Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan yang menyajikan hasil operasi dan
posisi keuangan dari dua atau lebih entitas legal yang terpisah menjadi satu laporan keuangan
untuk entitas ekonomi secara keseluruhan.
Untuk mencapai hal tersebut , proses konsolidasi memerlukan prosedur untuk mengeliminasi
semua transaksi kepemilikan antarperusahaan dan transaksi antarperusahaan.
Prosedur Konsolidasi
Prosedur konsolidasi, termasuk penggunaan kertas kerja, dibuat untuk menggabungkan akun-
akun dari induk dan anak-anak perusahaan sehingga tampak sebagai entitas tunggal.
Titik awal persiapan pembuatan laporan keuangan kosolidasi adalah pembukuan dari masing-
masing entitas terpisah.
Karena entitas konsolidasi tidak memiliki pembukuan, seluruh nilai yang tertera dalam laporan
konsolidasi aslinya terdapat di pembukuan induk perusahaan atau anak perusahaan atau kertas
kerja konsolidasi
Kertas kerja konsolidasi (consolidation workpaper) merupakan mekanisme yang efisien untuk
menggabungkan akun-akun dari perusahaan yang terpisah yang akan dikonsolidasikan dan
untuk menyesuaikan saldo gabungan menjadi angka yang akan dilaporkan seakan-akan semua
perusahaan yang dikonsolidasi tersebut adalah perusahaan tunggal.
Perlu diingat bahwa tidak terdapat pembukuan untuk entitas konsolidasi
Induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya sebagai entitas legal dan akuntansi terpisah,
masing-masing mempunyai pembukuan terpisah.
• Pada saat penyusunan laporan keuangan konsolidasi, saldo akun diambil dari pembukuan
terpisah induk perusahaan dan tiap anak perusahaan kemudian dimasukkan dalam kertas kerja
konsolidasi.
Laporan keuangan konsolidasi disusun, setelah semua penyesuaian dan eliminasi, dari saldo
yang terdapat dalam kertas kerja konsolidasi
Kertas kerja konsolidasi mempunyai 4 kolom: Nama akun, Data Neraca percobaan, Ayat jurnal
Eliminasi, dan konsolidasi
Data Neraca percobaan memiliki memiliki dua kolom : Induk dan Anak.
Ayat jurnal Eliminasi memiliki dua kolom: Debit dan Kredit.
Karateristik Ayat jurnal eliminasi
Ayat jurnal eliminasi (Eliminating entries) digunakan dalamkertas kerja konsolidasi untuk
menyesuaikan total saldo akun dari perusahaanperusahaan yang dikonsolidasi yang terpisah
untuk mencerminkan angka yang akan muncul jika semua perusahaan yang secara legal terpisah
tersebut merupakan perusahaahn tunggal.
Ayat jurnal eliminasi hanya muncul di kertas kerja konsolidasi dan tidak mempengaruhi
pembukuan perusahaan-perusahaan terpisah tersebut
Ayat jurnal eliminasi digunakan dalam kertas kerja untuk menaikkan atau menurunkan total
saldo gabungan dari masing-masing akun sehingga hanya transaksi dengan pihak eksternal saja
yang akan tercermin dalam angka konsolidasi
Ada beberapa ayat jurnal eliminasi yang diperlukan pada akhir dari suatu periode tetapi tidak
diperlukan di akhir periode-periode berikutnya.
Contoh : pinjaman dari induk perusahaan ke anak perusahaan pada bulan desember 20x1,
dilunasi pada bulan februari 20x2, memerlukan ayat jurnal untuk mengeliminasi piutang dan
utang antarperusahaan pada tanggal 31 desember 20x1,
Beberapa ayat jurnal eliminasi diperlukan di dalam kertas kerja konsolidasi tiap laporan
keuangan konsolidasi disusun untuk beberapa periode
Contoh : jika induk perusahaan menjual tanah ke anak perusahaan dengan harga lebih tinggi
Rp.5.000.000 dari biaya perolehan tanah tersebut, ayat jurnal kertas kerja diperlukan untuk
mengurangi saldo tanah sebesar Rp.5.000.000 tiap kali neraca konsolidasi disusun selama anak
perusahaan masih memiliki tanah tersebut.
Kondisi konsolidasi yang paling sederhana terjadi jika laporan keuangan dari
perusahaanperusahaan dengan hubungan istimewa dikonsolidasi sesaat setelah timbulnya
hubungan induk perusahaan – anak perusahaan melalui pengabungan usaha atau melalui
pembentukan anak perusahaan baru.
CONTOH :
Neraca untuk PT Induk dan Anak 1 januari 20x1, sesaat sebelum penggabungan usaha
PT Induk PT Anak
Aset
Kas Rp 350.000.000 Rp 50.000.000
Piutang usaha 75.000.000 50.000.000
Persediaan 100.000.000 60.000.000
Tanah 175.000.000 40.000.000
Bangunan dan peralatan 800.000.000 600.000.000
Akumulasi penyusutan (400.000.000) (300.000.000)
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Kewajiban dan ekuitas
Utang usaha Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000
Utang obligasi 200.000.000 100.000.000
Saham biasa 500.000.000 200.000.000
Laba ditahan 300.000.000 100.000.000
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Pada contoh pertama, PT Induk membeli semua saham biasa beredar dari PT Anak seharga
Rp.300.000.000. pada tanggal penggabungan usaha, nilai wajar dari masing-masing aset dan
kewajiban PT Anak sama dengan nilai buku yang disajikan pada tabel sebelumnya. Karena PT
Induk mengakuisisi semua saham biasa PT Anak dan PT Anak hanya mempunyai satu jenis
saham beredar, maka total nilai buku saham yang diakuisisi sama dengan total ekuitas
pemegang saham PT Anak (Rp.200.000.000 + Rp.100.000.000). Harga beli sebesar
Rp.300.000.000 sama dengan nilai buku dari saham yang diakuisisi.
Neraca untuk PT Induk dan Anak 1 januari 20x1, sesaat setelah penggabungan usaha
PT Induk PT Anak
Aset
Kas Rp 50.000.000 Rp 50.000.000
Piutang usaha 75.000.000 50.000.000
Persediaan 100.000.000 60.000.000
Tanah 175.000.000 40.000.000
Bangunan dan peralatan 800.000.000 600.000.000
Akumulasi penyusutan (400.000.000) (300.000.000)
Invest pd shm PT anak 300.000.000 -------------------
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Kewajiban dan ekuitas
Utang usaha Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000
Utang obligasi 200.000.000 100.000.000
Saham biasa 500.000.000 200.000.000
Laba ditahan 300.000.000 100.000.000
Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000
Kertas Kerja Neraca
Konsolidasi 1 Januarai 20x1, Tanggal Penggabungan Usaha : 100% Pembelian pada nilai buku
Aset Kewajiban
Kas 100.000.000 Utang usaha 200.000.000
Piutang Usaha 125.000.000 Utang Obligasi 300.000.000
Persediaan 160.000.000
Tanah 215.000.000 Ekuitas
Bangunan & Peralatan 1.400.000.000 Saham Biasa 500.000.000
Akm penyusutan (700.000.000) Saldo Laba Total 300.000.000
Total aset 1.300.000.000 kewajiban & ekuitas 1.300.000.000
BAB II
TRANSFER ANTARPERUSAHAAN
ASET TAK LANCAR
Induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya sering kali terlibat dalam berbagai
transaksi antara mereka sendiri. Transaksi tersebut sering merupakan bagian penting dari
operasi keseluruhan entitas konsolidasi. Transaksi antarperusahaan yang berhubungan
istimewa ini disebut transfer antarperusahaan (intercorporate transfers). Ide pokok dari
laporan keuangan konsolidasi adalah menyajikan aktivitas dari afiliasi konsolidasi seakan-
akan perusahaan afiliasi yang terpisah tersebut merupakan satu perusahaan tunggal. Oleh
karena itu, perusahaan tunggal tidak dapat diperbolehkan untuk memasukan transaksi internal
dalam laporan keuangannya, maka entitas konsolidasi juga harus mengeluarkan seluruh
pengaruh dari transaksi yang terjadi di dalam ntitas konsolidasi dari laporan keuangannya
Laba dan rugi dari penjualan suatu barang ke pihak yang berhubungan
istimewa umumnya dianggap direalisasi pada saat penjualan dari perspektif
perusahaan penjual, tetapi untuk tujuan konsolidasi laba tersebut belum dianggap
direalisasi sampai direalisasi, biasanya melalui penjualan ke pihak yang tidak
berhubungan istimewa. Laba belum direalisasi dari transfer antarperusahaan ini
disebut laba antarperusahaan yang belum direalisasi (unrealized intercompany profit).
Dari sudut pandang entitas konsolidasi, penjualan aset dalam entitas
konsolidasi hanya merupakan perubahan lokasi aset dan tidak mencerminkan akhir
dari proses pendapatan. Untuk mencapai akhir dari proses pendapatan dalam entitas
konsolidasi, harus terjadi penjualan ke pihak eksternal dari entitas konsolidasi. Kunci
untuk menentukan kapan melaporkan transaksi dalam laporan keuangan konsolidasi
adalah dengan memvisualisasikan entitas konsolidasi dan menentukan apakah
transaksi tertentu terjadi seluruhnya di dalam entitas konsolidasi.
Perusahaan yang berhubungan istimewa sering kali membeli jasa dari satu perusahaan
ke perusahaan lainnya. Jenis jasa antarpersahaan tersebut dapat bermacam-macam: pembelian
jasa konsultasi, jasa rekayasa, jasa pemasaran, dan jasa pemeliharaan. Pada saat suatu
perusahaan membeli jasa dari pihak yang berhubungan istimewa, umumnya pembeli
mencatatnya sebagai beban dan penjual mencatatnya sebagai pendapatan. Pada saat
penyusunan laporan keuangan konsolidasi, beban dan pendapatan tersebut harus dieliminasi.
Umumnya, pendekatan yang lebih sederhana digunakan dalam eliminasi transaksi
antarperusahaan dengan mengasumsikan bahwa jasa tersebut menguntungkan periode
sekarang, dan karenanya setiap laba antarperusahaan atas jasa tersebut telah direalisasi pada
periode dilakukannya transfer. Oleh karena itu, tidak ada ayat jranal eliminasi sehubungan
dengan transfer pada periode berjalan diperlukan di periode berikutnya sebab laba
antarperusahaan dianggap telah direalisasi pada periode transfer.
Biasanya, asumsi bahwa laba dari penjualan jasa antarperusahaan direalisasi pada
periode penjualan bukanlah asumsi yang tidak realitas. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
realisasi laba antarperusahaan dari penjualan jasa tidak terjadi pada periode pemberian jasa
tersebut dan jumlahnya signifikan. Sebagai contoh, jika induk perusahaan membebankan ke
anak perusahaan jasa arsitektur untu mendesain fasilitas manufaktur baru untuk anak
perusahaan, anak perusahaan akan mengapitalisasi biaya tersebut dalam biaya fasilitas baru
yang dimaksud. Akan tetapi, dari sudut pandang konsolidasi, setiap laba yang diakui induk
perusahaan dari penjualan jasa (selisih pendapatan dari pemberian jasa) harus dieliminasi dari
biaya fasilitas baru yang dilaporkan sampai laba antarperusahaan direalisasi.
Metode Biaya
Apabila menggunakan metode biaya untuk akuntansi investasi pada anak perusahaan,
induk perusahaan mencatat dividen yang diterima dari anak perusahaan selama
periode berjalan sebagai pendapatan. Dalam metode biaya, tidak ada jurnal yang
dibuat untuk mencatat bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang tidak
didistribusikan, amortisasi differensial, atau menghilangkan laba antarperusahaan
belum direalisasi.
CONTOH :
BAB III
PERSEKUTUAN LIKUIDASI
AKUNTANSI LIKUIDASI
A. Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi aktiva non kas selesai (likuidasi
secara langsung)
Dalam hal ini pembayaran kepada anggota sekutu dilakukan setelah seluruh aktiva non kas
telah selesai direalisasikan (dijual) menjadi uang kas, sehingga laba rugi yang terjadi dari
adanya realisasi tersebut dapat segera diketahui seluruhnya dan langsung dapat
dibebankan kepada modal masing-masing sekutu
Contoh 1.
