Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN ( Bd.6.218 )


”Terapi Komplementer dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak”

Disusun Oleh : Selfi Indah Saputri


Npm : 1919002043
Dosen Pengampu : Asnita Sinaga,S.Tr.Keb,.M.Tr.Keb

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA HUSADA MEDAN
T.A. 2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ”Terapi Komplementer dalam
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah “Asuhan Kebidanan”. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Terapi Komplementer dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu asnita Sinaga,S.Tr.Keb,.M.Tr.Keb selaku


dosen mata kuliah “Asuhan Kebidanan” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Saya menyadari, laporan makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.

Medan, 22 Maret 2020

Penulis

2
COVER ......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 4

a. Latar Belakang ........................................................................ 4


b. Rumusan Masalah ................................................................... 4
c. Tujuan ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN ............................................................. 6

A. Definisi Terapi Komplementer ......................................... 6


...........................................................................................
B. Klasifikasi Terapi Komplementer ..................................... 6
...........................................................................................
C. Macam-Macam Terapi Komplementer dalam Pelayanan Kesehatan dan Manfaatnya
a. Terapi Komplementer pada Ibu Hamil, Melahirkan, dan Menyusui 7

- Terapi Komplementer Akupresur pada Titik Perikardium 6 dalam Mengatasi


Mual dan Muntah pada kehamilan untuk Kelancaran Persalinan 7

- Probiotik sebagai Terapi Komplementer Bakterial Vaginosis dalam Kehamilan


- Senam Yoga pada Ibu hamil ................................. 9
...............................................................................
- Terapi Hypnobirthing pada saat Kehamilan untuk Mengurangi Rasa sakit saat
Persalinan .............................................................. 10
...............................................................................
- Massage Perineum ................................................ 11
...............................................................................
b. Terapi Komplementer pada Ibu Nifas ........................ 11
.....................................................................................
- Pijat Oksitosin ....................................................... 12
...............................................................................
- Pijat Nifas ............................................................. 12
...............................................................................
- Massage Payudara ................................................. 13
...............................................................................
- Obat Herbal ........................................................... 13
...............................................................................

3
c. Terapi Komplementer Terhadap Tumbuh Kembang Anak 14

- Pijat Bayi ............................................................... 14


...............................................................................
- Terapi Permaian .................................................... 14
...............................................................................
- Terapi Wicara ....................................................... 15
...............................................................................
- Terapi Okupasi ...................................................... 15
...............................................................................

BAB IV PENUTUP ...................................................................... 16

a. Kesimpulan ....................................................................... 16
...........................................................................................
b. Saran ................................................................................. 16
...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 17

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Penggunaan terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang menjadi banyak


perhatian banyak negara. Saat ini terapi komplementer menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan negara lainnya. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) sebanyak 80% praktisi kesehatan di negara berkembang
lebih memilih pengobatan alternatif dibanding pengobatan kimia (WHO, 2012). Terapi
Komplementer saat ini dianggap sebagai terapi dengan pendekatan karena menyembuhkan
pasien dengan memandang dari berbagai sudut dan beraneka aspek kehidupan. Terapi
komplementer juga merupakan cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung pengobatan konvensional atau pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang
konvensional. Di Amerika Serikat sekitar 627 juta orang merupakan pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang merupakan pengunjung praktik konvensional (WHO, 2011). WHO
merekomendasikan pengobatan tradisional yang merupakan bagian dari teknik komplementer
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk
penyakit kronis, penyakit degenerative dan kanker. WHO juga mendukung upaya peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat-obatan tradicional (WHO, 2012). Di Indonesia sendiri metode-
metode pengobatan komplementer telah dikenal lama. Berdasarkan data hasil SUSENAS (Survei
Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001, presentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat
tradisional dalam pengobatan sendiri selama kurun waktu empat tahun (1998-2001) cendrung

4
meningkat dari angka 15,6% menjadi 30,2% dan terus meningkat dari tahun ke tahun hingga
tahun 2006 menjadi 38,30% (Supardi et al., 2010). Banyak alasan klien menggunakan terapi
komplementer salah satunya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer yaitu adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer selain itu alasan lain yang
mendasari klien meminta pengobatan dengan terapi komplementer adalah klien ingin terlibat
dalam pengambilan keputusan dalam pengobatannya. Tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer kepada tenaga kesehatan. Hal ini dapat menjadi peluang bagi tenaga kesehatan
untuk dapat memberikan terapi komplementer dalam pelayanannya (WHO, 2011). Bidan
merupakan profesi kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat
dengan fokus utama kesehatan ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak yang optimal merupakan
tujuan akhir dari pelayanan yang diberikan bidan. Di masa kini pelayanan yang diharapkan
masyarakat tidak hanya untuk menyembuhkan namun tingkat tertinggi harapan klien adalah
kenyamanan yang didapat sehingga efek samping atas pengobatan tidak dirasakan bahkan
menjadi tindakan pencegahan kesakitan yang akan diderita. Pelayanan kebidanan diberikan
sepanjang siklus kehidupan seorang wanita yang membutuhkan asuhan baik bertujuan promotif,
preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Hal tersebut dibuktikan Penggunaan Complementer
Alternative Medicine (CAM) lebih umum dilakukan oleh wanita sekitar 48,9 % dibandingkan
dengan pria sebesar 37,8 %.5 Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan terapi komplementer
pada perempuan sebagai indikator penggunaan terapi komplementer di masa yang akan datang.
Hampir di seluruh dunia, bidan menggunakan terapi komplementer dalam profesi mereka lebih
dari praktisi medis lainnya. Sebuah tinjauan pustaka memperkirakan 60 – 100% bidan telah
menggunakan satu atau lebih terapi komplemeter (Hall HG. at.al. 2012) Indikasi umum
penggunaan terapi komplementer oleh bidan termasuk induksi persalinan dan augmentasi,
mengatasi mual dan muntah, relaksasi, mengatasi nyeri punggung, anemia, mal-presentasi,
ketidaknyamanan perineum, depresi postnatal dan masalah laktasi.6 Berbagai jenis terapi yang
populer direkomendasikan bidan adalah terapi pijat, obat herbal, tehnik relaksasi, suplemen
nutrisi, aromaterapi,homeopati dan akupunktur (Eisenberg, D. M.,et.al., 1998). Praktik
kebidanan komplementer banyak disetujui untuk dilaksanakan dalam penelitan. di New Zeland
dan Kanada 71,5% dari responden menyatakan bahwa CAM merupakan bagian penting dari
praktik kebidanan dan mendapat 81,4% dukungan bidan bahwa CAM dilakukan untuk
menghindari intevensi medis (Wootton, J. C., & Sparber, A., 2001) Dalam mewujudkan tujuan
dari pelayanan kebidanan , bidan didukung dengan pengetahuan dan sikap yang baik dan benar
serta terampil dalam memberikan pelayanan kebidanan komplementer. Banyak faktor dari bidan
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer antara lain : usia,
masa kerja, latar belakang pendidikan serta pelatihan komplementer kebidanan yang pernah
didapatkan serta sumber informasi yang didapat tentang praktik kebidanan komplementer.

b. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer ?


b. Apa klasifikasi terapi komplementer ?

5
c. Bagaimana Hubungan Terapi Komplementer dengan proses penyembuhan penyakit ?
d. Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada ibu hamil, persalinan, dan menyusui ?
e. Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada Ibu Nifas ?
f. Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada Tumbuh Kembang Anak ?
g. Manfaat Terapi Komplementer pada Subjek yang diterapkan
c. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud terapi komplementer
2. Mengetahui Klasifikasi terapi komplementer
3. Mengetahui Hubungan Terapi komplementer dengan kesembuhan penyakit
4. Mengetahui jenis terapi dan manfaat terapi yang diterapkan pada subjek tersebut
5. Mampu menerapkan terapi komplementer dalam menjalankan praktik kebidanan
6. Mampu mengkolaborasikan antara pengobatan medis dan kpengobatan dengan cara
terapi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.


Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan386 juta orang yang mengunjungi
praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% padatahun 1991 menjadi 42% di tahun
1997 (Eisenberg,1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Klien yang menggunakan terapi
komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannyaadalah filosofi holistik pada terapi
komplementer,yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosikesehatan dalam terapi
komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat
untuk  pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkans
ebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkanadanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilihterapi komplementer (Snyder & Lindquis,
2002). Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit
klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti
dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smithet al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan

6
klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam


pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern (Andrewset al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan(Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer jugaada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al., 2004).

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine / CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi
komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan.

Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi


tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan
individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut
ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai
dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,
psiko, sosial, dan spiritual).

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat


meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah.
Terapi komplementer terutamaakan dirasakan lebih murah bila klien
dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya
menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar
dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin, 2007).Minat
masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang masih tradisional mulai
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan
tradisional di berbagai tempat.Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursus-kursus terapi
semakin banyak dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi
tradisional Cina atau traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi dinegara
tersebut (Snyder & Lindquis, 2002).

7
BAB III

PEMBAHASAN

D. Definisi Terapi Komplementer

Menurut kamus besar bahasa indonesia, terapi adalah usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan.Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi
pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak  bertentangan dengan nilai
dan hukum kesehatan diIndonesia. Standar
praktek  pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Menurut World Health Organization, pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal darinegara yang bersangkutan,
sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional.Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun temurun pada suatu
negara.Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam – macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional.

E. Klasifikasi Terapi Komplementer

8
- Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk mem&asilitasikapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala &isik dan &ungsi berpikir yang mempengaruhi &isik dan &ungsi
tubuh imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan
hypnoterapy.
- Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yangmengembangkan pendeka
tan pelayanan biomedis. (cundarismo,homeopathy, nautraphaty).
- Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasil misalnya herbal, dan
makanan.
- Terapi manipulatif dan sistem tubuh didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh misalny
a kiropraksi, macam-macam pijat, rol&iing,terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
- Terapi energy terapi yang berfokus pada energi tubuh biofields atau
mendapatkan energi dari luar tubuh terapetik sentuhan, pengobatansentuhan, reiki, eksternal 
qi gong magnet terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.

MACAM-MACAM TERAPI KOMPLEMENTER DALAM PELAYANAN KESEHATAN

1. Terapi Komplementer pada Kehamilan, Persalinan, dan Ibu Menyusui

a. Terapi Komplementer Akupresur pada Titik Perikardium 6 dalam Mengatasi Mual


dan Muntah pada kehamilan

Akupresur dan akupuntur menstimulasi system regulasi serta mengaktifkan mekanisme


endokrin dan neurologi, yang merupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan
keseimbangan ( Homeostasis ) ( Runiari, 2010). Proses dengan teknik akupresur menitik
beratkan pada titik-titik saraf tubuh (Fenngge, 2012). Terapi akupressur, dimana terapi ini
dilakukan dengan cara menekan secara manual pada P6 pada daerah pergelangan tangan yaitu 3
jari dari daerah distal pergelangan tangan antara dua tendon. Terapi ini menstimulasi sistem
regulasi serta mengaktifkan mekanisme endokrin dan neurologi, yang merupakan mekanisme
fisiologi dalam mempertahankan keseimbangan (Runiari, 2010). Akupresur pada titik
perikardium 6 dapat menghasilkan evaluasi yang baik pada ibu yang mengalami mual muntah
pada kehamilan bila dilakukan pada ibu hamil dengan keluhan mual dan muntah pada kategori
ringan dan sedang. Dalam literature review ini tidak semua artikel yang menjelaskan akupresur
lebih efektif mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil. Titik-titik yang umumnya dimanipulasi
pada kondisi mual muntah diantaranya titik P6 dan dikombinasikan dengan titik St36 . Aplikasi
dari beberapa titik yang bermanfaat dalam mengurangi suatu gejala penyakit dapat menghasilkan
efek yang lebih efektif (Weiss, 2002 dalam Snyder & Lindquist, 2002). Penelitian dalam artikel

9
yang ditelaah menjelaskan bahwa titik St 36 tidak digunakan. Hal ini lah yang mungkin
menyebakan kerja akupresur tidak maksimal. Dengan hanya menekan pada titik P6 belum
mampu memanipulasi titik-titik yang berada di sepanjang meridian untuk mengenai lambung dan
limpa. Energi yang seharusnya harmonis apabila akupresur dilakukan pada titik P6 dan St36,
belum mampu menjadi harmonis. Hal inilah yang menyebabkan akupresur belum mampu
mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil.

