Askep Hipertensi
Askep Hipertensi
Disusun Oleh :
TAHUN 2020
A. DEFINISI
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang ditandai oleh tekanan darah sistolik
persisten di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 85 mmHg (Brooker chris,
2009 dalam Nisfiani A, 2014). Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah daalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung Dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah.
1. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hiertensi bila tekanan darah pada waktu
berbaring ≥130/90 mmHg.
2. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekananan darahnya >
145/95 mmHg.
3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.
Menurut WHO (World Health Organization), tekanan darah dianggap normal bila
kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik (Martuti,
2009:4) dalam Nawangsari S & Fitria (2012), yaitu:
c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.
Menurut kutipan Brunner & Suddarth’s (2013) pada individu lansia, diagnosis
hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmHg,
dengan tekanan diastolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmHg).
b. Hipertensi esensial dimana diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
berapun tekanan sistoliknya.
c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
mendasarinya.
Kriteria untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau tidak
haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. Berbagai macam
klasifikasi hipertensi yang digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi
menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat,
klasifikasi menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina.
JNC telah mengeluarkan guideline terbaru yang dikeluarkan pada tahun 2013 JNC 8
mengenai tatalaksana hipertensi atau tekanan darah tinggi. Mengingat bahwa hipertensi
merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang dengan banyak
komplikasi yang mengancam nyawa seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal, hingga
kematian jika tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat, dirasakan perlu untuk terus
menggali strategi tatalaksana yang efektif dan efisien. Dengan begitu, terapi yang
dijalankan diharapkan dapat memberikan dampak yang maksimal.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi, meliputi risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) dan faktor yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga
atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensivitas natrium, kadar kalium rendah,
alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010 dalam Andria
K, 2013).
A. ETIOLOGI
a. Hipertensi esensial atau primer: penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat
ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi
primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti disebut
dengan hipertensi primer atau esensial. Ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan hipertensi primer/esensial yaitu asupan natrium yang mengikat dan
asupan kalium yang menurun, faktor genetik, stress, psikologis, pengaturan abnormal
terhadap norepineprin, dan hipersensitivitas. Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan
ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
hipertensi hormonal dan penyakit lain (Arif Mutaqin, 2014).
Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti
berikut ini:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Gelisah/cemas
e. Muntah
f. Sesak napas
g. Pandangan menjadi kabur, hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak (Lily I. Rilantoro, 2013).
C. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah dipengaruhi oleh volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi
dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang dieksresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.Manifestasi klinis yang dapat
muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin ialah bahwa sebagian besar
manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.
Manifestasi yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang
disertai mual dan muntah karena peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan
kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf, nokturia (peningkatan urinaria pada malam hari) karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi, glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia
atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis,
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang (Bianti Nuraini, 2015).
Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Test diagnostic.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah
kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh
darah di otak, serta kelumpuhan.
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit
pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
D. PATHWAY
hipertensi
aterosklerosis Peningkatan
afterload
Peningkatan tekanan
Sclerosis koroner
dinding ventrikel
Penurunan Peningkatan
stroke volume kerja jantung
Calcium influx
berlebihan kardiomegali
TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG CEMPAKA
RSUD SIDAMARI
Nama : Tn. A
Hari/tanggal : Rabu, 9 Februari 2020
Tempat : Ruang Cempaka
1. Identitas Pasien
Nama : Agung Supiyadi
Umur : 50 tahun
Alamat : Jl. Rambutan No. 5, Baturaden
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku/bangsa : Jawa
Tanggal MRS : Senin, 7 Februari 2020
Diagnosa medik : Hipertensi
No.RM : 5372694
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit yang sama seperti klien.
I. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
NO Pemenuhan Di rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1. Jumlah/waktu -Pagi : Klien makan - Pagi : klien makan
porsi sedang dengan sesuai dengan diet
nasi, sayur, lauk dan yang diberikan
minum air putih.
b. Pola eliminasi
N Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
O BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu - Pagi : BAB - Pagi : belum BAB,
1x/hari, BAK belum BAK
2x/hari. - Siang : Belum
- Siang : BAK BAB, sudah BAK 1x
2x/hari. - Malam : Belum
- Malam : BAK BAB dan sudah
2x/hari. BAK 1x
2. Warna - BAB : kuningan. -BAB : -
- BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau - BAB : khas -BAB : -
- BAK : khas -BAK : -
N Pemenuhan Istirahat Dirumah Di Rumah Sakit
O Tidur
1. Jumlah/waktu - Pagi : ± 1 jam. - Pagi : ± 2 jam.
- Siang : ± 1 - Siang : ± 2 jam.
jam. - Malam : ± 4 jam.
- Malam : ± 7
jam.
2. Gangguan Tidur Tidak mengalami Klien tidak bisa tidur
gangguan tidur. karena sesak nafas,
muntah-muntah dan
pusing.
NO Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
1. Frekuensi mencuci rambut 2 x/minggu Belum pernah
2. Frekuensi mandi 2x/hari Diseka 2x/hari
3. Ftekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
4. Warna Rambut. Putih beruban Putih beruban
5. Bau - -
6. Konsistensi Kusam Kusam
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b. Warna iris merah.
c. Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d. Pemeriksaan Visus
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda,
lesi -, caries +, kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor,
perdarahan -, abses -.
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih,
kelumpuhan otot-otot facialis -.
7. Pemeriksaan Leher
b. Palpasi
a. Inspeksi
Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -,
terpasang gips -.
b. Palpasi
- Oedem - -/- -/-
- Uji kekuatan otot 5/5 5/5
ANALISA DATA
No Data Etiologi Prolem
1 Ds : Medulla Peningkatan
Do : Kontriksi
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx NOC NIC
3. Sedang
4. Ringan
3. Minta klien untuk
5. Tidak ada rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi.
4. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien.
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
(penggunaan) obat-
obatan nyeri atau sejalan
dengan terapi lainnya
dengan tepat.
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang 3. Gali pengetahuan dan
4. Ringan kepercayaan pasien
5. Tidak ada
mengenai nyeri.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Rabu, I,II,III
1. Melakukan pengkajian Ds: Pasien mengatakan
9 Februari
mengenai kondisi pasien. tidur nya terganggu,
2020
tidak nafsu makan dan
Pukul
minum.
15:00-
2. Memeriksa tanda-tanda
16:00 WIB
vital.
Do: TD:200/120 mmhg
N: 65/menit
R: 22x/menit
S: 37 C
Kamis,
10 I,II,III 1. Memonitor tanda-tanda Ds: Pasien mengatakan
Februari vital. bahwa selama di rumah
2020 sakit ia sudah bisa tidur
Pukul dengan pulas dan makan
08:00- 2. Memberikan dan dengan lahap.
09:00 WIB memastikan makanan,
minuman dan obat dikonsumsi
dengan tepat. Do: TD: 160/100 mmhg
N: 60/menit
R: 20x/menit
S: 37 C
Jumat, I,II,III
1. Memonitor tanda-tanda Ds: Pasien menanyakan
11
vital. manfaat dari terapi
Februari
relaksasi bagi
2020
keadaannya saat itu.
15:00-
2. Mengajarkan pasien
16:00 WIB
bagaimana cara terapi
relaksasi bagi tubuh. Do: TD:140/90 mmhg
N: 60/menit
R: 20x/menit
S: 36 C
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Pukul:
TD:200/120 mmhg
N: 65/menit
R: 22x/menit
S: 37 C
Hipertermia 1 5 3
Hipertensi 1 5 3
Sakit kepala 1 5 3
Skala:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
P: Lanjutan intervensi
Kamis, 10 2
Februari
2020 S: Pasien mengatakan bahwa setelah dirawat dirumah
sakit, ia merasa lebih baik, walau tekanan darah masih
Pukul: tinggi.
08:00- 09:00
WIB
O: Pasien masih terlihat lesu dan badan terasa hangat.
N: 60/menit
R: 20x/menit
S: 37 C
Hipertensi 2 5 3
Hipertermia 2 5 3
Skala:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
P: Lanjutan intervensi
R: 20x/menit
S: 36 C
Kecemasan 2 5 4
Hipertensi 3 5 4
Skala:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
P: Lanjutan intervensi
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA