Anda di halaman 1dari 2

Akuntansi Pajak Penghasilan Berbasis Syariah

Pengenaan Pajak Penghasilan yang berbasis syariah selanjutnya diikuti Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2009 yang mengatur tentang Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha Berbasis
Syariah.
Berdasarkan pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah yang dimaksud sebagai berikut :
1. Uaha berbasis syariah adalah setiap jenis usaha yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang meliputi perbankan syariah, asuransi syariah,
pegadaian syariah, jasa keuangan syariah dan kegiatan usaha berbasis syariah lainnya.
2. Perlakuan Pajak Penghasilan dari kegiatan usaha berbasis syariah meliputi :
a) Penghasilan
b) Beban
c) Pemotongan pajak atau pemungutan pajak
3. Beban dari kegiatan usaha berbasis syariah pada butir 2 (dua) termasuk :
a. Hak pihak ketiga atas bagi hasil
b. Margin
c. Kerugian dari transaksi bagi hasi\
4. Pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari kegiatanusaha berbasis syariah pada
butir 2 (dua)dilakukan juga terhadap :
a. Hak pihak ketiga atas bagi hasil
b. Bonus
c. Margin
d. Hasil berbasis syariah lainnya yang sejenis
Ketentuan mengenai penghasilan, beban, dan pemotongan pajak atau pemungutan
pajak dari kegiatan usaha berbasis syariah sebagaiaman dimaksud pada butir 2, butir 3, dan
butir 4 berlaku mutatis mutandis ketentian dalam UU Pajak Penghasilan. Pemberlakuan
secara mutatis mutandis dimaksudkan bahwa ketentuan perpajakan yang berlaku umum
berlaku juga untuk kegatan usaha berbasis syariah. Akuntansi pajak secara khusus memang
tidak diatur sehingga tidak berlaku juga pada umumnya seperti telah dicakap dalam akuntansi
komersial.

Pajak Pertambahan Nilai Dalam Transaksi Berbasis Syariah

Transaksi murabahan ini pun selanjutnya diatur dalam UU No. 42 Tahun 2009
tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berlaku
efektif 1 April 2010. Pasal 1A ayat (1) huruf “h” UU PPN dan PPnBM menyatakan bahwa
termasuk termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak yaitu penyerahan
Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syriah, yang penyerahanya dianggap langsung dari Pengusaha
Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.

Pengaturan dalam Pasal 4A ayat (3) huruf “d” UU PPN dan PPnBM bahwa jenis jasa
keuangan yang tidak dikenai PPN yaitu jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasar
prinsip syariah berupa antara lain pembiayaan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai