Anda di halaman 1dari 23

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil studi kasus tentang gambaran pelaksanaan

intervensi pursed lip breathing pada penderita asma di ruang Interna 2 RSUD dr. R.

Soedarsono Kota Pasuruan. Dilaksanakan sejak 13 Januari 2020 – 19 Januari 2020

yang melibatkan dua orang subjek dari studi kasus ini, pengambilan data dilakukan

dengan metode wawancara dan observasi dengan cara mengamati secara langsung

pelaksanaan intervensi pursed lip breathing kepada subjek yang diteliti selama 1

minggu 14 kali pertemuan dengan durasi waktu 10 menit. Pengamatan dilakukan

kepada setiap subjek yang diteliti melaksanakan pursed lip breathing dengan

melakukan pemantauan terhadap perubahan respon fisiologis yakni perubahan

respiratory rate, saturasi oksigen, dan peak expiratory flow serta perubahan respon

psikologis. Berikut akan disajikan berturut-turut tentang gambaran umum tempat

studi kasus, gambaran fokus studi, dan pembahasan.

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Studi Kasus

RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan adalah Instansi Pemerintah

yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna,

pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan teknologi bidang

kesehatan. RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan ini bertempat di Jl. Dr.

Wahidin Sudirohusodo No. 1 – 4 Pasuruan, Kota Pasuruan, Jawa Timur,


Indonesia. Lokasi RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan sangat strategis

yaitu di persimpangan jalan utama Banyuwangi-Surabaya.

RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan merupakan rumah sakit

paripurna dengan kelas C. Fasilitas yang dimiliki rumah sakit ini yaitu

pelayanan rawat inap, pelayanan rawat darurat (instalasi gawat darurat),

pelayanan intensive Cre unit, pelayanan medis yaitu instalasi radiologi,

instalasi laboratorium klinik, laboratorium audiometri, laboratorium

andrology, instalasi farmasi, instalasi gizi, unit rehabilitasi medik, unit

pemulasaraan jenazah, medical record, promosi kesehatan rumah sakit,

instalasi pemeliharaan sarana, dan laboratorium jantung.

Penelitian ini dilakukan di Ruang Interna 2 RSUD dr. R. Soedarsono

Kota Pasuruan. Ruang Interna 2 merupakan ruang rawat inap penyakit

dalam dengan keseluruhan jumlah bed sebesar 61 bed. Ruang Interna 2

dibagi atas beberapa ruang, yaitu ruang soka penyakit paru yang tidak

menular, ruang seruni rawat inap penyakit dalam, ruang lavender penyakit

paru menular, ruang krissan rawat inap penyakit dalam dan ruang

intermediate care berada di sebelah kiri nurse station. Ruang interna 2

memiliki struktur ruangan yang terdiri atas satu orang kepala ruangan,

empat orang ketua tim, 31 perawat pelaksana, satu orang admin, dan empat

orang clining service. Pembagian shif pagi 13-14 orang perawat, siang 8

orang perawat, dan malam 8 orang perawat.

Ruang Interna 2 yang digunakan sebagai penelitian adalah ruang soka

rawat inap penyakit paru yang tidak menular. Ruang soka terbagi atas soka
1 – 6. Berdasarkan wawancara dengan perawat ruangan, penatalaksanaan

pada pasien asma di Ruang Interna 2 RSUD dr. r. Soedarsono Pasuruan

terdiri atas penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi.

Penatalaksanaan farmakologi meliputi dengan pemasangan oksigen,

nebulizer, dan pemberian obat. Sedangkan penatalaksanaan non farmakologi

meliputi posisi semi fowler, terapi latihan pernapasan pursed lip breathing

dan latihan nafas dalam.

4.1.1.1 Gambaran Lingkungan Subyek Studi Kasus

Subjek 1 (Ny. N) tinggal di Dusun Pesanggrahan RT 01 RW 01

Desa Sekarputih Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan.

Suasana pemukiman sebyek 1 cukup ramai karena sebelah rumah

subjek 1 adalah bengkel milik tetangganya dan rumah subyek 1

berada di seberang jalan raya Pasuruan – Gondang Wetan sehingga

banyak kendaraan bermotor yang melintas. Rumah subjek terdiri

dari 1 lantai yaitu ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi,

dan ruang tv yang bergabung dengan ruangan untuk menjual

sembako, sehingga rumahnya terlihat sedikit sempit. Dan di halaman

samping rumah terdapat tempat untuk jemuran. Kebersihan rumah

dalam kategori baik.

Subjek 2 (Ny. I) tinggal di tinggal di Jl. Temenggungan RT 07

RW 04 Mancilan Kelurahan Pohjentrek Kecamatan Purworejo Kota

Pasuruan. Suasana permukiman subjek 2 cukup ramai karena di

depan rumah subjek 2 terdapat Sekolah Dasar dan di samping rumah


subjek 2 terdapat tempat kumpul anak-anak karang taruna. Rumah

subjek 2 tidak seluas rumah subjek 1 yang terdiri dari 1 kamar tidur,

dapur, 1 kamar mandi dan ruang tamu yang dijadikan sekaligus

tempat jualan makanan ringan serta beberapa minuman. Rumah

subjek 2 sedikit kumuh sehingga kebersihan rumah dalam kategori

kurang.

4.1.2 Karakteristik Subyek penelitian

Studi kasus ini dipilih dua responden sebagai subjek penelitian. Subjek I

(Ny. N) dan Subjek II (Ny.I). Kedua subjek studi kasus ini diberikan

penjelasan tentang pelaksanaan intervensi pursed lip breathing di ruang

Interna II dan juga maksud tujuan penelitian. Subjek studi kasus bersedia

menandatangani lembar informed consent. Peneliti melakukan kontrak

waktu selama 1 minggu. Subjek studi sebelumnya sudah diperkenalkan

tentang intervensi pursed lip breathing oleh tenaga kesehatan di RSUD Dr.

R Soedarsono Kota Pasuruan. Selama pelaksanaan intervensi pursed lip

breathing terhadap subjek penelitian, selama itu pula peneliti melakukan

pengamatan (observasi) terhadap subjek penelitian, meliputi respon fisik

serta respon psikologis yang terjadi pada subjek penelitian. Dan juga

peneliti melakukan pengukuran status kesehatan, seperti respiratory rate,

saturasi oksigen, serta peak expiratory flow. Intervensi pursed lip breathing

dilaksanakan selama 7 hari dengan frekuensi 2 kali dalam sehari selama 10

menit yang terlaksana pada pagi hari dan sore hari. Pengukuran saturasi

oksigen menggunakan pulse oksimetri, dan pengukuran peak expiratory


flow menggunakan alat peak flow meter. Pengukuran dilakukan sebelum dan

sesudah intervensi pursed lip breathing dilaksanakan.

a. Subjek 1 (Ny. N)

Subjek 1 (Ny. N) dalam penelitian ini berusia 49 tahun, beragama

islam bersuku jawa tinggal di Dusun Pesanggrahan RT 01 RW 01 Desa

Sekarputih Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan.. Pendidikan

terakhir SMP. Pekerjaan sebagai wirausaha (penjual sembako). Ny. N

tinggal bersama suami yang berusia 54 tahun. Selain itu Ny. N juga

tinggal bersama anak yang ketiga dan menantunya. Ny. N memiliki

riwayat asma selama 27 tahun sejak post partum anaknya yang ketiga.

Dalam keluarga Ny. N tidak ada yang memiliki penyakit asma. Ny. N

mengatakan asma yang diderita sering mengalami kekambuhan, yang

menyebabkan Ny. N harus dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat

(puskesmas), sering juga Ny. N harus dirujuk ke RSUD. Dr. R

Soedarsono Kota Pasuruan untuk mendapatkan penanganan yang lebih

lanjut.

Gejala yang Ny. N rasakan ketika asma mulai kambuh adalah batuk,

sesak napas, dan rasa berat di dada. Gejala tersebut sampai mengganggu

aktivitas sehari-hari. Ketika gejala itu datang, Ny. N selalu berusaha

mengambil nafas sebanyak mungkin, mengambil posisi duduk, dan

segera minum obat yang telah disediakan yaitu seretide diskus (inhaler).

b. Subjek 2 (Ny.I)
Subjek 2 (Ny I) dalam penelitian ini berusia 49 tahun, beragama

islam bersuku jawa tinggal di Jl. Temenggungan RT 07 RW 04

Mancilan Kelurahan Pohjentrek Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan.

Pendidikan terakhir SMP. Pekerjaan sebagai wirausaha (penjual

makanan ringan dan minuman). Ny I tinggal di rumah seorang diri. Ny I

memiliki riwayat asma selama 19 tahun, sejak post partum anaknya

yang kedua. Ny I mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu asma.

Dalam keluarga Ny I ada yang memiliki penyakit asma yaitu

almarhumah ibu Ny I dan anak Ny I. Ny. I mengatakan baahwa asma

yang dimilikinya sering mengalami kekambuhan, yang mengharuskan

Ny. I dibawa ke IGD RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan untuk

mendapatkan pelayanan medis lebih lanjut berupa tindakan nebulizer.

Gejala yang Ny. I rasakan ketika asma mulai kambuh adalah batuk,

sesak napas, hingga kesulitan berbicara. Gejala tersebut sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari yang dilakukan Ny. I. Ketika gejala itu

datang, Ny. I sesegera mungkin menghilangkan gejala tersebut dengan

cara minum obat yang telah disediakan yaitu, salbutamol dan ambroksol.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Keterangan Subjek 1 Subjek 2


Nama Ny. N Ny. I
Suku Jawa Jawa
Alamat di Dusun Pesanggrahan di Jl. Temenggungan RT 07
RT 01 RW 01 Desa RW 04 Mancilan Kelurahan
Sekarputih Kecamatan Pohjentrek Kecamatan
Gondangwetan Kabupaten Purworejo Kota Pasuruan
Pasuruan
Usia 49 Tahun 49 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SMP SMP
Pekerjaan Wirausaha (Penjual Wirausaha (Penjual
Sembako) makanan ringan)
Diagnosa Medis Asma Asma
Lama Menderita Asma 7 tahun 19 tahun
Penyebab Asma Alergen, faktor lingkungan Alergen, kondisi tubuh
kurang sehat
Tanggal MRS 13 Januari 2020 13 Januari 2020
Tanggal Pengkajian 13 Januari 2020 13 Januari 2020

Tabel 4.2 Karakteristik Pengkajian Sistem Pernafasan Subjek Penelitian


Riwayat penyakit Subjek 1 Subjek 2
Keluhan Utama Subjek mengatakan sesak Subjek mengatakan sesak
nafas saat nafas
Batuk Produktif Produktif
Respiratory rate x/menit x/menit
Irama Napas Tidak teratur Tidak teratur
Pola Napas Dispnea Dispnea
Suara Napas Wheezing Wheezing
Pernafasan Cuping Tidak ada Tidak ada
Hidung
Alat Bantu Napas Terpasang O2 nasal kanul Terpasang O2 nasal kanul
4 liter/menit 4 liter/menit
Peak Expratory Flow 60 ml 60 ml
Saturasi Oksigen 93% 91%
Skala Sesak Nafas 5 7
(Sesak napas parah) (Sesak napas sangat
parah)
Respon Psikologis Gelisah, tidak bisa tenang Gelisah, lemah, tidak
berorientasi dengan baik

Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium) Subjek Penelitian

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Subjek I (Ny. N) Subjek II (Ny. I)
Tanggal
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,3 10,9 13,2 – 17,3 gr/dl
Leukosit 16,25 10,1 3,8 – 10,6 103/L
Hematokrit 41,8 31,1 40 – 52 %
Trombosit 309 283 150 – 440 103/L
Glukosa 241 121 < 140 mg/dl
Elektrolit
Natrium/Na - 138,2 138 – 142
Kalium - 4,70 3,5 – 5,5 MG/DL
Clorida/Cl - 110,3 94 – 111 MG/DL
SGOT 61 45 0 – 37
SGPT 42 27 0 – 45 mg/dl
Ureum 17 70 15 – 38 mg/dl
Creatinin 0,51 2,5 0,7 – 1,4 mg/dl
Bilirubin Total 0,36 - 0,5 – 1 mg/dl
Bilirubin Direct 0,10 - 0,1 – 0,5 mg/dl
Tabel 4.4 Penatalaksanaan Terapi Subjek Penelitian

Tanggal/Jam Terapi
Subjek 1 Subjek 2
13-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7
09.00 WIB Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr tpm
Injeksi Omeprazole 2x1 gr Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr
O2 nasal kanul 4 lpm Injeksi Omeprazole 1x40 gr
Nebul pulmicort 0,5 mg 2x2 Injeksi Methylprenisolone
Nebul combivent 3x/hari 62,5g
Per oral NAC 200 mg O2 nasal kanul 4 lpm
Nebul pulmicort 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari

13-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


16.00 WIB Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr tpm
Injeksi Omeprazole 2x1 gr Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
O2 nasal kanul 4 lpm Injeksi Omeprazole 1x40 gr
Nebul pulmicort 0,5 mg 2x2 Injeksi Methylprenisolone
Nebul combivent 3x/hari 62,5g
Per oral NAC 200 mg Nebul pulmicort 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari

13-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


22.00 WIB Per oral NAC 200 mg tpm
Per oral cetirizine 10 mg Nebul pulmicort 3x/hari
O2 nasal kanul 4 lpm Nebul combivent 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari

14-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


09.00 WIB Injeksi ceftriaxone 2x1 gr tpm
Injeksi Omeprazole 2x1 gr Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
O2 nasal kanul 4 lpm Injeksi Omeprazole 1x40 gr
Nebul pulmicort 0,5 mg 2x2 Injeksi Methylprenisolone
Nebul combivent 3x/hari 2x62,5g
Per oral NAC 200 mg Nebul pulmicort 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari

14-01-2020 Infuse Pz 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


16.00 WIB Injeksi ceftriaxone 2x1 gr tpm
Injeksi Omeprazole 2x1 gr Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
O2 nasal kanul 4 lpm Injeksi Omeprazole 1x40 gr
Per Oral NAC 200 mg Injeksi Methylprenisolone
Nebul pulmicort 0,5 mg 2x2 2x62,5g
Nebul combivent 3x1 Nebul pulmicort 3x/hari
Per oral NAC 200 mg Nebul combivent 3x/hari
Per Oral Codikof 3 x 10 mg

14-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


22.00 WIB Per Oral NAC 200 mg tpm
Per Oral Cetirizine 10 mg Nebul pulmicort 3x/hari
O2 nasal kanul 4 lpm Nebul combivent 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari Per Oral Codikof 3 x 10 mg

15-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


09.00 WIB Injeksi ceftriaxone 2x1 gr tpm
Injeksi Omeprazole 1x1 gr Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
O2 nasal kanul 3 lpm Injeksi Omeprazole 1x40 gr
Nebul pulmicort 0,5 mg 2x2 Injeksi Meti Prenidolone
Nebul combivent 3x/hari 2x62,5g
Per oral NAC 200 mg Nebul pulmicort 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari
Per Oral Codikof 3 x 10 mg

15-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


16.00 WIB Injeksi ceftriaxone 2x1 gr tpm
Injeksi Omeprazole 1x1 gr Injeksi ceftriaxone 2x1 gr
O2 nasal kanul 3 lpm Injeksi Omeprazole 1x40 gr
Nebul pulmicort 0,5 mg 2x2 Injeksi Meti Prenidolone
Nebul combivent 3x/hari 2x62,5g
Per oral NAC 200 mg Nebul pulmicort 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari
Per Oral Codikof 3 x 10 mg

15-01-2020 Infuse Ns 20 tpm Infuse Ns + drip Aminophilin 7


22.00 WIB Per Oral NAC 200 mg tpm
Per Oral Cetirizine 10 mg Nebul pulmicort 3x/hari
O2 nasal kanul 3 lpm Nebul combivent 3x/hari
Nebul combivent 3x/hari Per oral Codikof 3 x 10 mg