Persekutuan “Cinta Sekali” yang anggotanya A,B, dan C. Pada tanggal 2 januari 2003
bersepakat melakukan likuidasi perusahaannya karena ketiga anggotanya tersebut tidak
ada kecocokan lagi untuk menjalankan usahanya. Semua aktiva non kas dapat
direalisasikan seluruhnya menjadi uang kas. Pembagian laba ruginya dengan perbandingan
4:4:2.
Setelah ikhtisar likuidasi disusun, maka selanjutnya disusun jurnal realisasi dan likuidasi
sesuai dengan transaksi yang dicatat dalam tabel ikhtisar likuidasi.
1. Jurnal penagihan piutang dagang
(realisasi piutang sebesar Rp 25.000 dari saldo piutang sebesar Rp 30.000, berari ada
kerugian penagihan piutang sebesar Rp 5.000. Kerugian tersebut dibagi kepada masing-
masing anggota sekutu dengan perbandingan 4:4:2)
(realisasi persediaan sebesar Rp 42.000 dari saldo persediaan sebesar Rp 40.000, berarti
ada keuntungan sebesar Rp 2.000 dibagikan kepada masing-masing sekutu dengan
perbandingan 4:4:2)
(realisasi aktiva tetap sebesar Rp 50.000 dari saldo aktiva tetap sebesar Rp 80.000, berarti
ada kerugian sebesar Rp 30.000 dialokasikan kepada masing-masing sekutu dengan
perbandingan 4:4:2)
A. kasus Dan Jurnal Akuisisi Antarperusahaan Dan Investasi Pada Entitas Lain
1. Perkembangan Struktur Usaha Kompleks
Lingkungan usaha saat ini cukup kompleks. Kompleksitas tersebut muncul dari
adanya transaksi usaha lintas kota maupun Negara, dimana tiap daerah memiliki risiko
dan hukum yang berbeda, aturan pajak yang khusus, dan faktor lainyya. Bentuk usaha
yang sederhana dimana sebuah perusahaan memiliki dua atau tiga pabrik kemudian
menghasilkan produk untuk pasar regional atau lokal saja sudah banyak berkurang
dibanding beberapa decade lalu. Semakin berkembangnya ukuran perusahaan, dan
sebagai respons atas lingkungan usaya yang kompleks, perusahaan lalu mengembangkan
struktur organisasi dan struktur kepemilikan yang kompleks.
a. Perluasan Usaha
Sebagian besar perusahaan berusaha untuk memperluaskan usahanya sebagai cara
untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan. Pemilik dan manajer perusahaan memiliki
kepentingan untuk meningkatkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan ini
menimbulkan skala ekonomis terkait dengan proses produksi maupun distribusi. Melalui
perluasan ke pasar baru atau melalui akuisisi perusahaan lain yang sudah ada di pasar
tersebut, perusahaan dapat mengembangkan potensi perolehan laba baru dan bagi
industry yang memiliki siklus usaha dapat meningkatkan laba melalui diversifikasi.
Sebagai contoh, Bank Danamon, salah satu bank komersial terbesar, mengakuisisi Adira
Finance, sebuah perusahaan pembiayaan yang kuat dalam portofolio pembiayaan
konsumen.
b. Struktur Organisasi Dan Tujuan Usaha
Sebagai contoh dalam kasusu ini yaitu perusahaan membentuk sebuah anak
perusahaan. Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain,
yaitu induk perusahaan, biasanya melalui kepemilikan mayoritas (kepentingan
pengendali) saham perusahaan. Karena anak perusahaan merupakan entitas legal yang
terpisah, risiko induk perusahaan terkait dengan aktivitas anak perusahaan dibatasi.
c. Struktur Organisasi, Akuisisi, dan Pertimbangan Etika
Dalam beberapa kasus, manajer menggunakan struktur organisasi yang kompleks
untuk memanipulasi pelaporan keuangan demi kepentingan pribadi. Banyak perusahaan
ternama, mengambil keuntungan dari celah atau kekurangan dalam aturan pelaporan
keungan menggunakan anak perusahaan atau entitas lain untuk meminjam uang dalam
jumlah besar tanpa menyajikan laporan utang pada laporan posisi keuangannya. Beberapa
perusahaan telah mendirikan entitas bertujuan khusus untuk memanipulasi laba.
Entitas bertujuan khusus _ EBK (special-purpose entities- SPE) secara umum
adalah sebuah alat pendanaan yang bukan merupakan entitas operasi secara substantive
dan biasanya diciptakan untuk sebuah tujuan tertentu. EBK dapat berbentuk perseroan
terbatas, konsorsium (trust), maupun persekutuan. Sebagai catatan, dalam aturan hukum
di Indonesia, bentuk usaha persekutuan hanya dapat dimiliki oleh sekumpulan individu.
Dalam kasus manajer menggunakan struktur organisasi yang kompleks untuk
manipulasi laporan keuangan terjadi pada salah satu perusahaan di Indonesia yaitu PT.
Kimia Farma tbk. Permasalahan kasus skandal manipulasi laporan keuangan PT. Kimia
Farma tbk. Badan pengawas pasar modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau
penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT. Kimia Farma tbk. Ataupun terhadap
akuntan public Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Aktivitas manipulasi pencatatan
laporan keuangan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan.
Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang menyebabkan
pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya.
Kronologis kasusu manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk awalnya
pada tanggal 3 Desember 2001, manajemen PT. Kimia Farma tbk melaporkan adanya
laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta
dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba
bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsure rekayasa.
Setelah dilakukan audit ulang, pada tanggal 3 Oktober 2002 laporan keuangan PT.
Kimia Farma tbk 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan
hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar, atau 24,% dari
laba awal yang dilaporkan. Keslahan itu timbul pada unit industry bahan baku yaitu
kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistic Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang
ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT. Kimia Farma tbk, melalui
direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada
tanggal 1 dan 3 Februari 2002.
Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT.
Kimia Farma tbk. Dalam rangka rektrukturisasi PT. Kimia Farma tbk, Ludovicus Sensi
W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas untuk
mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma tbk untuk masa lima bulan yang terakhir
31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian
persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang terakhir
per 31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian kontan
yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi
saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma tbk setelah melihat adanya indikasi
penyelewengan.
1. Perluasan Usaha dan Bentuk Struktur Organisasi
Sejarahnya, perusahaan melakukan ekspansi berdasarkan pertumbuhan internal
melalui pengembangan produk baru dan melakukan perluasan lini produk yang ada ke
target pasar baru. Namun, pada decade belakangan ini, banyak perusahaan memilih
melakukan perluasan dengan bergabung atau mengakuisisi perusahaan lain. Kedua
pendekatan tersebut dapat menimbulkan perubahn dalam struktur organisasi.
a. Perluasan dari dalam
Sejalan dengan perluasan dari dalam, perusahaan sering menyadari adanya
keuntungan untuk menjalankan usahanya yang semakin berkembang melalui anak
perusahaan baru atau entitas lainnya, seperti persekutuan, ventura bersama, atau entitas
khusus. Pada sebagian besar situasi, segmen yang dapat diidentifikasi dari asset
perusahaan yang ada ditransfer ke entitas baru, dan sebagai gantinya, perusahaan yang
mentransfer menerima kepemilikan saham.
Terdapat berbagai alasan yang dapat memotivasi suatu perusahaan menciptakan
anak perusahaan atau entitas baru. Perusahaan yang terdiversifikasi secara luas dapat
menempatkan operasi yang tidak berhubungan pada anak perusahaan yang terpisah untuk
memudahkan lini pengendaliaan dan memfasilitas evaluasi hasil operasi. Dalam beberapa
kasus, entitas dapat dikhususkan dalam jenis aktivitas tertentu atau melakukan aktivitas
operasinya di negara tertentu karena insetif pajak khusus . Hal yang harus diperhatikan
dalam beberapa industri adalah fakta bahwa entitas legal terpisah di perbolehkan untuk
beroperasi dalam lingkungan teregulasi tanpa mengenakan kendali regulasi pada seluruh
entitas. Juga, dengan menciptakan entitas hukum terpisah , induk perusahaan dapat
melndungi dirinya dari pengenaan kewajiban legal atas seluruh aktiva perusahaan yang
mungkin timbul karena lini produk baru atau karena memasuki aktivitas bisnis dengan
risiko yang lebih tinggi.
Suatu perusahaan pun memiliki kemungkinan membentuk anak perusahaan atau
entitas lainnya bukan untuk tujuan perluasan, namun untuk menghapus sebagai
operasional usaha yang ada melalui penjualan langsung atau dengan memindahkan
kepemilikan kepada pemegang saham lainnya atau pihak lain. Dalam beberapa kasus,
perusahaan menggukan pendekatan ini untuk menghapus segmen operasi yang tidak lagi
sesuai dengan misi keseluruhan perusahaan. Dalam kasus lain, pendekatan ini digunakan
untuk melepaskan segmen yang tidak menguntungkan atau untuk mendapatkan
persetujuan hukum atau pemegang saham dari marger yang diajukan dengan perusahaan
lain. Spin-off terjadii ketika kepemilikan dari anak perusahaan baru atau yang sudah ada
dididtribusikan ke pemegang saham induk tanpa melepaskan kepemilikan saham di induk
perusahaan. Split-off terjadi jika saham anak perusahaan ditukarkan dengan saham induk
perusahaan yang mengakibatkan pengurangan saham induk perusahaan yang beredar.
Walupun transfer kepemilikan ke satu atau lebih perusahaan yang tidak berhubungan
biasanya mengakibatkan timbulnya transaksi yang dikenai pajak. transfer kepemilikan ke
pemegang saham yang ada yang dirancang secara memadai umumnya memenuhi kondisi
pertukaran yang tidak di kenai pajak.
b. Perluasan melalui kombinasi bisnis
Sering kali perusahaan menemukan bahwa memasarkan produk baru atau masuk
kedalam suatu area baru lebih mudah dengan melakukan perluasan atau penggabungan
usaha dengan perusahaan lain dibanding melalui perluasan internal. Misal, Singtel,
perusahaan telekomunikasi ternama dari Singapura yang area usahanya meningkat secara
signifikan setelah mengakuisis Telkomsel Indonesia.
Suatu penggabungan usaha (business combination) terjadi ketika dua atau lebih
perusahaan bergabung dalam satu kontrol yang sama. Konsep pengendalian berhubungan
dengan kemampuaan untuk mengarahkan kebijakan dan manajemen. Secara tradisional,
pengendaliaan atau suatu perusahaan diperoleh melalui kepemilikan mayoritas atas
modal saham biasa. Namun, keragaman penerapan perjanjiaan operasional dan finansial
yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir juga menimbulkan kemungkinan
perolehan pengendaliaan tanpa kepemilikan mayoritas atau dalam beberapa kasus bahkan
tanpa kepemilikan sama sekali.
Jenis penggabungan usaha yang ditemui dalam lingkungan usaha saat ini dan isi
perjanjiaan pengabungan usaha semakin beragam seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang terlibat. Perusahaan membuat berbagai perjanjiaan formal dan informal
yang dapat mempunyai satu atau lebih karakteristik penabungan usaha. Sebagiaan besar
perusahaan menghindari pencatatan perjanjiaan informal dalam pembukuannya karena
dapat menyebakan timbulnya kesulitan di kemudian hari. Faktanya , beberapa jenis
perjanjiaan informal seperti peejanjiaan untuk mematok harga atau membagi konsumen
potensial bersifat ilegal. Perjanjiaan formal biasanya lebih diwajibkan dan lebih mungkin
untuk diakui di masing-masing pembukuan perusahaan yang terlibat.
c. Perjanjian Informal
Bentuk perjanjiaan informal dapat bermacam-macam. Suatu perjanjiaan yang
sederhana secara personal kadang dibutuhkan untuk membangun sebuah hubungan baik
jangka panjang dalam suatu usaha bersama. Pada kasus lain, perusahaan-perusahaan
dengan produk atau jasa yang saling melengkapi membangun hubungan kerja secara
implicit. Sebagai contoh, sebuah kontraktor elektrik atau pipa yang sama. Beberapa
perusahaan membentuk aliansi strategis untuk bekerja sama dalam bentuk yang lebih
formal. Misalanya, garuda Indonesia dan Singapore Airlines yang saat ini bekerja sama
melalui perjanjian startegis dalam pembagiaan rute Jakarta-denpasar.
Informalitas dan kebebasan yang membuat perjanjiaan informal berjalan juga
menjadi faktor kuat dalam proses penggabungan laporan keuangan dan membuatnya
seolah-olah menjadi bagian dari satu perusahaan tunggal. Faktor lainnya dalam
perjanjiaan informal. Tanpa beberapa penggabungan kepemilikan inti dari penggabungan
usaha umumnya tidak ada.
d. Perjanjian formal
Penggabungan usaha secara formal biasanya disertai dengan perjanjiaan secara
tertulis. Perjanjiaan ini menjelaskan persyaratan penggabungan usaha, termasuk bentuk
perusahaan yang bergabung pertukaran, disposisi efek yang beredar, dan hak serta
kewajiban partisipan. Pelaksanaan perjanjiaan tersebut mengharuskan adanya pengkuan
pada pembukuan salah satu atau lebih perusahaan yang bergabung.
Dalam beberapa kasus, perjanjiaan formal sama secara substansi , namun berbeda
bentuk sebagai contohnya, suatu perusahaan membuat perjanjiaan untuk melakukan
sewaguna usaha seluruh aset perusahaan lain untuk periode yang lama hingga beberapa
dekade, yang pengaruhnya adalah untuk memiliki perusahaan lain tersebut. Contoh yang
sama, suatu perjanjiaan operasional yang memberikan otoritas manajemen penuh kepada
suatu perusahaan terhadap operasi perusahaan lain. Selama periode waktu yang lama juga
dianggap bertujuan melakukan penggabungan usaha walaupun substansi dari perjanjiaan
tersebut adalah penggabungan usaha, biasa dari perspektif akuntansi tidak dianggap
sebagai penggabungan usaha.
e. Frekuensi kombinasi bisnis dan entitas yang kompleks
Hanya sedikit perusahaan besar yang berfungsi sebagai satu entitas legal dalam
lingkungan modern.hampir semua perusahaa paling tidak mempunyai satu anak
perusahaan, dengan banyak perusahaan yang terdiversifikasi mempunyai beratus-ratus
anak perusahaan. Dalam beberapa kasus anak perusahaan didirikan untuk melaksanakan
secara terpisah aktivitas operasi yang sudah ada yang sebelumnya dikerjakan oleh induk
perusahaan. Anak perusahaan lain dapat diakuisisi melalui penggabungan usaha.
f. Struktur organisasi yang kompleks
Selain struktur induk dan anak perusahaan yang telah menjadi struktur standar
bagi banyak perusahaan pada satu dekade ini, struktur lain yang lebih kompleks mulai
dikenal beberapa tahun terakhir. Saat ini banyak perusahaan yang melakukan sebagian
operasionalnya melalui entitas selain anak perusahaan.
g. Struktur organisasi dan pelaporan keuangan
Ketika sebuah perusahaan mengembangakan atau mengubah struktur
organisasinya baik melalui pengambilalihan perusahaan lain atau melalui divisi internal,
struktur baru tersebut harus dievaluasi untuk menentukan prosedur pelaporan keuangan
yang tepat .Berikut adalah beberapa pendekatan yang bisa diterapkan tergantung keadaan.
Merger. Sebuah penggabungan usaha dimana aset dan kewajiban dari perusahaan yang
diambil alih digabungkan dengan aset dan kewajiban perusahaan yang mengambil alih tanpa
menambah komponen organisasi. Jadi pelaporan keuangan dibuat berdasarkan struktur
organisasi yang lama yaitu perusahaan yang mengambil alih.
Kepemilikan kendali ( controlling ownership ) suatu penggabungan usaha dimana
perusahaan yang diambil alih tetap beroperasi sebagai entitas legal yang terpisah dan sebagian
besar saham biasanya dimiliki oleh perusahaan yang mengambil alih. Bentuk ini akan
menimbulkan hubungan induk dan anak perusahaan. Standar akuntansi biasanya mengharuskan
laporan keuangan dari induk dan anak perusahaan dikinsolidasikan untuk pelaporan bertujuan
umum sehingga seakan-akan merupakan suatu perusahaan tunggal. Perlakuan yang sama
diterapkan jika anak perusahaan tidak diperbolehkan dengan cara dibeli tapi diciptakan.
Kepemilikan minotitas (minority interest) atau kepemilikan nonpengendali
(noncontrolling ownership).Pembelian kepemilikan perusahaan lain kurang dari mayoritas
( Kurang Dari 50%) tidak mengakibatkan timbulnya penggabungan usaha atau situasi
pengendaliaan . Hal yang sama dapat terjadi ketika suatu perusahaan menciptakan entitas lain
dan memiliki hak kepemilikan kurang dari hak untuk mengendalikan di suatu persekutuan.
Dalam hak kepemilikan kurang dari hak untuk mengendalikan di suatu persekutuan. Dalam
laporan keuangannya, investor seperti akan melaporkan hak kepemilikan pada invested sebagai
investasi dengan metode akuntansi tertentu sesuai dengan kondisi investasinya.
Kepemilikan menguntungkan laiinya (other beneficial interest) suatu perusahaan dapat
memiliki kepemilikan pada entitas lain walupun tanpa ada kepemilikan langsung pada entitas
tersebut. Kepemilikan tersebut mungkin timbul karena adanya perjanjiaan yang dibuat oleh
entitas tersebut melalui perjanjiaan operasi atau keuangan. Ketika kepemilikan timbul
berdasarkan faktor selain persentase kepemilikan, peraturan pelaporan dapat menjadi kompleks
dan tergantung pada situasi. Secara umum, suatu perusahaan yang mampu membuat keputusan
secara signifikan memengaruhi hasil dari aktivitas entitas lain atau diharapkan mendapatkan
mayoritas dari laba dan rugi entitas tersebut dianggap sebagai penerima manfaat
utama ( primary beneficiary) entitas tersebut. Biasanya, laporan keuangan entitas akan
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan primary beneficiary.
CONTOH SOAL :
Contoh ilustrasi asumsikan PT Alan menciptakan sebuah anak perusahaan, PT Bima dan
mentransfer asset dan kewajiban berikut ke PT Bima, serta sebagai pertukaran
memperoleh 100.000 lembar saham biasa PT Bima dengan nilai pasar Rp2.000
Item Harga perolehan Nilai buku
Kas Rp .70.000.000
Rp.435.000.000
Alan mencatat transaksi dengan jurnal sebagai berikut
Investasi pada saham biasa PT.Bima Rp 435.000.000
Akumulasi penyusutan 110.000.000
Kas 70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
*Rp 110.000.000 = ( Rp.100.000.000 – Rp. 80.000.000 ) + (Rp250.000.000) -Rp.160.000.000*
PT.Bima mencatat transfer asset dan penerbitan saham sebesar nilai buku asset yang
ditransfer sebagai berikut
Kas Rp 70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
Akumulasi penyusutan 110.000.000
Saham biasa nilai per Rp.2.000 200.000.000
Tambahan modal dasar 235.000.000
BAB V
ISU KEPEMILIKAN KONSOLIDASI
Perusahaan yang memiliki lebih dari satu jenis saham yang beredar. Setiap jenis sekuritas biasanya
mempunyai fungsi tertentu, dan setiap jenis mempunyai hak – hak dan fitur – fitur yang berbeda.
Perubahan dalam tingkat kepemilikan dapat diakibatkan oleh tindakan induk perusahaan. Induk
perusahaan dapat mengubah rasio kepemilikan dengan membeli atau menjual saham anak perusahaan
melalui transaksi dengan perusahaan yang tidak berafiliasi.
Jumlah pemilik entitas induk (pengendali) dan non pengendali yang dihasilkan karena adanya transaksi
tersebut dipengaruhi oleh dua factor. yaitu :
Dari sudut pandang konsolidasi, penjualan saham tambahan oleh entitas anak kepada
pihak – pihak non afiliasi serta penjualan saham entitas anak oleh entitas induk merupakan
transaksi yang serupa pada kedua kasus entitas konsolidasian menjual saham kepada kepentingan
non pengendali.
Penjualan Saham Anak Perusahaan pada Harga lebih Rendah dari Nilai Buku
Penjualan saham anak perusahaan ke nonafiliasi pada harga lebih rendah dari nilai buku yang ada
mempunyai pengaruh kebalikan dari ilustrasi sebelumnya.
Penjualan Saham Anak Perusahaan pada Harga lebih Rendah dari Nilai Buku
Penjualan saham anak perusahaan ke nonafiliasi pada harga lebih rendah dari nilai buku yang
ada mempunyai pengaruh kebalikan dari ilustrasi sebelumnya.
Pada saat induk perusahaan membeli saham langsung dari anak perusahaan dengan jumlah
yang lebih besar dari nilai buku saham anak perusahaan yang beredar, selisih diukur sebagai
perbedaan antara harga yang dibayarkan dan peningkatan total nilai buku semua saham yang
dimiliki induk perusahaan.
Walaupun induk perusahaan bukan pihak yang terlibat langsung pada saat anak
perusahaan membeli saham di peroleh kembali dari pemegang saham nonpengendali, ekuitas
induk perusahaan atas asset bersih anak perusahaan dapat mengalami perubahan karena adanya
transaksi tersebut.
Pada saat anak perusahaan mengakuisisi kembali sebgaian sahamnya dari induk
perusahaan, induk perusahaan mencatat keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga
jual dan perubahan dalam nilai tercatat investasinya
C. Struktur Kepemilikan Kompleks
Kepemilikan dan Pengendali Bertingkat
Dalam kasus struktur tiga tingkat yang melibatkan induk perusahaan, anak
perusahaannya, dan anak perusahaan dari anak perusahaan, laba bersih metode ekuitas induk
perusahaan dihitung dengan menambahkan bagian dari laba anak perusahaan paling bawah ke
laba terpisah anak perusahaan langsung dan kemudian menambahkan bagian dari total laba
terpisah induk perusahaan.
1. PT Induk membeli 80 % saham biasa PT Anak pada tanggal 31 Desember 20X0, pada nilai
bukunya sebesar Rp 240.000.000 dan mencatat investasinya menggunakan metode
ekuitas dasar.
2. PT Induk memperoleh laba dari operasi terpisahnya sebesar Rp 140.000.000 di tahun
20X1 dan mengumumkan dividen sebesar Rp 60.000.000.
3. PT Anak melaporkan laba bersih sebesar Rp 50.000.000 di tahun 20X1 dan
mengumumkan dividen saham biasa sebesar Rp 30.000.000.
Asumsikan juga bahwa pada tanggal 1 Januari 20X1, PT anak menerbitkan 12% saham preferen
dengan nilai nominal Rp 100.000.000, dijual pada nilai nominalnya, dan PT Induk tidak membeli
saham tersebut. Dividen preferen regular dibayar di tahun 20X1.
Alokasi Laba Bersih PT Anak
Dari total laba bersih sebesar Rp 50.000.000 yang dilaporkan oleh PT Anak untuk tahun 20X1,
sebesar Rp 12.000.000 (Rp 100.000.000 x 0,12) dialokasikan ke pemegang saham preferen
sebagai dividen periode sekarang. PT Induk mencatat bagiannya atas jumlah sisanya yang
dihitung sebagai berikut:
Laba bersih PT Anak 20X1 Rp 50.000.000
Dikurangi: Dividen preferen (Rp 100.000.000 x 0,12) (12.000.000)
Laba PT Anak yang menjadi hak pemegang saham biasa Rp 38.000.000
Bagian proporsional PT Induk x 0.80
Pendapatan PT Induk dari PT Anak Rp 30.400.000
Laba yang dialokasikan ke kepemilikan minoritas untuk tahun 20X1 adalah total dividen
preferen PT Anak dan bagian 20% pemegang saham biasa minoritas PT Anak sebesar Rp
38.000.000 dari sisa laba setelah dikurangi dividen preferen.
