Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efek pembebanan itu adalah akibat dari proses pengukuran oleh alat ukur
Ammeter dan Voltmeter yang menyebabkan berkurangnya nilai arus yang
mengalir pada sebuah rangkaian tersebut. Karena arus yang mengalir pada
rangkaian terbagi oleh nilai tahanan pada alat ukur tersebut sehingga energi atau
arus pada tahanan digunakan untuk mengoperasikan alat ukur tersebut. Sehingga
hasil pengukuran yang dilakukan berbeda dengan cara hasil perhitungan
teoritisnya.
Jika mengukur sebuah tegangan semakin besar nilai tahanan yang dimiliki
alat ukur tesebut, semakin kecil energi yang diambil oleh alat ukur sehingga hasil
pengukuran mendekati nilai aslinya. Jika terjadi kesalahan maka dapat
melakukan kompensasi terhadap kesalahan itu, maka tingkat errornya semakin
kecil. Jika mengukur arus yang mengalir , alat ukur yang digunakan adalah
ampermeter.
Pada pengukurannya ampermeter dipasang secara seri pada rangkaian
sehingga bertambahnya nilai tahanan seri pada rangkaian tersebut. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran ampermeter yang baik yaitu ampermeter yang
memiliki nilai tahanan yang kecil atau maksimal 0. karena arus yang mengalir
pada rangkaian resistansinya kecil atau nilai tahanannya kecil, maka pembacaaan
pada ampermeter dapat mendekati nilai aslinya.
Dalam hasil pengukuran kita perlu mengetahui berapa nilai arus, nilai
tegangan dan berapa nilai tahanannya dari suatu rangkaian tersebut. Oleh karena
itu ketika dalam pengukuran seharusnya dapat kita ketahui berapa nilai hambatan
yang ada pada alat ukur tersebut. Jadi ketika energi yang digunakan pada alat
ukur tersebut dapat diketahui dengan mengetahui besar efek pembebanan
tersebut. Hasil pengukuran mendekati nilai aslinya dan dapat melakukan
kompensasi terhadap kesalahan itu , maka error kesalahan yang dihasilkan
semakin kecil. Sehingga dapat diketahui jenis multimeter yang baik untuk
digunakan.
Efek pembebanan pada ammeter semakin kecil nilai tahanan dalam ammeter
atau maksimal nol pada suatu rangakaian yang terpasang seri . Maka persen
kesalahan yang dihasilkan akan kecil karena nilai arus yang mengalir pada nilai
tahanan kecil, maka pembacaan pada alat ukur ammeter dapat mendekati nilai
aslinya.
Untuk pengukuran voltmeter adalah jika nilai resistansinya besar teerhadap
range yang digunakan maka persentase kesalahannya yang dihasilkan akan kecil
dan semakin besar tahanan dalam voltmeter arus yang masuk ke alat ukur
semakin kecil.

B. Tujuan Praktikum

1. Mampu menjelaskan penyebab dan akibat pembebanan pada pengukuran


tegangan.

2. Mampu menghitung kesalahan dari pengukuran tegangan akibat efek


pembebanan.

C. Manfaat Praktikum

A. Secara Teoris
Dapat mengetahui bahwa sebuah voltmeter Ketika dihubungkan antara dua
titik didalam sebuah rangkaian tahanan tinggi, dia bertindak sebagai shunt
bagi baagian rangkaian sehingga memperkecil tahanan ekivalen dalam
rangkaian tersebut.berarti voltmeter akan menghasilkan penunjukan
tegangan yang lebih rendah dari yang sebenarnya sebelum dihubungkan

B. Secara Praktis
Dapat meminimalisir kesalahan pada alat ukur yang digunakan dalam
praktikum.
BAB II
LANDASAN TEORI

Sensitivitas voltmeter DC merupakan factor paling penting dalam pemilihan


sebuah alat ukur untuk pengukuran tegangan tertentu. Voltmeter dengan sensitivitas
rendah memberikan pembacaan yang akurat saat mengukur tegangan dalam
rangkaiann beresistansi rendah. Hal yang sebaliknya akan terjai jikaia mengukur
rangkaian beresistansi tinggi (Martinus, 2014).
Voltmeter mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum. Dalam
kenyataannya sering kita harus mengukur tegangan listrik yang nilai tegangannya
jauh lebih besar dari batas ukur maksimumnya. Susunan suatu voltmeter dengan
menggunakan galvanometer jika dipakai untuk mengukur tegangan yang lebih besar
dari batas ukurnya maka harus dipasang suatu hambatan seri RS terhadap
galvanometer sebagai voltmeter (Sondang, 2017).
Sensitivitas voltmeter arus searah merupakan factor penting dalam
pemilihan sebuah alat ukur untuk pengukuran tegangan atau beda potensial tertentu.
Sebuah voltmeter dengan sensivitas rendah dapat memberikan pembacaan yang
tepat sewaktu mengukur tegangan dalam rangkaian-rangkaian tahanan rendah.
Tetapi jelas menghasilkan pembacaan yang tidak dapat dipercaya dalam rangkaian-
rangkaian tahanana tinggi (Tim Penyusun, 2020).
Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus maupun
beda potensial listrik yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya
yang tidak mendukung . Galvanometer bisa digunakan untuk mengukur kuat arus
maupun beda potensial listrik yang besar, jika pada galvanometer tersebut dipasang
hambatan eksternal pada voltmeter disebut hambatan depan, sedangkan pada
ampermeter disebut hambatan shunt (Sondang, 2017).
Saat suatu voltmeter yang digunakan untuk mengukur tegangan pada suatu
komponen rangkaian voltmeter sendiri adalah parallel dengan komponen rangkian.
Kombinasi parallel dari dua resistor dapat menjadi lebih kecil dari keduanya saat
berdiri sendiri, sehingga resistansi yang terlihat = 0 atau dapat dikatakan bahwa
sumber bernilai lebih kecil dibandingkan tanpaa voltmeter (Martinus, 2014).
Tanpa tambahan kelengkapan yang lain, meter dasar ini hanya berfungsi
sebagai galvanometer, digunakan untuk menunjukkan adanya arus listrik dengan
arus maksimal sebesar 100µA. Meter dasar ini dapat berubah menjadi amperemeter,
digunakan untuk mengukur arus listrik, dengan menambahkan penghambat shunt
yang diletakkan parallel dengan meter dasar. Fungsi shunt untuk memperbesar daya
ukur meter dasar sehingga dapat digunakan untuk mengukur arus yang
lebih besar (Sondang, 2017).
Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus
searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Berdasarkan fisiknya motor
arus searah secara umum terdiri atas bagian yang diam dan bagian yang berputar.
Kumparan medan pada stator tersebut dihubungkan dengan suatu sumber
tegangan, maka pada kumparan medan itu akan mengalir arus medan (If).
Kumparan medan yang dialiri arus ini akan menimbulkan fluksi utama yang
dinamakan fluksi stator. Fluksi ini merupakan medan magnet yang arahnya dari
kutub utara menuju kutub selatan (hal ini dapat dilihat dengan adanya garis– garis
fluksi). Apabila pada kumparan jangkar mengalir arus yakni arus jangkar,
berdasarkan hukum Lorenzt kita ketahui bahwa apabila sebuah konduktor yang
dialiri arus ditempatkan pada sebuah medan magnet maka pada konduktor tersebut
akan timbul gaya, maka demikian pula halnya pada kumparan jangkar. Besarnya
gaya ini bergantung dari besarnya arus yang mengalir pada kumparan jangkar (I),
kerapatan fluksi (B) dari kedua kutub dan panjang konduktor jangkar (l). Semakin