b. Probiotik sebagai Terapi Komplementer Bakterial Vaginosis dalam Kehamilan

Pada dasarnya terapi pada wanita hamil yang terdiagnosis infeksi BV lebih diutamakan
untuk mengurangi resiko komplikasi yang dapat terjadi terhadap janin. American College
of Obstetricians and Gynecologists dan Centers for Disease Control merekomendasikan
terapi infeksi BV saat kehamilan yaitumklindamisin atau metronidazole. Berdasarkan
hasil review penelitian didapatkan data bahwa penggunaan klindamisin atau metronidazole
sebagai terapi tunggal dalam penatalaksaan BV dalam kehamilan tidak efektif.
Terapi BV dengan menggunakan kombinasi probiotik oral Lactobacillus rhamnosus GR-1 dan
Lactobacillus reuteri RC-14 dan metronidazole efektif menghambat group B streptococcus
pada ibu hamil (Christine Barthow et al.2016) Terdapat 4 mekanisme kerja probiotik
sebagai terapi BV antara lain :

(1) memelihara mikroflora untuk mencegah pertumbuhan berlebihan patogen (Rajkumar


Hemalatha et al.2014). Organisme Lactobacillus mendominasi dalam vagina wanita sehat,
menyebar dari rectum dan perineum dan membentuk barrier untuk mencegah patogen yang
ada di vagina hingga kandung kemih(Christine Barthow et al.2016) ;

(2) menstimulasi sistem imun;

(3) melakukan kompetisi dengan mikroorganisme lain untuk berebut makanan yang ada
di lapisan epithelium vagina;

(4) menurunkan PH vagina dengan menghasilkan asam organic;

(5) menghasilkan substansi antimikroba seperti bacteriocins dan hydrogen peroxide


(Rajkumar Hemalatha et al.2014).

c. Senam Yoga pada Ibu hamil

Ibu hamil perlu tetap aktif bergerak untuk menjaga kebugaran tubuh. Salah satunya
dengan melakukan yoga ibu hamil. Yoga hamil tidak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan
tubuh saat hamil, tapi juga mempersiapkan persalinan dan membantu memelihara kesehatan
janin.
Selama kehamilan, tubuh wanita akan mengalami berbagai perubahan yang dapat berdampak
pada kesehatan. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan selama kehamilan, baik secara fisik
maupun mental, adalah melakukan yoga ibu hamil.

10
Manfaat Yoga Ibu Hamil
Yoga ibu hamil dapat meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas tubuh. Gerakan-gerakan yoga
pada ibu hamil menjadikan olahraga pada ibu hamil ini sebagai salah satu latihan yang baik
untuk melatih pernapasan serta membantu proses persalinan menjadi lebih tenang, mudah, dan
lancar.
Manfaat yoga ibu hamil lainnya adalah:

 Melancarkan sirkulasi darah.


 Membantu memperbaiki postur tubuh.
 Meningkatkan kualitas tidur.
 Mengurangi stres dan kecemasan, terutama yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan.
 Meringankan keluhan pada ibu hamil, seperti nyeri punggung bagian bawah, sesak napas,
sakit kepala, nyeri panggul, dan mual.
 Mengurangi risiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan bayi
prematur dan berat badan bayi rendah.
 Menurunkan tekanan darah.

Selain bermanfaat bagi kebugaran fisik, yoga ibu hamil yang dilakukan bersama-sama dengan
ibu hamil lainnya dapat mendukung kondisi emosional. Mengikuti kelas yoga ibu hamil dapat
memotivasi ibu hamil untuk terus aktif bergerak.
d.Terapi Hypnobirthing pada saat Kehamilan untuk Mengurangi Rasa sakit saat
Persalinan
Hypnobirthing merupakan perkembangan dari hypnosis, yang ditemukan oleh Dr. Franz
Anton Mesmer, seorang dokter berkebangsaan Austria, pada tahun 1700-an. Hypnosis sendiri
biasanya digunakan untuk mengobati gangguan jiwa ringan, seperti rasa cemas berlebihan atau
fobia pada hal-hal tertentu.

“Tubuh kita punya sistem yang luar biasa. Kalau kita tenang, otomatis hormon endorfin keluar.
Dengan endorfin-lah kita akan mengatasi rasa nyeri dan sakit. Bila kita cemas dan takut, yang
keluar justru hormon kortisol sehingga hormon endorfin semakin terhalangi,” jelas Lanny
Kuswandi, seorang fasilitator hypnobirthing.

Program hypnobirthing ini dilaksanakan pada saat kehamilan. Sebaiknya, ibu hamil perlu


didampingi fasilitator terlebih dahulu pada saat awal melakukannya. Hal ini juga lebih baik
dilakukan bersama pasangan. “Karena nanti pada saat melahirkan, yang menemani adalah suami,
maka terapi ini sebaiknya dilakukan berdua,” ujar Lanny.

Hypnobirthing sebenarnya diutamakan untuk perkembangan kesehatan jiwa anak. Jadi, bukan


untuk menghilangkan rasa sakit saat melahirkan nantinya. Namun meski terasa sakit, sang ibu
akan tetap tenang, sehingga proses persalinan akan berjalan relatif cepat dan lancar.
Melakukan hypnobirthing juga bisa dijadikan kesempatan untuk berkomunikasi dengan janin.

11
Ibu akan diajak berbicara pada janin dalam kandungan. Nantinya, janin akan merespon meski
masih dalam rahim ibunya.

e.Massage Perineum

Dari (14.4%) bidan yang memberikan pelayanan kebidanan komplementer, (4.8%) /1 orang
bidan melakukan praktek massage perineum pada ibu hamil trimester 3. Bidan tersebut
menjelaskan, pijat perineum yang dilakukan bermanfaat untuk mengurangi kejadian robekan
perineum pada saat persalianan, terutama pada primigravida. Pijat perineum dilakukan sendiri
oleh ibu hamil di rumah, dan peran bidan adalah memberikan edukasi saat pemeriksaan
kehamilan.

Massage perineum merupakan pijatan atau penguluran (stretching) lembut yang dilakukan pada
area perineum (kulit di antara anus dan vagina). Pijat perineum bertujuan untuk meningkatkan
elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan
perineum pada saat persalinan normal maupun pada episiotomi. Bukti telah didapatkan dari
beberapa penelitian bahwa dengan melakukan massage pada daerah perineum memberikan
manfaat dalam hal mengurangi kejadian laserasi dan episiotomi. Pemijatan perineum sebaiknya
dilakukan sejak enam minggu sebelum hari-H persalinan, sebanyak 5-6 kali dalam seminggu
secara rutin. Selanjutnya selama 2 minggu menjelang persalinan, pemijatan dilakukan setiap hari
dengan durasi 3-5 menit (Admin, 2014).

2. Terapi Komplementer pada Ibu Nifas

a. Pijat Oksitosin

Oksitosin merupakan suatu hormon yang dikenal mempunyai kemampuan untuk menstimulasi
pengeluaran air susu ibu (ASI) dan kontraksi uterus. Hormon oksitosin juga berperan dalam
kecemasan, pola makan, perilaku social dan respon stress. (Hashimoto, 2014) Pijat oksitosin
merupakan pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis yang merangsang hipofisis posterior untuk mengeluarkan
oksitosin. (Depkes RI, 2009) Berdasarkan hasil wawancara pada bidan yang memberikan
pelayanan kebidanan komplementer, mereka melakukan pijat oksitosin pada ibu nifas mulai hari
pertama.

Menurut bidan, pijat oksitosin yang mereka implmentasikan terbukti dapat memperlancar
produksi ASI, pada kira-kira 20 menit setelah pemijatan. Pemijatan dilakukan oleh suami ibu
nifas selama 15 menit minimal sehari sekali.

b. Pijat Nifas

Pijat nifas yang dimaksud adalah massase pada ibu nifas yang dilakukan dari kepala hingga ke
kaki. Pijat ini dilakukan dalam rangkaian postnatal treatment (spa postnatal). Pijat ini umumnya
dilakukan bidan pada minggu pertama hingga minggu kedua setelah persalinan ibu nifas. Hasil

12
wawancara menjelaskan bahwa tujuan dari dilakukannya perawatan nifas (spa nifas) dengan
melakukan pemijatan (massage) adalah untuk melancarkan aliran darah dan meningkatkan
kenyamanan ibu nifas.

Manurut Nadya (2013), massage nifas sangat membantu ibu dalam masa nifas dalam proses
penyembuhan fisik dan psikologis yang dibutuhkan. selama masa nifas. Massage nifas akan
membantu ibu dalam memulihkan semangat dan melepaskan ketegangan emosi yang terjadi.
Menjalani terapi massage juga akan membantu ibu nifas untuk mendapatkan relaksasi yang
maksimal yang diperlukan selama masa pemulihan. Massage nifas dapat dilakukan tepat setelah
ibu melahirkan secara normal.

d. Massage Payudara

Massage payudara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemijatan payudara pada masa
nifas. Bidan yang memberikan perawatan ini, melakukannya bersamaan dengan postnatal
treatment. Pemaparan bidan menjelaskan bahwa pemijatan dilakukan dengan lembut, bertujuan
untuk memperlancar produksi ASI.

Pemaparan bidan diperkuat dengan penjelasan berikut. Pemijatan payudara setelah persalinan
(masa nifas) bertujuan untuk merangsang dan meningkatkatkan volume ASI, serta mencegah
pembengkakan payudara. Pemijatan payudara bisa dimulai hari kedua masa nifas (Nakita, 2014).

e. Obat Herbal

Penggunaan obat herbal/ramuan tradisional dalam penelitian ini teridentifikasi dua jenis ramuan
yaitu berupa ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup. Ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup
diberikan oleh bidan sebagai pendamping obatobatan medis yang umum diberikan selama masa
nifas. Ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup berkhasiat untuk melancarkan dan meningkatkan
produksi ASI. Daun katuk yang diberikan bidan dalam sediaan ekstrak (pil), sedangkan jamu
uyup-uyup dalam sediaan cair.

Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya
vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B, dan C. Mineral yang dikandungnya adalah
kalsium (hingga 2,8%), besi,

kalium, fosfor, dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi.
Daun katuk dapat digunakan untuk memperlancar produksi ASI. Diolah seperti sayuran
kangkung atau daun bayam, maupupun dalam bentuk ekstrak (Wiki, 2013).

Jamu uyup-uyup merupakan istilah jamu (minuman obat tradisional) di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Disebut juga jamu “gepyokan”. Jamu uyup-uyup merupakan minuman
obat herbal yang dibuat dari tanaman rimpang yang diolah dalam bentuk simplisia, dalam
keadaan utuh maupun dihaluskan, kemudian direbus dan diambil sarinya. Kegunaannya adalah
untuk meningkatkan produksi ASI. Dalam tradisi jawa, jamu uyup-uyup masuk dalam kategori

13
jamu gendong, merupakan warisan leluhur budaya Jawa yang diturunkan sejak jaman Majapahit.
Bahan rimpang jamu uyupuyup untuk melancarkan produksi ASI terdiri atas: kencur, jahe,
bangle, lengkuas, kunyit, temulawak, puyang dan temugiring, dapat ditambah gula dan asam
jawa atau jeruk nipis (Wiki, 2013).

3. Terapi Komplementer Terhadap Tumbuh Kembang Anak

a. Pijat Bayi

Hampir semua bidan dalam penelitian ini yang menjalankan praktek kebidanan komplementer,
menyatakan bahwa pijat bayi yang dilakukan pada pasien/klien awalnya dilakukan karena
permintaan ibu (klien). Beberapa bidan menerima pemijatan bayi dalam rangkaian perawatan
baby spa. Hasil pemaparan bidan menjelaskan bahwa dengan pijat bayi, akan membuat bayi
tidak ‘rewel’ dan meningkatkan nafsu makan. Usia bayi yang dipijat bervariasi, rentang 0-12
bulan. Temuan ini didukung oleh penjelasan Idward (2012), bahwa pijat bayi mempunyai banyak
keuntungan, antara lain mengurangi kebiasaan menangis, menaikkan berat badan, membuat bayi
mudah

tidur, melatih eye contact dengan ibu, mengurangi level stres hormon bayi, juga membantu bayi
untuk buang air besar. Pijat bayi dilakukan pada saat bayi dalam keadaan santai dan di tempat
yang hangat. Dapat dilakukan sampai usia 3-4 tahun.