Dividen preferen PT Anak Rp 12.000.000
Laba yang dialokasikan ke pemegang saham biasa Minoritas PT Anak (Rp 38.000.000 x
0,2) 7.600.000
Pendapatan kepemilikan minoritas Rp 19.600.000
A. ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak meng-
harapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba,
dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak
pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam
arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat
likuidasi atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan
entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan
organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota
organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat
penyampaian pertanggungjawaban pengurus.
Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk
mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan
aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna
memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap
untuk memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi
mengenai sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu
menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan
dalam besaran uang.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat
yang akan datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan
rasional dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA
Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau
pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam
manajemen entitas bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang
untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US
Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan
pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.
Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS
atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena
karakteristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham
atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan
mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli
bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui yayasan, menjadi
panduan dan acuan seluruh subsistem universitas dalam menjalankan kegiatannya. Pada tiap
pertengahan tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan
yayasan dapat melakukan perubahan/revisi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya setiap
tahun anggaran, rektor harus sudah menyampaikan laporan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah
mendapat pertimbangan senat universitas.
Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran
administrasi dan umum (nonakademik) didasarkan pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau sebab-schab lainnya
sebelum masa manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku.
Selisih kurang yang timbul dari pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya
pada laporan aktivitas.
h. Aktiva dalam Penyelesaian
Mcrupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang masih dalam tahap
pembangunan. Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak intemal atau pihak ketiga, melalui
Uang Sumbangan Pendidikan (USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.
Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak ketiga yang sudah
selesai dibangun dan diserah-terimakan dari Panitia Pembangunan kepada Universitas,
dipindahkan sebagai aktiva tetap dan mulai diperhitungkan penyusutannya.
i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif oleh pemerintah atas
pruduk-pruduk yang dihasilkan dan aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan
universitas yang diatasnamakan Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya
dan diamortasikan secara periodik selama jangka waktu berlakunya HaKI atau selama-
lamanya 20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur aktiva tersebut.
Amortasi aktiva diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi
dan umum (nonakademik) pada lapor-an aktivitas.
j. Jaminan Kepada Pihak Ketiga
Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada Dirjen Dikti untuk pendirian
program studi baru dan akan dinetralisir apabila jaminan diterima kembali.
Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan dihapuskan dari laporan keuangan
saat berakhirnya masa jaminan tersebut.
k. Jaminan yang Diterima
Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti wisuda dan akan
dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan setelah memenuhi kewajiban pengembalian
toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan yang diterima pada tanggal transaksi.
l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak
No. KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas
Dana Pembangunan Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis
yang Bergerak di Bidang Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji
karyawan tetap dan honorarium tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
dan dilakukan penyetoran ke Kas Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai
kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada periode kini dan
sebelumnya
m. Utang kepada Lembaga Keuangan
Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan
Universitas. Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran nonakademik
lainnya pada laporan aktivitas.
n. Tunjangan Hari Tua.
Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji karyawan untuk tunjangan hari tua
yang belum direalisasikan selama karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas.
Kewajiban dicatat pada setiap akhir bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari
pembayaran tunjangan hari tua bagi karyawan yang telah pensiun diakui sebagai pengeluaran
nonakademik lainnya pada laporan Arus Kas.
o. Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh
sumber daya yang tersedia dan dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh
organisasi tanpa terikat atau terikat sementara maupun permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
pemanfaatannya tidak dibatasi oleh syarat atau kewajiban tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhabap kewajiban yang
pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertentu dari pihak
donor.
Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
pemanfatannya dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan
andal. Pendapatan diklasifikasikan sebagai pendapatan akademik dan nonakademik.
Pendapatan akademik adalah pendapatan yang diterima dari aktivitas tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktivitas akademik.
Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat
realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui pada saat
penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat
realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.
q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva
atau peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran
diklasifikasikan sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah
pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar aktivitas akademik. Pengeluaran nonakademik
adalah pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik
CONTOH :
BAB VII
ANALISIS PENGARUH LAPORAN KEUANGAN SEGMEN INTERIM
Pengungkapan khusus yang diharuskan untuk tiap segmen yang dilaporkan dijelaskan
dalam PSAK 5. Dalam pelaporan segmen, hal-hal berikut harus diungkapkan untuk setiap
segmen yang ditentukan akan dilaporkan terpisah, yaitu :
1. Informasi umum. Informasi harus mengungkapkan tentang (a) bagaimana perusahaan
mengidentifikasiakan setiap segmen yang dilaporkan secara terpisah, temasuk informasi tentang
struktur organisasi perusahaan, dan (b) jenis produk atau jasa darimana tiap segmen dilaporkan
memperoleh pendapatannya.
2. Jumlah untuk setiap segmen yang dilaporkan secara terpisah. Pengungkapan segmen harus
memasukkan jumlah sebagai berikut, (a) setiap laba atau rugi dan prosedur pengukuran yang
digunakan untuk menentukan laba atau rugi, termasuk bagaimana akun perusahaan untuk
transaksi antarsegmen, dan (b) setiap aset dan kewajian segmen.
3. Ukuran laba tau rugi segmen. Hal-hal berikut harus diungkapkan jika digunakan untuk
mengukur laba atau rugi segmen yang ditinjau oleh pimpinan pembuat keputusan perusahaan,
yaitu (a) pendapatan dari penjualan eksternal, (b) pendapatan dari transaksi dengan segmen
operasi lain dari perusahaan, (c) pendapatan bunga, (d) beban bunga, (e) beban depresiasi dan
amortisasi, (f) ekuitas dalam pendapatan investee yang telah dihitung melalui metode ekuitas, (g)
beban dan keuntungan pajak penghasilan, (h) pos luar biasa, dan (i) pos-pos nonkas signifikan
lainnya.
4. Aset dan kewajiban segmen. Informasi hal-hal berikut pada setiap laporan terpisah aset segmen
harus diungkapkan jika pos-pos berikut dimasukkan dalam menentukan aset segmen yang
ditinjau oleh pimpinan pembuat keputusan perusahaan, yaitu : (a) jumlah investasi pada investee
metode ekuitas, (b) jumlah kewajiban.
