Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEBIDANAN ( Bd.6.

218 )
”Perancangan Terapi Komplementer pada Ibu Hamil”

“Terapi Komplementer Massage Perineum untuk Menghindari


Robekan saat Persalinan”

Disusun Oleh : Selfi Indah Saputri


Npm : 1919002043
Dosen Pengampu : Lusiatun,.SST,.MPH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA HUSADA MEDAN
T.A. 2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ” Perancangan Terapi
Komplementer pada Ibu Hamil” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah “Asuhan Kebidanan”. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Terapi Komplementer pada Ibu Hamil” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lusiatun,.SST,MPH selaku dosen mata


kuliah “Asuhan Kebidanan” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Saya menyadari, laporan makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.

Medan, 23 Maret 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Sekitar 40%-85% dari wanita yang melahirkan normal mengalami robekan perineum
dan sekitar 2/3 dari wanita ini memerlukan penjahitan. Trauma genital dapat diakibatkan
episiotomi, robekan spontan atau keduanya. Salah satu cara mencegah laserasi perineum
adalah pijat perineum.

Elsevier (2005) memperkirakan sekitar 40% sampai 85% wanita yang melahirkan
normal akan mengalami robekan perineum dan sekitar 2/3 dari wanita ini memerlukan
penjahitan. Trauma genital dapat diakibatkan episiotomi, robekan spontan atau keduanya.
Pencegahan ruptur perineum merupakan hal penting dilakukan oleh bidan (Henderson,
2001). Salah satu cara mencegah laserasi jalan lahir antara lain: water birth, senam pelvic
floor, hypnobirthing, pijat perineum dan sebagainya. Indivara (2008) juga menambahkan
cara menghindari episiotomy meliputi: pijat perineum, senam kegel dan mengatur nafas saat
persalinan. Pijat perineum antenatal adalah teknik memijat perineum beberapa minggu
sebelum melahirkan guna meningkatkan aliran darah ke daerah ini dan meningkatkan
elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan
perineum maupun episiotomi (Herdiana, 2009). Penelitian Beckmann dan Garrett (2006)
membuktikan wanita yang melakukan pijat perineum kemungkinan kecil untuk dilakukan
episiotomi saat persalinan. Mei dkk (2008), juga menyatakan bahwa pijat perineum
meningkatkan elastisitas dan menurunkan risiko robekan perineum karena episiotomi dan
robekan spontan. Menurut Cochrane Review (2006) pijat perineum ini harus selalu dijelaskan
pada ibu hamil agar mereka mengetahui keuntungannya. Hasil studi pendahuluan pada
tanggal 14 sampai 17 Maret 2012, di Puskesmas Sukorame, dari 18 persalinan pada
primigravida terdapat 11 ibu mengalami robekan perineum, maka penting diteliti tentang
pengaruh pemijatan perineum terhadap robekan perineum saat persalinan.

BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Massage Perineum

Perineum adalah salah satu jalur yang dilalui pada saat proses persalinan dapat robek
ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluarnya bayi
(episiotomi) (Herdiana, 2007).

Massage perineum (pijat perineum/ pemijatan perineum/ perineal massage) adalah teknik
memijat perineum di saat hamil atau beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan
perubahan hormonal yang melembutkan jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebih elastis
dan lebih mudah meregang. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan
perineum maupun episiotomi. Teknik ini dapat dilakukan satu kali sehari selama beberapa
minggu terakhir kehamilan di daerah perineum (area antara vagina dan anus).

Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah,
elastisitas, dan relaksasi otot-otot dasar panggul. Teknik ini, jika dilatih pada tahap akhir
kehamilan (mulai minggu ke-34) sebelum persalinan, juga akan membantu mengenali dan
membiasakan diri dengan jaringan yang akan dibuat rileks dan bagian yang akan dilalui oleh
bayi. (Mongan, Marie FM. Hypno birthing.2007)

b. Tujuan Dilakukannya Massage Perineum

Pijat perineum ini akan membantu melunakkan jaringan perineum sehingga jaringan
tersebut akan membuka tanpa resistensi saat persalinan, untuk mempermudah lewatnya bayi.
Pemijatan perineum ini memungkinkan untuk melahirkan bayi dengan perineum tetap utuh
(Mongan, 2007, hlm. 178). Pijat perineum memiliki berbagai keuntungan yang semuanya
bertujuan mengurangi kejadian trauma di saat melahirkan.

Pijat perineum selama masa kehamilan dapat melindungi fungsi perineum paling tidak
dalam 3 bulan pasca melahirkan. Pijat perineum ini harus selalu dijelaskan pada ibu hamil agar
mereka mengetahui keuntungan dari pijat perineum ini. Pijat perineum ini sangat aman dan tidak
berbahaya.

Pijat perineum sebaiknya tidak dilakukan bagi ibu hamil dengan infeksi herpes genital,
vaginitis, infeksijamur, infeksi saluran kemih, atau infeksi menular yang dapat menyebar dengan
kontak langsung dan memperparah penyebaran infeksi.

Tujuan dari pijat perineum selama kehamilan, yaitu :


- Dapat membantu melunakkan jaringan perineum sehingga jaringan tersebut akan
membuka tanpa resistensi pada saat persalinan,untuk mempermudah lewatnya bayi.
- Untuk peningkatan elastisitas perineum sehingga melahirkan bayi dengan perineum tetap
utuh.
- Untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, dan relaksasi otot-otot dasar panggul.
- Mempersiapkan jaringan perineum menghadapi situasi saat proses persalinan terutama
pada saat kepala janin crowning perineum lebih rileks (Beckmann and Andrea J, 2006)

Kejadian robekan perineum lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol dibandingkan
kelompok perlakuan, dan pemijatan perineum terbukti bisa mencegah robekan perineum.
Beckmann, MM dan Garret AJ (2006) melaporkan bahwa perineum massage mengurangi risiko
trauma penjahitan, dan menurunkan angka kejadian episiotomi. Mellisa D (2005) melaporkan
bahwa episiotomi atau robekan perineum derajat 2 atau lebih terjadi pada kelompok yang dipijat
(48%) dan tidak dipijat (77%). Elad Mei et al (2008) melaporkan bahwa pemijatan perineum
mengurangi kebutuhan episiotomi, robekan perineum pada kelompok dipijat mayoritas
mengalami pada derajat I dan pada kelompok tak dipijat mayoritas pada derajat II, meskipun
secara statistik tidak signifikan.

Vendittelli (2001) melaporkan bahwa pijat perineum mengurangi kejadian robekan


perineum dan tindakan episiotomi pada primipara dan nullipara). Attarha M (2009) melaporkan
pemijatan perineum pada nullipara pada usia kehamilan 34-42 minggu dapat mencegah
episiotomi dan mengurangi derajat robekan jalan lahir pada kala II. Saat kepala bayi keluar dari
vagina, perineum meregang untuk memberi jalan bagi janin. Pemijatan perineum pada
bulanbulan terakhir kehamilan meningkatkan hormonal yang melembutkan jaringan ikat
sehingga perineum lebih elastis dan mudah teregang dan melatih ibu mengendurkan perineum
ketika merasakan tekanan saat kepala bayi muncul, juga mengurangi nyeri akibat peregangan.
Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah robekan perineum dan episiotomi. Peregangan
dan robekan perineum selama persalinan dapat melemahkan otot-otot dasar panggul pada
dinding vagina. Trauma perineum memicu ketidaknyamanan dan nyeri saat kontak seksual
(Kettle and Tohil 2008).

Pemijatan perineum membuat kelahiran bayi dengan perineum utuh, menstimulasi aliran
darah ke perineum yang mempercepat penyembuhan, membantu ibu mempelajari sensasi proses
persalinan (saat kepala crowning) sehingga ibu menjadi rileks saat bersalin, membantu
menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum, menghindari episiotomi atau
robeknya perineum di kala II dengan meningkatkan elastisitas perineum (Yesie Aprillia, 2010).
Pengaruh umur 20-29 terhadap tidak terjadinya robekan perineum sebesar 7,18 kali bila
dibandingkan dengan umur ≥ 30. Hornemann A et al (2010) melaporkan bahwa salah satu
penyebab terjadinya robekan perineum adalah usia ibu, Kudish et al (2008) melaporkan bahwa
robekan perineum salah satunya disebabkan oleh usia ibu dengan. Bertambahnya usia seseorang,
membuat DNA dan molekul lain saling melekat dan memilin. Ini akan mengurangi elastisitas
protein dan molekul akibatnya elastisitas jaringan menurun (Santoso & Ismail, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh berat bayi lahir terhadap robekan
perineum. Lewis T et al (2011) melaporkan bahwa berat badan bayi ≥3500 gram berhubungan
dengan ruptur perineum derajat 3 dan 4. Groutz A et al (2011) dan Dahlen et al (2007)
melaporkan bahwa robekan perineum berhubungan dengan berat badan bayi saat lahir (Dahlen et
al, 2007). Jastrow N et al (2010) melaporkan bahwa semakin besar BB bayi maka resiko robekan
perineum juga semakin besar. Ogunyemi et al (2006) melaporkan bahwa berat badan lahir bayi
mempengaruhi terjadinya robekan perineum 3,5 kali lipat.

Avtan H (2005) melaporkan bahwa robekan perineum salah satunya disebabkan oleh
berat badan lahir bayi. Sedangkan Kudish et al (2008) melaporkan bahwa robekan perineum
salah satunya disebabkan oleh berat badan lahir. Semakin besar janin maka komplikasi yang
terjadi juga semakin banyak. Bayi yang besar maka memiliki kepala dan bahu dengan ukuran
yang lebih besar. Saat melewati jalan lahir maka kepala dan bahu dapat mengakibatkan robekan
perineum terutama jika ibu primigravida. Karena pada primigravida vagina belum pernah
dilewati oleh janin dan perineum juga kurang elastis sehingga vagina harus meregang
sedemikian rupa untuk mengeluarkan janin. Umur ibu dan berat badan lahir bayi sebagai efek
modifikasi pengaruh pemijatan terhadap tidak terjadinya robekan perineum. Ini membuktikan
bahwa robekan perineum juga disebabkan oleh umur ibu dan berat badan lahir. Jika variabel luar
tersebut bisa dikontrol maka resiko robekan perineum juga semakin kecil.

c. Cara Melakukan Massage Perineum

Massage perineum dapat dilakukan diri sendiri maupun dilakukan oleh pasangan. Dan sebagai
seorang Bidan hanya dapat memberikan arahan dan contoh pada saat melakukan Massage
Perineum.

Cara melakukannya :
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
2. Potong kuku bilang sudah panjang
3. Identifikasikan daerah perineum (dengan bantuan cermin)
4. Siapkan posisi
5. Posisi ibu setengah berbaring. Sangga punggung, leher, kepala, dan kedua kaki di bantal.
Renggangkan kaki, kemudian taruh bantal di bawah setiap kaki. Gunakan jari tengah dan
telunjuk atau kedua jari telunjuk pasangan untuk memijat (bila dengan pasangan)
6. Berdiri dengan satu kaki menapak di lantai dan satu kaki diangkat diletakkan di kursi.
Carilah posisi yang paling aman dan nyaman bagi ibu
7. Oleskan minyak pijat yang hangat, misalnya minyak gandum yang kaya vitamin E,
Olium cossar atau VCO atau pelumas berbasis air seperti jelly K-Y. Jangan gunakan baby
oil, minyak  mineral, jelly petroleum atau lotion tangan.
8. Masukkan ibu jari  ke dalam perineum sekitar 3-4 cm (maks 7cm) dengan posisi ditekuk,
dan jari lainnya d iluar perineum.
9. Dengan memertahankan tekanan secara cukup, gerakkan ibu jari atau telunjuk di dalam
vagina membentuk huruf “U” secara berirama dan kebawah (rectum). Setiap kali Anda
memijat, selalu bayangkan dan niatkan perineum menjadi semakin lentur.