besar fluksi yang terimbas pada kumparan jangkar maka arus yang mengalir pada
kumparan jangkar juga besar, dengan demikian gaya yang terjadi pada konduktor
juga semakin besar (Jean, 2013).
Efek dari nilai resistansi dalam, untuk hasil pengukuran Voltmeter adalah jika
nilai resistansinya besar terhadap range yang digunakan maka persentase kesalahan
yang dihasilkan akan kecil dan semakin besar tahanan dalam Voltmeter arus yang
masuk ke alat ukur semakin kecil. Sehingga efek pembebanan yang dihasilkan
semakin kecil (Sondang, 2017).
Tegangan pada komponen adalah berkurang disaat voltmeter terhubung. Efek
ini disebut dengan pembebanan pada voltmeter (voltmeter loading) dan
menghasilkan galat yang disebut galat-pembebanan atau loading error. Dalam
serangkaian alat diperlukan cara tertentu. Untuk alat ukur amperemeter
dipasang secara seri sedangkan voltmeter dipasang secara parallel (Martinus,
2014).
Komponen dasar suatu amperemeter adalah galvanometer, yaitu suatu alat
yang dapat mendeteksi arus kecil yang melaluinya. Galvanometer mempunyai
hambatan yang sering disebut sebagai hambatan dalam galvanometer, Rg.
Amperemeter mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum. Dalam
kenyataannya kita harus mengukur arus listrik yang nilai arusnya jauh lebih besar
dari batas ukur maksimumnya. Susunan suatu amperemeter dengan menggunakan
galvanometer jika dipakai untuk mengukur arus yang lebih besar dari batas ukurnya
maka harus dipasang suatu hambatan paralel terhadap galvano-meter
atau sebagai amperemeter (Sondang, 2017).
Biasanya efek pembebanan pada motor sangat mempengaruhi parameter-
parameter khususnya pada motor induksi dan motor DC. Karena motor DC adalah
mesin dc sedangkan motor induksi adalah mesin bolak balik (Alternating Current).
Untuk mengetahui nilai parameter seperti GGL balik dan efisiensi pada motor DC
dan motor induksi dapat dipahami melalui rangkaian ekivalen masing – masing
motor induksi dan motor DC (Jean, 2013).
Galvanometer dengan hambatan shunt adalah ampermeter. Dalam
pemasangannya, ampermeter ini harus dihubungkan paralel dengan sebuah
hambatan shunt Rsh. Pemasangan hambatan shunt ini tidak lain bertujuan untuk
meningkatkan batas ukur galvanometer agar dapat mengukur kuat arus listrik yang
lebih besar dari nilai standarnya (Sondang, 2017).
Jika sebuah voltmeter dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah
rangkaian tahanan tinggi, dia bertindak sebagai sebuah shunt bagi rangkaian
sehingga memperkecil tahanan ekivalen dalam bagian rangkaian tersebut. Berarti
voltmeter akan menghasilkan penunjukan tegangan yang lebih rendah dari yang
sebenarnya sebelum di hubungkan. Efek ini disebut sebagai efek pembebanan
(loading effect). Efek ini terutama disebabkan oleh istrumen0instrumen sensitivitas
rendah. Sensitifitas meter biasanya dinyatakan dalam ohm-per-volt atau kebalikan
daripada arus skala penuh (Tim Penyusun, 2020).
Galvanometer adalah alat pengukur kuat arus yang sangat lemah. Cara
kerjanya sama dengan Amperemeter, Voltmeter, dan ohmmeter . Ketiga alat itu cara
kerjanya sama dengan motor listrik, tapi karena dilengkapi pegas, maka
kumparannya tidak berputar. Karena muatan dalam magnet dapat berubaha karena
arus listrik yang mengalir ke dalamnya. Galvanometer itu merupakan alat ukur
listrik yang digunakan untuk mengukur kuat arus dan beda potensial listrik yang
relatif kecil. Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus
maupun beda
potensial listrik yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya yang
tidak mendukung (Sondang, 2017).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Identifikasi Variabel

Variable Manipulasi : Tegangan Sumber, Vs (V)


Variable Kontrol : Resistansi Resistor, R (Ω)
Variabel Respon : Tegangan Pada R1 dan Tegangan Pada R2, (V)
B. Defenisi Operasional Variabel

a. Tegangan sumber, Vs (v) adalah beda potensial yang mengalir pada


rangkaian yang berasal dari power supply yang diukur dengan
menggunakan multimeter digital dengan satuan volt (V).
b. Resistansi resistor, R (Ω) adalah nilai hambatan yang dapat dilihat dari
spesifikasi pada badan resistor dengan satuan ohm (Ω).
c. Tegangan pada R1 (V) adalah beda potensial yang ada pada R 1 yang terbaca
pada alat ukur multimeter digital dengan satuan volt (V).
d. Tegangan pada R2 (V) adalah beda potensial yang ada pada R 2 yang terbaca
pada alat ukur multimeter digital dengan satuan volt (V).

C. Alat Dan Bahan


1. Variabel Power Supply 1 buah
2. Voltmeter Digital 1 buah
3. Hambatan 100 Ω 1 buah
4. Hambatan 100 kΩ 1 buah
5. Kabel penghubung 5 buah

D. Prosedur Kerja
1. Disiapka 2 buah hambatan 100 Ω dan 100 kΩ.
2. Kedua hambatan dirangkai seri tanpa power supply
3. Tegangan keluaran pada power supply diukur dengan menggunakan
voltmeter sebesar 2 volt.
4. Voltmeter dilepas beserta kabel penghubungnya dari terminal power supply
tanpa mengubah nilai tegangan yang telah diukur sebelumnya.
5. Rangkaian seri kedua resistor dihungkan pada sumber tegangan dan diukur
tegangan jepit pada masing-masing hambatan. Hasil pengukuran dicatat
padda tabel hasil pengamatan.
6. Langkah (2) sampai (4) diulang untuk tegangan sumber 4 V, 6 V, 8 V, dan
10 V.
7. Langkah (2) sampai (5) diulang untuk 2 hambatan 100 kΩ.
8. Langkah (2) sampai (5) diulang untuk hambatan 100 Ω sebagai R 1 dan
hambatan 100 kΩ sebagai R2.

E. Teknik Analisis

1. Hitung tegangan ideal (sebenarnya) pada R1 dan R2 untuk setiap pasang


hambatan yang digunakan.
2. Hitung tegangan akibat pembebanan setiap data.
3. Hitung ketidakpastian pengukuran.
4. Hitung masing-masing % kesalahan dengan menggunakan persamaan:

% Error = |V ideal−V meas


V ideal |× 100 %
5. Hitung pula % perbedaan pengukuran dengan nilai perhitungan:

% Diff = |V ideal−V meas


V ideal |× 100 %
Dimana : Videal : tegangan ideal pada masing-masing hambatan, V
V meas : tegangan terukur pada masing-masing hambatan, V
V calc. : tegangan hitung pembebanan pada masing-masing
hambatan, V
V avrg : tegangan rata-rata V calc. dengan Vmeas , V
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Resistansi Input Internal DMM (RM) = 10 MΩ


Tabel 2.1 Besar Tegangan Jepit R1 dan R2 pada
Multimeter Digital

Tegangan
Tegangan R1 Tegangan R2
R1 (Ω) R2 (Ω) Sumber
(V) (V)
(V)

|2,00 ±
|1,00 ± 0,01| |1,00 ± 0,01|
0,01|
|4,00 ±
|1,94 ± 0,01| |1,94 ± 0,01|
0,01|
|100 ± |100 ± |6,00 ±
|2,99 ± 0,01| |2,99 ± 0,01|
5| 5| 0,01|
|8,00 ±
|3,98 ± 0,01| |3,98 ± 0,01|
0,01|
|10,00 ±
|4,98 ± 0,01| |4,98 ± 0,01|
0,01|

Tabel 2.2 Besar Tegangan Jepit R1 dan R2 pada


Multimeter Digital

Tegangan
R1 R2 Tegangan R1 Tegangan R2
Sumber
(kΩ) (kΩ) (V) (V)
(V)

|2,00 ±
|0,98 ± 0,01| |0,98 ± 0,01|
0,01|
|4,00 ±
|1,96 ± 0,01| |2,00 ± 0,01|
0,01|
|100 ± |100 ± |6,00 ±
|2,94 ± 0,01| |3,02 ± 0,01|
5| 5| 0,01|
|8,00 ±
|3,92 ± 0,01| |3,88 ± 0,01|
0,01|
|10,00 ±
|4,90 ± 0,01| |4,98 ± 0,01|
0,01|
Tabel 2.3 Besar Tegangan Jepit R1 dan R2 pada
Multimeter Digital

Tegangan
R2 Tegangan R1 Tegangan R2
R1 (Ω) Sumber
(kΩ) (mV) (V)
(V)

|2,00 ±
|2,0 ± 0,1| 10-3 |2,00 ± 0,01|
0,01|
|4,00 ±
|4,1 ± 0,1| 10-3 |4,00 ± 0,01|
0,01|
|100 ± |100 ± |6,00 ±
|6,2 ± 0,1| 10-3 |6,00 ± 0,01|
5| 5| 0,01|
|8,00 ±
|8,3 ± 0,1| 10-3 |8,00 ± 0,01|
0,01|
|10,00 ± |10,5 ± 0,1 |
|10,01 ± 0,01|
0,01| 10-3

B. Analisis Data

I. Tegangan Ideal
Kegiatan 1. Pengukuran untuk R1= |100 ± 5| Ω, R2= |100 ± 5| Ω dan
Vs= |2,00 ± 0,01| V.
1) Tegangan Ideal (Vth)
R1
V TH 1=V s ( R 1+ R 2 )
V TH 1=2 Volt ( 100100 Ω
Ω+100Ω )

V TH 1=1 Vol t

2) Ketidakpastian (∆ V TH )

dVth dVth dVth


d V TH 1=
| | |
d R1
d R 1+
d ( R 1+ R 2 )−1
|
d (R1 + R2)+
| |
dV S
dV S
d (Vs . R1 (R1 + R2)−1) d (Vs . R1 (R1 + R2)−1) d (Vs . R1 ( R1 + R2)−1)
d V TH 1= | d R1 | |
d R1 +
d (R1 + R2 )−1 |d( R 1 + R 2 |
)+
dV S | dV

d V TH 1=|Vs .(R 1+ R 2)−1|d R 1+|Vs . R1 ( R 1+ R 2)−2 ¿|d (R1 + R2 )+|R1 ( R1 + R2 )−1| dV S

d V TH 1 Vs .(R1 + R2 )−1 R1 (R
V TH 1
=
|
Vs . R1 ( R1 + R2)−1 | −2 −1
d R 1+|Vs . R1 ( R1 + R2 ) ¿ ¿ ¿ Vs . R1 ( R 1+ R 2) |d ( R1 + R2 )1+
|Vs . R 1(

d V TH 1 d R1 d (R 1+ R 2) dV S
V TH 1
=
R1| ||
+
R1 + R2
+
Vs || |
∆ R 1 ∆ ( R1 + R2) ∆ V S
∆ V TH 1 =
{| | |
R1
+
R 1+ R 2
+
VS| | |}
V TH 1

( 5Ω+ 5Ω)
∆ V TH 1 = |{ 1005 ΩΩ|+|100Ω+ 100Ω |+|
0,01 Volt
2 Volt |}
1Volt

∆ V TH 1 ={|0,05|+|0,05|+|0,005|} 1Volt
∆ V TH 1 =¿0,105 Volt
3) Kesalahan Relatif (KR)
∆ V TH 1
KR= X 100 %
V TH 1

0,105Volt
KR¿ X 100 %
1Volt

KR=10,50% (2AB)

4) Pelaporan Fisika (PF)


Vth = |1,0 ± 0,1| V
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk tabel
2.4 berikut ini:
Tabel 2.4 Besar Tegangan Ideal pada R1 dan R2 pada Multimeter Digital

Pengukuran
Kegiat
R2 R2 Vth Vth ∆Vth KR PF Vth
an (V) AB
(Ω) (Ω) (V) (V) (%) (V)
|2,00 ± 0,01|
1 0,105 10,50 2 |1,0 ± 0,1|
|4,00 ± 0,01|
2 0,205 10,25 2 |2,0 ± 0,2|
|6,00 ± 0,01|
3 0,305 10,16 2 |3,0 ± 0,3|
|8,00 ± 0,01|
1 |100 ± 5| |100 ± 5| 4 0,405 10,12 2 |4,0 ± 0,4|
|10,00 ±
5 0,505 10,10 2 |5,0 ± 0,5|
0,01|

|2,00 ± 0,01|
1 0,105 10,50 2 |1,0 ± 0,1|
|4,00 ± 0,01|
2 0,205 10,25 2 |2,0 ± 0,2|
|6,00 ± 0,01|
3 0,305 10,16 2 |3,0 ± 0,3|
|100 ± 5|103 |100 ± 5| |8,00 ± 0,01|
2 4 0,405 10,12 2 |4,0 ± 0,4|
103 |10,00 ±
5 0,505 10,10 2 |5,0 ± 0,5|
0,01|

