Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PENYAKIT HIPERTENSI


Dosen Pengampu: Herry Prasetyo, MN.

Disusun Oleh :

Yosy Putri Swastidiningrum (P1337420219090)

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
A. DEFINISI

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang ditandai oleh tekanan darah sistolik
persisten di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 85 mmHg (Brooker chris,
2009 dalam Nisfiani A, 2014). Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah daalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung Dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah.

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis


kelamin (Soeparman,1999;205)

1. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hiertensi bila tekanan darah pada waktu
berbaring ≥130/90 mmHg.
2. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekananan darahnya >
145/95 mmHg.
3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

1.1 KLASIFIKASI HIPERTENSI


Table 1.1 klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥18 tahun oleh the joint National
Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Preasure(1998)

Batasan tekanan darah (mmHg) Kategori


Diastolic
<85 Tekanan darah normal
85-89 Tekanan darah normal-tinggi
90-104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥115 Hipertensi berat
Systolic,saat diastolic < 90 mmHg
<140 Tekanan darah normal
140-159 Garis batas hipertensi sistolik terisolasi
≥160 Hipertensi sistolik terisolasi

Sumber: ignatavicius D,1994

Tabel 1.2 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan level tekanan darah

Tekanana darah sistolik dan diastolic blood


pressure (SBP dan DBP)
Normotensi <140 SBP dan <90 DBP
Hipertensi ringan 140-180 SBP atau 90-105 DBP
Subgroup: garis batas 140-160 SBP atau 90-105 DBP
Subgroup: garis batas 140-160 SBP dan < 90 DBP
Hipertensi sedang dan berat >180 SBP atau >105 DBP
Hipertensi sistolik terisolasi >140 SBP dan <90 DBP

Sumber: Guyton dan Hall,1997

Menurut WHO (World Health Organization), tekanan darah dianggap normal bila
kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik (Martuti,
2009:4) dalam Nawangsari S & Fitria (2012), yaitu:

a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.

b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.

c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

Menurut kutipan Brunner & Suddarth’s (2013) pada individu lansia, diagnosis
hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmHg,
dengan tekanan diastolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmHg).

b. Hipertensi esensial dimana diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
berapun tekanan sistoliknya.

c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
mendasarinya.
Kriteria untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau tidak
haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. Berbagai macam
klasifikasi hipertensi yang digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi
menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat,
klasifikasi menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina.

Klasifikasi Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH) yang


digunakan negara-negara di Eropa. Klasifikasi menurut International Society on
Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga keturunan Afrika
yang tinggal di Amerika.

JNC telah mengeluarkan guideline terbaru yang dikeluarkan pada tahun 2013 JNC 8
mengenai tatalaksana hipertensi atau tekanan darah tinggi. Mengingat bahwa hipertensi
merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang dengan banyak
komplikasi yang mengancam nyawa seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal, hingga
kematian jika tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat, dirasakan perlu untuk terus
menggali strategi tatalaksana yang efektif dan efisien. Dengan begitu, terapi yang
dijalankan diharapkan dapat memberikan dampak yang maksimal.

Tabel. 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Stadium I 140-159 90-99

Stadium II ≥160 ≥100

1. Faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi

a. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya. Diantaranya adalah genetik, jenis kelamin dan usia,
konsumsi diit tinggi garam dan lemak, berat badan (obesitas atau >25%
diatas BB ideal), gaya hidup yang sering merokok dan mengkonsumsi alkohol,
dapat meningkatkan tekanan darah (Udjianti, 2010).

b. Hipertensi sekunder, misalnya dalam penggunaan kontrasepsi oral,


neurogenik (tumor otak, gangguan psikiatis), kehamilan dan stres
(Udjianti, 2010).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi, meliputi risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) dan faktor yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga
atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensivitas natrium, kadar kalium rendah,
alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010 dalam Andria
K, 2013).

A. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

a. Hipertensi esensial atau primer: penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat
ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi
primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.

b. Hipertensi sekunder: Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat


diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain.

Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di


dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan


darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar
dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat


dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80% kasus Hipertensi
primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga.Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih
besar.Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),
apabila salah satunya menderita Hipertensi.Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang


olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara


intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi


Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya Hipertensi dikemudian hari.Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti disebut
dengan hipertensi primer atau esensial. Ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan hipertensi primer/esensial yaitu asupan natrium yang mengikat dan
asupan kalium yang menurun, faktor genetik, stress, psikologis, pengaturan abnormal
terhadap norepineprin, dan hipersensitivitas. Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan
ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
hipertensi hormonal dan penyakit lain (Arif Mutaqin, 2014).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer


Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Faktornya adalah
 Genetic ; individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko
lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.
 Jenis kelamin dan usia
 Diet: konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi
 Berat badan
 Gaya hidup
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya.
Faktornya adalah:
 Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion .
dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali
setelah beberapa bulan.
 Penyakit parenkim dan vascular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia
( pertumbuhan abnormal jaringan fibrous) . penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
 Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosterone, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer,
kelebihan aldosterone menyebabkan hipertensi dan hypokalemia.
Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma dan meningkatkan
sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom Cushing, kelebihan
glukokortikoid yang dieksresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushing’s
mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal
 Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
 Neurogenic ; tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
 Kehamilan
 Luka bakar
 Peningkatan volume intravascular
 Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah.
 Kegemukan
 Stress
B. MANIFESTASI KLINIS

Penderita hipertensi tidak menimbulakn gejala, meskipun secara tidak sengaja


beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). gejala yang dimaksud adalah, sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi
baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.

Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti
berikut ini:

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual

d. Gelisah/cemas

e. Muntah

f. Sesak napas

g. Pandangan menjadi kabur, hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak (Lily I. Rilantoro, 2013).

C. PATOFISIOLOGI

Tekanan darah dipengaruhi oleh volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi
dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang.

Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari


sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian, dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah
melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE), ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiostensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE yang
terdapat diparu-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang dieksresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.Manifestasi klinis yang dapat
muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin ialah bahwa sebagian besar
manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.

Manifestasi yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang
disertai mual dan muntah karena peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan
kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf, nokturia (peningkatan urinaria pada malam hari) karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi, glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia
atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis,
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang (Bianti Nuraini, 2015).

Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Test diagnostic.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah
kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh
darah di otak, serta kelumpuhan.

Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

1.    Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume


cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.

2.    BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

3.    Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat


diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

4.    Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama


(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

5.    Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan


hipertensi.

6.     Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan


pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).

7.    Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan


hipertensi.

8.    Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer


(penyebab).

9.    Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.

10.     VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya


feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11.     Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.

12.     Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,


feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat
juga meningkat.

13.     IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim


ginjal, batu ginjal dan ureter.

14.     Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit
pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

15.     CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.

16.     EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan


konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

D. PATHWAY

hipertensi
aterosklerosis Peningkatan
afterload

Peningkatan tekanan
Sclerosis koroner
dinding ventrikel

Hipo sistole Hipertrofi


ventrikel kiri

Penurunan Peningkatan
stroke volume kerja jantung

Penurunan suplai Dekompensasi


oksigen miokard kordis
Peningkatan
Iskemia miokard
kebutuhan oksigen
miokard

Calcium influx
berlebihan kardiomegali

Penyakit jantung Congestive


iskemia heart failure
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT HIPERTENSI

Dosen Pengampu: Herry Prasetyo, MN.


