Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT URTIKARIA

DI SUSUN OLEH:

 LUSIA CLAUDIA LUHUR NAMANG (C1814201079)


 MARGARET KRISTIANTI Br. SILABAN (C1814201080)
 MARGARETHA MELANIA (C1814201081)
 MARIA C.F YAMLEAN (C1814201082)
 MARIA GORETI DERAN WANGA (C18142010083)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada system integument menyangkut penyakit urtikaria.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, khususnya pada dosen pembimbing, yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
ini dengan baik.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritikan dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2013

Kelompok 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria adalah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul
dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit
serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan
nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di
temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di
harapkan.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan). 
Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria
dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur
(terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis (berulang dan
lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).
Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah (istilah kerennya:
vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler) sehingga menyebabkan
pengeluaran cairan (transudasi) dari membran pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada
kulit. Kondisi ini dikarenakan adanya pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen
(bahan atau apapun pencetus timbulnya reaksi alergi).

1.2 Rumuhsan Masalah


1. Apa pengertia urtikaria?
2. Apa etiologi dan patofisiologi urtikaria?
3. Apa penyebab gejala urtikaria dan system pengobatan yang dapat dilakukan kepada
penderita urtikaria?
4. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan kepada penderita urtikaria mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengerti pengertian urtikaria dan bentuk-bentuk dari urtikaria.


2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi dari urtikaria.
3. Agar dapat mengetahui penyebab gejala urtikaria dan system pengobatan yang dapat
dilakukan kepada penderita urtikaria.
4. Agar dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada penderita urtikaria mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis Keperawatan


a. Defenisi
Urtikaria (dikenal juga dengan “hives, nettle rash, gatal-gatal, kaligata, atau biduran”)
adalah suatu lesi kulit yang meninggi yang terjadi sebagai respon terhadap pencetus imun.
Reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbulkan
(bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria
dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20
menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut
umumnya berlangsung 24 - 48 jam.

Urtikaria (urticaria, biduran, kaligata, liman) adalah reaksi alergi (melibatkan pembuluh darah
atau vaskuler) pada kulit (dan mukosa) yang ditandai dengan bentol-bentol (adakalanya hanya
berupa bercak merah) pada kulit, berwarna merah atau berwarna keputihan dan gatal, sebagai
akibat pembengkaan (edema) interseluler.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut, kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).
Urtikaria dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (lebih dari 6
minggu). Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait
dengan gatal yang hebat (pruritus). Wheal dipercaya terjadi bila terdapat kebocoran cairan dari
pembuluh darah sebagai respons terhadap degranulasi sel mast. Aktivasi sel mast adalah
mekanisme fisiologik primer dari hives. Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama
respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria sering
dikenal oleh orang awam dengan biduran.

Sebenarnya macam dari urtikaria ini sendiri sangat banyak, misalnya

 urtikaria karena tekanan


 urtikaria karena dingin (udara)
 urtikaria cahaya
 urtikaria kontak (biasanya karena eksposure pekerjaan)
 urtikaria idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
 urtikaria kolinergik (karena gigitan serangga)

b. Klasifikasi

1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi
penyebabnya adalah:
1) adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
2) akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan
strouberi.
3) akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.

2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk
urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.

3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-
kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.

4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )


Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria
popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.

Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:


1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari
8. vaskulitik urtikaria
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.

c. Etiologi
Urtikaria paling sering bersift idiopatik, hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga
penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain
1. Obat

Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-
imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria, secara imunologik terdapat 2
tipe, yaitu tipe I atau II. Contohnya ialah aspirin, obat anti inflamasi non steroid, penisilin,
sepalosporin, diuretik, dan alkohol. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung
merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin
menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat.

2. Makanan

Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi
imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari
setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa protein atau bahan yang dicampurkan
ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan
urtikaria alergika. Makanan yang paling sering menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu,
ikan, kerang, udang, telur, kacang, buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang
paling sering yaitu, susu dan produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus (jeruk).

3. Gigitan atau sengatan serangga


Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih
banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri,
biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinting, dan serangga lainnya
menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri setelah
beberapa hari, minggu, atau bulan.

4. Bahan fotosenzitiser

Bahan semacam ini, misalnya griseovulfin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan
sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.

5. Inhalan

Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan
aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik.

6. Kontaktan

Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis
serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan
menimbulkan urtikaria.

7. Trauma Fisik

Trauma fisik dapat diakibatkan oleh

- Faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin.

- Faktor panas, misalnya sinar matahari, radiasi, dan panas pembakaran.

- Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau
semprotan air. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.

8. Infeksi dan infestasi


Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus,
jamur, maupun infeksi parasit.

- Infeksi oleh bakteri contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis.
- Infeksi virus hepatitis, mononukleosis dan infeksi virus coxsackie pernah dilaporkan
sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan
kemungkinan infeksi virus subklinis.
- Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria.
Infeksi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma atau Echinococcus
dapat menyebabkan urtikaria. Infeksi parasit biasanya paling sering pada daerah beriklim
tropis.
9. Psikis

Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas
dan vasodilatasi kapiler. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis menghambat eritema dan
urtika, pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema
meningkat.

10. Genetik

Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang menunjukkan
penurunan autosomal dominan.

