Anda di halaman 1dari 4

Biografi Ulama dan Habaib

Kamis, 22 November 2012

MANAQIB SYEKH SAMMAN AL-MADANI AL-HASANI

MANAQIB SYEKH SAMMAN AL-MADANI AL-HASANI

(Sang Pendiri Tarekat Sammaniyah & Penjaga Makam Rasulullah Saw.)

Nama beliau adalah Ghauts az-Zaman al-Waliy Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim
as-Samman al-Madani keturunan Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra
binti Sayyidina Rasulullah Saw

Beliau adalah ulama besar dan wali agung berdarah Ahlul Bait Nabi beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah
dengan Imam Asy’ari dalam bidang teologi atau aqidah, dan Imam asy-Syafi’i madzab fiqih furu’
ibadatnya, dan Imam Junaid al-Baghdadi dalam tasawufnya.

Beliau Ra. tinggal di Madinah menempati rumah yang pernah ditinggali Khalifah pertama, yakni
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. (seorang Shiddiq yang paling agung yang tiada bandingannya,
kecuali para Anbiya wal Mursalin).

Guru mursyid beliau diantaranya adalah Sayyidina Syekh Musthafa Bakri, seorang wali agung dari Syiria,
keturunan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Ra. dari pihak ayah, sedangkan dari pihak ibu keturunan
Sayyidina Husein Sibthi Rasulullah Saw.

Pangkat kewalian beliau adalah seorang Pamungkas para wali, yakni Ghauts Zaman, dan wali Quthb al-
Akwan, yakni kewalian yang hanya bisa dicapai oleh para sadah yang dalam tiap periode 200 tahun
sekali. Dan beliau adalah Khalifah Rasulullah pada zamannya.

Beliau banyak memiliki karomah yang tidak bisa dihitung jumlahnya, bahkan sampai saat inipun
karamah itu terus ada. Karamah agung beliau adalah pangkat kewaliannya yang begitu agung. Beliau
mendapat haq memberi syafaat 70.000 umat manusia masuk syurga tanpa hisab.

Diantara murid-murid beliau dari Indonesia yaitu:

1. Quthb az-Zaman Syekh muhammad Arsyad al-Banjari


2. Quthb al-Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani)

3. Al-Quthb Syekh Abdussamad al-Palimbani

4. Al-Quthb Syekh Abdul Wahab Bugis (menantu Syekh Arsyad al-Banjari)

5. Al-Qutb Syekh Abdurrahman al-Batawi (kakek Mufti betawi dari pihak ibu Habib Utsman Betawi)

6. Al-Quthb Syekh Dawud al-Fathani, dan lain-lain.

Dan diantara keagungan dan kemuliaan beliau yang amat banyak diantaranya adalah; semua murid
beliau yang jumlahnya ribuan menempati maqam Quthb. Beliau menempati kemuliaan karena beliau
berada pada jalan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah.

Demikian lah kesuksesan Syekh Samman dalam mendidik ruhani murid-muridnya sehingga mereka yang
berjumlah ribuan menempati maqam Quthb, apatah lagi Rasulullah Saw. dengan para murid-muridnya
yakni para sahabat, tentu maqam kewaliannya sangat agung, karena mereka mendapat keistimewaan
menyertai kekasihNya (Muhammad Saw.), dan apa-apa yang menjadi Nubuwat Rasulullah Saw. dalam
kitab-kitab terdahulu, maka pasti menceritakan dan memuji para Qudus agung yang menyertai
kekasihNya, yakni para sahabat Rasulullah Saw.

Al-Quthb al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata: “Serendah-rendahnya martabat sahabat maka
tidak akan bisa dicapai walau oleh 70 Imam Junaid al-Baghdadi”. Padahal Imam Junaid hidup pada
zaman salaf dan menempati Sulthon al-Auliya pada zamannya.

Karena para sahabat ini adalah para wali agung, maka para ahli tasawwuf (Aswaja) sangat sopan dengan
mereka, tidak menceritakan mereka kecuali kebaikan. Sehingga wajib hukumnya berprasangka baik
dengan para Auliya. Lebih-lebih lagi para sahabat yang notabene adalah hasil didikan langsung
Rasulullah Saw. yang menempati Shiddiq dalam kewalian.

Maka dari itu, ummat Islam Aswaja tidak akan membicarakan panjang lebar tentang pertikaian antar
sahabat, baik itu antara Sayyidah Aisyah dengan Sayyidina Ali Kw, pada perang Jamal, maupun antara
Sayyidina Ali Kw. pada satu pihak dengan Sayyidina Muawiyah Ra. pada pihak lain.

Kita kaum Aswaja tidak akan mengotori mulut kita dengan umpatan dan negatif thinking kepada
mereka. Bahkan Khalifah Ali Kw. mengatakan seterunya saat itu bahwa antara beliau dengan Sayyidina
Muawiyah adalah saudara seiman dan satu kalimat, hanya saja khilaf dalam penyelesaian pembunuhan
Khalifah Utsman Ra. Bahkan beliau Kw. menyolatkan semua korban perang baik yang di pihak beliau
maupun pihak Gubernur Damaskus saat itu.

Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Pendiri Tarekat Sammaniyah)


Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan sang tokoh pendirinya, yaitu Syekh Muhammad
bin Abdul Karim as-Sammani al-Hasani ai-Madani al-Qadiri al-Quraisyi. Ia adalah seorang fakih, ahli
hadits, dan sejarawan pada masanya. Dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 1132 Hijriyah atau
bertepatan dengan tahun 1718 Masehi. Keluarganya berasal dari suku Quraisy.

Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian


yang berisi teknik dzikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan
Allah Swt. yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa
Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah.

Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai
perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu diantaranya adalah Iran,
Syam, Hijaz, dan Transoxiana (wilayah Asia Tengah saat ini). Diantara karya-karya tulis beliau adalah;
Mujamu al-Masyayikh, Tazyil at-Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.

Kemuliaan Syekh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat yang memiliki banyak karamah.
Baik dari kitab Manaqib Syaikh al-Waliy asy-Syahir Muhammad Samman maupun Hikayat Syekh
Muhammad Samman, keduanya mengungkapkan sosok Syekh Samman. Sebagaimana guru-guru besar
tasawuf, Syekh Muhammad Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan kekeramatannya. Konon,
ia memiliki karamah yang sangat luar biasa.

“Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syekh Muhammad Samman berdiri di depanku dan
marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang
melilitku telah terputus," kata Abdullah al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, ketika itu Syekh
Samman berada di kediamannya sendiri.

Adapun perihal awal kegiatan Syekh Muhammad Samman dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab
Manaqib, diperolehnya sejak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Suatu ketika, Syekh Muhammad Samman berkhalwat (menyendiri) di suatu tempat dengan memakai
pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datanglah Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang membawakan
pakaian jubah putih dan berkata: "Ini pakaian yang cocok untukmu." Ia kemudian memerintahkan Syekh
Muhammad Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya itu.

Konon, Syekh Muhammad Samman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah
Saw. untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah.

Wasiat Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Penjaga Makam Rasulullah Saw.)


Diantara wasiat yang diberikan Syekh Samman al-Madani adalah, berkata al-Imam al-Quthb al-Ghauts
az-Zaman al-Waliy al-Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani:

· "Tidaklah aku diangkat Allah Swt. menjadi al-Waly al-Quthb al-Ghauts dan Quthb al-Akwan
melainkan aku selalu rutin membaca doa; Allahummaghfir li-ummati sayyidina Muhammad.
Allahummarham li-ummati sayyidinina Muhammad. Allahummastur li-ummati sayyidina Muhammad.
Allahummajbur li-ummati sayyidina Muhammad Saw. 4X berturut-turut setelah selesai sholat Shubuh
sebelum berkata-kata urusan dunia dan dia istiqamah membacanya maka ia menempati martabat
fadhilah Quthub.”

Maksud beliau memberikan amalan ini ialah agar kita selalu bersatu sesama ummat islam dan sebagai
ummatnya Rasulullah Saw. janganlah ada iri dengki dan buruk sangka terhadap sesama sekalipun
seseorang itu kelihatannya hina. Jadi membaca doa ini setelah sholat Shubuh dengan niatan mudah-
mudahan semua ummat Rasulullah Saw. diampuni Allah Swt. Atas segala dosa, dimudahkan Allah Swt.
tuk mengamalkannya dan dengan harapan semoga hati kita dibersihkan dari segala penyakit hati seperti
riya, ujub, takabbur, sombong, iri, dengki, hasud, berperasangka buruk dan sifat-sifat buruk lainnya.

· “Barangsiapa mengambil thariqah kepadaku dan mengamalkannya niscaya pasti ia akan


mendapatkan rasa majdzub di dalam dunia (diambil oleh Allah Swt. aqalnya yang Basyariyyah diganti
dengan aqal yang bersifat Rabbaniyah) yakni diambil oleh Allah akan rasa punya wujud dan sifat dan
af’al diganti dengan rasa ‘adam mahdhah adam semata” yakni tiada punya wujud, sifat dan af’al
melainkan hanya Allah Swt. yang punya wujud hakiki, minimal di saat sakaratul maut.”

· “Perkataan aku ini seperti perkataan Sayyidi Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Barangsiapa yang
menyerukan aku “Ya Samman” 3 kali ketika mendapat kesusahan, niscaya aku akan datang
menolongnya.”

Syekh Samman al-Madani meninggal dunia pada hari Rabu 2 Dzulhijjah tahun 1189 H, dan dimakamkan
di pemakaman Baqi’ bersandingan dengan maqam para Istri Rasulullah. Para ualam mengatakan bahwa
barangsiapa yang melazimkan membaca Manaqib Sayyidi Syekh Samman (Ratib Samman) berjamaah
dengan orang banyak dan membaca al-Qur’an serta bertahlil kemudian bersedekah semampunya dan
pahalanya dihadiahkan kepada Sayyidi Syekh Samman, niscaya ia akan dimudahkan rizqinya oleh Allah
Swt.

Anda mungkin juga menyukai