Disusun Oleh :

Yosy Putri Swastidiningrum (P1337420219090)

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. A DENGAN HIPERTENSI

DI RUANG CEMPAKA

RSUD SIDAMARI

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing: Bapak Herry Prasetyo, MN

Nama : Tn. A
Hari/tanggal : Rabu, 9 Februari 2020
Tempat : Ruang Cempaka
1. Identitas Pasien
Nama : Agung Supiyadi
Umur : 50 tahun
Alamat : Jl. Rambutan No. 5, Baturaden
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku/bangsa : Jawa
Tanggal MRS : Senin, 7 Februari 2020
Diagnosa medik : Hipertensi
No.RM : 5372694

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Avi Puryanti
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Rambutan No. 5, Baturraden
Pekerjaan : Pedagang
Hub.dengan pasien: Istri pasien

A. Keluhan Utama(alasan MRS)


-          Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya
pusing, dadanya sesak dan nafsu amkan menurun.
-          Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika
bernafas,kepalanya pusing.
B.     Riwayat penyakit sekarang

Paliatif            : klien datang dengan riwayat HT dan gastritis

Quality             : klien dengan keadaan pingsan

Regio               : kepala pusing dan dada sesak

Saverity           : skala nyeri 5

Time                : ± 1 minggu yang lalu

NO Intensitas Nyeri Diskripsi


Menurut numeric = 5 -      Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditahan atau sedang
-      Pasien nampak gelisah
-      Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam
perawatan

C.     Riwayat penyakit yang lalu

Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi ± 3 bulan dan hanya berobat


di PUSKESMAS saja.     
D.    Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit yang sama seperti klien.
I. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a.      Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

     
NO Pemenuhan Di rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1. Jumlah/waktu -Pagi : Klien makan - Pagi     : klien makan
porsi sedang dengan sesuai dengan diet
nasi, sayur, lauk dan yang diberikan   
minum air putih.

-Siang : Klien makan - Siang   : Klien makan


porsi sedang dengan sesuai dengan diet
nasi, sayur, lauk dan yang diberikan.
minum air putih.
-Malam : Klien makan
porsi sedangdengan - Malam : Klien makan
nasi, sayur, lauk dan sesuaidengan diet

minum air putih. yang diberikan.


2. Jenis -      Nasi : putih. -      Nasi : bubur
-       Lauk : Ikan, tahu, -      Lauk : Ayam
tempe, daging -      Sayur : Sop
-       Sayur : bayam. -      Minum: air putih.
-       Minum : air putih.
3. Pantangan - Rendah garam

b.      Pola eliminasi
N Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
O BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu -    Pagi     : BAB -      Pagi : belum BAB,
1x/hari, BAK belum BAK
2x/hari. -      Siang : Belum
-    Siang   : BAK BAB, sudah BAK 1x
2x/hari. -      Malam : Belum
-    Malam : BAK BAB dan sudah
2x/hari. BAK 1x
2. Warna -    BAB : kuningan. -BAB : -
-    BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau -    BAB : khas -BAB : -
-    BAK : khas -BAK : -

4. Konsistensi BAB : lembek -

c.       Plola istirahat tidur

     
N Pemenuhan Istirahat Dirumah Di Rumah Sakit
O Tidur
1. Jumlah/waktu -          Pagi : ± 1 jam. -          Pagi : ±  2 jam.
-          Siang : ± 1 -          Siang :  ± 2 jam.
jam. -          Malam : ± 4 jam.
-          Malam : ± 7
jam.
2. Gangguan Tidur Tidak mengalami Klien tidak bisa tidur
gangguan tidur. karena sesak nafas,
muntah-muntah dan
pusing.

d.      Pola kebersihan diri/personal Hygiene

     
NO Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
1. Frekuensi mencuci rambut 2 x/minggu Belum pernah
2. Frekuensi mandi 2x/hari Diseka 2x/hari
3. Ftekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
4. Warna Rambut. Putih beruban Putih beruban
5. Bau - -
6. Konsistensi Kusam Kusam

II. PEMERIKSAAN KEPALA,WAJAH DAN LEHER


1.      Pemeriksaan Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.


Palpasi   : Nyeri tekan +, pusing.
2.      Pemeriksaan Mata

Inspeksi :
a.       Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b.      Warna iris merah.
c.       Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d.      Pemeriksaan Visus

Tanpa Snelen Card : kurang jelas.


e.       Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn scera coklat.
3.      Pemeriksaan Hidung

Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -, perdarahan -, kotoran -, polip


-.
4.      Pemeriksaan Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -,


perdarahan -, perforasi -.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.