10. Pemijatan tidak boleh terlalu keras, karena akan mengakibatkan pembengkakan pada
jaringan perineum, pada awalnya Anda akan merasakan kencangnya otot-otot tapi seiring
berjalannya waktu dan dengan latihan jaringan ini akan lentur.
10. tunggu beberapa saat sampai Anda merasakan sensasi hangat (slight burning).
10. Ingatlah untuk menghindari daerah saluran kemih/ uretra karena akan mengakibatkan
iritasi.
10. Lakukan gerakan ringan dengan jempol dari dalam perineum keluar arah perineum
seperti gerakan kepala bayi keluar atau crowning
Setelah tahapan di atas selesai, lakukan juga perineal external stretching massage, dengan
langkah-langkah berikut ini:
Lateral stretch : letakkan dua atau tiga jari Anda tepat di tengah perineum dan tarik ke arah
luar, tegangkan otot dan kulit luar perineum Anda.

Vertical stretch – up: Letakkan dua atau tiga jari Anda membentuk formasi “V” pada perineum
dan tarik kearah atas menuju simfisis pubis, pada sisi-sisi labia Anda. Tarik sampai batas rambut
yang ada pada labia Anda.

Vertical stretch – down: letakkan ibu jari pada garis tengah perineum Anda, tarik dan tekan
(saling berlawanan)
1. Setelah pemijatan selesai lakukan kompres hangat  pada jaringan perineum selama lebih
kurang 10 menit dengan hati-hati. Kompres hangat akan meningkatkan sirkulasi  sehingga
meningkatkan relaksasi otot dan terbukti   bersifat melindungi perineum.
2. Setelah melahirkan, lanjutkan dengan latihan untuk menguatkan otot dasar panggul
(Kegel).
Pijat ini sebaiknya Anda lakukan sendiri atau dengan suami. Seorang bidan hanya memberikan
contoh, itu pun harus menggunakan sarung tangan. 
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah,
elastisitas,dan relaksasi otot-oto tdasar
panggul, juga meningkatan elastisitas perineum sehingga melahirkan bayi dengan
perineum tetap utuh. Pijat perineum mempunyai manfaat utamanya yaitudapat
mengurangi robekan perineum. Sebaiknya pijat perineum ini dilakukan pada wanita
hamil dengan usia kehamilan 34-35 minggu, wanita hamil yang mempunyai perineum
yang kaku, dan diutamakan bagi primigravida. Selain dilakukan dengan tangan sendiri,
pemijatan ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau pasangan. Pemijatan ini tidak
dilakukan oleh wanita yang mempunyai penyakit herpes atau infeksi di daerah vagina
atau saluran kencing. Juga tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum
pernah melakukan seksual.

Pemijatan perineum efektif untuk mencegah terjadinya robekan perineum.


Selanjutnya disarankan:

1) Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemijatan perineum melalui pendidikan


kesehatan sebagai upaya meningkatkan kemandirian ibu dalam pijat perineum di
rumah,
2) Diperlukan analisis kualitatif dari faktor pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam
melaksanakan pijat perineum.
DAFTAR PUSTAKA
https://griyahusada.id/files/serdos-2015/jurnal/jurnal%20bu%20henny/gebi-3 1%20maret
%202014.pdf#page=56 ( Senin, 23 Maret 2020, 20:00 )

https://oshigita.wordpress.com/2018/02/20/massage-perineum-pada-kehamilan/ ( Senin, 23
Maret 2020, 20:15 )

https://www.academia.edu/35964299/MASSAGE_PERINEUM_PADA_KEHAMILAN ( Senin,
23 Maret 2020, 21:00 )

Shipman MK, Boniface DR, Tefft ME, McCloghry F. Antenatal perineal massage and
subsequent perineal outcomes: a randomised controlled trial. British Journal of Obstetrics and
Gynaecology.1997;104(7):87–91. ( Senin, 23 Maret 2020, 21:17 )

Anda mungkin juga menyukai