16-01-2020 Per oral NAC, Per oral Methylprenisolone 4


mg 2x/hari (1-1-0)
Per oral Codikaf 10 mg 2x/hari
(1-0-1)
Per oral Omeprazole 2x/hari
sebelum makan
Per oral Cefixime 100 mg
2x/hari (1-1-0)

17-01-2020 Per oral Methylprenisolone 4


mg 2x/hari (1-1-0)
Per oral Codikaf 10 mg 2x/hari
(1-0-1)
Per oral Omeprazole 2x/hari
sebelum makan
Per oral Cefixime 100 mg
2x/hari (1-1-0)

18-01-2020 Per oral Methylprenisolone 4


mg 2x/hari (1-1-0)
Per oral Codikaf 10 mg 2x/hari
(1-0-1)
Per oral Omeprazole 2x/hari
sebelum makan
Per oral Cefixime 100 mg
2x/hari (1-1-0)

4.1.3 Data Fokus Studi Kasus

4.1.3.1 Fokus Studi Observasi Pelaksanaan Intervensi Pursed Lip

Breathing

Pengkajian hari pertama peneliti melakukan wawancara dan

informed conset. Sebelum melakukan wawancara, peneliti

memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian. Setelah

subjek paham dan mengerti tentang maksud penelitian yang akan

dilakukan, kemudian peneliti meminta subjek untuk menandatangani

lembar informed consent sebagai bukti bahwa subjek penelitian telah

setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian.


Selanjutnya peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui

identitas dan riwayat penyakit kepada subjek 1 dan subjek 2 serta

peneliti melakukan pengkajian sistem pernafasan kepada subjek 1

dan subjek 2. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mengenai

keadaan dan respon subjek penelitian baik respon fisik maupun

respon psikologis. Peneliti menginformasikan kepada subjek bahwa

penelitian dilakukan selama 7 hari dengan frekuensi 2 kali

pertemuan dalam sehari dengan durasi selama 10 menit sesuai SOP

yang telah ditetapkan di Ruang Interna 2 RSUD dr. R. Soedarsono

Pasuran.

Pelaksanaan intervensi pursed lip breathing di Ruang Interna 2

RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan telah dijadikan sebagai

salah satu penatalaksanaan non farmakologi. Dimana petugas

kesehatan baik dokter maupun perawat telah memberikan edukasi

mengenai intervensi pursed lip breathing kepada setiap pasien sesuai

indikasi terkhusus salah satunya adalah pada pasien asma. Observasi

keadaan sistem pernapasan pada subjek penelitian dilakukan baik

sebelum maupun sesudah intervensi pursed lip breathing

dilaksanakan.

Observasi keadaan sistem pernapasan meliputi respon

fisiologis dan respon psikologis. Dimana respon fisiologis peneliti

melakukan observasi pada subjek penelitian meliputi dari keluhan,

skala sesak nafas yang dirasakan, ada tidaknya batuk, respiratory


rate, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya penggunaan

otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung, pemakaian

jenis alat bantu nafas beserta flow, nilai peak expiratory rate, dan

nilai saturasi oksigen. Observasi pengukuran nilai saturasi oksigen

pada subjek penelitian menggunakan pulse oksimetri. Sedangkan

observasi pengukuran nilai peak expiratory rate menggunakan alat

peak flow meter.

4.1.3.2 Data Hasil Observasi Pelaksanaan Intervensi Pursed Lip

Breathing

1. Subjek Studi Kasus 1 (Ny. N)

Tabel Observasi Respiration Rate, Saturasi Oksigen, dan Peak


Ekspiratory Flow pada Subjek I Sebelum dan Sesudah dilaksanakan
Intervensi Pursed Lip Breathing selama 14 kali pertemuan dalam 1
minggu di ruang Interna II RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan

Tanggal Keterangan Pukul 09.00 Pukul 16.00

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

13-01- Respiration 28 28 26 26
2020 Rate
14-01- 26 24 26 24
2020
15-01- 24 22 22 20
2020
16-01- 22 20 20 19
2020
17-01- 20 18 20 18
2020
18-01- 22 18 18 18
2020
19-01- 20 18 19 18
2020
13-01- Saturasi 93% 93% 94% 94%
2020 Oksigen
14-01- 94% 94% 93% 94%
2020
15-01- 94% 95% 96% 96%
2020
16-01- 96% 97% 96% 96%
2020
17-01- 97% 98% 96% 98%
2020
18-01- 96% 98% 97% 97%
2020
19-01- 96% 98% 98% 99%
2020
13-01- Peak 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml
2020 Expiratory
Flow
14-01- 60 ml 70 ml 60 ml 60 ml
2020
15-01- 70 ml 100 ml 80 ml 100 ml
2020
16-01- 100 ml 120ml 110ml 130ml
2020
17-01- 120ml 150ml 140ml 170ml
2020
18-01- 160ml 180ml 180ml 190ml
2020
19-01- 180ml 220ml 190ml 230ml
2020

Pertemuan
30
28
26 26
25
24 24
22
Respiratory rate subjek 1
20 20 20 20
19 19 sebelum melaksanakan
18 18 18 intervensi pursed lip breathing
Respiratory rate subjek 1 sesudah
15 melaksanakan intervensi pursed
lip breathing

10

0
1 2 3 4 5 6 7

Grafik 4.1 Respiratory rate pada Subjek I sebelum dan sesudah melaksanakan
intervensi pursed lip breathing selama satu minggu

Grafik 4.1 Saturasi Oksigen pada Subjek I sebelum dan sesudah


melaksanakan intervensi pursed lip breathing selama satu minggu

Observasi hari pertama ke subjek 1 peneliti melakukan pengkajian untuk

mengambil data keadaan sistem pernapasan subjek 1. Peneliti melakukan

observasi keadaan sistem pernapasan sebelum dan sesudah dilaksanakan

intervensi pursed lip breathing, meliputi respon fisiologis dan respon

psikologis. Dimana respon fisiologis peneliti melakukan observasi pada subjek

penelitian meliputi dari keluhan, skala sesak nafas yang dirasakan, ada tidaknya

batuk, respiratory rate, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,


pemakaian jenis alat bantu nafas beserta nilai flow, nilai peak expiratory rate,

dan nilai saturasi oksigen. Sebelum intervensi nya peneliti melakukan

pengukuran nilai respiratory rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Sedangkan respon psikologis peneliti melakukan observasi terhadap respon

pasien, seperti gelisah, tenang, cemas,

Observasi hari pertama, subjek 1 dengan keluhan masih sesak napas, dada

terasa nyeri saat bernapas, gelisah, batuk dengan dahak sulit keluar, respiration

rate sebesar 28x/menit, irama nafas tidak teratur, pola nafas dypsnea, suara

nafas wheezing, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada pernapasan

cuping hidung, menggunakan alat bantu nafas berupa O 2 nasal kanul sebesar

flow sebesar 4 lpm, nilai peak expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen

93 %. Sebelum pelaksanaan intervensinya peneliti melakukan pengukuran nilai

respiratory rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Setelah pelaksanaan intervensi pursed lip breathing selama 1 hari

didapatkan hasil observasi nilai respiration rate sebesar 28x/menit, nilai peak

expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %.

Observasi hari kedua, subjek 1 dengan keluhan masih sesak napas, dada

terasa nyeri saat bernapas, gelisah, batuk dengan dahak sulit keluar, respiration

rate sebesar x/menit, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

mengggunakan alat bantu nafas berupa O2 nasal kanul sebesar flow sebesar 4

lpm, nilai peak expiratory rate ml, dan nilai saturasi oksigen %. Sebelum
pelaksanaan intervensinya peneliti melakukan pengukuran nilai respiratory

rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Setelah pelaksanaan intervensi pursed lip breathing selama 2 hari

didapatkan hasil observasi nilai respiration rate sebesar 28x/menit, nilai peak

expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %.

Observasi hari ketiga, subjek 1 dengan keluhan masih sesak napas, dada

terasa nyeri saat bernapas, gelisah, batuk dengan dahak sulit keluar, respiration

rate sebesar 28x/menit, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

mengggunakan alat bantu nafas berupa O2 nasal kanul sebesar flow sebesar 4

lpm, nilai peak expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %. Sebelum

pelaksanaan intervensinya peneliti melakukan pengukuran nilai respiratory

rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Setelah pelaksanaan intervensi pursed lip breathing selama 3 hari

didapatkan hasil observasi nilai respiration rate sebesar 28x/menit, nilai peak

expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %.