5.      Pemeriksaan Mulut dan Faring

Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda,
lesi -, caries +, kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor,
perdarahan -, abses -.
6.      Pemeriksaan Wajah

Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih,
kelumpuhan otot-otot facialis -.

7.      Pemeriksaan Leher

Inspeksi dan palpasi:


a.       Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan warna -, masa -.
b.      Pembesaran kelenjar tiroid -.
c.       Pembesaran vena jugularis +.
8.      Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala, wajah,
leher:
      klien mengeluh kepalanya terasa pusing.
III. PEMERIKSAAN THORAKS DAN PARU
a.       Inspeksi
-          Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk
dada simetris.
-          Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi
suprasternal-, pernapasan cuping hidung +.
-          Pola nafas : Takipneu.
b.      Palpasi

Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama,


cianosis -.
c.       Perkusi

Area paru sonor


d.      Auskultasi
1.      Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area
bronchovasikuler bersih.
2.      Suara ucapan : Eghophoni –.
3.      Suara tambahan : Rales +.
e.       Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks dan
paru yaitu klien merasa dadanya sesak ketika bernafas.

IV. PEMERIKSAAN JANTUNG


a.       Inspeksi

Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.

b.      Palpasi

Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.


c.       Perkusi

Tidak ada pembesaran.


-          Batas atas              : ICS II.
-          Batas bawah          : ICS V.
-          Batas kiri               : ICS VMid Clavikula.
-          Batas kanan          : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d.      Auskultasi
-          BJ I           : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
-          BJ II          : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e.       Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada
kelainan.
V. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a.       Inspeksi
-          Bentuk abdomen datar.
-          Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah
vena -.
b.      Auskultasi

Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.


c.       Palpasi
-          Hepar : Perabaan lunak.
-          Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
-          Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar
kontralateral -.
d.      Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak ada
kelainan.
VI.  PEMERIKSAAN GENETALIA
            Tidak Dikaji.
VII. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
     (EKSTREMITAS)

a.   Inspeksi

                        Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -,
terpasang gips -.
b.      Palpasi
-          Oedem - -/- -/-
-          Uji kekuatan otot 5/5 5/5

VIII. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


            Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.
Kesimpulan compor mentris.
            Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +,
kaku kuduk -, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
            Memeriksa nervus cranialis :
-          Nervus III    : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
-          Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.
-          Nervus XII  : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
            Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
            Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.
VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a.       Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b.      Kimia darah
Ureum       : 50 mg/dl
      Creatinin   : 0,89 mg/dl
      SGDT        : 20
      SGPT        : 16
      Gula darah : 95 mg/dl
IX. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak dilakukan pemeriksaan radiology.

X. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


-          Acran 3 x 1
-          Amino drip ½ ampul
-          Cairan RL 20 tetes/menit

ANALISA DATA
No Data Etiologi Prolem
1 Ds : Medulla Peningkatan

Klien mengatakan klien Saraf simpatis tekanan darah

mempunyai riwayat Ganglia simpatis

hipertensi Tekanan darah

Do : Kontriksi

Tekanan darah klien Peningkatan tekanan

meningkat TD : 175/100 darah


mmHg
2 Ds : Nyeri/Sakit
Keluarga klien mengatakan Saraf simpatis kepala
klien merasa sakit kepala Saraf pasca ganglion
yang sangat hebat Kontriksi
Do : Sakit kepala
Klien meringis menahan sakit
kepala yang dirasakan TD :
175/100 mmHg.
ADL : Klien sakit terhambat
3 Ds : Peningkatan tekanan Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan vaskuler serabral istirahat
klien tidak tidur semalam dan Saraf simpatis
terus merasakan sakit Tidak mampu mengatasi
kepalanya. nyeri
Do : Gangguan pola istirahat
TD : 175/100 mmHg
ASL : Klien sedikit terhambat

a. Ta. Riwayat dan pemeriksaan fisik menyeluruh.


b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan jantung dan
ginjal.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah dan glukosa.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tingkat stres.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan tingkat kecemasan.
3. Resiko injuri berhubungan dengan tingkat kelelahan.

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx NOC NIC

1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


nyaman keperawatan selama 3 x 24 jam (5820)
(00214) diharapkan:
1. Gunakan pendekatan
Tingkat Stres (1212)
yang tenang dan
Indikator Awal Akhir meyakinkan.
NO
1 Peningkat- 1 4
an tekanan
darah 2. Pahami situasi krisis
2 Sakit 2 4
yang terjadi dari
kepala
berat perspekif klien.
3 Sering 3 4
buang urin
4 Kecemas- 2 4
an 3. Ciptakan atmosfer
5 Kerontok- 3 4
an rambut rasa aman untuk
meningkatkan
Keterangan: kepercayaan.
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan 4. Dengarkan klien.
5. Tidak ada

5. Berada di sisi klien


untuk meningkatkan rasa
aman dan mengurangi
ketakutan.

2 Penurunan Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi (6040)


curah jantung. keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan:
Tingkat kecemasan (1211) 1. Ciptakan lingkungan
Indikator Awal Akhir yang tenang dan tanpa
NO
distraksi dengan lampu
1 Distress 2 4
2 Wajah 3 4 yang redup dan suhu
tegang lingkungan yang
3 Perhatin 2 4
yang nyaman, jika
berlebihan memungkinkan.
terhadap
kejadian-
kejadian
dalam
kehidupan 2. Dapatkan perilaku
4 Peningkat- 1 4 yang menunjukkan
an tekanan
darah. terjadinya relaksasi,
5 Pusing 3 4 misalnya bernafas
dalam, menguap,
Keterangan :
pernapasan perut atau
1. Berat bayangan yang
2. Cukup berat menenangkan.

3. Sedang

4. Ringan
3. Minta klien untuk
5. Tidak ada rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi.

4. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien.
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
(penggunaan) obat-
obatan nyeri atau sejalan
dengan terapi lainnya
dengan tepat.

3 Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)


keperawatam selama 3 x 24 jam
diharapkan:
Tingkat kelelahan 1. Pastikan perawatan

Indikator Awal Akhir analgesik bagi pasien


NO
dilakukan dengan
1 Kelelahan 1 4 pemantauan yang ketat.
2 Kehilang- 2 4
an selera
makan
3 Sakit 2 4 2. Gunakan strategi
kepala
komunikasi terapeutik
4 Nyeri 1 4
sendi untuk mengetahui
5 Tingkat 1 4 pengalaman nyeri dan
stres
sampaikan penerimaan

Keterangan: pasien terhadap nyeri.

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang 3. Gali pengetahuan dan
4. Ringan kepercayaan pasien
5. Tidak ada
mengenai nyeri.

4. Gali bersama pasien


faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri.

5. Kurangi atau eliminasi


faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya: ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton, dan kurang
pengetahuan).

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ NO Implementasi Respon Paraf


tanggal Dx

Rabu, I,II,III
1. Melakukan pengkajian Ds: Pasien mengatakan
9 Februari
mengenai kondisi pasien. tidur nya terganggu,
2020
tidak nafsu makan dan
Pukul
minum.
15:00-
2. Memeriksa tanda-tanda
16:00 WIB
vital.
Do: TD:200/120 mmhg

N: 65/menit

R: 22x/menit

S: 37 C

Kamis,
10 I,II,III 1. Memonitor tanda-tanda Ds: Pasien mengatakan
Februari vital. bahwa selama di rumah
2020 sakit ia sudah bisa tidur
Pukul dengan pulas dan makan
08:00- 2. Memberikan dan dengan lahap.
09:00 WIB memastikan makanan,
minuman dan obat dikonsumsi
dengan tepat. Do: TD: 160/100 mmhg

N: 60/menit

R: 20x/menit

S: 37 C

Jumat, I,II,III
1. Memonitor tanda-tanda Ds: Pasien menanyakan
11
vital. manfaat dari terapi
Februari
relaksasi bagi
2020
keadaannya saat itu.
15:00-
2. Mengajarkan pasien
16:00 WIB
bagaimana cara terapi
relaksasi bagi tubuh. Do: TD:140/90 mmhg

N: 60/menit

R: 20x/menit

S: 36 C

F. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal /jam Dx Catatan perkembangan Paraf


I
Rabu, 9
Februari S: Pasien mengatakan jika ia mengalami sakit kepala
2020 setelah bangun tidur dan demam tinggi sebelum dirawat.

Pukul:

15:00-16:00 O: Pasien terlihat lesu.


WIB

TD:200/120 mmhg

N: 65/menit

R: 22x/menit

S: 37 C

A: Masalah teratasi sebagian

Indikator Awal Tujuan Akhir

Hipertermia 1 5 3

Hipertensi 1 5 3

Sakit kepala 1 5 3

Skala:

1. Berat

2. Cukup berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

P: Lanjutan intervensi

1. Memonitor tanda-tanda vital


2. Motivasi pasien untuk perbanyak konsumsi cairan
dan tidur dengan nyenyak.

3. Memberikan obat pereda nyeri

Kamis, 10 2
Februari
2020 S: Pasien mengatakan bahwa setelah dirawat dirumah
sakit, ia merasa lebih baik, walau tekanan darah masih
Pukul: tinggi.

08:00- 09:00
WIB
O: Pasien masih terlihat lesu dan badan terasa hangat.

TD: 160/100 mmhg

N: 60/menit

R: 20x/menit

S: 37 C

A: Masalah teratasi sebagian

Indikator Awal Tujuan Akhir

Hipertensi 2 5 3

Hipertermia 2 5 3

Skala:

1. Berat

2. Cukup berat

3. Sedang
4. Ringan

5. Tidak ada

P: Lanjutan intervensi

1. Memonitor tanda-tanda vital.

2. Motivasi pasien untuk tidur dengan nyenyak dan


konsumsi cairan yang banyak.

Jumat, 11 S: Pasien mengatakan bahwa ia sudah lebih baik dari


Februari sebelumnya. Ia juga mengatakan bahwa pola makan dan
2020 tidurnya pun sudah baik.

Pukul: O: Pasien masih terlihat bersemangat.

15.00-16:00 TD:140/90 mmhg


WIB
N: 60/menit

R: 20x/menit

S: 36 C

A: Masalah teratasi sebagian

Indikator Awal Tujuan Akhir

Kecemasan 2 5 4

Hipertensi 3 5 4

Skala:

1. Berat

2. Cukup berat

3. Sedang

4. Ringan
5. Tidak ada

P: Lanjutan intervensi

1. Motivasi pasien untuk tenang.

2. Membantu pasien mengurangi kecemasan dengan


terapi relaksasi.

3. Motivasi pasien untuk perbanyak konsumsi cairan


dan tidur dengan nyenyak.

KESIMPULAN DAN SARAN


1.1         Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan


darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang
dipengaruhi oleh banyak faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan


presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase
10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak
diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami
gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi sangat
diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

1.2          Saran

Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi


hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu,
melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai
dengan kebutuhan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Udjianti, Wajan Juni.2011.Keperawatan Kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika.


2. Ardiansyah, Muhamad.2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Jogjakarta:DIVA
pres
3. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC
4. Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Jakarta : EGC
5. Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai