Anda di halaman 1dari 54

BAB I

KONSOLIDASI PADA ANAK PERUSAHAAN YANG DIMILIKI PENUH

Konsolidasi pada Anak Perusahaan yang dimiliki penuh

 Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan yang menyajikan hasil operasi dan
posisi keuangan dari dua atau lebih entitas legal yang terpisah menjadi satu laporan keuangan
untuk entitas ekonomi secara keseluruhan.
 Untuk mencapai hal tersebut , proses konsolidasi memerlukan prosedur untuk mengeliminasi
semua transaksi kepemilikan antarperusahaan dan transaksi antarperusahaan.

Prosedur Konsolidasi

 Prosedur konsolidasi, termasuk penggunaan kertas kerja, dibuat untuk menggabungkan akun-
akun dari induk dan anak-anak perusahaan sehingga tampak sebagai entitas tunggal.
 Titik awal persiapan pembuatan laporan keuangan kosolidasi adalah pembukuan dari masing-
masing entitas terpisah.
 Karena entitas konsolidasi tidak memiliki pembukuan, seluruh nilai yang tertera dalam laporan
konsolidasi aslinya terdapat di pembukuan induk perusahaan atau anak perusahaan atau kertas
kerja konsolidasi

Kertas Kerja Konsolidasi

 Kertas kerja konsolidasi (consolidation workpaper) merupakan mekanisme yang efisien untuk
menggabungkan akun-akun dari perusahaan yang terpisah yang akan dikonsolidasikan dan
untuk menyesuaikan saldo gabungan menjadi angka yang akan dilaporkan seakan-akan semua
perusahaan yang dikonsolidasi tersebut adalah perusahaan tunggal.
 Perlu diingat bahwa tidak terdapat pembukuan untuk entitas konsolidasi

Kertas kerja Konsolidasi

 Induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya sebagai entitas legal dan akuntansi terpisah,
masing-masing mempunyai pembukuan terpisah.
 • Pada saat penyusunan laporan keuangan konsolidasi, saldo akun diambil dari pembukuan
terpisah induk perusahaan dan tiap anak perusahaan kemudian dimasukkan dalam kertas kerja
konsolidasi.
 Laporan keuangan konsolidasi disusun, setelah semua penyesuaian dan eliminasi, dari saldo
yang terdapat dalam kertas kerja konsolidasi

Format Kertas kerja

 Kertas kerja konsolidasi mempunyai 4 kolom: Nama akun, Data Neraca percobaan, Ayat jurnal
Eliminasi, dan konsolidasi
 Data Neraca percobaan memiliki memiliki dua kolom : Induk dan Anak.
 Ayat jurnal Eliminasi memiliki dua kolom: Debit dan Kredit.
Karateristik Ayat jurnal eliminasi

 Ayat jurnal eliminasi (Eliminating entries) digunakan dalamkertas kerja konsolidasi untuk
menyesuaikan total saldo akun dari perusahaanperusahaan yang dikonsolidasi yang terpisah
untuk mencerminkan angka yang akan muncul jika semua perusahaan yang secara legal terpisah
tersebut merupakan perusahaahn tunggal.
 Ayat jurnal eliminasi hanya muncul di kertas kerja konsolidasi dan tidak mempengaruhi
pembukuan perusahaan-perusahaan terpisah tersebut

Karateristik Ayat Jurnal Eliminasi

 Ayat jurnal eliminasi digunakan dalam kertas kerja untuk menaikkan atau menurunkan total
saldo gabungan dari masing-masing akun sehingga hanya transaksi dengan pihak eksternal saja
yang akan tercermin dalam angka konsolidasi

Ayat jurnal Eliminasi

 Ada beberapa ayat jurnal eliminasi yang diperlukan pada akhir dari suatu periode tetapi tidak
diperlukan di akhir periode-periode berikutnya.
 Contoh : pinjaman dari induk perusahaan ke anak perusahaan pada bulan desember 20x1,
dilunasi pada bulan februari 20x2, memerlukan ayat jurnal untuk mengeliminasi piutang dan
utang antarperusahaan pada tanggal 31 desember 20x1,

Ayat Jurnal Eliminasi

 Beberapa ayat jurnal eliminasi diperlukan di dalam kertas kerja konsolidasi tiap laporan
keuangan konsolidasi disusun untuk beberapa periode
 Contoh : jika induk perusahaan menjual tanah ke anak perusahaan dengan harga lebih tinggi
Rp.5.000.000 dari biaya perolehan tanah tersebut, ayat jurnal kertas kerja diperlukan untuk
mengurangi saldo tanah sebesar Rp.5.000.000 tiap kali neraca konsolidasi disusun selama anak
perusahaan masih memiliki tanah tersebut.

Penyusunan Neraca Konsolidasi sesaat setelah akuisisi kepemilikan penuh

 Kondisi konsolidasi yang paling sederhana terjadi jika laporan keuangan dari
perusahaanperusahaan dengan hubungan istimewa dikonsolidasi sesaat setelah timbulnya
hubungan induk perusahaan – anak perusahaan melalui pengabungan usaha atau melalui
pembentukan anak perusahaan baru.

CONTOH :
Neraca untuk PT Induk dan Anak 1 januari 20x1, sesaat sebelum penggabungan usaha

PT Induk PT Anak
Aset
Kas Rp 350.000.000 Rp 50.000.000
Piutang usaha 75.000.000 50.000.000
Persediaan 100.000.000 60.000.000
Tanah 175.000.000 40.000.000
Bangunan dan peralatan 800.000.000 600.000.000
Akumulasi penyusutan (400.000.000) (300.000.000)
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Kewajiban dan ekuitas
Utang usaha Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000
Utang obligasi 200.000.000 100.000.000
Saham biasa 500.000.000 200.000.000
Laba ditahan 300.000.000 100.000.000
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000

Kepemilikan Penuh dibeli pada nilai buku

 Pada contoh pertama, PT Induk membeli semua saham biasa beredar dari PT Anak seharga
Rp.300.000.000. pada tanggal penggabungan usaha, nilai wajar dari masing-masing aset dan
kewajiban PT Anak sama dengan nilai buku yang disajikan pada tabel sebelumnya. Karena PT
Induk mengakuisisi semua saham biasa PT Anak dan PT Anak hanya mempunyai satu jenis
saham beredar, maka total nilai buku saham yang diakuisisi sama dengan total ekuitas
pemegang saham PT Anak (Rp.200.000.000 + Rp.100.000.000). Harga beli sebesar
Rp.300.000.000 sama dengan nilai buku dari saham yang diakuisisi.
Neraca untuk PT Induk dan Anak 1 januari 20x1, sesaat setelah penggabungan usaha

PT Induk PT Anak
Aset
Kas Rp 50.000.000 Rp 50.000.000
Piutang usaha 75.000.000 50.000.000
Persediaan 100.000.000 60.000.000
Tanah 175.000.000 40.000.000
Bangunan dan peralatan 800.000.000 600.000.000
Akumulasi penyusutan (400.000.000) (300.000.000)
Invest pd shm PT anak 300.000.000 -------------------
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Kewajiban dan ekuitas
Utang usaha Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000
Utang obligasi 200.000.000 100.000.000
Saham biasa 500.000.000 200.000.000
Laba ditahan 300.000.000 100.000.000
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Kertas Kerja Neraca

Konsolidasi 1 Januarai 20x1, Tanggal Penggabungan Usaha : 100% Pembelian pada nilai buku

Akun PT Induk PT Anak Eliminasi konsolidasi


Debit Keredit
Kas Rp 50.000.000 Rp 50.000.000 Rp 100.000.000
Piutang Usaha 75.000.000 50.000.000 125.000.000
Persediaan 100.000.000 60.000.000 160.000.000
Tanah 175.000.000 40.000.000 215.000.000
Bangunan dan
Peralatan 800.000.000 600.000.000 1.400.000.000
Invest pd shm PT Anak 300.000.000 ---------------------) 1)300.000.000 ---------------------
Rp.1.500.000.000 Rp. 800.000.00 . Rp.2.000.000.000
Akm
Penyusutan Rp. 400.000.000. Rp. 300.000.000 Rp. 700.000.000
Utang usaha 100.000.000 100.000.000 200.000.000
Utang obligasi 200.000.000 100.000.000 300.000.000
Saham Biasa 500.000.000 200.000.000 1)200.000.000 500.000.000
Laba ditahan 300.000.000 100.000.000 1)100.000.000 ------------------ 300.000.000
Rp.1.500.000.000 Rp.800.000.000 300.000.000 300.000.000 Rp.2.000.000.0

Ayat jurnal eliminasi

Saham biasa-PT Anak 200.000.000


Saldo Laba 100.000.000
Investasi pada saham PT Anak 300.000.000
(mengeliminasi saldo investasi)
PT Induk dan Anak perusahaan

Neraca konsolidasi 1 januari 20x1

Aset Kewajiban
Kas 100.000.000 Utang usaha 200.000.000
Piutang Usaha 125.000.000 Utang Obligasi 300.000.000
Persediaan 160.000.000
Tanah 215.000.000 Ekuitas
Bangunan & Peralatan 1.400.000.000 Saham Biasa 500.000.000
Akm penyusutan (700.000.000) Saldo Laba Total 300.000.000
Total aset 1.300.000.000 kewajiban & ekuitas 1.300.000.000
BAB II
TRANSFER ANTARPERUSAHAAN
ASET TAK LANCAR

Induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya sering kali terlibat dalam berbagai
transaksi antara mereka sendiri. Transaksi tersebut sering merupakan bagian penting dari
operasi keseluruhan entitas konsolidasi. Transaksi antarperusahaan yang berhubungan
istimewa ini disebut transfer antarperusahaan (intercorporate transfers). Ide pokok dari
laporan keuangan konsolidasi adalah menyajikan aktivitas dari afiliasi konsolidasi seakan-
akan perusahaan afiliasi yang terpisah tersebut merupakan satu perusahaan tunggal. Oleh
karena itu, perusahaan tunggal tidak dapat diperbolehkan untuk memasukan transaksi internal
dalam laporan keuangannya, maka entitas konsolidasi juga harus mengeluarkan seluruh
pengaruh dari transaksi yang terjadi di dalam ntitas konsolidasi dari laporan keuangannya

Gambaran Umum Mengenai Entitas Konsolidasi


Entitas konsolidasi adalah agregasi dari sejumlah perusahaan yang berbeda. Laporan
keuangan yang disusun oleh masing-masing afiliasi dikonsolidasi menjadi satu laporan
keuangan yang mnyajikan posisi keuangan dan hasil operasi dari seluruh entitas ekonomi
seakan-akan merupakan perusahaan tunggal.

Eliminasi Transfer Perusahaan


Semua aspek transfer antarperusahaan harus dieliminasi dalam penyusunan
laporan keuangan konsolidasi, sehingga laporan keuagan tersebut terlihat seakan-akan
merupakan laporan keuamgan dari suatu perusahaan tunggal. PSAK 4, “Laporan
Keuangan Konsolidasi”, menyebutkan saldo antarperusahaan, pembelian dan
penjualan, serta pengeluaan/beban sebagai contoh dari saldo antarperusahaan dan
transaksi yang harus dieliminas
Tidak ada perbedaan antara anak perusahaan yang dimiliki penuh dan anak
perusahaan yang tidak dimiliki penih sehubungan dengan eliminasi transfer
antarperusahaan. Konsolidasi berfokus pada konsep entitas tunggal, bukan persentase
kepemilikan. Jika konsolidasi terpenuhi, maka perusahaan menjadi bagian dari entitas
ekonomi tunggal, dan semua transaksi dengan perusahaan lain yang berhubungan
istimewa menjadi transfer interal yang harus dieliminasi penuh, tidak bergantung pada
persentase kepemilikan.

Eliminasi Laba dan Rugi yang Belum Direalisasi

Laba dan rugi dari penjualan suatu barang ke pihak yang berhubungan
istimewa umumnya dianggap direalisasi pada saat penjualan dari perspektif
perusahaan penjual, tetapi untuk tujuan konsolidasi laba tersebut belum dianggap
direalisasi sampai direalisasi, biasanya melalui penjualan ke pihak yang tidak
berhubungan istimewa. Laba belum direalisasi dari transfer antarperusahaan ini
disebut laba antarperusahaan yang belum direalisasi (unrealized intercompany profit).
Dari sudut pandang entitas konsolidasi, penjualan aset dalam entitas
konsolidasi hanya merupakan perubahan lokasi aset dan tidak mencerminkan akhir
dari proses pendapatan. Untuk mencapai akhir dari proses pendapatan dalam entitas
konsolidasi, harus terjadi penjualan ke pihak eksternal dari entitas konsolidasi. Kunci
untuk menentukan kapan melaporkan transaksi dalam laporan keuangan konsolidasi
adalah dengan memvisualisasikan entitas konsolidasi dan menentukan apakah
transaksi tertentu terjadi seluruhnya di dalam entitas konsolidasi.

