Menurut pendapat kelompok kami, Asea Brown Boveri menerapkan strategi korporasi berupa
related diversification dimana perusahaan raksasa ini berkonsentrasi pada bidang teknologi dan
permesinan. Berkat keahlian manajemen perusahaan semenjak sebelum bergabung pun, menjadikan
perusahaan ini menjadi sangat besar dan memperoleh laba jutaan dolar. Kemampuan kompeten inti
perusahaan berupa keahlian dalam bidang teknologi dan diimbangi dengan kemampuan pemasaran yang
baik menjadikan perusahaan ini berkembang hingga ke 140 negara. Juga strategi unit bisnis yang
diterapkan oleh ABB jelaslah merupakan suatu diferensiasi produk dimana perusahaan ini berusaha
semaksimal mungkin untuk senantiasa memperbarui dan mengembangkan teknologi yang memakan
banyak biaya.
Strategi lain yang diterapkan ABB ialah dengan ekspansi pasar ke berbagai negara, terutama ke
negara-negara Eropa untuk menambah pangsa pasar juga mengakuisisi serta menjalin kerjasama dengan
perusahaan-perusahaan teknologi potensial.. Dengan ekspansi yang begitu cepat, ABB sukses menjadi
pioner dalam mengimplementasikan strategi.
ABB memiliki dua prinsip organisasi yaitu tanggung jawab terdesentralisasi dan akuntabilitas
individual. Desentralisasi adalah penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan. Dalam hal
desentralisasi, manajer ABB dalam setiap divisi memiliki kebebasan penuh dalam membuat keputusan
dan mengeksekusi keputusan yang dibuat. Barnevick percaya bahwa manajer ABB harus memperluas
pekerjaan mereka dan membuat keputusan lebih banyak, dan di sini manajer memiliki tekanan karena
dituntut untuk memberi keputusan secara cepat. Alasan lain ABB menggunakan sistem desentralisasi ini
karena ABB merupakan perusahaan yang besar dan memiliki sekitar 1200 perusahaan dan untuk
mengatur perusahaan tersebut dengan sistem sentralisasi akan memakan waktu yang sangat lama. Tetapi
meski menerapkan sistem desentralisasi, untuk masalah pelaporan sistem sentralisasi lah yang diterapkan
oleh ABB, langkah ini diambil tentunya untuk memastikan setiap keputusan yang diambil di setiap
region telah tepat dan sesuai. Prinsip organisasi kedua yang dimiliki oleh ABB adalah akuntabilitas
individual, maksud dari akuntabilitas individual adalah manajer memiliki otoritas secara formal untuk
mengarahkan bawahannya ke dalam aktivitas dan memiliki tanggungjawab yang sangat besar untuk
kesuksesannya dalam menciptakan nilai untuk perusahaan. ABB membuat entitas legal yang terpisah.
Mengenai span of control (rentang kendali) yang menunjukan jumlah bawahan untuk siapa
manajer bertanggung jawab secara langsung, ABB dapat dikategorikan sebagai perusahaan dengan
rentang kendali yang luas dikarenakan ABB memiliki wilayah yang luas dalam pemasaran produknya,
juga 65 bisnis area dengan total 1300 perusahaan. Rentang kendali menguraikan hubungan pelaporan,
siapa bertanggungjawab kepada siapa tetapi tidak memberitahukan bertanggungjawab terhadap apa.
Untuk itu diperlukan konsep lain yaitu span of accountability (rentang akuntabilitas). Rentang
akuntabilitas menggambarkan kisaran ukuran kinerja digunakan untuk mengevaluasi prestasi seorang
manajer. ABB juga memiliki rentang akuntabilitas yang luas, terlihat dari penjelasan Goran Linhald
mengenai usaha transmisi energi sebagai bagian dari perusahaan ABB, di mana terdapat 750 profit center
yang berbeda dengan setiap profit center yang menghasilkan penjualan rata-rata US$7 juta dengan total
45 orang didalamnya.
Percy Barnevik, CEO ABB memiliki gaya kepemimpinan yang khas yaitu menanamkan budaya
kerja yang kuat (pekerja keras) , komunikasi yang terus menerus, dan pengambil keputusan dengan tegas.
Barnevik memiliki target individu yang jelas dan selalu memberikan feedback kepada menajer atas
performanya. Barnevik juga menelusuri masalah yang mucul dan menindak lanjuti masalah tersebut
dengan manajer individu yang diharapkan dapat memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Barnevik pun memiliki gaya kepemimpinan yang baik, dimana ia percaya bahwa pemimpin
harus menjadi guru bagi yang lain agar dapat membimbing rekan-rekannya. Dia pun percaya bahwa
komunikasi dalam organisasi adalah hal penting. Barnevik juga mengharapkan para manajernya untuk
mengambil keputusan secara cepat. Dengan Filosofinya “tidak ada yang lebih buruk dari penundaan”.
Dia juga menekankan pentingnya pengambilan inisiatif dan keputusan meskipun salah dari pada tidak
melakukan apapun. Disini terlihat bahwa Barnevik berperan sebagai Controller utama di perusahaan
ABB, ia banyak melakukan desain dalam sistem yang digunakan ABB dan sebagai seorang controller
Barnevik juga mampu membangun ABB sebagai perusahaan baru, merancang strategi juga
pengimplementasian yang berujung kesuksesan bagi ABB.