2. Subjek Studi Kasus 2 (Ny. I)

Tabel Observasi Respiration Rate, Saturasi Oksigen, dan Peak


Ekspiratory Flow pada Subjek II Sebelum dan Sesudah dilaksanakan
Intervensi Pursed Lip Breathing selama 14 kali pertemuan dalam 1
minggu di ruang Interna II RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan
Tanggal Keterangan Pukul 09.00 Pukul 16.00

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

13-01- Respiration 28 28 26 25
2020 Rate
14-01- 26 24 26 24
2020
15-01- 24 22 22 20
2020
16-01- 22 20 20 19
2020
17-01- 20 18 20 18
2020
18-01- 20 19 18 18
2020
19-01- 20 18 18 18
2020
13-01- Saturasi 91% 92% 92% 92%
2020 Oksigen
14-01- 92% 93% 93% 93%
2020
15-01- 94% 94% 94% 96%
2020
16-01- 95% 97% 96% 97%
2020
17-01- 96% 98% 96% 97%
2020
18-01- 96% 97% 97% 98%
2020
19-01- 97% 98% 98% 98%
2020
13-01- Peak 60ml 60 ml 60 ml 70 ml
2020 Expiratory
Flow
14-01- 80ml 100 ml 90 ml 120 ml
2020
15-01- 150 ml 170 ml 180 ml 210 ml
2020
16-01- 180 ml 180 ml 190 ml 200 ml
2020
17-01- 190ml 210ml 190ml 220ml
2020
18-01- 180ml 220ml 190ml 230ml
2020
19-01- 200ml 230ml 210ml 250ml
2020

Grafik 4.1 Respiratory rate pada Subjek I sebelum dan sesudah melaksanakan
intervensi pursed lip breathing selama satu minggu

Observasi hari pertama ke subjek 1 peneliti melakukan pengkajian untuk

mengambil data keadaan sistem pernapasan subjek 1. Peneliti melakukan

observasi keadaan sistem pernapasan sebelum dan sesudah dilaksanakan

intervensi pursed lip breathing, meliputi respon fisiologis dan respon


psikologis. Dimana respon fisiologis peneliti melakukan observasi pada subjek

penelitian meliputi dari keluhan, skala sesak nafas yang dirasakan, ada tidaknya

batuk, respiratory rate, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

pemakaian jenis alat bantu nafas beserta nilai flow, nilai peak expiratory rate,

dan nilai saturasi oksigen. Sebelum intervensi nya peneliti melakukan

pengukuran nilai respiratory rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Sedangkan respon psikologis peneliti melakukan observasi terhadap respon

pasien, seperti gelisah, tenang, cemas,

Observasi hari pertama, subjek 2 dengan keluhan masih sesak napas, dada

terasa nyeri saat bernapas, gelisah, batuk dengan dahak sulit keluar, respiration

rate sebesar 28x/menit, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

mengggunakan alat bantu nafas berupa O2 nasal kanul sebesar flow sebesar 4

lpm, nilai peak expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %. Sebelum

pelaksanaan intervensinya peneliti melakukan pengukuran nilai respiratory

rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Setelah pelaksanaan intervensi pursed lip breathing selama 1 hari

didapatkan hasil observasi nilai respiration rate sebesar 28x/menit, nilai peak

expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %.

Observasi hari pertama, subjek 2 dengan keluhan masih sesak napas, dada

terasa nyeri saat bernapas, gelisah, batuk dengan dahak sulit keluar, respiration
rate sebesar 28x/menit, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

mengggunakan alat bantu nafas berupa O2 nasal kanul sebesar flow sebesar 4

lpm, nilai peak expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %. Sebelum

pelaksanaan intervensinya peneliti melakukan pengukuran nilai respiratory

rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Setelah pelaksanaan intervensi pursed lip breathing selama 1 hari

didapatkan hasil observasi nilai respiration rate sebesar 28x/menit, nilai peak

expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %.