1,998.10- 0,1998.10-
3 3
|2,0 ± 0,2|

- -
10-3
|2,00 ± 0,01| 3,996.10 0,3996.10
3 3
10 2 |4,0 ± 0,4|
|4,00 ± 0,01|
- -
10 2 10-3
|6,00 ± 0,01| 5,994.10 0,5994.10
3 3
10 2 |6,0 ± 0,6|
|100 ± 5| |100 ± 5| |8,00 ± 0,01|
3 10 2 10-3
103 |10,00 ± 7,992.10- 0,7992.10-
3 3
10 2 |8,0 ± 0,8|
0,01|
- -
10-3
9,999.10 0,9999.10
3 3
|10 ± 1|10-3

II. Tegangan Akibat Pembebanan

Kegiatan 1. Pengukuran untuk R1= |100 ± 5| Ω, R2= |100 ± 5| Ω dan

Vth= |1,0 ± 0,1| V dan RM= 100000 Ω

a) Tegangan Ideal (V meas ¿


RM
V meas 1=V TH ( R M + RTH )
100000 Ω
V meas 1=1 Volt ( 100000Ω+50 Ω)
V meas 1=0.999 Volt

b) Ketidakpastian (∆ V meas )

∆ V TH
∆ V meas 1=
{| |}
V TH
V meas1

∆ V meas 1= |{ 0.1 Volt


1,0 Volt |}
0.999 Volt

∆ V meas 1=¿ 0,0999 Volt


c) KesalahanRelatif (KR)
∆ V meas 1
KR= X 100 %
V meas 1
0.0999 Volt
KR= X 100 %
0.999 Volt
KR=10 % (2 AB)
a) PelaporanFisika (PF)
PF=|V meas 1 ± ∆ V meas 1|
PF=|1,0 ±0.1|Volt
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk tabel
2.5 berikut ini:

Tabel 2.5 Besar Tegangan akibat pembebanan pada R1 dan R2 pada Multimeter
Digital

Pengukuran
Kegiat Vth
R2 R2 Vmeas ∆Vmeas KR A PF Vmeas
an (V)
(Ω) (Ω) (V) (V) (%) B (V)

|1,0 ± 0,1| 0,999 0,0999 10 2 |1,0 ± 0,1|


|2,0 ± 0,2| 1,998 0,1998 10 2 |2,0 ± 0,2|
|3,0 ± 0,3| 2,997 0,2997 10 2 |3,0 ± 0,3|
1 |100 ± 5| |100 ± 5| |4,0 ± 0,4| 3,996 0,3996 10 2 |4,0 ± 0,4|
|5,0 ± 0,5| 4,995 0,4995 10 2 |5,0 ± 0,5|
|1,0 ± 0,1| 0,995 0,0995 10 2 |1,0 ± 0,1|
|2,0 ± 0,2| 1,990 0,1990 10 2 |2,0 ± 0,2|
|3,0 ± 0,3| 2,985 0,2985 10 2 |3,0 ± 0,3|
|100 ± 5|103 |100 ± 5|
2 |4,0 ± 0,4| 3,980 0,3980 10 2 |4,0 ± 0,4|
103
|5,0 ± 0,5| 4,975 0,4975 10 2 |5,0 ± 0,5|

0,1999.1
|2,0 ± 0,2|
-3
0-3
10
0,3998.1
|4,0 ± 0,4| 1,999.10-3 -3
10 2 |2,0 ± 0,2|10-3
0
10-3 3,998.10-3 10 2 |4,0 ± 0,4|10-3
0,5997.1
|6,0 ± 0,6| 5,997.10-3 -3
10 2 |6,0 ± 0,6|10-3
|100 ± 5| |100 ± 5| 0
3 3
10-3 7,996.10-3 10 2 |8,0 ± 0,8|10-3
10 0,7996.1
|8,0 ± 0,8| 9,995.10-3 10 2 |10 ± 1|10-3
0-3
10-3
0,9995.1
|10 ± 1|10-3
0-3

III. Persentase Kesalahan

Kegiatan 1. Pengukuran untuk R1= |100 ± 5| Ω, R2= |100 ± 5| Ω dan

Vs= |2,00± 0,01| V

V ideal−V
% Error = | V ideal
meas

| X 100%

( 1−0,99995 ) Volt
% Error = | 1
X 100% |
% Error = |0,00005
1 |
X 100%

% Error = 0%
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk tabel
2.6 berikut ini:

Tabel 2.6 Besar Persentase Kesalahan antara tegangan ideal dan Tegangan akibat
pembebanan pada R1 dan R2
Pengukuran
Kegiatan R2 R2 %error
Vth(V) Vmeas (V)
(Ω) (Ω) (%)

|1,0 ± 0,1| |1,0 ± 0,1| 0


|2,0 ± 0,2| |2,0 ± 0,2| 0
|3,0 ± 0,3| |3,0 ± 0,3| 0
1 |100 ± 5| |100 ± 5| |4,0 ± 0,4| |4,0 ± 0,4| 0
|5,0 ± 0,5| |5,0 ± 0,5| 0

|1,0 ± 0,1| |1,0 ± 0,1| 0


|2,0 ± 0,2| |2,0 ± 0,2| 0
|3,0 ± 0,3| |3,0 ± 0,3| 0
2 |100 ± 5|103 |100 ± 5|103 |4,0 ± 0,4| |4,0 ± 0,4| 0
|5,0 ± 0,5| |5,0 ± 0,5| 0

|2,0 ± 0,2|10-3 |2,0 ± 0,2|10-3 0


|4,0 ± 0,4|10-3 |4,0 ± 0,4|10-3 0
|6,0 ± 0,6|10-3 |6,0 ± 0,6|10-3 0
3 |100 ± 5| |100 ± 5|103 |8,0 ± 0,8|10-3 |8,0 ± 0,8|10-3 0
|10 ± 1|10-3 |10 ± 1|10-3 0

IV. Persentase Perbedaan

Kegiatan 1. Pengukuran untuk R1= |100 ± 5| Ω, R2= |100 ± 5| Ω dan

Vs= |2,00± 0,01| V

V meas−V
% Diff = | |
X 100%
ideal

V average

% Diff = |0.99995−1
0.99998 |
X 100%
0.0005
% Diff = |0.99998 | X 100%
% Diff = 0 %
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk tabel
berikut ini:
Tabel 2.7 Besar Persentase Perbedaan antara tegangan ideal dan Tegangan akibat
pembebanan pada R1 dan R2

Pengukuran
Vmeas %di VR2 %diff
R2 R2 VR1 ff
(V) (V) (V) (%)
(Ω) (Ω) (%)

|1,0 ± 0,1| |1,00 ± 0,01| 0 |1,00 ± 0,01| 0


|2,0 ± 0,2| |1,94 ± 0,01| 0,76 |1,94 ± 0,01| 0,76
|3,0 ± 0,3| |2,99 ± 0,01| 0,08 |2,99 ± 0,01| 0,08
|100 ± 5| |100 ± 5| |4,0 ± 0,4| |3,98 ± 0,01| 0,12 |3,98 ± 0,01| 0,12
|5,0 ± 0,5| |4,98 ± 0,01| 0,10 |4,98 ± 0,01| 0,10

|1,0 ± 0,1| |0,98 ± 0,01| 0,50 |0,98 ± 0,01| 0,50


|2,0 ± 0,2| |1,96 ± 0,01| 0,50 |2,00 ± 0,01| 0
|3,0 ± 0,3| |2,94 ± 0,01| 0,50 |3,02 ± 0,01| 0,17
|100 ± 5|103 |100 ± 5|
|4,0 ± 0,4| |3,92 ± 0,01| 0,50 |3,88 ± 0,01| 0,76
103
|5,0 ± 0,5| |4,90 ± 0,01| 0,50 |4,98 ± 0,01| 0,10