Transfer Jasa Antarperusahaan

Perusahaan yang berhubungan istimewa sering kali membeli jasa dari satu perusahaan
ke perusahaan lainnya. Jenis jasa antarpersahaan tersebut dapat bermacam-macam: pembelian
jasa konsultasi, jasa rekayasa, jasa pemasaran, dan jasa pemeliharaan. Pada saat suatu
perusahaan membeli jasa dari pihak yang berhubungan istimewa, umumnya pembeli
mencatatnya sebagai beban dan penjual mencatatnya sebagai pendapatan. Pada saat
penyusunan laporan keuangan konsolidasi, beban dan pendapatan tersebut harus dieliminasi.
Umumnya, pendekatan yang lebih sederhana digunakan dalam eliminasi transaksi
antarperusahaan dengan mengasumsikan bahwa jasa tersebut menguntungkan periode
sekarang, dan karenanya setiap laba antarperusahaan atas jasa tersebut telah direalisasi pada
periode dilakukannya transfer. Oleh karena itu, tidak ada ayat jranal eliminasi sehubungan
dengan transfer pada periode berjalan diperlukan di periode berikutnya sebab laba
antarperusahaan dianggap telah direalisasi pada periode transfer.
Biasanya, asumsi bahwa laba dari penjualan jasa antarperusahaan direalisasi pada
periode penjualan bukanlah asumsi yang tidak realitas. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
realisasi laba antarperusahaan dari penjualan jasa tidak terjadi pada periode pemberian jasa
tersebut dan jumlahnya signifikan. Sebagai contoh, jika induk perusahaan membebankan ke
anak perusahaan jasa arsitektur untu mendesain fasilitas manufaktur baru untuk anak
perusahaan, anak perusahaan akan mengapitalisasi biaya tersebut dalam biaya fasilitas baru
yang dimaksud. Akan tetapi, dari sudut pandang konsolidasi, setiap laba yang diakui induk
perusahaan dari penjualan jasa (selisih pendapatan dari pemberian jasa) harus dieliminasi dari
biaya fasilitas baru yang dilaporkan sampai laba antarperusahaan direalisasi.

Transfer Aset Berupa Tanah


Pada saat transfer aset tak lancar terjadi, penyesuaian seringkali diperlukan dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi selama tanah tersebut masih dimiliki oleh
perusahaan.

Gambaran Umum Proses Eliminasi Laba


Pada saat transfer aset tak lancar terjadi, penyesuaian sering kali diperlukan
dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi selama tanah tersebut masih dimiliki
oleh perusahaan pembeli. Pada saat tanah ditransfer antara pihak yang berhubungan
istimewa pada nilai bukunya, tidak ada penyesuaian atau eliminasi khusus yang
diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
Oleh karena penjual tidak mencatat keuntungan atau kerugian, maka dari
sudut pandang konsolidasi, laba maupun aset dinyatakan secara tepat. Transfer tanah
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai bukunya memerlukan perlakuan khusus
dalam proses konsolidasi. Keuntungan atau kerugian entitas penjual harus dieliminasi
karena tanah tersebut masih dimiliki oleh entitas konsolidasi, dan tidak ada
keuntungan atau kerugian yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi
sampai tanah tersebut dijual ke pihak diluar entitas konsolidasi.
Alokasi Eliminasi Laba Belum Direalisasi

Keuntungan atau kerugian dari transfer antarperusahaan diakui oleh afiliasi


penjual dan menjadi hak pemegang saham afiliasi tersebut. Penjualan yang terjadi dari
induk perusahaan ke anak perusahaan disebut penjualan arus ke bawah (downstreamsale), setiap
keuntungan atau kerugian dari transfer tersebut menjadi hak pemegang saham induk perusahaan.
Sedangkan penjualan dari anak perusahaan ke indukperusahaan disebut penjualan arus ke atas
(upstream sale), yaitu setiap keuntungan atau kerugian menjadi hak pemegang saham anak perusahaan.
Jika anak perusahaan dimiliki penih, maka semua keuntungan atau kerugian
pada akhirnya menjadi hak induk perusahaan sebagai satu-satunya pemegang saham.
Akan tetapi, jika anak perusahaan tidak dimiliki penuh, maka keuntungan atau kerugian
dari penjualan arus ke atas harus dibagi antara induk perusahaan dan pemegang saham
minoritas.
Umumnya, keuntungan atau kerugian dianggap belum direalisasi oleh entitas
konsolidasi sampai dilakukan penjualan ke pihak eksternal. Keuntungan atau kerugian
yang belum direalisasi dieliminasi dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi
terhadap hak pemegang saham yang mengakui keuntungan atau kerugian tersebut
pertama kali, yaitu pemegang saham dari afiliasi penjual.

Eliminasi Laba Belum Direalisasi Setelah Tahun Pertama


Pada periode timbulnya laba belum direalisasi dari penjualan antarperusahaan,
ayat jurnal eliminasi kertas kerja digunakan dalam proses konsolidasi untuk
mengilangkan pengaruh keuntungan atau kerugian yang dicatat oleh penjual dan
menyesuaikan jumlah aset yang dilaporkan menjadi harga semula yang dibayarkan
oleh afiliasi penjual. Tiap periode setelahnya selama aset tersebut masih dimiliki oleh
afiliasi pembeli, saldo aset yang dilaporkan dan klaim pemegang saham dari afiliasi
penjual harus disesuaikan untuk menghilangkan pengaruh dari keuntungan atau
kerugian belm direalisasi. Laba dari periode yang akan datang tidak akan
berpengaruh.

Perlepasan Aset di Kemudian Hari


Keuntungan antarperusahaan belum direalisasi dari penjualan aset dianggap
direalisasi pada saat aset tersebut dijual kembali ke pihak eksternal. Untuk tujuan
konsolidasi, keutungan atau kerugian yang diakui oleh afiliasi yang menjual ke pihak
eksternal harus disesuaikan dengan keuntungan atau kerugian antarperusahaan belum
direalisasi. Walaupun laba yang dilaporkan penjual dari penjualan eksternal
berdasaran pada biaya perolehan afiliasi tersebut, keuntungan atau kerugian yang
dilaporkan oleh entitas konsolidasi berdasarkan biaya perolehan aset dari entitas
konsolidasi, yaitu biaya perolehan yang terjadi oleh afiliasi yang membeli aset
tersebut semula dari pihak luar.
Pada saat keuntungan antarperusahaan belum direalisasi kemudian menjadi
direalisasi, pemgaruh dari proses eliminasi laba harus dibalik. Pada saat realisasi,
jumlah penuh dari laba antarperusahaan yang ditangguhkan ditambahkan kembali ke
perhitungan laba bersih konsolidasi dan dialokasikan ke kepemilikan minoritas dari
mana sebelumnya laba tersebut dieliminasi.

Transfer Aset Berupa Aset Disusutkan


Laba antarperusahaan belum direalisasi dari aset disusutkan atau doamortisasi
dianggap akan direalisasi secara bertahap selama sisa umur ekonomis aset tersebut bersamaan
dengan penggunaannya oleh afiliasi pembeli dalam menghasilkan pendapatan dari pihak non-
afiliasi. Pengaruhnya, bagian dari keuntungan atau kerugian belum direalisasi menjadi
direalisasi setiap periode seiring dengan manfaat yang didapat dari aset tersebut dan potensi
jasanya berkurang
Dari sudut pandang konsolidasi, penyusutan harus didasarkan pada biaya perolehan
aset untuk entitas konsolidasi, yaitu biaya perolehan aset dari pihak yang semula membeli
aset tersebut dari pihak luar.

Perubahan Estimasi Umur Aset Setelah Transfer


Pada saat aset disusutkan ditransfer antarperusahaan, perusahaan estimasi sisa
umur ekonomis dapat terjadi. Jika terjadi perubahan estimasi sisa umur aset
disusutkan pada saat transfer antar perusahaan, maka perlakuannya sama dengan jika
perubahan tersebut terjadi pada saat aset tersebut masih terdapat pada pembukuan
afiliasi yang mentransfer. Sisa masa manfaat yang baru digunakan sebagai dasar
penyusutan, baik untuk afiliasi pembeli maupun untuk tujuan penyusunan laporan
keuangan konsolidasi.

Penjualan Arus Ke Atas


Perlakuan laba belum direalisasi dari penjualan antarperusahaan arus ke atas
sama dengan perlakuan untuk penjualan arus ke bawah kecuali laba belum direalisasi
dan pengakuan realisasi berikutnya harus dialokasikan antara kepemilikan mayoritas
dan minoritas.

Transfer Aset Sebelum Akhir Tahun


Pada kasus dengan transfer aset antarperusahaan terjadi selama periode
berjalan bukan pada akhir periode, sebagian dari keuntungan atau kerugian
antarperusahaan dianggap direalisasi pada periode transfer. Jika hal ini terjadi, maka
ayat jurnal eliminasi kertas kerja pada akhir tahun tersebut harus memasukkan
pengaruh beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Jumlah penyesuaian ini sama
dengan selisih antara penyusutan yang dicatat oleh pembeli dan penyusutan yang
seharusnya dicatat oleh penjual untuk periode yang dimulai dari saat penjualan
antarperusahaan.

Transfer Aset Berupa Aset Diamortisasi


Hak produksi, paten, dan jenis aset tak berwujud lain dapat dijual ke perusahaan
afiliasi. Akuntansi untuk aset tak berwujud biasanya berbeda dengan akuntansi aset berwujud
dalam hal amortisasi aset tak berwujud umumnya dilaporkan sebesar saldo sisa yang belum
diamortisasi tanpa penggunaan akun kontra. Selain me-netto-kan akumulasi amortisasi dari
aset tak berwujud terhadap biaya perolehan aset, penjualan aset tak berwujud antarperusahaan
diperlakukan dengan cara yang sama dengan penjualan aset berwujud antarperusahaan.

Transfer Aset Tak Lancar Antarperusahaan-Metode Ekuitas Disesuaikan Penuh Dan


Metode Biaya
Induk perusahaan dapat menggunakan pencatatan akuntansi atas anak perusahaan
menggunakan salah satu dari beberapa metode. Selama anak perusahaan tersebut
dikonsolidasi, metode akuntansi anak perusahaan di pembukuan induk perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap laporan keuangan konsolidasi.

Metode Ekuitas Disesuaikan Penuh


Suatu perusahaan yang memilih untuk mencatat investasinya menggunakan metode
ekuitas disesuaikan penuh untuk mencatat bagian proporsional dari laba dan dividen
anak perusahaan. Selain itu, bagian investor dari laba antarperusahaan dari transaksi
antarperusahaan dihilangkan dari laba induk perusahaan pada peruode penjualan
antarperusahaan dengan mengurangi akun investasi dan laba yang diakui dari
investee. Pada saat laba antarperusahaan di kemudian hari direalisasi, investor
meningkatkan akun investasi dan laba yang diakui dari investee. Dengan penyesuaian
ini, laba bersih induk perusahaan akan sama dengan laba bersih konsolidasi.

Metode Biaya
Apabila menggunakan metode biaya untuk akuntansi investasi pada anak perusahaan,
induk perusahaan mencatat dividen yang diterima dari anak perusahaan selama
periode berjalan sebagai pendapatan. Dalam metode biaya, tidak ada jurnal yang
dibuat untuk mencatat bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang tidak
didistribusikan, amortisasi differensial, atau menghilangkan laba antarperusahaan
belum direalisasi.

CONTOH :
BAB III
PERSEKUTUAN LIKUIDASI

Likuidasi  adalah  suatu  keadaan  dimana  baik  persekutuan  maupun  usaha


perusahaannya  dibubarkan  semua.  Likuidasi (Purnama Sari:2013) adalah berhentinya
kegiatan operasi perusahaan secara keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh
aktiva perusahaan,membayar semua utang pajak,kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya
dibagikan kepda para anggota sekutu sesuai dengan ratio laba atau rugi. Dalam  likuidasi 
ini  perusahaan  hanya  berjalan beberapa saat guna menyelesaikan proses likuidasi
tersebut.
Likuidasi didefinisikan oleh Floyd A.Beams (1988) adalah sebagai “suatu proses yang
meliputi merubah aktiva non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses merubah
aktiva non kas menjadi kas, melunasi kewajiban firma, dan akhirnya membagi semua kas
yang dimiliki kepada masing-masing anggota sekutu sesuai dengan saldo modalnya”.
Sedangkan menurut Harry Simon (1990) likuidasi adalah proses merealisasikan aktiva
non kas menjadi uang kas, menyelesaikan dengan para kreditur dan pembagian sisa aktiva
kepada kelompok-kelompok pemilikan.

AKUNTANSI LIKUIDASI
A. Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi aktiva non kas selesai (likuidasi
secara langsung)
Dalam hal ini pembayaran kepada anggota sekutu dilakukan setelah seluruh aktiva non kas
telah selesai direalisasikan (dijual) menjadi uang kas, sehingga laba rugi yang terjadi dari
adanya realisasi tersebut dapat segera diketahui seluruhnya dan langsung dapat
dibebankan kepada modal masing-masing sekutu
Contoh 1.
Persekutuan “Cinta Sekali” yang anggotanya A,B, dan C. Pada tanggal 2 januari 2003
bersepakat melakukan likuidasi perusahaannya karena ketiga anggotanya tersebut tidak
ada kecocokan lagi untuk menjalankan usahanya. Semua aktiva non kas dapat
direalisasikan seluruhnya menjadi uang kas. Pembagian laba ruginya dengan perbandingan
4:4:2.

Adapun laporan keuangannya adalah :

Realisasi aktiva non kas adalah sebagai berikut :

1. Piutang dagang dapat ditagih sebagai Rp 25.000


2. Persediaan dapat dijual dengan harga Rp 42.000
3. Aktiva tetap dapat dijual dengan harga Rp 50.000
Untuk mempermudpah di dalam penyelesaian likuidasi, maka selanjutnya disusun menjadi
ikhtisar sebagai berikut :
l

Setelah ikhtisar likuidasi disusun, maka selanjutnya disusun jurnal realisasi dan likuidasi
sesuai dengan transaksi yang dicatat dalam tabel ikhtisar likuidasi.
1. Jurnal penagihan piutang dagang

Kas                      Rp 25.000

Modal A              Rp   2.000

Modal B              Rp   2.000

Modal C              Rp   1.000

Piutang dagang           Rp 30.000

(realisasi piutang sebesar Rp 25.000 dari saldo piutang sebesar Rp 30.000, berari ada
kerugian penagihan piutang sebesar Rp 5.000. Kerugian tersebut dibagi kepada masing-
masing anggota sekutu dengan perbandingan 4:4:2)

2. Jurnal penjualan persediaan

Kas                   Rp 42.000

Modal A                       Rp   800

Modal B                       Rp  800

Modal C                       Rp 400

Persediaan                  Rp 40.000

(realisasi persediaan sebesar Rp 42.000 dari saldo persediaan sebesar Rp 40.000, berarti
ada keuntungan sebesar Rp 2.000 dibagikan kepada masing-masing sekutu dengan
perbandingan 4:4:2)

3. Jurnal penjualan aktiva tetap

Kas                  Rp 50.000

Modal A          Rp 12.000


Modal B          Rp 12.000

Modal C          Rp  6.000

Aktiva tetap                 Rp 80.000

(realisasi aktiva tetap sebesar Rp 50.000 dari saldo aktiva tetap sebesar Rp 80.000, berarti
ada kerugian sebesar Rp 30.000 dialokasikan kepada masing-masing sekutu dengan
perbandingan 4:4:2)

4. rnal pelunasan hutang kepada kreditur eksternal

Hutang dagang           Rp 60.000

Kas                         Rp 60.000

5. Jurnal pelunasan hutang kepada kreditur internal

Hutang kepada sekutu B Rp 10.000

Kas                                            Rp 10.000

6. Pembagian kepada para anggota

Modal A                      Rp 26.800

Modal B                      Rp 26.800

Modal C                      Rp 13.400

Kas                  Rp 67.000


Dalam likuidasi secara langsung, dapat juga timbul masalah dalam pengembalian modal
kepada para anggota, permasalahan tersebut timbul apabila salah satu atau beberapa
anggota sekutu mengalami defisit modal. Ada dua kemungkinan dalam permasalahan defisit
modal anggota: (1) anggota yang mengalami defisit modal mampu membayar, (2) anggota
yang mengalami defisit modal tidak mampu membayar. Permasalahan yang lebih serius lagi
apabila hasil realisasi aktiva non kas tidak mampu menutupi hutangnya.
BAB IV
INVESTASI PADA ENTITAS LAIN

A. kasus Dan Jurnal Akuisisi Antarperusahaan Dan Investasi Pada Entitas Lain
1. Perkembangan Struktur Usaha Kompleks
            Lingkungan usaha saat ini cukup kompleks. Kompleksitas tersebut muncul dari
adanya transaksi usaha lintas kota maupun Negara, dimana tiap daerah memiliki risiko
dan hukum yang berbeda, aturan pajak yang khusus, dan faktor lainyya. Bentuk usaha
yang sederhana dimana sebuah perusahaan memiliki dua atau tiga pabrik kemudian
menghasilkan produk untuk pasar regional atau lokal saja sudah banyak berkurang
dibanding beberapa decade lalu. Semakin berkembangnya ukuran perusahaan, dan
sebagai respons atas lingkungan usaya yang kompleks, perusahaan lalu mengembangkan
struktur organisasi dan struktur kepemilikan yang kompleks.
a. Perluasan Usaha
            Sebagian besar perusahaan berusaha untuk memperluaskan usahanya sebagai cara
untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan. Pemilik dan manajer perusahaan memiliki
kepentingan untuk meningkatkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan ini
menimbulkan skala ekonomis terkait dengan proses produksi maupun distribusi. Melalui
perluasan ke pasar baru atau melalui akuisisi perusahaan lain yang sudah ada di pasar
tersebut, perusahaan dapat mengembangkan potensi perolehan laba baru dan bagi
industry yang memiliki siklus usaha dapat meningkatkan laba melalui diversifikasi.
Sebagai contoh, Bank Danamon, salah satu bank komersial terbesar, mengakuisisi Adira
Finance, sebuah perusahaan pembiayaan yang kuat dalam portofolio pembiayaan
konsumen.
b. Struktur Organisasi Dan Tujuan Usaha
            Sebagai contoh dalam kasusu ini yaitu perusahaan membentuk sebuah anak
perusahaan. Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain,
yaitu induk perusahaan, biasanya melalui kepemilikan mayoritas (kepentingan
pengendali) saham perusahaan. Karena anak perusahaan merupakan entitas legal yang
terpisah, risiko induk perusahaan terkait dengan aktivitas anak perusahaan dibatasi.
c. Struktur Organisasi, Akuisisi, dan Pertimbangan Etika
            Dalam beberapa kasus, manajer menggunakan struktur organisasi yang kompleks
untuk memanipulasi pelaporan keuangan demi kepentingan pribadi. Banyak perusahaan
ternama, mengambil keuntungan dari celah atau kekurangan dalam aturan pelaporan
keungan menggunakan anak perusahaan atau entitas lain untuk meminjam uang dalam
jumlah besar tanpa menyajikan laporan utang pada laporan posisi keuangannya. Beberapa
perusahaan telah mendirikan entitas bertujuan khusus untuk memanipulasi laba.
            Entitas bertujuan khusus _ EBK (special-purpose entities- SPE) secara umum
adalah sebuah alat pendanaan yang bukan merupakan entitas operasi secara substantive
dan biasanya diciptakan untuk sebuah tujuan tertentu. EBK dapat berbentuk perseroan
terbatas, konsorsium (trust), maupun persekutuan. Sebagai catatan, dalam aturan hukum
di Indonesia, bentuk usaha persekutuan hanya dapat dimiliki oleh sekumpulan individu.
            Dalam kasus manajer menggunakan struktur organisasi yang kompleks untuk
manipulasi laporan keuangan terjadi pada salah satu perusahaan di Indonesia yaitu PT.
Kimia Farma tbk. Permasalahan kasus skandal manipulasi laporan keuangan PT. Kimia
Farma tbk. Badan pengawas pasar modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau
penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT. Kimia Farma tbk. Ataupun terhadap
akuntan public Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Aktivitas manipulasi pencatatan
laporan keuangan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan.
Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang menyebabkan
pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya.
            Kronologis kasusu manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk awalnya
pada tanggal 3 Desember 2001, manajemen PT. Kimia Farma tbk melaporkan adanya
laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta
dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba
bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsure rekayasa.
            Setelah dilakukan audit ulang, pada tanggal 3 Oktober 2002 laporan keuangan PT.
Kimia Farma tbk 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan
hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar, atau 24,% dari
laba awal yang dilaporkan. Keslahan itu timbul pada unit industry bahan baku yaitu
kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistic Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar.
            Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang
ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT. Kimia Farma tbk, melalui
direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada
tanggal 1 dan 3 Februari 2002.
            Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT.
Kimia Farma tbk. Dalam rangka rektrukturisasi PT. Kimia Farma tbk, Ludovicus Sensi
W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas untuk
mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk untuk masa lima bulan yang terakhir
31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian
persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang terakhir
per 31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian kontan
yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi
saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma tbk setelah melihat adanya indikasi
penyelewengan.
1. Perluasan Usaha dan Bentuk Struktur Organisasi
            Sejarahnya, perusahaan melakukan ekspansi berdasarkan pertumbuhan internal
melalui pengembangan produk baru dan melakukan perluasan lini produk yang ada ke
target pasar baru. Namun, pada decade belakangan ini, banyak perusahaan memilih
melakukan perluasan dengan bergabung atau mengakuisisi perusahaan lain. Kedua
pendekatan tersebut dapat menimbulkan perubahn dalam struktur organisasi.
a. Perluasan dari dalam
            Sejalan dengan perluasan dari dalam, perusahaan sering menyadari adanya
keuntungan untuk menjalankan usahanya yang semakin berkembang melalui anak
perusahaan baru atau entitas lainnya, seperti persekutuan, ventura bersama, atau entitas
khusus. Pada sebagian besar situasi, segmen yang dapat diidentifikasi dari asset
perusahaan yang ada ditransfer ke entitas baru, dan sebagai gantinya, perusahaan yang
mentransfer menerima kepemilikan saham.
            Terdapat berbagai alasan yang dapat memotivasi suatu perusahaan menciptakan
anak perusahaan atau entitas baru. Perusahaan yang terdiversifikasi secara luas dapat
menempatkan operasi yang tidak berhubungan pada anak perusahaan yang terpisah untuk
memudahkan lini pengendaliaan dan memfasilitas evaluasi hasil operasi. Dalam beberapa
kasus, entitas dapat dikhususkan dalam jenis aktivitas tertentu atau melakukan aktivitas
operasinya di negara tertentu karena insetif pajak khusus . Hal yang harus diperhatikan
dalam beberapa industri adalah fakta bahwa entitas legal terpisah di perbolehkan untuk
beroperasi dalam lingkungan teregulasi tanpa mengenakan kendali regulasi pada seluruh
entitas. Juga, dengan menciptakan entitas hukum terpisah , induk perusahaan dapat
melndungi dirinya dari pengenaan  kewajiban legal atas seluruh aktiva perusahaan yang
mungkin timbul karena lini produk baru atau karena memasuki aktivitas bisnis dengan
risiko yang lebih tinggi.
            Suatu perusahaan pun memiliki kemungkinan membentuk anak perusahaan atau
entitas lainnya bukan untuk tujuan perluasan, namun untuk menghapus sebagai
operasional usaha yang ada melalui penjualan langsung atau dengan memindahkan
kepemilikan kepada pemegang saham lainnya atau pihak lain. Dalam beberapa kasus,
perusahaan menggukan pendekatan ini untuk menghapus segmen operasi yang tidak lagi
sesuai dengan misi keseluruhan perusahaan. Dalam kasus lain, pendekatan ini digunakan
untuk melepaskan segmen yang tidak menguntungkan atau untuk mendapatkan
persetujuan hukum atau pemegang saham dari marger yang diajukan dengan perusahaan
lain. Spin-off terjadii ketika kepemilikan dari anak perusahaan baru atau yang sudah ada
dididtribusikan ke pemegang saham induk tanpa melepaskan kepemilikan saham di induk
perusahaan. Split-off terjadi jika saham anak perusahaan ditukarkan dengan saham induk
perusahaan yang mengakibatkan pengurangan saham induk perusahaan yang beredar.
Walupun transfer kepemilikan ke satu atau lebih perusahaan yang tidak berhubungan
biasanya mengakibatkan timbulnya transaksi yang dikenai pajak. transfer kepemilikan ke
pemegang saham yang ada yang dirancang secara memadai umumnya memenuhi kondisi
pertukaran yang tidak di kenai pajak.
b. Perluasan melalui kombinasi bisnis
            Sering kali perusahaan menemukan bahwa memasarkan produk baru atau masuk
kedalam suatu area baru lebih mudah dengan melakukan perluasan atau penggabungan
usaha dengan perusahaan lain dibanding melalui perluasan internal. Misal, Singtel,
perusahaan telekomunikasi ternama dari Singapura yang area usahanya meningkat secara
signifikan setelah mengakuisis Telkomsel Indonesia.
            Suatu penggabungan usaha (business combination) terjadi ketika dua atau lebih
perusahaan bergabung dalam satu kontrol yang sama. Konsep pengendalian berhubungan
dengan kemampuaan untuk mengarahkan kebijakan dan manajemen. Secara tradisional,
pengendaliaan atau suatu perusahaan diperoleh melalui kepemilikan mayoritas atas
modal saham biasa. Namun, keragaman penerapan perjanjiaan operasional dan finansial
yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir juga menimbulkan kemungkinan
perolehan pengendaliaan tanpa kepemilikan mayoritas atau dalam beberapa kasus bahkan
tanpa kepemilikan sama sekali.
            Jenis penggabungan usaha yang ditemui dalam lingkungan usaha saat ini dan isi
perjanjiaan pengabungan usaha semakin beragam seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang terlibat. Perusahaan membuat berbagai perjanjiaan formal dan informal
yang dapat mempunyai satu atau lebih karakteristik  penabungan usaha. Sebagiaan besar
perusahaan menghindari pencatatan perjanjiaan informal dalam pembukuannya karena
dapat menyebakan timbulnya kesulitan di kemudian hari. Faktanya , beberapa jenis
perjanjiaan informal seperti peejanjiaan untuk mematok harga atau membagi konsumen
potensial bersifat ilegal. Perjanjiaan formal biasanya lebih diwajibkan  dan lebih mungkin
untuk diakui di masing-masing pembukuan perusahaan yang terlibat.
c. Perjanjian Informal
            Bentuk perjanjiaan informal dapat bermacam-macam. Suatu perjanjiaan yang
sederhana secara personal kadang dibutuhkan untuk membangun sebuah hubungan baik
jangka panjang dalam suatu usaha bersama. Pada kasus lain, perusahaan-perusahaan
dengan produk atau jasa yang saling melengkapi membangun hubungan kerja secara
implicit. Sebagai contoh, sebuah kontraktor  elektrik atau pipa yang sama. Beberapa
perusahaan membentuk aliansi strategis untuk bekerja sama dalam bentuk yang lebih
formal. Misalanya, garuda Indonesia dan Singapore Airlines yang saat ini bekerja sama
melalui perjanjian  startegis dalam pembagiaan rute Jakarta-denpasar.
            Informalitas dan kebebasan yang membuat perjanjiaan informal berjalan juga
menjadi faktor kuat dalam proses penggabungan laporan keuangan dan membuatnya
seolah-olah menjadi bagian dari satu perusahaan tunggal. Faktor lainnya dalam
perjanjiaan informal. Tanpa beberapa penggabungan kepemilikan inti dari penggabungan
usaha umumnya tidak ada.
d. Perjanjian formal
            Penggabungan usaha secara formal biasanya disertai dengan perjanjiaan secara
tertulis. Perjanjiaan ini menjelaskan persyaratan penggabungan usaha, termasuk bentuk
perusahaan yang bergabung pertukaran, disposisi efek yang beredar, dan hak serta
kewajiban partisipan. Pelaksanaan perjanjiaan tersebut mengharuskan adanya pengkuan
pada pembukuan salah satu atau lebih perusahaan yang bergabung.
            Dalam beberapa kasus, perjanjiaan formal sama secara substansi , namun berbeda
bentuk sebagai contohnya, suatu perusahaan membuat perjanjiaan untuk melakukan
sewaguna usaha seluruh aset perusahaan lain untuk periode yang lama hingga beberapa
dekade, yang pengaruhnya adalah untuk memiliki perusahaan lain tersebut. Contoh yang
sama, suatu perjanjiaan operasional yang memberikan otoritas manajemen penuh kepada
suatu perusahaan terhadap operasi perusahaan lain. Selama periode waktu yang lama juga
dianggap bertujuan melakukan penggabungan usaha walaupun substansi dari perjanjiaan
tersebut adalah penggabungan usaha, biasa dari perspektif akuntansi tidak dianggap
sebagai penggabungan usaha.
e. Frekuensi kombinasi bisnis dan entitas yang kompleks
            Hanya sedikit perusahaan besar yang berfungsi sebagai satu entitas legal dalam
lingkungan modern.hampir semua perusahaa  paling tidak mempunyai satu anak
perusahaan, dengan banyak perusahaan yang terdiversifikasi mempunyai beratus-ratus
anak perusahaan. Dalam beberapa kasus anak perusahaan didirikan untuk melaksanakan
secara terpisah aktivitas operasi yang sudah ada yang sebelumnya dikerjakan oleh induk
perusahaan. Anak perusahaan lain dapat diakuisisi melalui penggabungan usaha.
f. Struktur organisasi yang kompleks
            Selain struktur induk dan anak perusahaan yang telah menjadi struktur standar
bagi banyak perusahaan pada satu dekade ini, struktur lain yang lebih kompleks mulai
dikenal beberapa tahun terakhir. Saat ini banyak perusahaan yang melakukan sebagian
operasionalnya melalui entitas selain anak perusahaan.
g. Struktur organisasi dan pelaporan keuangan
            Ketika sebuah perusahaan mengembangakan atau mengubah struktur
organisasinya baik melalui pengambilalihan perusahaan lain atau melalui divisi internal,
struktur baru tersebut harus dievaluasi untuk menentukan prosedur pelaporan keuangan
yang tepat .Berikut adalah beberapa pendekatan yang bisa diterapkan tergantung keadaan.
 Merger. Sebuah penggabungan usaha dimana aset dan kewajiban dari perusahaan yang
diambil alih digabungkan dengan aset dan kewajiban perusahaan yang mengambil alih tanpa
menambah komponen organisasi. Jadi pelaporan keuangan dibuat berdasarkan struktur
organisasi yang lama yaitu perusahaan yang mengambil alih.
 Kepemilikan kendali ( controlling ownership ) suatu penggabungan usaha dimana
perusahaan yang diambil alih tetap beroperasi sebagai entitas legal yang terpisah dan sebagian
besar saham biasanya dimiliki oleh perusahaan yang mengambil alih. Bentuk ini akan
menimbulkan hubungan induk dan anak perusahaan. Standar akuntansi biasanya mengharuskan
laporan keuangan dari induk dan anak perusahaan dikinsolidasikan untuk pelaporan bertujuan
umum sehingga seakan-akan merupakan suatu perusahaan tunggal. Perlakuan yang sama
diterapkan jika anak perusahaan tidak diperbolehkan dengan cara dibeli tapi diciptakan.
 Kepemilikan minotitas (minority interest) atau kepemilikan nonpengendali
(noncontrolling ownership).Pembelian kepemilikan perusahaan lain kurang dari mayoritas
( Kurang Dari 50%) tidak mengakibatkan timbulnya penggabungan usaha atau situasi
pengendaliaan . Hal yang sama dapat terjadi ketika suatu perusahaan menciptakan entitas lain
dan memiliki hak kepemilikan kurang dari hak untuk mengendalikan di suatu persekutuan.
Dalam hak kepemilikan kurang dari hak untuk mengendalikan di suatu persekutuan. Dalam
laporan keuangannya, investor seperti akan melaporkan hak kepemilikan pada invested sebagai
investasi dengan metode akuntansi tertentu sesuai dengan kondisi investasinya.
 Kepemilikan menguntungkan laiinya (other beneficial interest) suatu perusahaan dapat
memiliki kepemilikan pada entitas lain walupun tanpa ada kepemilikan langsung pada entitas
tersebut. Kepemilikan tersebut mungkin timbul karena adanya perjanjiaan yang dibuat oleh
entitas tersebut melalui perjanjiaan operasi atau keuangan. Ketika kepemilikan timbul
berdasarkan faktor selain persentase kepemilikan, peraturan pelaporan dapat menjadi kompleks
dan tergantung pada situasi. Secara umum, suatu perusahaan yang mampu membuat keputusan
secara signifikan memengaruhi hasil dari aktivitas entitas lain atau diharapkan mendapatkan
mayoritas dari laba dan rugi entitas tersebut dianggap sebagai penerima manfaat
utama ( primary beneficiary) entitas tersebut. Biasanya, laporan keuangan entitas akan
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan primary beneficiary.
CONTOH SOAL :
  Contoh ilustrasi asumsikan PT Alan menciptakan sebuah anak perusahaan, PT Bima dan
mentransfer asset dan kewajiban berikut ke PT Bima, serta sebagai pertukaran
memperoleh 100.000 lembar saham biasa PT Bima dengan nilai pasar Rp2.000
Item Harga perolehan Nilai buku
Kas Rp .70.000.000

Persediaan Rp.50.000.000 50.000.000

Tanah 75.000.000 75.000.000

Bangunan 100.000.000 80.000.000

Peralatan 250.000.000 160.000.000

Rp.435.000.000
            Alan mencatat transaksi dengan jurnal sebagai berikut
            Investasi pada saham biasa PT.Bima              Rp       435.000.000
            Akumulasi penyusutan                                                110.000.000
            Kas                                                                                70.000.000
            Persediaan                                                                     50.000.000
            Tanah                                                                             75.000.000
            Bangunan                                                                     100.000.000
            Peralatan                                                                     250.000.000
*Rp 110.000.000 = ( Rp.100.000.000 – Rp. 80.000.000 ) + (Rp250.000.000) -Rp.160.000.000*
            PT.Bima mencatat transfer asset dan penerbitan saham sebesar nilai buku asset yang
ditransfer sebagai berikut
Kas                                                      Rp       70.000.000
Persediaan                                                       50.000.000
Tanah                                                              75.000.000
Bangunan                                                     100.000.000
Peralatan                                                      250.000.000
                      Akumulasi penyusutan                                                  110.000.000
                      Saham biasa nilai per Rp.2.000                                     200.000.000
                        Tambahan modal dasar                                               235.000.000
BAB V
ISU KEPEMILIKAN KONSOLIDASI

A. Saham Preferen Anak Perusahaan Yang Beredar

Perusahaan yang memiliki lebih dari satu jenis saham yang beredar. Setiap jenis sekuritas biasanya
mempunyai fungsi tertentu, dan setiap jenis mempunyai hak – hak dan fitur – fitur yang berbeda.

 Konsolidasi dengan Saham Preferen Anak Perusahaan yang Beredar


Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian, jumlah ekuitas pemegang saham anak perusahaan
yang menjadi hak pemegang saham preferen harus ditentukan lebih dahulu sebelum melakukan eliminasi
kepemilikan saham.
 Saham Preferen Anak Perusahaan Dimiliki oleh Induk Perusahaan
Karena saham preferen yang dimiliki oleh induk perusahaan berada di dalam entitas konsolidasi, maka
saham preferen harus dieliminasi pada saat penyusunan laporan keuangan konsolidasian.
 Saham Preferen Anak Perusahan Dengan Provisi Khusus
Beberapa saham preferen mempunyai fitur partisipasi, terdapat berbagai jenis perjanjian partisipasi.
Banyak saham preferen yang dapat ditarik ,ketika harga penarikannya sering lebih tinggi dari nilai
nominalnya.

B. Perubahan Dalam Kepemilikan Induk Perusahaan

Perubahan dalam tingkat kepemilikan dapat diakibatkan oleh tindakan induk perusahaan. Induk
perusahaan dapat mengubah rasio kepemilikan dengan membeli atau menjual saham anak perusahaan
melalui transaksi dengan perusahaan yang tidak berafiliasi.

 Pembelian Saham Tambahan Oleh Induk Perusahaan dari Non afiliasi


Induk perusahaan dapat membeli saham anak perusahaan pada beberapa titik waktu yang berbeda.
Hingga kendali tercapai, investasi antar perusahaan ketika sudah tercapai seluruh investasi dinilai
berdasarkan nilai wajar pada tanggal ketika pengendalian tercapai.

 Penjualan Saham Anak Perusahaan Oleh Induk Perusahaan ke Non- Afiliasi


Menurut PSAK 65 (revisi 2013) “ Laporan Keuangana Konsolidasi” paragraph 23, perubahan dalam
bagian kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian
dicatat sebagai transaksi ekuitas.

 Penjualan Saham Tambahan Anak Perusahaan ke Non- afiliasi

Jumlah pemilik entitas induk (pengendali) dan non pengendali yang dihasilkan karena adanya transaksi
tersebut dipengaruhi oleh dua factor. yaitu :

1) Jumlah saham yang dijual ke non afiliasi


2) Harga jual saham tersebut ke non afiliasi
 Perbedaan antara Nilai Buku dan Harga Jual Saham Anak Perusahaan

Dari sudut pandang konsolidasi, penjualan saham tambahan oleh entitas anak kepada
pihak – pihak non afiliasi serta penjualan saham entitas anak oleh entitas induk merupakan
transaksi yang serupa pada kedua kasus entitas konsolidasian menjual saham kepada kepentingan
non pengendali.

 Penjualan Saham Anak Perusahaan pada Harga lebih Rendah dari Nilai Buku
Penjualan saham anak perusahaan ke nonafiliasi pada harga lebih rendah dari nilai buku yang ada
mempunyai pengaruh kebalikan dari ilustrasi sebelumnya.

 Penjualan Saham Tambahan Anak Perusahaan ke Induk Peusahaan


Pada saat induk perusahaan membeli saham langsung dari anak perusahaan dengan jumlah yang
lebih besar dari nilai buku saham anak perusahaan yang beredar, selisih diukur sebagai
perbedaan antara harga yang dibayarkan dan peningkatan total nilai buku semua saham yang
dimiliki induk perusahaan.

 Pembelian Saham Anak Perusahaan dari Non afiliasi


Dari sudut pandang konsolidasi, penjualan saham tambahan oleh entitas anak kepada pihak
– pihak non afiliasi serta penjualan saham entitas anak oleh entitas induk merupakan transaksi
yang serupa pada kedua kasus entitas konsolidasian menjual saham kepada kepentingan non
pengendali.

 Penjualan Saham Anak Perusahaan pada Harga lebih Rendah dari Nilai Buku
Penjualan saham anak perusahaan ke nonafiliasi pada harga lebih rendah dari nilai buku yang
ada mempunyai pengaruh kebalikan dari ilustrasi sebelumnya.

 Penjualan Saham Tambahan Anak Perusahaan ke Induk Peusahaan

Pada saat induk perusahaan membeli saham langsung dari anak perusahaan dengan jumlah
yang lebih besar dari nilai buku saham anak perusahaan yang beredar, selisih diukur sebagai
perbedaan antara harga yang dibayarkan dan peningkatan total nilai buku semua saham yang
dimiliki induk perusahaan.

 Pembelian Saham Anak Perusahaan dari Non afiliasi

Walaupun induk perusahaan bukan pihak yang terlibat langsung pada saat anak
perusahaan membeli saham di peroleh kembali dari pemegang saham nonpengendali, ekuitas
induk perusahaan atas asset bersih anak perusahaan dapat mengalami perubahan karena adanya
transaksi tersebut.

 Pembelian Saham Anak Perusahaan dari Induk Perusahaan

Pada saat anak perusahaan mengakuisisi kembali sebgaian sahamnya dari induk
perusahaan, induk perusahaan mencatat keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga
jual dan perubahan dalam nilai tercatat investasinya
C. Struktur Kepemilikan Kompleks
Kepemilikan dan Pengendali Bertingkat

Kompleksitas proses konsolidasi meningkat seiring dengan penambahan tingkatan


kepemilikan. Jika terdapat beberapa tingkat kepemilikan, langkah pertama adalah mengonsolidasi
anak perusahaan yang paling bawah atau paling jauh dengan perusahaan tingkat berikutnya.

 Perhitungan Laba Bersih

Dalam kasus struktur tiga tingkat yang melibatkan induk perusahaan, anak
perusahaannya, dan anak perusahaan dari anak perusahaan, laba bersih metode ekuitas induk
perusahaan dihitung dengan menambahkan bagian dari laba anak perusahaan paling bawah ke
laba terpisah anak perusahaan langsung dan kemudian menambahkan bagian dari total laba
terpisah induk perusahaan.

 Laba Antar Perusahaan yang Belum Direalisasi


Cara paling mudah melakukan hal ini adalah menghitung jumlah laba direalisasi yang
dikontribusikan setiap perusahaan sebelum mengalokasikan laba ke pemilik entitas induk dan
kepentingan nonpengendali

 Kepemilikan Resiprokal Atau Mutual


Hubungan resiprokal terjadi ketika dua perusahaan memiliki saham satu sama lain. Metode
hubungan resiprokal yang paling sering ditemukan dalam praktik adalah metode saham treasuri.

D. Dividen Saham Anak Perusahaan


Utang dividen anak perusahaan dalam bentuk saham anak perusahaan memerlukan
sedikit perubahan dalam ayat jurnal eleminasi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasi.

Pengaruh Terhadap Periode – Periode Berikutnya.


Sejumlah isu ekuitas pemegang saham timbul dalam penyusunan laporan konsolidasi.
pada saat anak perusahaan mempunyai saham preferen yang beredar, setiap saham preferen yang
dimiliki induk perusahaan harus dieleminasi karena saham tersebut dimiliki di dalam entitas
konsolidasi.
CONTOH :

1. PT Induk membeli 80 % saham biasa PT Anak pada tanggal 31 Desember 20X0, pada nilai
bukunya sebesar Rp 240.000.000 dan mencatat investasinya menggunakan metode
ekuitas dasar.
2. PT Induk memperoleh laba dari operasi terpisahnya sebesar Rp 140.000.000 di tahun
20X1 dan mengumumkan dividen sebesar Rp 60.000.000.
3. PT Anak melaporkan laba bersih sebesar Rp 50.000.000 di tahun 20X1 dan
mengumumkan dividen saham biasa sebesar Rp 30.000.000.
Asumsikan juga bahwa pada tanggal 1 Januari 20X1, PT anak menerbitkan 12% saham preferen
dengan nilai nominal Rp 100.000.000, dijual pada nilai nominalnya, dan PT Induk tidak membeli
saham tersebut. Dividen preferen regular dibayar di tahun 20X1.
Alokasi Laba Bersih PT Anak
Dari total laba bersih sebesar Rp 50.000.000 yang dilaporkan oleh PT Anak untuk tahun 20X1,
sebesar Rp 12.000.000 (Rp 100.000.000 x 0,12) dialokasikan ke pemegang saham preferen
sebagai dividen periode sekarang. PT Induk mencatat bagiannya atas jumlah sisanya yang
dihitung sebagai berikut:
Laba bersih PT Anak 20X1 Rp 50.000.000
Dikurangi: Dividen preferen (Rp 100.000.000 x 0,12) (12.000.000)
Laba PT Anak yang menjadi hak pemegang saham biasa Rp 38.000.000
Bagian proporsional PT Induk x 0.80
Pendapatan PT Induk dari PT Anak Rp 30.400.000
Laba yang dialokasikan ke kepemilikan minoritas untuk tahun 20X1 adalah total dividen
preferen PT Anak dan bagian 20% pemegang saham biasa minoritas PT Anak sebesar Rp
38.000.000 dari sisa laba setelah dikurangi dividen preferen.
Dividen preferen PT Anak Rp 12.000.000
Laba yang dialokasikan ke pemegang saham biasa Minoritas PT Anak (Rp 38.000.000 x
0,2) 7.600.000
Pendapatan kepemilikan minoritas Rp 19.600.000

Kertas Kerja Konsolidasi


E(1) Pendapatan dari Anak Perusahaan 30.400.000
Dividen Diumumkan-Saham Biasa 24.000.000
Investasi pada Saham Biasa PT Anak 6.400.000
Mengeliminasi pendapatan dari anak perusahaan
E(2) Pendapatan untuk Kepemilikan Minoritas 19.600.000
Dividen Diumumkan-Saham Preferen 12.000.000
Dividen Diumumkan-Saham Biasa 6.000.000
Kepemilikan Minoritas 1.600.000
Mengalokasikan laba ke kepemilikan minoritas
E(3) Saham Biasa-PT Anak 200.000.000
Saldo Laba, 1 Januari 100.000.000
Investasi pada Saham Biasa PT Anak 240.000.000
Kepemilikan Minoritas 60.000.000
Mengeliminasi investasi saham biasa awal
E(4) Saham Preferen-PT Anak 100.000.000
Kepemilikan Minoritas 100.000.000
Mengeliminasi saham preferen anak perusahaan
BAB VI
AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA

A. ORGANISASI NIRLABA
      Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak meng-
harapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba,
dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak
pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam
arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat
likuidasi atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan
entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan
organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota
organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.

Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat
penyampaian pertanggungjawaban pengurus.

Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara


dengan karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan,
dan masa depan. Bagi mereka akuntansi berguna untuk menginformasikan
kesinambungan hidup organisasi sebagai tempat berkarier.

Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk
mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan
aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna
memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.

Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap
untuk memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi
mengenai sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu
menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan
dalam besaran uang.

Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan undang-


undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik,
ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan
keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada pemerintah. Apabila ada berbagai
harapan dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan secara seimbang
memberi informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu.

Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat
yang akan datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan
rasional dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA
                  Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau
pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam
manajemen entitas bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang
untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US
Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan
pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.
Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS
atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena
karakteristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham
atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan
mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli
bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.

International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector


Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting
Standard (IPSAS). Istilah public sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah
regional (misalnya negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa),
pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pernerintah terkait (misalnya
perusahaan negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar
akuntansi sektor publik nonpemerintah.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan atas
jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari
istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah
nonprofit organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian
organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan
untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata
secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran
kas masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama
memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi
komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan
pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila
surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi, gaji,
bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen
dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan
golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk
kegiatan. Contoh entitas legal adalah:
1.    Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti BUMN
Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;
2.    Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya
yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk
kegiatan/bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada
umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan museum swasta mungkin nirlaha atau
komersial
C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial
Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi
nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness organizations).
Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon
pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber
daya organisasi.
2.            Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon pe nyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh
organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan
tersebut.
3.            Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi
nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4.            Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt kekayaan bersih
organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar. kejadian ekonomi yang mengubah
sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5.            Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran
secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih
organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara
bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6.            Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan
kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7.            Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan.
D.      PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) Nomor 45
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah.
Dalam PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk
sumber daya utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan
hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang
diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh
laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk apapun
kepada pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur
jasa atau manfaat entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas
dalam bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus
Kas), dan Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang
pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi
tercapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan
efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat
penting menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen keuangan di mata
para donatur. Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipapar-
kan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK
dalam laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.
F. ORGANISASI NIR LABA 1: ORGANISASI ZAKAT
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi
zakat yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana
agar organisasi zakat dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan
transparansinya terjamin. Apalagi sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat
yang sah dan diakui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai
keabsahan untuk meng audit.
Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan
memudahkan pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi
organisasi pengelola zakat. Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan
masyarakat akan akuntabilitas organisasi pengelola zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta
audit terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan
dan auditor tidak mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis
atau melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap
organisasi pengelola zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan
keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan
keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi
yang sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat.
Dengan demikian bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu
dengan yang lainnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk mendapatkan
tanggapan dan masukan. Telah ada berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional
(DSN) maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun
teknis akuntansi baik berupa nama-nama akun maupun format penyajiannya. Masukan
tersebut Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna
laporan keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman
akuntansi yang sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi
pengelola zakat. Dengan demikian bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola
zakat yang satu dengan yang lainnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran
dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk mendapatkan
tanggapan dan masukan. Telah ada berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional
(DSN) maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun
teknis akuntansi baik berupa nama-nama akun maupun format penyajiannya. Masukan
tersebut akan diselaraskan dengan susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum
draf ini menjadi pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada dua review
yang ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.
Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan oleh IAI
yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di atas,
organisasi zakat dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi
Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi
zakat harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus
Kas, dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut
Manajemen Zakat (IMZ) menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana
Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan, karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan
bahwa dana yang digunakan organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk
komputer, maka tidak perlu dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk
diterapkan organisasi zakat.
G.    ORGANISASI NIRLABA 2: ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI (UNIVERSITAS)
Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan. Dalam hal
keuangan, seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik
yayasan. Pengelolaan dana universitas tersebut dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya
diaudit oleh kantor akuntan publik yang ditunjuk yayasan. Pada akhirnya,
pertanggungjawahan rektor kepada yayasan khususnya dalam hal pengelolaan keuangan
harus dilakukan setiap tahun.
1.     Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas
Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan pengelolaan keuangan
dan pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi
sistem akuntansi suatu perguruan tinggi. Sistem ini sudah dicoba diterapkan dalam
pengelolaan keuangan suatu universitas di Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan
keuangan, pihak universitas mencoba untuk melakukan standarisasi dengan mengacu
pada PSAK Nomor 45.
2.      Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas
Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan.
Keuangan universitas bersumber pada:
a.Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan yang diperoleh dari
mahasiswa;
b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi
c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang tidak mengikat
d. Hasil usaha yayasan
Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1 September sampai dengan 31
Agustus tahun berikutnya. Setiap tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan dan
persetujuan senat universitas, mengajukan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas kepada yayasan guna mendapat persetujuan dan pengesahan.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui yayasan, menjadi
panduan dan acuan seluruh subsistem universitas dalam menjalankan kegiatannya. Pada tiap
pertengahan tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan
yayasan dapat melakukan perubahan/revisi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya setiap
tahun anggaran, rektor harus sudah menyampaikan laporan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah
mendapat pertimbangan senat universitas.

3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas


Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan organisasi nirlaba seperti yang
telah distandarkan dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:
a.Laporan Posisi Keuangan.
b.Laporan Aktivitas.
c.Laporan Arus Kas.
d.Catatan Atas Laporan Keuangan.

a.Laporan Posisi Keuangan


Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian diurutkan berdasarkan
tingkat likuiditas dari yang paling likuid yaitu Kas dan Setara Kas sampai dengan yang paling tidak
likuid yaitu Aktiva Tetap.
Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva bersih universitas. Kewajiban
disajikan sesuai dengan urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan
urutan tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.
b.laporan Aktivitas
Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber akadcmik dan
nonakademik. Sisi pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran universitas dalam satu periode
akuntansi yang terdiri dari pengeluaran akademik dan nonakademik. Perbedaan pendapatan dan
pengeluaran merupakan perubahan aktivita bersih pada periode tersebut.
c.Laporan Arus Kas
Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar untuk operasional
universitas. Diklasifikasikan sebagai Arus Kas akademik dan nonakademik.Arus Kas investasi
menyajikan Arus Kas keluar untuk investasi (pembelian dan pembangunan aktiva tetap). Arus Kas
pendanaan menyajikan Arus Kas aktivitas pendanaan (sumbangan dsb.).
4.   Kebijakan Akuntansi Universitas
Berikut ini kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang dapat digunakan universitas
dalam menyusun laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
a.Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan harga perolehan. Periode
laporan dari tanggal 1 September 20x0 hingga 31 Agustus 20x1 yang juga merupakan tahun
Anggaran Universitas. Laporan Keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas
dan Laporan Arus Kas bersama dengan Catatan Atas Laporan Keuangan yang tidak terpisahkan
dari Laporan Keuangan.
Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat sementara dan
terikat permanen.
Laporan arus kas disusun dalam klasifikasi aktivitas akademik, nonakademik, investasi, dan
pendanaan dengan menggunakan metodelangsung.
b.Transaksi dalam Mata Uang Asing
Kebijakan dalam transaksi mata uang asing ditetapkan menganut sistem kurs tengah Bank
Indonesia. Pengakuan transaksi dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam nilai Rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat transaksi terjadi.
Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam Rupiah
berdasarkan nilai tukar dari kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan Posisi Keuangan.
Selisih lebih atau kurang yang timbul dari transaksi sepanjang tahun atas penjabaran aktiva
dan kewajiban moneter pada akhir tahun
diakui sehagai pendapatan atau pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
c.     Investasi Jangka Pendek
Merupakan bentuk deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai uang yang didepositokan.
Bunga yang diperoleh dari deposito diakui sebagai pendapatan nonakademik lainnya pada
laporan aktivitas.
d.    Piutang Akademik dan Nonakademik.
Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang dapai direalisasikan
Penghapusan piutang yang tak tertagih dilakukan setelah memperoleh kepastian bahwa piutang
tersebut tidak akan dapat ditagih lagi dan diakui sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik
lainnya dalam laporan aktivitas.
e. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan barang habis pakai yang dipergunakan dalam kegiatan akademik
dan nonakademik. Perlengkapan yang dipergunakan sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri
atas alat tulis kantor dan bahan praktikum dinilai dengan harga perolehan. Perlengkapan yang
dipergunakan untuk kegiatan nonakademik diakui sebagai pengeluaran administrasi dan umum
pada laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk kegiatan akademik dihitung
dengan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.
Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang merupakan penyesusaian pada
akhir tahun. Penyisihan atas perlengkapan usang dan rusak ditentukan berdasarkan estimasi per
jenis perlengkapan dari pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dan diakui sebagai
pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.
f.      Aktiva Terikat untuk Investasi
Aktiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas untuk akuisisi aktiva (cash
restriced for assets acquisition).
g.    Aktiva Tetap
Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan disajikan berdasarkan harga
perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat
ekonomis dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja
dikapitalisasi pada aktiva yang bersangkutan.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai sebesar harga pasar wajar
pada saat tanggal transaksi.
Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannya secara ekonomis disusutkan sepanjang
masa manfaat ekonomis selama 2 tahun dengan metode saldo menurun berganda. Kecuali untuk
tanah seluruh aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekomis dengan metode garis lurus
dengan tarif sebagai berikut:
Tarif  per Tahun
Masa Manfaat
- per
Bangunan 20 tahun 5%
Taman 10 tahun 10%
Instalasi 5 tahun 20%
Kendaraan 5 tahun 20%
Peralatan 4 tahun 25%
Perabot 4 tahun 25%

Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran
administrasi dan umum (nonakademik) didasarkan pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau sebab-schab lainnya
sebelum masa manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku.
Selisih kurang yang timbul dari pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya
pada laporan aktivitas.
h.    Aktiva dalam Penyelesaian
Mcrupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang masih dalam tahap
pembangunan. Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak intemal atau pihak ketiga, melalui
Uang Sumbangan Pendidikan (USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.
Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak ketiga yang sudah
selesai dibangun dan diserah-terimakan dari Panitia Pembangunan kepada Universitas,
dipindahkan sebagai aktiva tetap dan mulai diperhitungkan penyusutannya.
i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif oleh pemerintah atas
pruduk-pruduk yang dihasilkan dan aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan
universitas yang diatasnamakan Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya
dan diamortasikan secara periodik selama jangka waktu berlakunya HaKI atau selama-
lamanya 20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur aktiva tersebut.
Amortasi aktiva diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi
dan umum (nonakademik) pada lapor-an aktivitas.
j.      Jaminan Kepada Pihak Ketiga
Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada Dirjen Dikti untuk pendirian
program studi baru dan akan dinetralisir apabila jaminan diterima kembali.
Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan dihapuskan dari laporan keuangan
saat berakhirnya masa jaminan tersebut.
k.    Jaminan yang Diterima
Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti wisuda dan akan
dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan setelah memenuhi kewajiban pengembalian
toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan yang diterima pada tanggal transaksi.
l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak
No. KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas
Dana Pembangunan Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis
yang Bergerak di Bidang Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji
karyawan tetap dan honorarium tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
dan dilakukan penyetoran ke Kas Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai
kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada periode kini dan
sebelumnya
m.   Utang kepada Lembaga Keuangan
Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan
Universitas. Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran nonakademik
lainnya pada laporan aktivitas.
n.    Tunjangan Hari Tua.
Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji karyawan untuk tunjangan hari tua
yang belum direalisasikan selama karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas.
Kewajiban dicatat pada setiap akhir bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari
pembayaran tunjangan hari tua bagi karyawan yang telah pensiun diakui sebagai pengeluaran
nonakademik lainnya pada laporan Arus Kas.
o.    Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh
sumber daya yang tersedia dan dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh
organisasi tanpa terikat atau terikat sementara maupun permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
pemanfaatannya tidak dibatasi oleh syarat atau kewajiban tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhabap kewajiban yang
pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertentu dari pihak
donor.
Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
pemanfatannya dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan
andal. Pendapatan diklasifikasikan sebagai pendapatan akademik dan nonakademik.
Pendapatan akademik adalah pendapatan yang diterima dari aktivitas tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktivitas akademik.
Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat
realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui pada saat
penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat
realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.
q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva
atau peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran
diklasifikasikan sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah
pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar aktivitas akademik. Pengeluaran nonakademik
adalah pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik

CONTOH :
BAB VII
ANALISIS PENGARUH LAPORAN KEUANGAN SEGMEN INTERIM

PELAPORAN UNTUK SEGMEN


Diversifikasi ke produk baru dan pasar multinasional selama tahun 1990-an menciptakan
kebutuhan untuk informasi yang terdisagregasi ( terpisah-pisah ) dari masing-masing segmen
atau komponen perusahaan.
Perusahaan besar yang terdiversifikasi dapat dipandang sebagai sebuah portofolio asset
yang beroperasi sebagai divisi atau anak perusahaan, yang sering kali memiliki cakupan
multinasional . Berbagai komponen perusahaan besar dapat mempunyai resiko yang berbeda,
dan kesempatan pertumbuhan yang berbeda. Permasalahan utama untuk akuntan adalah
bagaimana mengembangkan dan mengungkapkan informasi yang diperlukanuntuk
mencerminkan perbedaan-perbedaan mendasar tersebut . Pembahasan berikut menyajikan
standar akuntansi untuk pelaporan komponen operasi, operasi luar negeri, dan pelanggan utama
suatu entitas.
Banyak perusahaan menawarkan berbagai kelompok produk atau jasa atau beroperasi di
berbagai wilayah geografis dengan tingkat keuntungan, peluang pertumbuhan, prospek, dan
risiko berbada. Informasi tentang jenis-jenis produk atau jasa perusahaan dan operasinya di
wilayah geografis berbeda disebut informasi segmen. Informasi ini dibutuhkan untuk menilai
risiko dan imbalan dari suatu perusahaan yang memiliki diversifikasi usaha atau suatu
perusahaan multinasional, namun informasi ini tidak mungkin diperoleh dari data agregat. Oleh
karena itu, informasi segmen merupakan suatu hal yang dipandang perlu untuk memenuhi
kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen suatu perusahaan guna
menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah :
a.         Divisi geografis (segmentasi yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat informatif
bagi perusahaan, terutama dalam membedakan opersi domestik dan luar negeri).
b.        Divisi Lini produk atau industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan
profitabilitas, tingkay risiko, dan peluang pertumbuhan)
c.         Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data akurat yang
diperlukan dengan biaya tambahan terkecil)
   ISU AKUNTANSI PELAPORAN SEGMEN

DSAK menerbitkan PSAK No.5 tahun 1994 tentang Pelaporan Informasi Keuangan


Segmen, yang merekomendasikan pengungkapan informasi segmen. Tahun 2000 DSAK
Mengadopsi IAS 14 revisi 1997 dan kemudian merevisi PSAK 5 serta mengubahnya menjadi
pelaporan segmen.peraturan ini mewajibkan pengungkapan informasi berdasarkan segmen usaha
dan geografis suatu entitas. PSAK 5 menjelaskan definisi beberapa istilah sebagai berikut :
1.    Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk
atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan
komponen ini memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan tarkait atau tidaknya produk atau jasa,
meliputi :
a.    Karakteristik produk atau jasa
b.    Karakteristik proses produksi
c.    Jenis atau golongan pelanggan (produk dan jasa)
d.   Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa
e.    Jika praktis, karakteristik iklim regulasi, misalnya dalam perbankan, asuransi, atau public
utilities.
2.    Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan
produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki resiko
dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beropersai pada
lingkungan (wilayah) ekonmi lain. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
mengidentifikasi segmen geografis meliputi :
a.    Kesamaan kondisi ekonomi dan politik
b.    Hubungan antar operasi dalam wilayah geografis berbeda
c.    Kedekatan geografis operasi
d.    Risiko khusus yang terdapat dalam operasi di wilayah tertentu
e.     Regulasi pengendalian mata uang
f.      Risiko mata uang
Secara umum, kantor pusat perusahaan bukanlah segmen terpisah. Selain itu, perusahaan
dapat memilih untuk mengagregasikan segmen operasi individu terpisah yang mempunyai
karakteristik ekonomi yang mirip . Manajemen juga dapat meyakini bahwa agregasi akan
memberikan informasi yang lebih berarti untuk pengguna laporan keuangan .
Setiap kali muncul isu pendefinisian pendapatan dari segmen suatu perusahaan, maka salah
satu masalahnya adalah alokasi biaya untuk masing-masing segmen. Dalam PSAK 5, DSAK
menyatakan bahwa alokasi dari pendapatan dan beban akan dimasukkan untuk segmen yang
dilaporkan hanya jika pendapatan dan beban tersebut dimasukkan ke dalam laba atau rugi
segmen yang digunakan oleh pengambil keputusan keuangan utama perusahaan . Selain itu,
hanya aset yang dimasukkan dipengukuran asset segmen yang digunakan oleh
pengambilkeputusan keuangan utama perusahaan yang dilaporkan untuk segmen tersebut. Oleh
karena itu, DSAK sekali lagi berusaha menyelaraskan pengungkapan keuangan eksternal dari
segmen dengan pelaporan internal yang digunakan oleh manajemen untuk membuat alokasi
sumber daya dan keputusan lain terkait dengan segmen operasi
    INFORMASI TENTANG SEGMEN OPERASI

 Definisi Segmen Dilaporkan

Proses penentuan segmen dilaporkan secara terpisah yaitu segmen-segmen dimana


pengungkapan tambahan yang terpisah harus dibuat berdasarkan spesifikasi manajemen atas
segmen operasi yang digunakan secara internal untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja
operasi perusahaan.
Ambang Batas Kuantitatif Sepuluh Persen
DSAK menetakan 3 aturan signifikasi 10 persen untuk menentukan segmen operasi mana
yang harus mempunyai informasi terlapor yang terpisah. Pengungkapan terpisah tersebut
diharuskan untuk segemn yang memenuhi paling tidak satu dari pengujian berikut :
1.    Pendapatan segemn yang dilaporkan termasuk penjualan eksternal atau penjualan/transfer antar
segmen, lebih besar atau sama dengan 10 persen dari pendapatan keseluruhan segmen operasi.
2.    Nilai absolut dari laba atau kerugian adalah lebih besar atau sama dengan 10 persen nilai absolut
mencakup : laba gabungan dari seluruh segmen operasi yang tidak dilaporkan rugi atau rugi
gabungan dari seluruh segmen operasi yang dilaporkan rugi.
3.    Aset segmen sama dengan atau lebih besar dari 10 persen aset gabungan seluruh segmen operasi.
Perhatiakn bahwa uji pendapatan memasukkan penjualan atau transfer antarsegmen .
DSAK menyatakan bahwa pengaruh keseluruhan dari segmen tertentu terhadap seluruh
perusahaan harus diukur. DSAK meyakini juga bahwa definisi segmen operasi harus
memasukkan komponen dari perusahaanyang menjual secara umum atau secara eksklusif ke
komponen perusahaan yang lain. Informasi mengenai operasi yang “ terintegrasi secara vertikal”
tersebut memerikan pandangan mengenai produksi dan operasi dari perusahaan.
PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen harus memasukkan pengukuran laba
atau rugi dari segmen yang dilaporkan. Oleh karena itu, laporan tersebut akan sama dengan yang
digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan internal. Beberapa perusahaan mengalokasikan
beban operasi yang timbul dari fasilitas yang dipergunakan bersama seperti gudang bersama.
Perusahaan lain dapat mengalokasikan biaya-biaya seperti biaya bunga, pajak penghasilan, atau
pendapatan dari investasi ekuitas ke segmen tertentu. Apa pun yang digunakan dalam tujuan
pengambilan keputusan untuk mengukur laba atau rugi segmen operasi harus dilaporkan dalam
pengungkapan eksternal.
Walaupun perusahaan diharuskan untuk melaporkan aset dari segmen yang dilaporkan
secara terpisah, PSAK 5 juga memperbolehkan perusahaan untuk melaporkan kewajiban
segmennya jika perusahaan meyakini bahwa pengungkapan yang lebih lengkap akan lebih
berguna. Aset yang akan dilaporkan adalah aset yang digunakan oleh pengambil keputusan
operasi utama dalam pengambilan keputusan mengenai segmen dan dapat memasukkan aset tak
berwujud seperti goodwill, atau aset tak berwujud lainnya. Jika aset yang digunakan bersama
dialokasikan ke dalam segmen, maka aset tersebut harus dimasukkan dalam angka yang
dilaporkan. Aset tersebut juga dapat mencakup aset pendanaan seperti investasi pada efek ekuitas
atau pinjaman antarsegmen. Poin kuncinya adalah bahwa pendapatan, laba atau rugi, dan aset
harus dilaporkan dalam basis yang sama dengan yang digunakan untuk tujuan pengambilan
keputusan internal.
Jika total pendapatan eksternal dari segmen operasi yang dilaporkan secara terpisah
kurang dari 75 persen total pendapatan konsolidasi, maka manajemen harus memilih dan
mengungkapkan informasi tentang segmen operasi sampai paling tidak 75 persen dari
pendapatan konsolidasi dimasukkan dalam segmen yang dilaporkan. Pemilihan segmen operasi
mana yang akan dilaporkan diserahkan kepada manajemen.
Informasi mengenai segmen operasi yang tidak dilaporkan secarah terpisah adalah
digabungkan dan diungkapkan dalam kategori “ Seluruh Segmen Lainnya “      ( All Other ).
Sumber pendapatan dalam kategori “ Seluruh Segmen Lainnya “ harus dijelaskan, tetapi tingkat
pengungkapan untuk kategori ini secara signifikan lebih sedikit dibandingkan segmen operasi
yang dilaporkan terpisah. Sekali lagi, ingat bahwa kantor pusat perusahaan ( atau administrasi
pusat ) umumnya tidak dimasukkan sebagai segmen operasi dari perusahaan.

    Uji Pengungkapan Komprehensif


Uji komprehensif adalah uji pendapatan konsolidasi 75 persen.
Uji Pendapatan Konsolidasi 75 persen
Total pendapatan dari sumber eksternal dari keseluruhan segmen operasi dilaporkan
secara terpisah harus paling tidak sama dengan 75 persen total pendapatan konsolidasi.
Perusahaan pelaporan harus mengidentifikasi segmen operasi tambahan sebagai segmen yang
dilaporkan sampai uji ini terpenuhi.
    Melaporkan Informasi Segmen

Pengungkapan khusus yang diharuskan untuk tiap segmen yang dilaporkan dijelaskan
dalam PSAK 5. Dalam pelaporan segmen, hal-hal berikut harus diungkapkan untuk setiap
segmen yang ditentukan akan dilaporkan terpisah, yaitu :
1.    Informasi umum. Informasi harus mengungkapkan tentang (a) bagaimana perusahaan
mengidentifikasiakan setiap segmen yang dilaporkan secara terpisah, temasuk informasi tentang
struktur organisasi perusahaan, dan (b)  jenis produk atau jasa darimana tiap segmen dilaporkan
memperoleh pendapatannya.
2.    Jumlah untuk setiap segmen yang dilaporkan secara terpisah. Pengungkapan segmen harus
memasukkan jumlah sebagai berikut, (a) setiap laba atau rugi dan prosedur pengukuran yang
digunakan untuk menentukan laba atau rugi, termasuk bagaimana akun perusahaan untuk
transaksi antarsegmen, dan (b) setiap aset dan kewajian segmen.
3.    Ukuran laba tau rugi segmen. Hal-hal berikut harus diungkapkan jika digunakan untuk
mengukur laba atau rugi segmen yang ditinjau oleh pimpinan pembuat keputusan perusahaan,
yaitu (a) pendapatan dari penjualan eksternal, (b) pendapatan dari transaksi dengan segmen
operasi lain dari perusahaan, (c) pendapatan bunga, (d) beban bunga, (e) beban depresiasi dan
amortisasi, (f) ekuitas dalam pendapatan investee yang telah dihitung melalui metode ekuitas, (g)
beban dan keuntungan pajak penghasilan, (h) pos luar biasa, dan (i) pos-pos nonkas signifikan
lainnya.
4.    Aset dan kewajiban segmen. Informasi hal-hal berikut pada setiap laporan terpisah aset segmen
harus diungkapkan jika pos-pos berikut dimasukkan dalam menentukan aset segmen yang
ditinjau oleh pimpinan pembuat keputusan perusahaan, yaitu : (a) jumlah investasi pada investee
metode ekuitas, (b) jumlah kewajiban.
5.    Renkonsiliasi total konsoliadsi. Akhirnya, pengungkapan segmen memasukkan rekonsiliasi
antara pendaptan total segmen yang dilaporkan, laba atau rugi total, aset total, dan total
konsolidasi yang berhubungan dengan pos-pos tertentu.
Perusahaan diperbolehkan untukmenyajikan pengungkapan tersebut dalam skedul
terpisah atau dalam catatan kaki. Akan tetapi, dalam praktiknya, perusahaan menyajiakan data
komparatif paling tidak dua periode fiscal sebelumnya bersama dengan informasi periode
berjalan.
PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen juga harus dibuat untuk melengkapi
laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK. Oleh karena itu, pengungkapan segmen harus juga
dibuat dalam laporan keuangan interim. Laporan interim harus mengungkapkan hal-hal berikut
tentang setiap segmen yang dilaporkan, yaitu : (1) pendapatan dari pelanggan eksternal, (2)
pendapatan antarsegmen, (3) pengukuran laba atau rugi segmen, (4) aset total untuk hal-hal yang
terdapat perubahan material dari laporan tahunan terakhir, (5) setiap perbedaan dari laporan
tahunan terakhir dalam definisi operasi segmen atau dalam bagaimana perhitungan laba atau rugi
segmen, dan (6) rekonsiliasi total laba atau rugi segmen dengan total konsolidasi entitas.

       IDENTIFIKASI LAPORAN SEGMEN


Fokus dalam PSAK 5 adalah untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan
keuangan untuk menentukan resiko dan potensi imbal hasil  dari suatu entitas, mengunakan dasar
informasi agregasi yang sama dengan yang digunakan oleh manajemen perusahaan. psak 5
menyatakan bahwa ada dua jenis atau bentuk penyajian laporan segmen yang utama yaitu
segmen usaha dan segmen geografis. Bentuk atau format yang digunakan akan ditentukan oleh
karakteristik dan sumber utama risiko dan imbalan perusahaan. Jika risiko dan tingkat imbalan
perusahaan terutama dipengaruhi oleh perbedaan produk atau jasa yang dihasilkan, bentuk
primer pelaporan segmen ialah segmen usaha, dan informasi sekundernya dilaporkan secara
geografis. Jika risiko dan tingkat imbalan perusahaan terutama dipengaruhi oleh kondisi operasi
yang berbeda di berbagai negara atau wilayah geografis, maka perusahaan akan melaporkan
segmen geografis terlebih dahulu dan informasi keduanya adalah segmen usaha. Jika resiko dan
imbal hasil perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua elemen berikut ini :
1.    Perbedaan dalam produk atau jasa yang dihasilkan.
2.    Perbedaan operasional wilayah perusahaan yang diindikasikan dengan pendekatan matriks, pada
sistem pelaporan internal kepada pihak yang berwenang, maka perusahaan harus menggunakan
segmen usaha sebagai segmen primer dan segmen geografis sebagai segmen sekunder.
Jika struktur organisasi perusahaan dan stuktur manajemen seperti juga sistem pelaporan
keuangan internal kepada pihak yang berwenang tidak didesain berdasarkan produk atau jasa
secara individu atau secara kelompok dan juga tidak didasarkan atas wilayah tertentu, maka
manajemen perusahaan harus menntukan resiko dan imbal hasil perusahaan yang mana yang
berhubungan erat dengan produk atau jasa yang dihasilkan atau juga secara wilayah.

        INFORMASI SEGMEN SEKUNDER


PSAK 5 menyatakan jika perusahaan mengunakan segmen usaha sebagai pelaporan
segmen primer maka perusahaan harus melaporkan informsi berikut :
1.    Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal menurut wilayah geografis yang ditentukan
berdasarkan lokasi geografis pelanggan, jumlah tersebut dilaporkan untuk tiap segmen geografis
yang pendapatan penjualan kepada pelanggan eksternalnya berjumlah 10 persen atau lebih dari
total pendapatan perusahaan yang diperoleh dari penjualan kepada pelanggan eksternal.
2.    Jumlah nilai tercatat aset segmen menurut lokasi geografis aset , jumlah tersebut dilaporkan
untuk tiap segmengeografis yang aset segmennya berjumlah 10 persen atau lebih dari total aset
semua segmen geografis yang ada.
3.    Jumlah biaya yang dikeluarkan selama suatu periode untuk memperoleh aset segmen yang
diharapkan akan digunakan selama lebih dari satu periode (aset tetap dan aset tidak berwujud),
menurut lokasi geografis aset, jumlah tersebut dilaporkan untuk tiap segmen geografi yang aset
segmennya berjumlah 10 persen atau lebih dari total aset emua segmen geografis.
Jika perushaan menggunakan segmen wilayah sebagai pelaporan segmen primer maka
perusahaan harus melaporkan informasi berikut :
1.    Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal
2.    Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal
3.    Jumlah nilai tercatat aset segmen
4.    Jumlah biaya yang terjadi selama suatu periode untuk memperoleh aset segen yang diharapkan
akan digunakan selama lebih dari satu periode (aset tetap dan aset tidak berwujud)
5.    Jumlah nilai tercatat aset segmen menurut lokasi geografis aset
6.    Jumlah biaya yang dikeluarkan selama suatu periode untuk memperoleh aset segmen yang
diharapkan akan digunakan selama lebih dari satu periode (aset tetap dan aset tak berwujud)
menurut lokasi aset.

PELAPORAN KEUANGAN INTERIM


     

Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan
keuangan tahunan. Laporan keuangan interim harus dipandang sebagai bagian yang integral dari
periode tahunan. Dapat disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari
setahun dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi
keuangan.Laporan Interim diberlakukan untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan
laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan, misalnya Pasar modal, dan lain-lain. Dan
juga untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang
bersangkutan, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut. Ada dua
pandangan tentang Laporan Interim yaitu : Pandangan yang menganggap periode interim sebagai
dasar periode akuntansi dan menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan
cara yang sama seperti pada periode tahunan. Dan pandangan yang menganggap periode interim
sebagai bagian yang integral dengan periode tahunan.Pernyataan ini dikembangkan berdasarkan
pandangan kedua yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral dengan
periode tahunan.
Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan
informasi keuangan berdasarkan segmen, yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa
yang dihasilkan perusahaan dan berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan
berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan
keuangan dalam :
1.    Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik
2.    Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik
3.    Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai

         FORMAT LAPORAN KEUANGAN INTERIM


Laporan keuangan interim secara umum terdiri dari pos-pos berikut:
1.    Laporan laba rugi untuk periode waktu kumulatif sampai dan untuk periode yang sama tahun
fiskal sebelumnya.
2.    Neraca pada akhir tengah tahun berjalan dan neraca untuk periode yang sama pada akhir tahun
fiskal sebelumnya.
3.    Laporan arus kas pada akhir periode waktu kumulatif yang berjalan dan untuk periode yang
sama untuk tahun sebelumnya.
4.    Catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan saldo yang disajikan dalam laporan keuangan.

   PERMASALAHAN AKUNTANSI
 Pandangan Diskrit Vs Pandangan Integral dalam Pelaporan Interim

Teori diskrit pelaporan interim memandang tipap periode interim sebagai dasar periode
akuntansi untuk dievaluasi seakan akan periode tersebut merupakan periode akuntansi tahunan.
Setiap penyesuaian akhir tahun dan penangguhan akan ditentukan menggunakan dasar prinsip
akuntansi yang sama dengan yang digunakan dalam laporan tahuanan.
Teori integral pelaporan interim memandang periode interim sebagai bagian dari periode
tahunan. Pengakuan dan penyesuaian dari pos pendapatan dan beban dapat dipengaruhi oleh
pertimbangan mengenai hasil yang diharapkan dari operasi selama setahun.

      Peraturan Akuntansi Untuk Pelaporan Interim


PSAK 3 menstandarisasi penyususnan dan pelaporan laporan laba rugi interim. Standar
tersebut mendefinisikan elemen laba rugi dan pengukuran biaya berdasarkan sebuah basis
interim. Standar tersebut juga memberikan panduan untuk tindakan akuntansi atas divestasi, pos
luar biasa, transaksi yang tidak biasa terjadi ataupun tidak sering terjadi, serta kewajiban
bersyarat pada laporan keuangan interim. Bahkan termasuk penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan interim.
Pada PSAK 25 perubahan dalam kebijakan akuntansi diaplikasikan dengan melaporkan
setiap penyesuaian pada periode sebelumnya sebagai sebuah penyesuaian untuk memulai saldo
laba kecuali jika jumlahnya tidak bisa ditentukan secara wajar.

STANDART PELAPORAN UNTUK LAPORAN LABA-RUGI INTERIM


    Pendapatan
Pendapatan harus diakui dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat
diatngguhkan keperiode lain untuk menyajikan arus pendapatan yang lebih stabil. Pendapatan
dari usaha musiman, seperti dlaam pertanian dll tdak dapat dimanipulasi untuk menghilangkan
tren musiman.
PSAK menganggap permasalahan musiman menjadi maslah yang sangat penting. Untuk
memberikan manfaat yang lebih besar pada pengguna laporan keuangan maka laporan interim
harus disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya dengan kondisi sebagai berikut :
1.    Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periode
sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja.
2.    Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode akuntansi
yang lalu, untuk mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman dari kegiatan usaha.
3.    Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari awal tahun
buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui kontribusi atau
pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan.
4.    Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku yang lalu,
untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap posisi keuangan,
kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.

Harga Pokok Penjualan dan Persediaan


PSAK 3 memperbolehkan modifikasi praktis berikut atas aturan umum tersebut yaitu :
1.    Menggunakn estimasi presentase laba kotor. Yang dapat digunakan untuk menentukan harga
pokok penjualan interim. Sehingga inventaris fisik tak perlu dicantumkan dalam setiap laporan
periode interim.
2.    Penilaian harga pokok atau harga pasar terendah, kerugian persediaan yang disebabkan
penurunan harga pasar diakui pada periode penurunan dengan menggunakan metode penilaian
yang terendah antara harga pokok atau harga pasar.penurunan harga pasar temporer yang
diharapkan akan berbalik pada akhir tahun dfiskal tidak perlu diakui dalam periode interim
karena tidak ada kerufgian yang diharapkan untuk tahun fiskal.
3.    Sistem biaya standar. Perusahaan yang menggunakan sistem biaya standar untuk persediaan
harus mengguankan prosedur yang sama atas penghtungan dan pelaporan varian dalam periode
interim dengan yang digunakan untuk tahun fiskal. Akan tetapi varian harga beli atau volume
atau varian kapasitas yang diharapkan akan diserap pada akhir tahun fiskal harus ditangguhkan
pada periode inteirm dan tidak dimasukan sebagai laba interim.

Biaya dan Beban yang lain


Pilihan antara pengakuan langsung dari pengeluaran dalam laporan laba rugi interim dan
penangguhan serta alokasi dalam beberapa laporan laba rugi interim berdasarkan evaluasi
subjektif dari periode yang mendapatkan manfaat dari pengeluaran tersebut. Walaupun sebagian
besar pengeluaran dibebankan diperiode interim pada saat terjadinya. Contoh berikut
mengilustrasikan kapan pengeluaran dapat ditangguhakan dan dialokasikan ke bebrapa periode. :
1.    Beberapa perusahaan menfokuskan perbaikan peralatan yang besar dalam satu waktu pada satu
periode interim.
2.    Pajak bangun dapat ditangguhkan atau diakru pada setiap periode interim daripada mengakui
secara penuh sebagai sebuah beban periode interim saat pajak itu dibayar.
3.    Biaya iklan yang besar dapat dialokasikan pada periode-periode interim yang menerima
manfaatnya daripada mengakuinya semata-mata dalam periode interim saat biaya itu
dikeluarkan.

Akuntansi Untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim


 

Penghitungan pajak penghasilan interim menimbulkan suatu permasalahan khusus bagi


akuntan karena beban pajak aktual dihitung berdasarkan penghasilan untuk seluruh tahun fiskal.
Selain itu, perbedaan temporer antara akuntansi fiskal dan akuntansi GAAP mengharuskan
pengakuan pajak tangguhan.

Pelepasan Segmen atau Pos Luar Biasa, Tidak Biasa, Jarang Terjadi dan Bersyarat
PSAK 3 mengaruskan pengukuran dan pelaporan pos non operasi utama menggunakan
dasar yang sama seperti saat mempersiapkan laporan tahunan. Selain itu, pos tidak biasa operasi
yang dihentikan dan transaksi yang jarang terjadi harus dilaporkan pada periode interim dimana
hal tersebut terjadi dan tidak dialokasikan pada periode lain pada tahun tersebut. Tes material
untuk pos luar biasa harus didasarkan pada estimasi atas pendapatan untuk seluruh periode
tersebut tes material untuk kegiatan yang dihentikan dan transaksi yang jarang terjadi harus
didasarkan atas pendapatan operasi untuk periode laporan interim dimana kegiatan tersebut
dihntikan untuk pertama kali dilakukan.

PERUBAHAN AKUNTANSI DIPERIODE INTERIM


Perubahan Prinsip Akuntansi ( Penerapan Retrospektif)
Perubahan ini dilakukan oleh sebuah entitas hanya jika karena ada standar akuntansi yang
baru diterapkan, atau perusahaan melihat adanya suatu prinsip akuntansi baru yang lebih baik
untuk diterapkan dibandingkan prinsip akuntansi yang digunkan selma ini. Perubahan ini
membutuhkan proses penerapan Retrospektif. Pendekatan ini akan diterapkan pada seluruh
laporan keuangan sebelumnya termasuk laporan keuangan interim. Jika perubahan jenis
pengaruh kumulatif dilakukan selma periode interim setelah peiode interim pertama, maka
laporan interim sebelumnya dari tahun fiskal berjalan harus dinyatakn kembali seakan akan
perubahan ini termasuk masalah pajaknya akan diterapkan pada pendekatan retrospektif. Akan
tetapi perubahan akutansi yang terkait dengan depresiasi dipandang sebaia metode perubahan
estimasi dan bukan perubahan prinsip akuntansi.

  Perubahan Estimasi Akuntansi (Penerapan Saat Ini dan Prospektif)


Perubahan pada Depresiasi, Amortisasi, dan Deplesi
PSAK 25 mewajibkan perubahan atas aset jangka panjang dan aset non keuangan yang
disebabkan informasi baru. Seperti pola penggunaan saat ini yang berbeda dengan yang
diperkirakan akan dianggap sebagai perubahan dalam estimasi. Penerapan atas periode berjalan
dan periode yang akan datang perlu dilakukan tetapi laporan keuangan yang telah dikeluarkan
tidak pelru disajika kembali.

   Kesalahan Mendasar
Kesalahan yang merujuk pada angka / nilai tertentu pada periode yang telah dilaporkan.
PSAK 25 mewajibkan kesalahan yang telah dikoreksi pada periode yang lalu dinyatakan pada
periode dimana terjadi kesalahan. Jika tidak dapat langsung menentukan pengaruhnya pada
periode dimana terjadi kesalahan, maka penyesuaian harus dibuat pada saldo awal periode yang
paling cepat dimana terjadi kesalahan, maka penyesuaian harus dibuat pada saldo awal periode
yang paling cepat dimana paling mungkin untuk menyajikan koreksi tersebut.

CONTOH ILUSTRASI LAPORAN KEUANGAN SEGMEN


Data diolah dari Laporan Keuangan Tahunan PT.ADARO ENERGY Tbk

PT ADARO ENERGY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/


AND SUBSIDIARIES
30 Juni 2009
Pendapatan dari Pendapatan Aktiva Laba (rugi)
Keterangan
Pelanggan Eksternal antar Segmen Segmen Usaha
Penambangan dan perdagangan batu bara 12,173,007 428,287 16,408,951 2,559,770
Jasa Penambangan 554,285 776,741 4,669,696 102,445
Lain-lain 169,595 453,145 6,246,151 336,516
Total 12,896,887 1,658,173 27,324,798 2,998,731

Uji Pendapatan. Uji pendapatan 10% diterapkan dengan menentukan jumlah pendapatan setiap
segmen industri kemudian membandingkan dengan 10% dari gabungan seluruh segmen industri.

Pendapatan dari Pendapatan Nilai Uji Perlukah


Keterangan (10% x
Pelanggan Eksternal antar Segmen dilaporkan
Rp.14555060)
Penambangan dan perdagangan
12,173,007 428,287 >  1,455,506 ya
batu bara
Jasa Penambangan 554,285 776,741 <  1,455,506 tidak
Lain-lain 169,595 453,145 <  1,455,506 tidak
Total 12,896,887 1,658,173

Uji Aktiva. Uji aktiva dilakukan dengan membandingkan jumlah aktiva masing-masing segmen
dengan 10% dari total altiva semua segmen usaha.

Aktiva Nilai Uji Perlukah


Keterangan (10% x Rp.
Segmen Dilaporkan
27324798)
Penambangan dan perdagangan batu bara 16,408,951.00 >  2,732,479.80 ya
Jasa Penambangan 4,669,696.00 >  2,732,479.80 ya
Lain-lain 6,246,151.00 >  2,732,479.80 ya
Total 27,324,798.00

Uji Laba Usaha. Dalam penerapan uji laba usaha untuk mengidentifikasi segmen yang perlu
dilaporkan, nilai absolute laba atau rugi operasi suatu segmen dibandingkan dengan 10% dari
yang lebih besar antara laba operasi gabungan semua segmen usaha yang menghasilkan laba atau
rugi operasi gabungan senua usaha yang merugi.

laba Operasi Rugi Operasi Nilai Uji Perlukah


Keterangan (10% x Rp.
Segmen Usaha Segmen Usaha Dilaporkan
2998731)
Penambangan dan perdagangan batu 2,559,770 0 >  299,873.10 ya
bara
Jasa Penambangan 102,445 0 <  299,873.10 tidak
Lain-lain 336,516 0 >  299,873.10 ya
Total 2,998,731

Telaah Ulang Perlunya Pelaporan (Uji Pendapatan). Segmen jasa penambangan dan segmen
lain-lain tidak memenuhi kriteria 10% untuk semua jenis pengujian penentuan segmen yang
perlu dilaporkan, sehingga segmen yang perlu dilaporkan adalah penambangan dan perdagangan
batu bara. Selain itu segmen yang dilaporkan harus memiliki 75% dari total pendapatan
konsolidasi.
Pendapatan dari
Penjualan antar Nilai Uji (75% x Perlukah
Keterangan pelanggan
segmen Rp. 14555060 ) dilaporkan
eksternal
Penambangan dan perdagangan batu
12,173,007 0 >  10,916,295.00 ya
bara
Jumlah 12,173,007

Anda mungkin juga menyukai