2.Permainan

untuk melatih kecerdasan anak Permainan merupakan cara belajar yang menyenangkan
karena dengan bermain anak-anak belajar sesuatu tanpa mempelajarinya. Apa yang dipelajarinya
ini disimpan dalam pikirannya dan akan dipadukan menjadi satu kesatuan dengan pengalaman-
pengalaman lain yang kadang tanpa disadari (Romlah, T, 2001). Dari hasil penelitian dari para
pakar, telah ditemukan bahwa ternyata bermain mempunyai manfaat yang sangat besar untuk
tahap awal perkembangan anak. Aktivitas belajar anak yang dikemas dalam bentuk permainan
akan membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial,
moral dan emosional anak. Terdapat jenis permainan diantaranya :

a. Permainan sensoris / praktis Permainan ini merupakan sepertiga dari kegiatan


permainan anak prasekolah, tetapi kurang dari seperenam kegiatan permainan anak
sekolah dasar. Dengan kata lain permainan praktis seringkali dilakukan oleh balita
untuk melatih perkembangan sensori motor mereka. Jenis permainan disesuaikan
dengan usia anak dan kemampuan mereka dalam melakukan gerakan seperti bermain
bola, petak umpet, bermain loncat - loncatan, bermain air, dll.
b. Permainan pura - pura / simbolis Dengan permainan simbolis anakanak akan belajar
mentransformasikan benda - benda dengan menggantikan benda tersebut dengan benda
lain dan memperlakukannya seperti benda yang digantikan. Permainan jenis ini dapat

14
dilakukan dengan melakukan rumah - rumahan, masak - masakan, memerankan drama
dengan boneka, dan lain - lain.
c. Permainan Sosial Permainan sosial lebih melibatkan interaksi sosial tengan teman-
teman sebayanya.Permainan ini juga dapat dilakukan dengan orang tua / pengasuh
untuk meningkatkan komunikasi dan bahasa, sebagai contoh permainan yang dapat
dilakukan dengan bernyanyi, menyebut nama - nama teman, menyebut benda - benda
dengan gambar, dan lain - lain.
d. Permainan Konstruktif Kegiatan yang dilakukan dalam permainan ini dapat melatih
sensori halus dan mengkombinasikan secara berulang dengan representasi gagasan -
gagasan simbolis. Permainan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus seperti permainan puzzle, menata menara balok, bermain
playdough, melipat kertas, dan lain - lain.
e. Games Kegiatan - kegiatan games dilakukan untuk memperoleh kenikmatan yang
melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu orang atau lebih. Permainan
ini dapat diterapkan sebagai perlombaan dengan mendapatkan suatu hadiah yang
berkesan bagi anak, seperti lomba mengancingkan kancing baju, lomba menyikat gigi,
dan lain - lain. 2. Permainan sebagai Terapi Pada umumnya terapi dilakukan oleh
seseorang untuk memulihkan kesehatan dari sakit yang diderita, dengan melakukan
pengobatan ataupun perawatan kepada dokter atau spesialis. Terapi bermain adalah
bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi
anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan
operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak,
terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan
yang sangat penting untuk mengurangi hospitalisasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, d, 2005). Dalam perawatan pasien anak
berikut adalah terapi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam tumbuh
kembang anak dan meningkatkan kecerdasan :
a. Fisioterapi
Dalam fisioterapi melakukan analisis dan menetapkan program stimulasi dini dan
intervasi perkembangan motorik kasar. Fisioterapi dilakukan untuk
mengembangkan dan memulihkan gerak dan fungsi tumbuh, kemampuan
fungsional tersebut diantaranya Tidur miring, Berguling, Merayap, Merangkak,
Duduk, Berdiri.
b. Terapi Wicara
Secara klinis banyak faktor yang dapat menghambat anak terlambat atau sulit
berbicara seperti pekembangan otot yang lambat, kurangnya interaksi dengan orang
lain, bahasa non verbal yang lebih dahulu berkembang, harapan / ekspetasi orang
tua yang terlalu rendah, dan tidak banyak waktu untuk berbicara. Terapi wicara
melakukan analisis dan menetapkan program stimulasi dini dan intervasi
perkembangan bicara, terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
diantaranya yaitu : Mengajak anak berbicara sejak lahir, atau dengan Melatih
15
stimulasi alat oral salah satunya dengan melakukan gerakan lidah dan mulut seperti
berdecak, mengecap, menggetarkan bibir.
c. Terapi Okupasi
Terapi okupasi dibutuhkan untuk anak - anak yang mengalami keterlambatan
keterampilan motorik halus, terapi okupasi melakukan analisis dan menetapkan
program stimulasi dini dan intervasi perkembangan motorik halus. Terdapat 2
bentuk aktivitas yang dilakukan diantaranya : ADL (Activity Day Learning) yaitu
memberikan keterampilan hidup mandiri misalnya dengan latihan menali sepatu,
mengancingkan baju dan lain sebagainya, yang berikutnya Permainan yaitu terapi
yang berbentuk bermain untuk memberikan kesenangan dan sosialisasi yang baik.
Misalkan bermain lempar bola, menggambar, memotong dan melipat kertas, dan
menyusun puzzle.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis alternatif atau
komplementer. Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang
digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh
penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009). Definisi CAM yang
disepakati adalah suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistim, modalitas
dan praktek kesehatan, yang didukung oleh teori dan kepercayaan. Termasuk didalamnya latihan
atau usaha untuk menyembuhkan diri sendiri. CAM digunakan untuk mencegah dan
menyembuhkan penyakit atau juga untuk meningkatkan taraf kesehatan.

Terapi alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional. Sementara komplementer berarti
pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah terbukti bermanfaat. Terapi alternatif
(alternative therapies) meliputi intervensi yang sama dengan terapi komplementer, tetapi sering
kali menjadi pengobatan primer yang mengganti pelayanan medis alopatik. Kedua terapi
alternatif dan komplementer bervariasi derajatnya di mana mereka cocok dengan pengobatan
alopatik.

B. Saran

16
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada
umumnya. Dan kelompok juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/14564608/TINJAUAN_PUSTAKA_TERAPI_KOMPLEMENTER_
DALAM_KEPERAWATAN (Minggu, 22 Maret 2020, 12:00)

Linda Juwita, Jurnal Ners LENTERA, Vol. 3, No. 1, , TERAPI KOMPLEMENTER


AKUPRESUR PADA TITIK PERIKARDIUM 6 DALAM MENGATASIMUAL DAN MUNTAH
PADA KEHAMILAN, September 2015. (Minggu, 22 Maret 2020, 12:18)

Erny Astiti, 2019. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan65PROBIOTIK
SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER BAKTERIAL VAGINOSIS DALAM KEHAMILAN,
iNFOKES, VOL 9 NO 1, Februari 2019ISSN : 2086 -2628. (Minggu, 22 Maret 2020, 12:30)

https://www.alodokter.com/jangan-malas-bergerak-yoga-ibu-hamil-menyehatkan (Minggu, 22
Maret 2020, 13:48)

http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/index.php/JKPN/article/view/224/pdf EFEKTIVITAS
HYPNOBIRTHING TERHADAP SKALA NYERI PERSALINAN IBU. (Minggu, 22 Maret 2020,
14:15)

Erna Retno Wukiratun, Jurnal perkembangan anak, 2018, (Minggu, 22 Maret 2020, 14:28)

http://perawatbukittinggi.blogspot.com/2017/02/konsep-terapi-komplementer.html (Minggu, 22
Maret 2020, 14:48)

17
https://www.motherandbaby.co.id/article/2019/4/5/12048/Apa-Itu-Hypnobirthing-Ini-Tata-Cara-dan-
Manfaatnya (Minggu, 22 Maret 2020, 14:58)

18

Anda mungkin juga menyukai