Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO ROLE PLAY

KASUS MELAHIRKAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat
Dosen Pembimbing : Tati Ruhmawati, SKM, M.Kes

Disusun oleh : Kelompok 3


Dinda Sri Erma P17336118408
Nuni Husni Wahidah P17336118414
Intan Nur Oktaviani P17336118438
M. Dimas Pradipta Aditama P17336118430
Hasna Fauziyyah P17336118415
Nadia Dewi Ulfah P17336118437
Meylenia Wavika M P P17336118424
Nuva Arafatul Fadhilah P17336118428

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES BANDUNG
PROGRAM STUDI D4 PROMOSI KESEHATAN
2020

Ibu hamil : Intan


Suami : Dimas
Tokoh masyarakat : Wavika
Bidan : Nuva
Promkes : Nuni
Anak ke 1 : Dinda
Paraji : Nadia
Masyarakat : Hasna

Di suatu desa terpencil yang rata-rata masyarakatnya berprofesi petani,buruh dan tingkat
pendidikannya yang rendah. Terdapat ibu hamil yang sedang mengandung anak ke-2,persalinan pertama
dilakukan di paraji dan anaknya tumbuh dengan sehat tanpa cacat. Kehamilan anak ke-2 tidaklah
disengaja jadi keluarga tidak memiliki persiapan yang baik,namun itu bukanlah masalah besar karena ibu
hamil sudah tau harus melahirkan dimana yaitu di paraji. Namun karena kedatangan tenaga kesehatan
yaitu promkes dan bidan,nakes tersebut melakukan penyuluhan bahwa melahirkan dan segala tindakan
medis harus dilakukan di pelayanan kesehatan agar sesuai SOP,namun niat baik nakes tidaklah berjalan
dengan lancar,hampir semua masyarakat yang menolak kedatangan nakes karena ingin menjaga tradisi
dan sudah terbiasa dengan tradisi yaitu melahirkan di paraji. Namun setelah dilakukan advokasi dengan
toma,perlahan masyarakat mulai menerima kehadiran nakes dan mau melahirkan di bidan.
Disuatu pagi, terdapat sepasang suami istri yang sedang sarapan dan suami bersiap untuk bekerja
dan anaknya pergi sekolah.
Suami : ada sarapan apa mah, lapar kieu ey
Istri : ini we biasa tahu tempe
Suami : alhamdulillahhhh biasa na ge jeung sambel
Istri : enya alhamdulillah pak, pak ih nahanya abi teh asa mual mual, lier kieu asaa carape
Suami : mamah mah masuk angin meren, kan malem nonton radio
Istri : ah piraku radio di tonton, ieu mah asli ih biasana mun masuk angin teu kieu
Suami : tos we ayeuna mah minum tolak angin we
Anak 1: (tiba tiba datang) mah naha teu ngagugahkeun ih
Istri : eh ai sugan tos gugah neng teh, sok geura emam ieu tos di sadiakeun
Anak 1 : di bekel we tos telat
Istri : eh enya atu
Anak pun berpamitan dan berangkat.
Suami : nenggggg, kadieu heulaaaa
Anak 1: enya pak aya naon deui ?
Suami : ieu artos buat jajan
Anak 1 : eh enya meni paham sibapa mah,nuhun pak
Disore hari,istri pergi ke rumah tetangga sambil menunggu anak1 dan suami pulang dan bergosip
tentang kabar kedatangan tenaga kesehatan ke desa ini.
(Sedang berbincang)
Masyarakat : eh bu, katanya teh bakal ada orang dari kesehatan bakal ke sini, kenapa ya
Istri : enya ih bade naonnya, emang orang kesehatan teh mantri sanes
Masyarakat : ih cenah mah bidan jeung naon kitu da aneh namana teh
Istri : ehh nyaho teu ieu abdi asa mual mual jeung lalier
Masyarakat : wahh naha bisa ih, kurang istirahat meren eta mah
Istri : ente ih kamari bobo jam 8 da lier, jeung tos minum tolak angin
Masyarakat : alah ihh eta mah sigana hamil
Istri : ohh iya bener ih poho abdi tos telat