Observasi hari pertama, subjek 2 dengan keluhan masih sesak napas, dada

terasa nyeri saat bernapas, gelisah, batuk dengan dahak sulit keluar, respiration

rate sebesar 28x/menit, irama nafas, pola nafas, suara nafas, ada tidaknya

penggunaan otot bantu nafas, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

mengggunakan alat bantu nafas berupa O2 nasal kanul sebesar flow sebesar 4

lpm, nilai peak expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %. Sebelum

pelaksanaan intervensinya peneliti melakukan pengukuran nilai respiratory

rate, saturasi oksigen dan peak expiratory flow.

Setelah pelaksanaan intervensi pursed lip breathing selama 1 hari

didapatkan hasil observasi nilai respiration rate sebesar 28x/menit, nilai peak

expiratory rate 60 ml, dan nilai saturasi oksigen %.


4.1.3.3

4.2 Pembahasan Hasil Studi Kasus

Berikut pembahasan hasil studi kasus tentang pelaksanaan intervensi pursed

lip breathing pada penderita asma yang dilakukan mulai tanggal januari 13

Januari 2020 – 19 Januari 2020 di Ruang Interna 2 RSUD dr. R. Soedarsono Kota

Pasuruan.

1. Subjek Studi Kasus 1 (Ny. N)

Pada pertemuan pertama hasil dari observasi

Terdapat penurunan nilai Arus Puncak Ekspirasi yaitu dari hingga

Penurunan nilai arus puncak ekspirasi dapat terjadi ketika pasien kesulitan

melakukan ekspirasi dibandingkan dengan inspirasi dikarenakan kecenderungan

menutupnya saluran napas meningkat dengan tekanan positif dalam dada selama

ekspirasi, dan sebaliknya tekanan negatif pleura pada saat inspirasi mendorong

saluran napas membuka saat alveoli mengembang. Udara cenderung memasuki

paru dengan mudah tetapi kemudian menjadi terperangkap di dalam paru (air

trapping), yang menyebabkan pasien mengeluh sesak napas (Mukromah, dkk

(2019))

Latihan pernafasan dengan metode pursed lip breathing pada responden yang

tepat dan teratur dapat meningkatkan tahanan udara dan kepatenan jalan nafas.

Proses ini membantu menurunkan pengeluaran air trapping, sehingga dapat

mengontrol ekspirasi dan memfasilitasi pengosongan alveoli secara maksimal.


Adanya fasilitas pengosongan alveoli secara maksimal akan meningkatkan

peluang masuknya oksigen kedalam ruang alveolus, sehingga proses difusi dan

perfusi berjalan dengan baik (Mukromah, dkk (2019)).

Meningkatnya transfer oksigen ke jaringan dan otot-otot pernafasan akan

menimbulkan suatu metabolisme aerob yang akan menghasilkan suatu energi

(ATP). Energi ini dapat meningkatkan kekuatan otot-otot pernafasan sehingga

proses pernafasan dapat berjalan dengan baik, dengan proses pernafasan yang

baik akan mempengaruhi terhadap arus puncak ekpirasi menjadi meningkat

(Mukromah, dkk (2019)).

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian antara lain :

1. Responden mendapatkan terapi obat dan bronkodilator. Secara umum cara

kerja dari bronkodilator yaitu melebarkan saluran nafas sehingga dapat

mempengaruhi hasil pengukuran peak expiratory flow.

2. Peneliti tidak bisa mengendalikan hasil dari intervensi yang dilakukan,

dikarenakan hasil yang didapatkan tersebut apakah pengaruh dari intervensi

pursed lip breathing atau intervensi farmakologi lainnya.

3. Pelaksanaan intervensi pursed lip breathing dilaksanakan tanpa

mempertimbangkan jarak sesudah pemberian obat dan nebulizer.

4. Hasil akhir dari penelitian ini dipengaruhi oleh fakor-faktor yang

mempengaruhi respiratory rate, saturasi oksigen, dan peak exiratory flow atas

pasien seperti aktifitas, istirahat, dan kestabilan emosi.

Anda mungkin juga menyukai