11. Penyakt sistemik

Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering
disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Contoh penyakit sistemik yang sering
menyebabkan urtikaria yaitu, sistemik lupus eritematosa (SLE), penyakit serum, hipetiroid,
penyakit tiroid autoimun, karsinoma, limfoma, penyakit rheumatoid arthritis, leukositoklast
vaskulitis, polisitemia vera (urtikaria akne-urtikaria papul melebihi vesikel), demam reumatik,
dan reaksi transfusi darah.
d. Tanda Dan Gejala
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan tersebut.
3. Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar
mata, bibir dan di dalam orofaring.
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata
secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.

e. Patofisiologi
Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik

Kulit

Melakukan Pertahanan

Induksi Respon Antiodi IgE

Sel Mast Basofil

Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)
Anafilaksis Sistemik

Urtikaria

Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas. Pada awalnya
alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah
terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua
kalinya, maka alergen akan berikatan dengan IgE yang sudah berikatan dengan sel mast
sebelumbnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang
mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan
mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah
mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami
urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada
benjolan pada permukaan kulit, yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast
ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang
terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan
karena histamin menyentuh saraf perifer.

f. Manifestasi klinis
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang > panas pada sekitar benjolan tersebut.
3. Terjadi angiodema, dimana edema luas kedalam jaringan subkutan, terutama disekitar mata,
bibir dan di dalam orofaring
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara
keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
g. Komplikasi
1. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan
ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya
sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung.
2. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat
bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder.
Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan
keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.
h. Penatalaksanaan
- Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan
menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada
umumnya hal ini sulit dilaksanakan
- Farmakologi
Untuk pengobatan secara farmakologi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan
obat antihistamin. Antimistamin ini sendiri sekarang sudah terbit 2 generasi, generasi I
dengan efek sedative nya (yang dapat menyebabkan kantuk) dan antihistamin generasi II
yang tidak lagi mempunyai efek sedative. Antihistamin generasi II ini lebih aman untuk
mereka yang mempunyai pekerjaan berat yang harus tahan kantuk, misalnya supir.
Selain dengan antihistamin, kortikosteroid pun bisa dipakai untuk kombinasi.

Penanganan dan pengobatan urtikaria dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan
penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan :

1. Antihistamin
2. Epinefrin
3. Imunomudulator
4. Imunosupresan
5. Kortikosteroid
2.1.1 Pengkajian

Identitas Pasien.
Keluhan Utama :
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok
Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada
keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit ,
sisik halus dan skuama
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kerusakan jaringan b/d Agen cedera kimiawi
2. Ansietas b/d gelisah
3. Insomnia b/d ketidaknyamanan fisik
4. Gangguan citra tubuh b/d penyakit
No DIAGNOSA NOC NIC
1. Resiko kerusakan jaringan b/d Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa. Pengecekan kulit.
Agen cedera kimiawi
 Suhu kulit dipertahankanpada diskla 2  Periksa kondisi luka operasi, dengan
ditingkatkan ke skala 3. tepat.
 Hidrasi dipertahankan pada diskala 2  Monitor warna dan suhu kulit.
ditingkatkann ke skala 3.  Monitor kulit dan selaput lender terhadap
 Keringat dipertahankan pada skla 2 area perubahan warna, memar, dan pecah.
ditingkatkan ke skala 3.  Monitor kulit adanya kekeringan yang
 Integritas kulit dipertahankan pada skala 2 berlebihhan dan kelembaban.
ditingkatkan ke skala 3.  Anjurkan anggota keluaargaatau
pemberian asuhan mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit, dengan tepat.

2. Ansietas b/d gelisah Tingkat kecemasan. Penggurangan kecemasan.

 Tidak dapat beristirahat dipertahankan pada  Gunakan pendekatan yang tenang dan
skala 3 ditingkatkan ke skala 4. menyakinkan.
 Peningkatan frekuensi pernapasan  Dorongan keluarga untuk mendampingi
dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke klien dengan cara yang tepat.
skala 4.  Berikan objek yang menunjukkan perasaan
 Berkeringat dingin dipertahankan pada skla 3 aman.
ditingkatkan ke skala 4.  Dengarkan klien
 Gangguan tidur dipertahankan pada skala 3  Bantu klien menidentifikasi situasi yang
ditingkatkan ke skala 4. memicu kecemasan.
3. Insomnia b/d ketidakseimbangan Tidur. Peningkatan tidur.
fisik
 Pola tidur dipertahankan pada skala 2  Tentukan pola tidur atau aktivitas
ditingkatkan ke skala 3 pasien
 Tempat tidur yang nyaman  Anjurkan pasien untuk memantau
dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan pola tidur.
ke skala 3.  Bantu untuk menghilangkan situasi
 Suhu ruangan yang nyaman stress sebelum tidur.
dipertahankan pada skla 2 ditingkatkan  Anjurkan pasien untuk menghindari
ke skala 3 makanan sebelum tidur dan
minuman yang menganggu tidur.
 Bantu pasien untuk membatasi tidur
siang dengan menyediakan aktivitas
yang meningkatkan kondisi terjaga,
dengan tepat.

4. Gangguan citra tubuh b/d Respon imun hipersensitif. Manajemen alergi.


penyakit

 Perubahan kulit di pertahankan pada  Identifikasi alergi yang diketahui


skala 3 ditingkatkan ke skala 4. ( misalnya obat-obatan, makanan,
 Reaksi alergi dipertahankan pada skala serangga, linkungan) dan reaksi
3 ditingkatkan ke skala 4. yang tidak biasa.
 Gata ldipertahankan pada skala 3  Memberitahukan pemberian
ditingkatkan ke skala 4. pelayanan dan petugas kesehatan
mengenai allergi yang telah
diketahui
 Pakaikan gelang alergi pada pasien,
sebagaimana mestinya
 Jaga pasien tetap dibawah
pengawwasan selama 30 menit
setelag pengelolaan bahan yang
diketahui bisa membuat atau
memicu respon alergi.
 Bantu dengan melakukan tes
alaergi, sebegaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai