad Firman, Mumun M. Sulaeman, Linda Herlina, Marina Sulistyati

PENUTUP Peternakan Provinsi Jawa Barat.


Bandung.
Kesimpulan yang dapat diambil
Direktorat Jenderal Peternakan dan
dari uraian di atas adalah sebagai berikut: Kesehatan Hewan. 2016. Statistik
Peternakan Nasional Tahun 2016.
1. Pasokan daging sapi di Jawa Barat
Direktorat Jenderal Peternakan dan
berasal dari daging sapi lokal dan sapi Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
impor dari luar wilayah Jawa Barat
Firdaus, A.,T. Susilawati, M. Nasich, dan
yang besarnya 70% dibandingkan Kuswati. 2012. Pertambahan Bobot
Badan Harian Sapi Brahman Cross
daging sapi lokal
Pada Bobot Badan dan Frame Sizey
2. Kebutuhan daging sapi rata-rata ang Berbeda. Jurnal Ternak
Tropika, 13(1): 48-62.
sebesar 86 ribu ton pertahun atau
Hutauruk, J. 1996. Analisis Dampak
setara dengan jumlah sapi sebanyak Kebijakan Harga Dasar Padi dan
Subsidi Pupuk terhadap
710 ribu ekor jika rata-rata berat
Permintaan dan Penawaran Beras
hidup sebesar 400 kg/ekor. Adapun di Indonesia. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana, Institut
potensi daging sapi yang keluar
Pertanian Bogor. Bogor.
dihitung dari jumlah sapi yang keluar Ilham, N. 2001. Analisis Permintaan dan
Penawaran Daging Sapi di
wilayah Jawa Barat.
Indonesia. Seminar Nasional
3. Neraca Pasokan dan Kebutuhan Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Pusat Penelitian dan
daging sapi di Jawa Barat adalah
Pengembangan Peternakan, Ditjen
minus sehingga hal ini bisa jadi Peternakan, Kementerian Pertanian.
Jakarta. Hal. 385-403.
penyebab belum turunnya harga
Kariasa, K. 2002. Analisis Penawaran
daging sapi walaupun sudah ada dan Permintaan Daging Sapi di
Indonesia Sebelum dan Saat Krisis
bantuan subsidi daging sapi dari
Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi
Pemerintah Pusat. Swasembada Daging Sapi 2005.
Laporan Teknis Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Badan
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Andi, S.C. 2001. Analisis Penawaran
Jakarta.
dan Permintaan Beras di Propinsi
Koutsoyannis, A. 1982. Modern
Lampung. Tesis Magister Sain.
Microekonomics. Second Edition.
Program Pascasarjana, Institut
London: The Mac Milan Press Ltd.
Pertanian Bogor. Bogor.
Latifah, I.N., M. Paturochman, dan A.
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi
Firman. 2016. Perbandingan Usaha
Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Pembibitan Sapi Peranakan Ongole
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
dengan Sapi Persilangan di Desa
2016. Statistik Peternakan Jawa
Bunihayu Kecamatan Jalancagak
Barat Tahun 2016. Dinas

107
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(2): 98-108

Kabupaten Subang. Student Rusdi, M.D., dan M. Suparta. 2016.


eJournal, 3(5): 1-14. Analisa Faktor-faktor yang
Munte, O., S. N. Lubis, dan L. Fauzia. Mempengaruhi Permintaan Daging
2014. Analisis Faktor-faktor yang Sapi di Kota Surabaya. Jurnal
Mempengaruhi Penawaran Daging Ekonomi dan Bisnis, 1(2): 283-300.
Sapi di Sumatera Utara. Journal on Sukirno, S. 2013. Mikroekonomi Teori
Social Economic of Agriculture and Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Agribusiness, 3(9): 21-30. PT Raja Grafindo Persada.
Nindi, D.W. 2013. Perlakuan Akuntansi Syafrizal. 2011. Keragaman Genetik Sapi
Atas PPh Pasal 21 pada PT. Artha Persilangan Simmental di Sumatera
Prima Finance Kotamobagu. Jurnal Barat. Jurnal Embrio, 4(1): 48-58.
Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan
Akutansi (EMBA), 1(3): 558-566.

108

Anda mungkin juga menyukai