-3
|2,00 ± 0,01|10-3
|2,0 ± 0,2|10 0 |2,00 ± 0,01| 49,90
|4,10± 0,01|10-3
|4,0 ± 0,4|10-3 0,62 |4,00 ± 0,01| 49,90
|6,20 ± 0,01|10-3
|6,0 ± 0,6|10-3 0,82 |6,00 ± 0,01| 49,90
|100 ± 5| |100 ± 5| |8,30 ± 0,01|10-3
3
|8,0 ± 0,8|10-3 0,92 |8,00 ± 0,01| 49,90
10 |10,50 ± 0,01|10-3
|10 ± 1|10-3 1,22 |10,01 ± 0,01| 49,90

C. Pembahasan
Voltmeter merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda
potensial tegangan antara 2 titik pada suatu beban listrik atau dalam rangkaian
elektronika. Konsep yang digunakan dalam sebuah voltmeter hamper sama
dengan konsep pada amperemeter. Sebuah voltmeter arus searah mengukur
beda potensial antara dua titik dalam sebuah rangkaian arus searah dengan
demikian dihubungkan parallel dengan sebuah sumber tegangan atau
komponen rangkaian.

Bila sebuah voltmeter dihubungkan antara dua titik didalam sebuah


rangkaian tahanan tinggi, dia bertindak sebagai shunt bagi baagian rangkaian
sehingga memperkecil tahanan ekivalen dalam rangkaian tersebut.berarti
voltmeter akan menghasilkan penunjukan tegangan yang lebih rendah dari yang
sebenarnya sebelum dihubungkan. Efek ini disebut efek pembebanan
instrument yang terutama disebabkan oleh sensivitas rendah.

Pada praktikum ini dilakukan 3 macam kegiatan yaitu pada kegiatan


pertama dilakukan pengukuran tegangan jepit pada resistor 100 Ω dan 100 Ω
pada multimeter digital. Pada kegiatan kedua dilakukan pengukuran tegangan
jepit pada resistor 100 kΩ dan 100 kΩ. Sedangkan pada kegiatan ketiga
dilakukan pengukuran tegangan jepit pada resistor 100 Ω dan 100 kΩ.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyebab dari pembebanan tegangan yaitu dikarenakan adanya hambatan


tambahan pada alat ukur yang dinamakan dengan hambatan shunt, yang
terpasang secara parallel dengan hambatan yang ingin diukur tegangannya.
Sehungga hasil pembacaan tegangan pada alat ukur bukan harga
sebenarnya.

2. Untuk menghitung besar kesalahan akibat efek pembebanan digunakan


persamaan :

% Error = |V ideal−V meas


V ideal |× 100 %
B. Saran

1. Kepada laboran disarankan untuk melakukan pemeriksaan dan


pemeliharaan terhadap alat-alat serta kelengkapan dalam laboratorium.
Karena beberapa alat seperti kabel penghubung banyak yang sudah tidak
berfungsi dengan baik. Sehingga hal tersebut dapat menghambat jalannya
praktikum.
2. Kepada pembimbing, disarankan untuk memberi penjelasan kepada
praktikannya terutama tentang hal-hal terkait pengambilan data serta
analisis data agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
3. Kepada praktikan agar lebih mempelajari cara merangkai rangkaian pada
setiap kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Sondang & Masdiana Sinambela, 2017. PERANGKAT Pembelajaran


Ipa Berbentuk Lks Berbasis Laboratorium. Jurnal Inovasi Pembelajaran
Fisika. 6(1).
Rose, Martinus Mujur & Ciksadan. 2014. Bahan Ajar Alat Ukur Dan Pengukuran.
Sriwijaya: Jurusan Teknik Elektro.
Tim Penyusun, 2020. Modul Praktikum Instrumentasi. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.
Tumanggor, Jean Jhenesly & Riswan Dinzi. 2013. Analisis Perbandingan Efek
Pembebanan Terhadap Ggl Balik Dan Efisiensi Pada Motor Dc Penguatan
Kompon Panjang Dan Motor Induksi. Singuda Ensikom. 4(2).
DOKUMENTASI

Kegiatan 1. Besar Tegangan Jepit R1 dan R2 pada Multimeter

Digital

Anda mungkin juga menyukai