Masyarakat : alah geura ka paraji pariksa atuh bisi kunanaon, meh tau hamil atau ente kan paraji mah bisa
nyaho nu hamil henteu
Istri : oh enya bener ah isukan we, nuhun atunya bu ieu bapak jeung si neng tos uih
Masyarakat : muhun atuu sok kadenya etaaa kudu geura di pariksa
Istri : enyaa enya siap
Datanglah anak1 dan suami lalu mereka pulang ke rumah sambil membicarakan melahirkan nanti
yang ternyata kehamilannya sudah akan masuk 3 bulan.
Anak 1 : assalamualaikum
Istri : waalaikumsalam
Suami : assalamualaikum
Istri : waalaikumsalam, bapak bade euteut naon?
Suami :kopi hideung we
Istri : enyaa sakedap
Istri : pak ih abi teh tos telat 3 bulan
Suami : hah hamil
Istri : enya tos 3 bulan ceuk paraji mah
Suami : alhamdulillah atu, kumaha ngalahirkeuna bade dimana, teu aya artos
Anak 1 : mah ai abdi dimana di lahirkeuna?
Suami : maneh mah teu kahaja ngalahirkeunna ge
Istri : di paraji we atu meh murah,tapi saurna mah bade aya bidan anu datang kadieu
Suami : ah nya abdi mah kumaha nu ngalahirkeun we
Pagi hari, tenaga kesehatan pergi ke rumah tokoh masyarakat, disana mereka berdikusi untuk
melakukan penyuluhan tentang bahaya melahirkan di paraji namun respon dari toma tidaklah baik, toma
menolak kedatangan bidan dan promor kesehatan.
Promotor : “Assalamulaikum.”
Bidan : “Punten, bu Idah.”
Toma : “Waalaikumsalam.”
Promotor : “Bu, maaf mengganggu waktunya, kedatangan kami kesini untuk mendiskusikan
permasalahan yang ada di desa ini.
Toma : “Memang nya ada permasalahan apa? Saya merasa desa ini baik-baik saja.”
Promotor : “Jadi begini bu desa ini banyak sekali ibu hamil yang melakukan persalinan di paraji dan itu
tidak seharusnya dilakukan karena bisa membahayakan ibu dan anaknya.”
Toma : “Tapi bu itu sudah menjadi budaya yang turun-temurun dan karena faktor ekonomi, jarak yang
jauh ke palayanan kesehatan juga menjadi alasan mereka masih melahirkan di paraji. Kalo boleh saya
tahu bahayanya separah apa karena sejauh ini belum ada bukti kalo melahirkan di paraji itu bahaya.”
Bidan : “Melahirkan di paraji bisa meningkatkan angka kematian ibu dan anak di desa ini. Di beberapa
daerah sudah ada kasusnya bu, seperti kemarin didaerah Bojongloa, Kopo ada yang meninggal, karena
sang ibu mengalami eklamsia atau hipertensi pada ibu hamil”
Toma : “Tapi disini belum ada kasus seperti itu bu.”
Promotor : “Mungkin dari ibunya bisa diusahan terlebih dahulu bu, supaya masyarakatnya tergerak untuk
melahirkan di tenaga kesehatan.”
Toma : “Baik bu demi kebaikan warga disini juga saya akan mendukung dan membantu kegiatan ini.
Gimana kalo kita bertemu dengan paraji yang biasa menangani warga disini agar tidak ada pihak yang
dirugikan?.”
Bidan : “Boleh bu, nanti kita kesana.”
Setelah berhasil mengadvokasi tokoh masyarakat pada beberapa hari kebelakang, Tenaga kesehatan
melakukan advokasi lagi kepada paraji untuk bermitra bersama tenaga kesehatan.
Promotor : “Assalamualaikum.”
Paraji : “Waalaikumsalam. Ada apa rame-rame gini?”
Promotor : “Begini bu kedatangan kami kesini untuk mengajak ibu bekerja sama dengan kami, karena
dari yang kami dengar disini warganya masih melakukan persalinan di paraji, seperti ibu”
Paraji : “Emang kunaon neng? Da biasana ge warga mah ngalahirkeun di ibu jeung sehat-sehat wae.”
Bidan : “Memang bu di ibu belum tercatat ada masalah dalam menangani persalinan, namun tetap saja
melahirkan di paraji tidak dapat dibenarkan, karena ada hal-hal yang tidak bisa ditangani oleh semua
orang.”
Paraji : “Terus nanti penghasilan ibu timana ari lain tidieu mah.”
Promotor : “Begini bu, kedatangan kita kesini untuk mengajak ibu bekerja sama dengan kami, teknisnya
nanti kalo ada yang akan melahirkan di ibu, ibu menghubungi saya, dan jika ada yang melahirkan di
tenaga kesehatan saya menghubungi ibu, untuk pembagian hasilnya dibagi dua.”
Paraji : “Terus nanti saya ngapain?”
Bidan : “Nanti ibu membatu kita setelah lahiran, seperti memandikan bayinya dan, mengurus ibu pasca
melahirkan.”
Paraji : “Oh begitu, hayulah hayu nu penting saya jadi teu rugi.”
Di Balai Desa, dilakukan Musyawarah Masyarakat yang melibatkan masyarakat itu sendiri, tokoh
masyarakat, hinggga tenaga kesehatan. Mereka mendiskusikan masalah yang ada didesa tersebut, dan
mencari bagaimana jalan keluar terbaiknya.
Toma : “Assalamualaikum, hari ini kita kedatangan tamu dari tenaga kesehatan. Disini kita akan sama-
sama merencanakan dan merumuskan kegiatan yang berkaitan kondisi kesehatan di desa ini.”
Masyarakat : “oh boleh kalo itu bisa membantu kesehatan di lingkungan kita menjadi lebih baik.”
Promotor : “ibu kalo disini suka melahirkan dimana?”
Masyarakat : “paling nu deket we neng di paraji.”
Bidan : “Tapi sebelumnya, pernah memeriksakan kehamilannya ke bidan?”
Istri : “Pernah neng, ngan mahal jeung jauh deui, jadi teu kaditu deui, mending ka paraji we nu deket
jeung murah.”
Bidan : “Menurut ibu melahirkan diparaji itu bagaimana rasanya?”
Istri : “Nya kitu we teu neng nyeri, jeung asa teu teu baresih.”
Bidan : “tapi ibu pernah denger ga ada kejadian tentang yang melahirkan selain di bidan?
Masyarakat : “Oh pernah eta gening di Bojong Loa aya kejadian ibu nya meninggal karena ngadarah wae
terus maot we.”
Bidan : “Nah jadi kesimpulannya apa ibu-ibu bapak-bapak ?
Suami : “Jadi atuh mending keneh di bidan da aman aya penanganan lebih lanjutna.”
Promotor : “nah teu langkung pilihan ibu bapak tapi dilihat dari yang kita diskusikan yang lebih amannya
buat melahirkan di bidan.”
Masyarakat : “gimana kalo bidan kerja sama we jeung paraji ?
Paraji : “muhun bu leres pisan.”
Masyarakat 2 : “tapi kan lamun dihijikeun engke bayarna leuwih mahal, kumaha?”
Promotor : “ibu biasa na lamun hasil panen osok langsung dijual atawa kumaha?”
Masyarakat 2 : “kadang dijual mun henteu dipasak nyalira kanggo emam.”
Istri : “Kumaha mun diolah jadi kiripik sampeu jadi ngarah teu murah teuing hargana?”
Masyarakat : “heeuh bener oge nya.”
Suami : “enya kan loba deui cara ngolah na. Lumayan kangge nambihan penghasilan.”
Toma : “Alhamdulillah Musyawarah Masyarakat Desa sudah disepakati. Kesimpulannya nanti kalo ibu-
ibu melahirkan dibantu oleh bidan dan paraji serta ibu-ibu bisa mengolah hasil kebunnya menjadi
makanan yang memiliki harga jual lebih tinggi. Sekian Wassalamualaikum...
Akhirnya para warga menyadari bahwa betapa pentingnya melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan
yang lebih ahli dalam bidangnya, dan kehidupan masyarakat pun membaik karena sudah lebih produktif
dan kreatif dengan memproduksi makanan dari hasil kebun mereka. Evaluasi dilakukan setiap satu bulan
sekali oleh promotor kesehatan untuk memastikan semua warga melahirkan dibantu oleh nakes.

Anda mungkin juga menyukai