5. Renkonsiliasi total konsoliadsi. Akhirnya, pengungkapan segmen memasukkan rekonsiliasi
antara pendaptan total segmen yang dilaporkan, laba atau rugi total, aset total, dan total
konsolidasi yang berhubungan dengan pos-pos tertentu.
Perusahaan diperbolehkan untukmenyajikan pengungkapan tersebut dalam skedul
terpisah atau dalam catatan kaki. Akan tetapi, dalam praktiknya, perusahaan menyajiakan data
komparatif paling tidak dua periode fiscal sebelumnya bersama dengan informasi periode
berjalan.
PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen juga harus dibuat untuk melengkapi
laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK. Oleh karena itu, pengungkapan segmen harus juga
dibuat dalam laporan keuangan interim. Laporan interim harus mengungkapkan hal-hal berikut
tentang setiap segmen yang dilaporkan, yaitu : (1) pendapatan dari pelanggan eksternal, (2)
pendapatan antarsegmen, (3) pengukuran laba atau rugi segmen, (4) aset total untuk hal-hal yang
terdapat perubahan material dari laporan tahunan terakhir, (5) setiap perbedaan dari laporan
tahunan terakhir dalam definisi operasi segmen atau dalam bagaimana perhitungan laba atau rugi
segmen, dan (6) rekonsiliasi total laba atau rugi segmen dengan total konsolidasi entitas.
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan
keuangan tahunan. Laporan keuangan interim harus dipandang sebagai bagian yang integral dari
periode tahunan. Dapat disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari
setahun dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi
keuangan.Laporan Interim diberlakukan untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan
laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan, misalnya Pasar modal, dan lain-lain. Dan
juga untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang
bersangkutan, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut. Ada dua
pandangan tentang Laporan Interim yaitu : Pandangan yang menganggap periode interim sebagai
dasar periode akuntansi dan menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan
cara yang sama seperti pada periode tahunan. Dan pandangan yang menganggap periode interim
sebagai bagian yang integral dengan periode tahunan.Pernyataan ini dikembangkan berdasarkan
pandangan kedua yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral dengan
periode tahunan.
Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan
informasi keuangan berdasarkan segmen, yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa
yang dihasilkan perusahaan dan berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan
berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan
keuangan dalam :
1. Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik
2. Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik
3. Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai
PERMASALAHAN AKUNTANSI
Pandangan Diskrit Vs Pandangan Integral dalam Pelaporan Interim
Teori diskrit pelaporan interim memandang tipap periode interim sebagai dasar periode
akuntansi untuk dievaluasi seakan akan periode tersebut merupakan periode akuntansi tahunan.
Setiap penyesuaian akhir tahun dan penangguhan akan ditentukan menggunakan dasar prinsip
akuntansi yang sama dengan yang digunakan dalam laporan tahuanan.
Teori integral pelaporan interim memandang periode interim sebagai bagian dari periode
tahunan. Pengakuan dan penyesuaian dari pos pendapatan dan beban dapat dipengaruhi oleh
pertimbangan mengenai hasil yang diharapkan dari operasi selama setahun.
Pelepasan Segmen atau Pos Luar Biasa, Tidak Biasa, Jarang Terjadi dan Bersyarat
PSAK 3 mengaruskan pengukuran dan pelaporan pos non operasi utama menggunakan
dasar yang sama seperti saat mempersiapkan laporan tahunan. Selain itu, pos tidak biasa operasi
yang dihentikan dan transaksi yang jarang terjadi harus dilaporkan pada periode interim dimana
hal tersebut terjadi dan tidak dialokasikan pada periode lain pada tahun tersebut. Tes material
untuk pos luar biasa harus didasarkan pada estimasi atas pendapatan untuk seluruh periode
tersebut tes material untuk kegiatan yang dihentikan dan transaksi yang jarang terjadi harus
didasarkan atas pendapatan operasi untuk periode laporan interim dimana kegiatan tersebut
dihntikan untuk pertama kali dilakukan.
Kesalahan Mendasar
Kesalahan yang merujuk pada angka / nilai tertentu pada periode yang telah dilaporkan.
PSAK 25 mewajibkan kesalahan yang telah dikoreksi pada periode yang lalu dinyatakan pada
periode dimana terjadi kesalahan. Jika tidak dapat langsung menentukan pengaruhnya pada
periode dimana terjadi kesalahan, maka penyesuaian harus dibuat pada saldo awal periode yang
paling cepat dimana terjadi kesalahan, maka penyesuaian harus dibuat pada saldo awal periode
yang paling cepat dimana paling mungkin untuk menyajikan koreksi tersebut.
Uji Pendapatan. Uji pendapatan 10% diterapkan dengan menentukan jumlah pendapatan setiap
segmen industri kemudian membandingkan dengan 10% dari gabungan seluruh segmen industri.
Uji Aktiva. Uji aktiva dilakukan dengan membandingkan jumlah aktiva masing-masing segmen
dengan 10% dari total altiva semua segmen usaha.
Uji Laba Usaha. Dalam penerapan uji laba usaha untuk mengidentifikasi segmen yang perlu
dilaporkan, nilai absolute laba atau rugi operasi suatu segmen dibandingkan dengan 10% dari
yang lebih besar antara laba operasi gabungan semua segmen usaha yang menghasilkan laba atau
rugi operasi gabungan senua usaha yang merugi.
Telaah Ulang Perlunya Pelaporan (Uji Pendapatan). Segmen jasa penambangan dan segmen
lain-lain tidak memenuhi kriteria 10% untuk semua jenis pengujian penentuan segmen yang
perlu dilaporkan, sehingga segmen yang perlu dilaporkan adalah penambangan dan perdagangan
batu bara. Selain itu segmen yang dilaporkan harus memiliki 75% dari total pendapatan
konsolidasi.
Pendapatan dari
Penjualan antar Nilai Uji (75% x Perlukah
Keterangan pelanggan
segmen Rp. 14555060 ) dilaporkan
eksternal
Penambangan dan perdagangan batu
12,173,007 0 > 10,916,295.00 ya
bara
Jumlah 12,173,007